Sunteți pe pagina 1din 18

ARTIKEL/JURNAL

GAMBARAN SIKAP ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK


STUNTING DI SMPN 9 PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

PUTRI ANNISA

BP. 1311312036

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018

1
GAMBARAN SIKAP ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK
STUNTING DI SMPN 9 PADANG

Dr.Ns.Meri Neherta,S.Kep., M.Biomed*, Ns.Deswita,S.Kep.,M.Kep.,Sp.kep.An **, Putri


Annisa***
*Pembimbing I Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
** Pembimbing II Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
*** Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Abstract : DESCRIPTION OF ATTITUDES OF PARENTS WHO HAVE CHILDREN


STUNTING IN SMPN 9 PADANG

The attitude of parents is very influential on stunting in children. Adolescents who are
malnourished will experience a growth process between height and age that is not
appropriate. One attempt to reduce the incidence of stunting in adolescents by eating
nutritious foods and increasing physical activity in adolescents. This study aims to find out
how the attitude of parents of students who have children stunting .. This research uses
descriptive research design. Sampling was done using (total sampling) with a sample size of
30 people. The data was collected at SMP Negeri 9 Padang. The statistical test used is chi-
square test. Based on the average score of pretest and posttest on the parents knowledge of
the students diproleh difference in the increase of the score of 1.77 while the difference in
average score at the time of pretest and posttest on the assessment of the attitude of parents is
10.33. to explain about research variables used system approach consisting of input, process
and output. Input from this research is parent who have child of stunting, the process of this
research is parent attitude about stunting and output of this research is positive and negative
result of attitude of parent who have child with stunting. Based on these results are expected
This research can be a reference in developing the attitude of parents who have children with
stunting on stunting.

Keywords: nutritions, stunting

Abstrak : GAMBARAN SIKAP ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK STUNTING


DI SMPN 9 PADANG

Sikap orangtua sangat berpengaruh terhadap stunting pada anak. Remaja yang
mengalami kekurangan gizi akan mengalami proses pertumbuhan antara tinggi badan dengan
usia yang tidak sesuai. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kejadian stunting pada
remaja dengan cara memakan makanan yang bergizi dan meningkatkan aktifitas fisik pada
remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap orang tua siswa yang
memiliki anak stunting.. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan (total sampling) dengan besar sampel 30

2
orang. Pengumpulan data dilakukan di SMP Negeri 9 Padang. Uji statistik yang digunakan
adalah uji chi-square. untuk menjelaskan tentang variable penelitian digunakan pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input dari penelitian ini adalah orangtua
yang memiliki anak stunting, proses dari penelitian ini adalah sikap orangtua siswa tentang
stunting dan output dari penelitian ini adalah hasil positif dan negative sikap orangtua yang
memiliki anak dengan stunting. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan Penelitian ini dapat
menjadi acuan dalam mengembangkan sikap orangtua yang memiliki anak dengan stunting
mengenai stunting.

Kata kunci : Gizi, Stunting

PENDAHULUAN ekonomi, usia, harapan hidup dan

tingkat pendidikan. Pembangunan


Remaja merupakan masa
dibidang gizi mempunyai andil yang
peralihan dari masa anak menjadi
besar dalam menigkatkan sumber
dewasa dimana terjadi perubahan
daya manusia antara lain dalam
fisik, mental, emosional yang sangat
meningkatkan kualitas fisik dan
cepat. Menurut WHO batasan umur
kecerdasan serta produktivitas kerja
remaja adalah umur 17-19 tahun
manusia (Prihatin, 2015).
(Depkes, 2014). Remaja merupakan
Permasalahan gizi di Indonesia
sumber daya manusia untuk
dan negara berkembang pada
pembangunan dimasa akan datang.
umumnya masih dikombinasi oleh
Untuk meningkatkan kualitas sumber
empat masalah gizi utama yaitu
daya manusia banyak factor yang
kurang energy protein (KEP), masalah
mempengaruhi . salah satu factor
anemia besi, masalah gangguan akibat
penting untuk menjaga kualitas hidup
kekurangan yodium (GAKY) dan
manusia yang optimal adalah
masalah kurang vitamin A (KVA).
kesehatan dan gizi, sedangkan
Indonesia mengalami beban ganda
kualitas sumber daya manusia
masalah gizi yaitu gizi kurang belum
digambarkan melalui pertumbuhan

