Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KASUS FRAKTUR
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB III
Disusun oleh
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
telah memberikan nikmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta kepada keluarganya para
sahabatnya dan pada tabi’in dan beserta kepada kita selaku umatnya akhir zaman.
Aamiin ya robb.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas kelompok mata kuliah KMB yang dibimbing oleh Dosen kami , Dalam
makalah ini penulis membahas materi tentang “Fraktur”. Penulis menyadari
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Tetapi penulis mencoba
menjelaskan materi ini dengan sebaik mungkin guna dapat dimengerti oleh para
pembaca khususnya oleh penulis sendiri. Oleh sebab itu penulis meminta kritik
dan sarannya dari semua pembaca khususnya dari dosen pembimbing guna
memperbaiki hasil karya kami untuk kedepannya. Penulis meminta maaf atas
segala kekurangan dan penulis berharap semoga hasil karya tulisnya ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang
rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk
memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat
direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih
baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah
fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau
rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu
menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang
yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun
fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai
mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang
bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan
tulang. Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah
fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup
fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas
atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang
cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi dari sistem muskuloskeletal?
2. Bagaimana konsep penyakit fraktur?
3. Pengkajian apa lagi yang harus dilakukan pada pasien tersebut?
4. Bagaimana membedakan antara fraktur, dislokasi, strains, dan sprain?
5. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada pasien tersebut?
6. Bagaimana intervensi untuk diagnosa keperawatan nyeri akut?
7. Bagaimana intervensi untuk diagnosa keperawatan gangguan mobilitas
fisik?
8. Bagaimana cara perawat untuk edukasi dan discharge planning pada
pasien tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi dari sistem muskuloskeletal.
2. Untuk mengetahuikonsep penyakit fraktur.
3. Untuk mengetahui pengkajian lain yang harus dilakukan pada pasien
tersebut.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara fraktur, dislokasi, strains, dan
sprain.
5. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
tersebut.
6. Untuk mengetahui intervensi untuk diagnosa keperawatan nyeri akut.
7. Untuk mengetahui intervensi untuk diagnosa keperawatan gangguan
mobilitas fisik.
8. Untuk mengetahui cara perawat untuk edukasi dan discharge planning
pada pasien tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges ( 2000) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada
pasien fraktur antara lain:
a. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis
fraktur
b. Scan tulang, tomogram, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur
dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel
darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.
d. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera hati.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan fraktur menurut Doengoes (2000), dan Barbara
(1999) adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/
immobilisasi, stress, ansietas.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolic, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
dibuktikan oleh terdapat luka/ ulserasi, kelemahan, penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak
nyamanan, kerusakan musculoskeletal, terapi pembatasan aktifitas,
penurunan kekuatan / tahanan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon
inflamasi tertekan, prosedur invasi dan jalur penusukan, luka/
kerusakan kulit, insisi pembedahan.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan factor (kolaboratif):
traksi atau gibs pada ekstrimitas
f. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubunngan dengan intake yang tidak adekuat.
g. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
4. Fokus Intervensi Dan Rasional
Fokus intervensi keperawatan dan rasional merujuk pada Carpenito
(2007), Doenges (2002), dan Yosep (2007) antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat kontraksi/
immobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu
beradaptasi dengan nyeri yang di alami.
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau hilang, klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
Rasional: hubungan yang baik membuat klien dan keluarga
kooperatif.
2) Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri.
Rasional: tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukan
skala nyeri.
3) Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional: memberikan penjelasan akan menambah
pengetahuan klien tentang nyeri.
4) Observasi tanda- tanda vital.
Rasional: untuk mengetahui perkembangan klien.
5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgetik.
Rasional: merupakan tindakan dependent perawat, dimana
analgetik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
dibuktikan oleh terdapat luka atau ulserasi, kelemahan, penurunan
berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan pemenuhan masalah
kerusakan kulit dapat teratasi, penyembuhan luka sesuai waktu.
Kriteria hasil : tidak ada tanda- tanda infeksi seperti pus,
kemerahan, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda- tanda
vital dalam batas normal atau dapat di toleransi.
Intervensi :
1) Kaji kulit dan identitas pada tahap perkembangan luka.
Rasional: mengetahui sejauhmana perkembangan luka
mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan
luka. Rasional: mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan
mempermudah intervensi.
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional: suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasi
sebagai adanya proses peradangan.
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptic. Balut luka
dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional: tehnik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
Rasional: agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal lainya.
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional: balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari
tergantung kondisi parah/ tidaknya luka, agar tidak terjadi
infeksi.