3
sepenuhnya diatasi, tetapi gizi lebih Salah satu upaya peningkatan

sudah menunjukkan peningkatan. kesehatan, adalah perbaikan gizi pada

Masalah gizi ganda (double burden) usia sekolah, khususnya remaja usia

dapat menjadi masalah disemua 10-19 tahun. Masa remaja atau

kelompok umur baik itu didesa adolescent adalah masa saat terjadi

maupun dikota (Supariasa, 2014) perubahan-perubahan yang

sehingga akan mempengaruhi berlangsung cepat dalam hal

fungsi dan kemampuan tubuh secara pertumbuhan fisik dan psikososial

keseluruhan (Depkes RI, 2004). atau tingkah laku (Adriani &

Semua sistem dalam tubuh lansia Wirjatmadi, 2013). Masalah gizi pada

mengalami kemunduran, termasuk usia sekolah, dapat menyebabkan

pada sistem muskuloskeletal. Lansia rendahnya kualitas tingkat pendidikan,

sering mengalami rematik, penyakit tingginya. angka absensi, dan

gout, nyeri sendi dan lumbago meningkatnya angka putus sekolah

(Maryam, 2008). Keadaan gizi yang (Sulastri, 2012).

baik akan meningkatkan kesehatan Anak dengan keadaan gizi kurang

individu dan masyarakat. Keadaan seperti stunting dapat memiliki

gizi yang optimal sangat penting pengaruh, karena daya tangkap anak

untuk pertumbuhan normal serta dalam mengikuti pelajaran di

perkembangan fisik dan kecerdasan sekolahnya terganggu (Picauly, 2013).

bagi remaja dan semua kelompok Dalam keadaan seperti itu sulit

umur. Sedangkan gizi yang tidak mewujudkan generasi penerus bangsa

optimal dengan kesehatan yang buruk yang cerdas dan produktif sehingga

(Kemenkes, 2014). mampu berkiprah dan bersaingpada

era globalisasi.

4
Menurut Milman (2015) UNICEF pada tahun 2010 sampai

Stunting adalah rendahnya tinggi dengan 2012 menunjukkan prevalensi

badan menurut umur yang kejadian stunting di dunia mencapai

mencerminkan pertumbuhan linier 28% (UNICEF report, 2012). Bila

yang buruk. Kondisi ini terakumulasi dibandingkan degan batas ―non

sejak periode pre- dan postnatal yang publick health problem‖ menurut

disebabkan oleh buruknya gizi dan WHO untuk masalah stunting sebesar

kesehatan. Stunting pada usia dini 20% maka hampir seluruh Negara di

akan mengakibatkan efek merugikan dunia mengalami masalah stunting,

pada kecerdasan, perkembangan kejadian stunting lebih banyak terjadi

psikomotorik, keterampilan motorik di Negara berkembang adalah sekitar

halus dan integrasi 30% dan salah satu Negara

neurosensorik.Sedangkan UNICEF berkembang adalah Indonesia

menyatakan bahwa (UNICEF report, 2009).

Stuntingmerupakan hasil dari Riskesdas (2013) mencatat

kekurangan gizi kronis atau berulang Indonesia adalah negara yang

dan sering berlangsung seumur hidup memiliki kejadian stunting di

(UNICEF, WHO, World Bank Group, Indonesia adalah 35,6%. Persoalan

2015). Kinerja sistem saraf anak stunting pada balita tentu saja

stunting kerap menurun yang akhirnya juga berdampak pada

berimplikasi pada rendahnya kejadian stunting pada usia remaja.

kecerdasan anak. Lebih lanjut dalam Riskesdas (2013)

Permasalahan stunting Sebanyak 15 Provinsi memiliki

merupakan salah satu permasalahan prevalensi kependekan di atas angka

gizi secara global. Berdasarkan data prevalensi nasional. Urutan ke 15

5
Provinsi tersebut dari yang memiliki neurosensori. Stunting juga

prevalensi tertinggi sampai terendah berhubungan dengan kapasitas mental

adalah: (1) Nusa Tenggara Timur, dan performa di sekolah, baik dalam

(2) Papua Barat, (3) Nusa Tenggara kasus sedang sampai parah seringkali

Barat, (4) Sumatera Utara, (5) menyebabkan penurunan kapasitas

Sumatera Barat, (6)Sumatera kerja dalam masa dewasa (Milman,

Selatan, (7) Gorontalo, (8) 2015). Berdasarkan kajian ini maka

Kalimantan Barat, (9) Kalimantan dapat dikemukakan bahwa

Tengah, (10) Aceh, (11) Sulawesi permasalahan stunting dapat

Selatan, (12) Sulawesi Tenggara, (13) mempengaruhi kondisi seseorang

Maluku, (14 ) Lampung, (15) Sulawesi hingga mereka berada pada usia

Tengah. remaja dan dewasa. Hal ini berarti

Berdasarkan data di atas bahwa persoalan stunting bukanlah

diketahui bahwa Provinsi Sumatera persoalan yang pantas untuk

Barat adalah nomor 5 menempati diabaikan.

prevalansi dengan urutan tertinggi Banyak faktor yang

dalam kasus stunting di Indonesia.Hal menyebabkan terjadinya persoalan

ini menyatakan bahwa terdapat stunting, Arfines (2017) menyatakan

persoalan stunting pada Balita di bahwa diantara penyebab stunting

Sumatera Barat.Selain itu, stunting adalah diantaranya status sosial

pada awal masa kanak-kanak ekonomi keluarga, karna keluarga

dapatmenyebabkan gangguan yang memiliki status sosial ekonomi

Intelligence Quotient (IQ), keluarga yang rendah cenderung

perkembangan psikomotor, memiliki anak dengan kejadian

kemampuan motorik, dan integrasi stunting. Hal ini terkait dengan

6
kemampuan orangtua menyediakan pada urutan ke – 13 dari 19

asupan gizi pada anak khususnya saat Kabupaten/Kota di Sumatera barat

mereka masih menjadi balita. Menurut (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015).

penelitian (Ajoe et.al, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan

Ketersediaan makanan pada keluarga yang dilakukan di SMP Negeri 9

dengan anggota keluarga yang banyak Padang pada tanggal 24 oktober 2017

jauh lebih berpeluang untuk di Jalan Air Camar Parak Gadang

mempunyai anak dengan malnutrisi Timur, terdapat sebanyak 427 orang

dibandingkan dengan rumah tangga siswa kelas VII dan kelas VIII

yang memiliki anggota keluarga yang terdapat 30 orang anak dengan

sedikit. kejadian stunting yang mengalami

Berdasarkan Picauly (2013) hambatan dalam belajar karena

menunjukkan bahwa faktor – faktor terbatasnya aktivitas fisik yang harus

determinan stunting adalah faktor mereka lakukan. Siswa dengan

pendapatan keluargaa, pengetahuan kejadian stunting yang diobservasi

gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi memiliki jumlah keluarga yang

penyakit, riwayat imunisasi, asupan banyak dengan jumlah saudara yang

protein dan pendidikan ibu. lebih dari 2 orang, dengan keadaan

Berdasarkan data dari Dinas ekonomi keluarga yang kurang mapan

Kesehatan sumatera Barat tahun 2015, akibat pekerjaan orangtua yang tidak

prevalensi stunting dikota padang tetap.

sebesar 15%. Prevalensi tertinggi ―Dalam penelitian ini peneliti ingin


melihat bagaimana sikap orangtua yang
berada di Kabupaten Solok dan
memiliki anak stunting di SMPN 9 kota
prevalensi terendah berada di Kota
padang‖
solok sedangkan kota padang berada

7
METODE PENELITIAN Tempat penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Jenis penelitian yang digunakan
Batusangkar. Pengumpulan data pada
adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian dilakukan menggunakan lembar

penelitian yang dilakukan dengan observasi dengan pengukuran skala nyeri


menggunakan numeric rating scale.
menggambarkan suatu kejadian tertentu

(Nursalam, 2013). Penelitian ini HASIL PENELITIAN DAN

bertujuan untuk menggambarkan PEMBAHASAN

bagaimana sikap orangtua yang Hasil Penelitian


Gambaran Umum Penelitian
memiliki anak stunting di SMPN 9
Penelitian dilakukan di SMP
padang.
Negeri 9 Padang dengan jumlah
Dalam hal ini peneliti ingin
sampel sebanyak 30 orangtua yang
mengetahui bagaimana sikap orangtua
yang memiliki anak stunting yang memiliki anak stunting. Peneliti
berjumlah 30 orang.
mengambil sampel berdasarkan hasil
Penelitian ini menggunakan teknik
pengukuran gizi anak yang terlebih
total sampling dengan melihat kriteria
inklusi didapatkan sampel 30 orang. dahulu dilakukan dan diukur antara
Kriteria inklusi: 1)Bersedia menjadi
tinggi badan dengan umur anak dalam
responden dan bersedia diberi pendidikan
populasi penelitian yakni siswa SMP
kesehatan tentang gizi 2) Orang tua yang
memiliki anak stunting, diketahui dari Negeri 9 Padang. Penelitian dilakukan
pengukuran antara tinggi badan dengan
pada tangga 31 maret sampai 7 april
umur. 3) Dapat berkomunikasi dengan
2018
baik
Kriteria eklusi sampel :
1). Orang tua siswa yang tidak bersedia
Karakteristik Responden
hadir untuk diberi pendidikan kesehatan
tentang gizi. 2) Siswa yang memiliki tinggi Tabel 5.1 Karakteristik Sampel
Penelitian Berdasarkan Pendidikan,
badan dengan usia normal dengan baik. Pekerjaan dan Usia (n=30)