7) Kolaborasi pemberian anti biotic sesuai indikasi.
Rasional: anti biotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme pathogen pada daerah yang beresiko terjadi
infeksi.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidak
nyamanan, kerusakan musculoskeletal, terapi pembatasan aktivitas,
dan penurunan kekuatan/ tahanan.
Tujuan : pasien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal
Kriteria hasil : klien mampu melakukan pergerakan dan
perpindahan, mempertahankan mobilitas optimal yang dapat
ditoleransi dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 =
memerlukan alat bantu 2 = memerlukan bantuan dari orang lain
untuk bantuan pengawasan dan pengajaran. 3 = membutuhkan
bantuan dari orang lain dan alat bantu 4 = ketergantungan; tidak
berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
Rasional: mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2) Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasional: mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan
aktifitas apakah karena ketidakmampuan atau ketidakmauan.
3) Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
Rasional: menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4) Ajarkan dan dukkung pasien dalam latihan ROM aktif dan
pasif.
5) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
Rasional: sebagai suatu sumber untuk mengembangkan
perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
pasien.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons
inflamasi tertekan, prosedur infasif dan jalur penusukan, luka/
kerusakan kulit, insisi pembedahan.
Tujuan : infeksi tidak terjadi/ terkontrol
Kriteria hasil : tidak ada tanda- tanda infeksi seperti pus, luka
bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda-tanda vital dalam batas
normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital
Rasional: mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama
bila suhu tubuh meningkat.
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik.
Rasional: mengendalikan penyebaran mikroorganisme
pathogen.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infuse,
kateter, drainase luka, dll.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial.
4) Jika di temukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional: penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari
normal bias terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Rasional: antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme
pathogen.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan faktor(kolaboratif):
traksi atau gibs pada ekstrimitas
Tujuan : tidak terjadi defisit perawatan diri
Kriteria hasil :tidak ada bau badan, tidak bau mulut, mukosa mulut
lembab, kulit utuh
Intervensi :
1) Berikan bantuan pada AKS sesuai kebutuhan, ijinkan pasien
untuk merawat diri sesuai dengan kemampuannya.
Rasional: AKS adalah fungsi-fungsi dimana orang normal
melakukan tiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Merawat untuk kebutuhan dasar orang lain
membantumempertahanka harga diri.
2) Setelah reduksi, tempatkan kantung plastik di atas ekstrimitas
untuk mempertahankan gibs/ belat/ fiksasi eksternal tetap
kering pada saat mandi. Rujuk pada bagian terapi fisik sesuai
pesanan untuk instruksi berjalan dengan kruk untuk ambulasi
dan dapat menggunakannya secara tepat.
Rasional: kantong plastik melindungi alat-alat dari kelembaban
yang berlebih yang dapat menimbulkan infeksi dan dapat
menyebabkan lunaknya gibs, hal ini menyiapkan pasien untuk
mendorong dirinya sendiri setelah dia pulang. Ahli terapi fisik
adalah sepesialis latihan yang membantu pasien dalam
rehabilitasi mobilitas.
f. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubunngan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh
Kriteria hasil: tanda-tanda mal nutrisi tidak ada
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Rasional: untuk mengetahui tingkat status nutrisi pasien
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan selama
waktu makan
Rasional: untuk meningkatkan nafsu makan.
3) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
Rasional: untuk mengurangi rasa mual.
4) Kaji factor yang dapat merubah masukan nutrisi seperti
anoreksi dan mual
Rasional: menyediakan informasi mengenai factor lain yang
dapat di ubah atau di hilangkan untuk meningkatkan masukan
diet.
5) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti mual
Rasional: mengurangi rasa mual pada pasien.
g. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
Tujuan: memperbaiki konsep diri
Kriteria hasil: pasien tidak minder dan malu dengan keadaan
sekarang
Intervensi:
1) Kaji respon dan reaksi pasien serta keluarga terhadap penyakit
dan penangananya
Rasional: Mengetahui bagaimana tanggapan pasien dan
keluarga terhadap penyakitnya sekarang.
2) Kaji hubungan pasien dengan anggota keluarganya
Rasional: Mengetahui adanya masalah dalam keluarga.
3) Kaji pola koping pasien dan keluarga pasien
Rasional: Mengetahui cara penyelesaian masalah dalam
keluarga
4) Diskusikan peran memberi dan menerima kasih sayang,
kehangatan dan kemesraan.
Rasional: seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap
individu tergantung pada tahap maturasi.