8
Karakteristik % adalah ibu rumah tangga, dan tidak ada
No F
Responden
Pendidikan (0%) yang memiliki pekerjaan Pegawai
a. Tidak
Sekolah Negeri Sipil, diketahui pula bahwa 60%
b. Tidak
Lulus SD reponden berumur antara 36 – 45 tahun
1 3,33
c. Lulus SD
3 10.00 (dewasa akhir) dan tidak ada (0%)
1. d. Lulus
3 10.00
SLTP
8 26.67 responden yang memiliki rentang usia 12 –
e. Lulus
15 50.00
SLTA
0 0.00 16 tahun (remaja awal).
f. Lulus
Diploma
III/S1
Pekerjaan Analisa Univariat
a. Pedagang
b. Buruh 8 26.67
c. Ibu 4 13.33 Analisa univariat adalah
2.
Rumah 18 60.00
Tangga - 0.00 analisa yang menggambarkan data
d. PNS - 0.00
e. Lainnya statistika penelitian pada responden
Umur
a. 12 – 16 sebelum dan sesudah diberikan
(Remaja
Awal) pendidikan kesehatan tentang gizi dan
b. 26 – 35
(Dewasa - 0.00 pengaruhnya terhadap pengetahuan
3. Awal) 7 23.33
c. 36 – 45 18 60.00 dan sikap orang tua siswa yang
(Dewasa 2 6.67
Akhir) memiliki anak dengan status stunting.
d. 46 – 55
(Lansia
Tabel 5.2 Deskripsi Data
Awal)
Penelitian sikap tentang stunting
Jumlah 30 100 No. Kelompok F %
Data
2. Sikap
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat Positive 17 5.1
Negative 13 3.9
dideskripsikan bahwa sampel atau

responden penelitian terbanyak (50%)


Pada Tabel 5.2 dapat dilihat
merupakan lulusan SLTA sederajat dan
bahwa persentase sikap orangtua yang
tidak ada (0%) yang merupakan lulusan
memiliki anak dengan stunting yang
Diploma III/S1, 60% pekerjaan responden

9
memiliki sikap positive 5.1 % sebesar 19.77, berdasarkan hasil

sedangkan untuk orangtua yang pengukuran bahwa terdapat 2 orangtua

bersikap negative memiliki persentase (7%) yang memilik sikap tentang gizi

3.9 %. yang baik, 7 orangtua (23%) yang

memiliki sikap tentang gizi yang


Pembahasan
sedang dan 21 orangtua (79%) yang
A. Sikap Orangtua Sebelum
memiliki sikap tentang gizi yang
Pemberian Intervensi Pendidikan
buruk.
Kesehatan tentang Gizi

Sikap yang dimiliki oleh Hasil deksripsi data

orangtua siswa SMP Negeri 9 Padang menunjukkan bahwa sikap orangtua

yang memiliki gizi stunting (badan siswa masih banyak yang rendah dan

pendek) sebelum dilakukan tidak baik tentang gizi. Hal ini

pendidikan kesehatan tentang gizi berindikasi dapat menjadi penyebab

dinilai melalui angket awal dengan rendahnya perkembangan fisik anak

hasil bahwa skor rata-rata dan menyebabkan anak memiliki gizi

pengetahuan adalah 5.90. Diketahui buruk dan stunting. Milman (2015)

berdasarkan hasil pengukuran bahwa menyatakan bahwa Stunting adalah

terdapat 2 orangtua (7%) yang kondisi rendahnya tinggi badan

memiliki pengetahuan gizi yang menurut umur, kondisi ini

tinggi, 3 orangtua (10%) yang mencerminkan pertumbuhan linier

memiliki pengetahuan gizi yang yang buruk. Kondisi ini terakumulasi

sedang dan 25 orangtua (83%) yang sejak periode pre- dan postnatal yang

memiliki pengetahuan gizi yang disebabkan oleh buruknya gizi dan

rendah. Sedangkan untuk variabel kesehatan. Meskipun banyak faktor

sikap orangtua diketahui skor rata-rata yang menyebabkan buruknya kondisi

10
gizi seorang anak, namun rendahnya hipotesis yang dajukan. Hasil

pengetahuan yang berkibat kepada penelitian ini menguatkan beberapa

rendahnya perilaku dan sikap orangtua kajian teori yang menyatakan

dalam melaksanakan pelayanan gizi bahwa terdapat kaitan antara

pada anak. pendidikan dengan pengetahuan

Seperti yang dinyatakan oleh Suhardjo dan sikap. Menurut Slameto (2013)
(2014) bahwa faktor yang mempengaruhi
Pendidikan mencakup segala
gizi secara tidak langsung adalah
hal/usaha dan perbuatan dari
pengetahuan tentang gizi yang merupakan
kepandaian dalam memilih makanan yang generasi tua untuk mengalihkan
merupakan sumber zat-zat gizi dan
pengalaman, pengetahuan,
kepandaian dalam mengolah bahan
kecakapan, serta keterampilan
makanan. Pendapat ini berarti bahwa
pengetahuan yang baik akan menimbulkan kepada generasi muda, untuk
sikap dan kemampuan yang baik dari
memungkinkan generasi muda
orangtua dalam menyediakan kebutuhan
melakukan fungsi hidup dalam
gizi pada anak. Karena pengetahuan dan
sikap memegang peran yang sangat pergaulan bersama dengan sebaik-
penting dalam penggunaan dan pemilihan
baiknya. Uno (2013) berpendapat
bahan makanan dengan baik sehingga
bahwa ―Pendidikan merupakan
dapat mencapai keadaan gizi yang
seimbang. suatu usaha kegiatan yang

B. Sikap Orangtua dijalankan dengan segaja teratur

C. Hasil penelitian yang menyatakan dan berencana dengan maksud

adanya pengaruh pemberian mengubah tingkah laku manusia ke

pendidikan kesehatan tentang gizi arah yang diinginkan‖.

kepada orangtua terhadap sikap Berdasarkan definisi-definisi yang

orangtua, dinyatakan dengan skor p telah diuraikan mengenai

value < 0.050 untuk kedua pendidikan di atas, maka dapat

11
disimpulkan bahwa : Pendidikan disebabkan karena peran

adalah suatu proses peyampaian pengasuhan lebih besar dilakukan

dan pengalihan pengetahuan dari oleh ibu sedangkan ayah lebih

seseorang yang di didik kearah banyak bekerja sehingga waktu

yang diinginkan, guna dengan anaknya akan lebih

perkembangan dan pertumbuhan berkurang. Ketidaktahuan

manusia. mengenai informasi tentang gizi

D. Hasil peneitian ini menguatkan dapat menyebabkan kurangnya

asumsi teori yang telah mutu atau kualitas gizi makanan

dikemukakan bahwa pendidikan keluarga khususnya makanan yang

kesehatan tentang gizi yang dikonsumsi balita (Sjahmien,

diberikan kepada orangtua trnyata 2013). Salah satu penyebab

berpengaruh dan membawa gangguan gizi adalah kurangnya

manfaat bagi peningkatan kualitas pengetahuan gizi dan kemampuan

pengetahuan dan sikap orangtua seseorang menerapkan informasi

yang memiliki anak dengan gizi tentang gizi dalam kehidupan

stunting. sehari-hari. Tingkat pengetahuan

E. Penelitian ini juga sejalan dengan gizi ibu memengaruhi sikap dan

penelitian yang dilakukan oleh perilaku dalam memilih bahan

Ramli (2012) yang menyatakan makanan, yang lebih lanjut akan

bahwa pendidikan orangtua memengaruhi keadaan gizi

khususnya ibu berhubungan secara keluarganya (Suhardjo, 2014).

signifikan dengan kejadian stunting F. Berdasarkan hasil penelitian ini

pada balita yang akan berlanjut maka direkomendasikan bahwa

pada usia remaja. Hal ini bisa terdapat pengaruh antara

12
pendidikan kesehatan tentang gizi 3. Hampir sebagian besar sikap

dengan pengetahuan dan sikap orangtua yang memiliki anak

orangtua siswa yang memiliki anak dengan stunting memiliki

dengan status stunting. Oleh karena sikap yang baik atau positif.