BAB III
KASUS
Seorang pasien wanita Ny.N 72 tahun dibawa ke UGD karena terjatuh dikamar
mandi pasien tidak bisa terbangun setelah terjatuh dan mengeluh nyeri dibagian
pinggul kanan dan paha atas. Skala nyeri 10 pasien tampak kesakitan bahkan
smpai menangis. Di UGD diberikan suntikan osmorphone hidroklorida kemudian
dibawa keruangan radiologi untuk dilakukan rontgen. Tampak kaki kiri lebih
pendek dari kaki kanan dan berotasi keluar. Nadi distal teraba kuat secara
bilateral. Kedua kaki teraba hangat. Tidak ada baal dikedua kaki, kaki kiri pasien
hanya bisa menggerakan jari-jari kaki. Kaki kanan masih mampu fleksi, ekstensi,
aduksi dan abduksi maupun rotasi. TTV BP 120/60 mmhg, Nadi 100x/menit RR
18x/menit Suhu 36.6oC, pemeriksaan lab HB 11 g/dl, leukosit 7000mm3 hasil
kimia darah dalam batas normal. Hasil pemeriksaan radiologi x-ray terlihat fraktur
femoral neck (fraktur leher femur). Saat ini pasien terpasang traksi 10lb (5 kg).
Satu minggu lagi akan dilakukan reduksi terbuka internal fiksasi. 2 tahun yang
lalu pasien terdiagnosa osteoporosis. Pasien mengatakan “apakah selamanya kaki
saya akan menggunakan beban seperti ini?”
A. Pengkajian
Pengumpulan data
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 72 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaaan : Ibu rumah tangga
Suku/bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa medis : fraktur femoral neck
Tanggal masuk Rs : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No.Medrec : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
b. Identitas Penanggungjawab
Nama :
Umur :
Hub dengan klien :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dibawa ke UGD karena terjatuh dikamar mandi pasien tidak
bisa terbangun setelah terjatuh dan mengeluh nyeri dibagian
pinggul kanan dan paha atas. Skala nyeri 10 pasien tampak
kesakitan bahkan smpai menangis. Di UGD diberikan suntikan
osmorphone hidroklorida kemudian dibawa keruangan radiologi
untuk dilakukan rontgen. Tampak kaki kiri lebih pendek dari kaki
kanan dan berotasi keluar. Nadi distal teraba kuat secara bilateral.
Kedua kaki teraba hangat. Tidak ada baal dikedua kaki, kaki kiri
pasien hanya bisa menggerakan jari-jari kaki. Kaki kanan masih
mampu fleksi, ekstensi, aduksi dan abduksi maupun rotasi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dua tahun yang lalu klien terdiagnosa osteoporosis
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak terkaji, data yang diharus dimasukan apakah keluarga
pernah memiliki penyakit yang sama atau tidak, dan dikaji apakah
keluarga mempunyai penyakit menular seperti TB, Hepatitis, serta
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, penyakit jantung
dan lainnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. General Survey
Tingkat kesadaran Klien compos mentis
TD :120/60 mmHg RR : 18x/menit
N :100x/menit S : 36,6oC
b. Pemeriksaan Antropometri
BB :tidak terkaji BMI : Tidak terkaji
TB : Tidak terkaji LLA : Tidak terkaji
e. Data Psikologis
1) Status Emosi
Pasien terus menerus menangis karena merasa kesakitan
2) Konsep Diri
a) Gambaran diri
Tidak terkaji, data yang harus dikaji apakah ada bagian
tubuh klien yang disukai atau tidak disukainya.
b) Identitas diri
Pasien seorang perempuan lanjut usia yang berumur 72
tahun
c) Peran diri
Tidak terkaji
d) Ideal diri
Tidak terkaji
e) Harga diri
Tidak terkaji
3) Pola Koping
Tidak terkaji
4) Gaya Komunikasi
Tidak terkaji
5) Data Sosial
Tidak terkaji
6) Data Spiritual
Tidak terkaji
f. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan x-ray didapatkan fraktur femoral neck (fraktur
leher femur).
g. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Nilai
Hasil Satuan Interpretasi
Pemeriksaan Rujukan
Hemoglobin 11 11-16 gr% Normal
6000-
Leukosit 7000 Rb/uL Tinggi
17000
h. Terapi
E. Evaluasi
Nama Pasien : Ny. N
No Medrec : Tidak terkaji
Ruangan : Tidak terkaji
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Intan Novita, Arofah. 2015. Diagnosis dan manajemen cidera olahraga [online].
Tersedia: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/4939/3729 [08
Oktober 2018]