itu untuk dapat mengantisipasi Saran

berkembangnya kasus-kasus gizi 1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

buruk khususnya stunting maka Penelian ini diharapkan dapat

pendekatan terhadap pendidikan menjadi acuan dalam

dan konseling kepada orangtua mengembangkan cara-cara

baik dilakukan. memberikan pendidikan dan

konseling tentang gizi kepada


KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat. Kemudian hasil
Kesimpulan
penelitian ini dapat menjadi bahan
Berdasarkan penelitian yang
rujukan mengenai penelitian
telah dilakukan mengenai gambaran
terkait dengan stunting dan gizi.
sikap orangtua siswa yang memiliki
2. Bagi Fakultas Keperawatan
anak stunting, peneliti mendapatkan
Bagi Fakultas Keperawatan hasil
kesimpulan sebagai berikut :
penelitian ini diharapkan dapat
1. Sebagian besar ( 5.1 % )
menjadi bahan pertimbangan bagi
sikap orangtua yang
pihak terkait pembuat keputusan
memiliki anak dengan
untuk memberikan pendekatan
stunting bersikap positive
informal kepada masyarakat dalam
2. Sebagian besar ( 3.1 % )
memberikan pengetahuan melalui
sikap orangtua yang
pendidikan dan konseling tentang
memiliki anak dengan
gizi untuk mengatasi masalah
stunting bersikap negatif.

13
stunting. Pihak Fakultas Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Keperawatan dapat melakukan
Ajao KO dan OT Afolabi. 2000. Influence
pengabdian kepada masyarakat
of Family Size, Househood
dengan memberikan pendidikan Securiy Food Status, Child Care
Practices on the Nutrience Status
tentang gizi kepada orantua-
of Under Five Children in Ile Ife
orantua siswa disekolah.
Nigeria. Obafemi Owolowo
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Universtity, Ile Ife. Negeria.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip dasar ilmu
Peneliti merekomendasikan agar
gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
peneliti selanjutnya mampu
Utama
mengkaji lebih detail tentang hal- Anisa, Paramitha. 2012. Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan
hal apa saja yang bisa dilakukan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia
untuk mengatasi permasalahan
25 - 60 Bulan Di Kelurahan
rendahnya pengetahuan Kalibaru Depok Tahun 2012.
Skipsi. Program Studi Gizi
masyarakat tentang gizi.
Departemen Gizi Kesehatan
4. Penelitian selanjutnya
Masyarakat Fakultas Kesehatan
Penelitian selanjutnya
Masyarakat Universitas Indonesia.
diharapkan dapat melakukan
Anindita, Putri. (2012). Hubungan Tingkat
pengembangan penelitian dengan
Pendidikan Ibu, Pendapatan
memperhatikan keterbatasan yang ada
Keluarga, Kecukupan Protein dan
pada penelitian ini, seperti
Zinc dengan Stunting (Pendek)
menggunakan jumlah sampel yang
pada Balita Usia 6- 35 Bulan di
lebih besar, waktu penelitian yang
Kecamatan Tembalang Kota
lebih panjang serta mengkaji efek
Semarang. Jurnal Kesehatan
setelah intervensi.
Masyarakat (JKM). Gizi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat,
Adriani, M. & Wirjatmadi, B., 2013.
Universitas Diponegoro. Volume
Peranan Gizi dalam Siklus
1, Nomor 2, Tahun 2012
Kehidupan.

14
Arfines. Prisca Petty, dan Fithia Dyah Stunting Pada Balita Usia 24-59
Puspitasari. 2017. Hubungan Bulan Di Provinsi Nusa Tenggara

Stunting dengan Prestasi Barat Tahun 2010 (Analisis Data


Sekunder Riskesdas 2010). Skripsi.
Belajar Anak Sekolah
Peminatan Gizi Program Studi
Dasar di Daerah Kumuh,
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kotamadya Jakarta Pusat. Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1,
Universitas Islam Negeri Syarif
Maret 2017: 45 – 52
Hidayatullah.
Arikunto, (2012). Prosedur Penelitian
Depkes RI, 2004. Kecenderungan Masalah
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Gizi dan Tantangan di Masa
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Datang. Jakarta: Kemenkes.
Astari, L. D., A. Nasoetion, dan C. M.
Dwiriani. 2005. Hubungan Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Psikologi
Belajar. Jakarta. Rineka Cipta
Karakteristik Keluarga, Pola
Hamalik, Oemar. 1991. Kurikulum dalam
Pengasuhan, dan Kejadian
Pembelajaran. Jakarta. Bumi
Stunting Anak Usia 6-12 Bulan.
Aksara
Media Gizi dan Keluarga 29 (2):
Hestunigtyas, R.T. (2013). Pengaruh
40-46. Diakses pada 15 Oktober
konseling gizi terhadap
2017 dari pengetahuan, sikap, praktik ibu
dalam pemberian makanan, dan
www.repository.ipb.ac.id
asupan zat gizi anak stunting
usia 1-2 tahun di kecamatan
Baraldi. L. G & Wolney. L. C. (2013). semarang timur. Journal UNDIP
Parent’s social status and children’s
Jahari, B.A. 2004. Penilaian Status Gizi
nutrition influence on the university
Berdasarkan Antropometri.
entrance of young adults in the last
Puslitbang Gizi dan Makanan.
two decades in Brazil. REV BRAS
Depkes RI
EPIDEMIOL SUPPL D.S.S. H.
Libya‖. Public Health Nutrition,12 (8),
116-125
1141-1149. Diakses pada 11

Boggin, Barry.1999. Patterns of Human Oktober 2017 dari

Growth (2nd ed). Cambridge: www.ncbi.nlm.nih.gov

Cambride University Press Milman A, Frongillo E a, de Onis M,

Dalimunthe, Shella Monica. 2015. Hwang J-Y. Differential

Gambaran Faktor-Faktor Kejadian improvement among countries in

15
child stunting is associated with Eksklusif dengan Status Gizi
long-term development and specific Baduta di Puskesmas Biaro
interventions. J Nutr. 2015 Kecamatan Ampek Angkek
Narsikhah, R.(2012). Faktor resiko Kabupaten Agam Tahun
kejadian stunting pada balita usia 2011(Skripsi).Depok: FKM).
24-36 bulan di kecamatan Penelitian dan
semarang timur. Journal UNDIP. Pengembangan Kesehatan.
Laporan riskesdas 2013. Jakarta:
Neldawati. 2006. Hubungan Pola
Balitbangkes; 2013.
Pemberian Makan pada Anak dan
Perkembangan Anak. Penerbit Buku
Karakteristik Lain dengan Status
Kedokteran EGC. Terjemahan
Gizi Balita 6-59 Bulan di
Public Health Nutrition, Editor.
Laboratorium Gizi Masyarakat
Gibney, M.J, Margaretts, B.M.,
Puslitbang Gizi dan Makanan
Kearney, J.M. & Arab, L
(P3GM)
Blackwell Publishing Ltd, Oxford
(Analisis
Picauly I, & Aspatria U. 2012. Analisis
Data Sekunder Data Balita Gizi
determinan stunting dan
Buruk Tahun 2005) (Skripsi).
dampaknya terhadap prestasi
Depok: FKM UI.
belajar anak sekolah dasar di
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi
Kecamatan Kota Waingapu
penelitian kesehatan. Jakarta :
Kabupaten Sumba Timur.Jurnal
Rineka Cipta
Pangan, Gizi, dan Kesehatan
Oktaria, Zilda. 2012. Hubungan berat
Masyarakat, 4(3), 1100—1110
lahir dan Faktor-faktor lainnya
Picauly, Intje dan Sarci Magdalena Toy.
dengan kejadian stunting pada
2013. Analisis Determinan Dan
balita usia 24-59 bulan di
Pengaruh Stunting Terhadap
Provinsi Ace, Sumatera Utara,
Prestasi Belajar Anak Sekolah Di
Sumatera Selatan dan Lampurg
Kupang Dan Sumba Timur, NTT.
tahun 2010. Skirpsi. Program
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret
Studi Gizi. Fakultas Ilmu
2013, 8(1): 55—62.
Kesehatan. Universitas Indonesia.
Picauly I, Toy SM. 2013. Analisis
Oktavia, Rita. 2011. Hubungan
Determinan Dan Pengaruh
Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Stunting Terhadap Prestasi
Ibu dalam Pemberian ASI
Belajar Anak Sekolah Di Kupang
16
Dan Sumba Timur, NTT. Jurnal tangga miskin dan tidak miskin.
Gizi dan Pangan. 8 (1) : 55 – 62. Jurnal Indonesia Food, 29(1), 33—
Province of Indonesia. BMC Pediatrics, 9- 46.
64.doi:10.1186/1471-2431-9-64.
Sardiman A M. 2011. Interaksi & Motivasi
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar
dan Apilkasi Pembelajaran Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi
Motorik. Deskripsi dan
Aksara
Tindakan Kritis.Bandung. Nusa
Media Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 1996. Ilmu
RAHMANINGRUM, ZELLA NOVI.
Gizi untuk Mahasiswa dan
2017. Hubungan Antara Status
Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Gizi (Stunting Dan Tidak
Soetjiningsih, 2014. Buku Ajar Tumbuh
Stunting) Dengan Kemampuan
Kembang Remaja dan
Kognitif Remaja Di Sukoharjo,
Permasalahannya. Jakarta: CV.
Jawa Tengah Program Studi
Sagung Seto
Pendidikan Dokter Fakultas
Semba RD, Pee S De, Sun K, Sari M, Akhter
Kedokteran. Universitas
N, Bloem MW. Semba RD, Pee S
Muhammadiyah Surakarta
De, Sun K, Sari M, Akhter N,
Ramli, et al. 2009. Prevalence and Risk
Bloem MW. Effect of parental
Factors For Stunting and Severe
formal education on risk of child
Stunting Among Under-Fives in
stunting in Indonesia and
North Maluku Province of
Bangladesh: a cross-sectional
Indonesia. BMC Pediatrics
study. Lancet.
Diakses pada 20 Oktober 2017
2008;371(9609):322-8.
dari www.biomedcentral.com.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor Yang
Ramli, Agho, K. E., Inder, K. J., Bowe, S.
J.Jacobs, J. & Dibley, M. J. Mempengaruhinya. Jakarta:
(2009). Prevalence and risk Rineka Cipta
factors for stunting and severe
stunting among under-fi ves in
North Maluku. Soekirman. 2000. Ilmu gizi dan
RISKESDAS. (2010). Laporan Hasil Riset
Aplikasinya: untuk Keluarga dan
Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
Masyarakat.
2009. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Sudjana (2004). Teknis Analisis Regresi
Riyadi H, Khomsan A, Sukandar D, Faisal dan Korelasi. Bandung: Transito
A & Mudjajanto ES. 2006. Studi
Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian
tentang status gizi pada rumah

17
Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Undernutrition: What works
Bandung. Alfabeta Interventions for Maternal and
Child Undernutrition and Survival.
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan
371. Diakses pada 10 Oktober
Gizi. Jakarta: Bumi Aksara
2017 www.thelancet.com.
Sulastri, D., 2012. Faktor Determinan
Uno, Hamzah. 2014. Orientasi Baru Dalam
Kejadian stunting Pada Anak Usia Psikologi Pembelajaran. Jakarta.
Bumi Aksara
Sekolah di Kecamatan Lubuk
Wasty Soemanto. 2013. Psikologi
Kilangan Kota Padang. Majalah
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Kedokteran Andalas, 36(1), pp. 39-
WHO/UNICEF. 2015. Feeding and
50
Nutrition of Infants and Young
Suryabrata Sumadi. 2011. Psikologi
Children. WHO Regional
Pendidikan. Jakarta. PT. Raja
Publications, European Series, No.
Grafindo Persada
87, P. 17
Sulistyoningsih, H., 2012. Gizi untuk
World Health Organisation (2014).
Kesehatan Ibu dan Anak.
Growth Refrence 5-19 years.
Yogyakarta: Graha Ilmu
http://www.who.int/growhtref/wh
Syafiq, Ahmad. 2012. ―Tinjauan Atas o2007_bmi_for_age/en/.
Kesehatan dan Gizi Anak Usia Diakses pada 30 november 2014
Dini‖ BAPPENAS. Diakses Yimer, G. 2013. Malnutrition Among
pada 12 Oktober 2017 Children in Southern Ethiopia:
dari Levels and Risk Factors. Ethiop.
www.pkmsobo.banyuwangikab.g J. Health Dev, 14(3): 283-292.
o.id Diakses pada 13 Maret 2012 dari
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi www.ejhd.uib.no
Pendidikan dengan Pendekatan http://eprints.undip.ac.id/38427/1/464_RO
UDHOTUN_NASIKHAH_G2C
Baru. Bandung: Remaja 008064. Diakses tanggal 4 April
Rosdakarya 2018
Sjahmien, M. (2003). Ilmu gizi jilid 2.
Jakarta: PT Bharatara Niaga
Media.
The Lancet. 2014. Maternal and Child

18

S-ar putea să vă placă și