Sunteți pe pagina 1din 5

Dipylidium caninum

Selain bertindak sebagai vektor penyakit, ektoparasit ini juga dapat bertindak sebagai inang

antara bagi parasit lain misalnya cacing pita pada anjing dan kucing (Diphylidium caninum) dan

larva cacing filarial anjing (Dipetalonema recondinatum) (Levine, 1990).

A. Etiologi

Infestasi parasit intestinal yang disebabkan Dipylidium caninum disebut dipylidiasis.

Cacing ini dikenal juga dengan nama lain flea tapeworm, double-pored tapeworm, cucumber

seed tapeworm atau common dog tapeworm. Penyakit ini disebabkan oleh cacing pita yang

umumnya termasuk dalam golongan Dipylidium. Cacing pita ini termasuk kedalam kelas

subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelminthes, genus dipylidiidae, spesies diiphilidium

caninum.

Klasifikasi taksonomi cacing dipylidium caninum:

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Order : Cyclophyllidea

Family : Dipylidiidae

Genus : Dipylidium

Species : D. caninum
B. Morfologi

Cacing Dipylidium caninum tinggal dalam usus halus anjing, memiliki panjang sampai

50 cm. Untuk melekat dan memperoleh makanan cacing tersebut dilengkapi dengan 4 penghisap

(Sucker) pada skoleksnya. Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris

hook. Serta kait-kait yang dapat ditarik ke dalam. Puluhan proglotid yang berbentuk oval

memiliki alat reproduksi hermaprodit yang memiliki 2 buah muara genital yang terletak

disebelah lateral. Di dalam proglotid mengandung telur dalam jumlah yang besar terdapat kapsul

telur yang berbentuk ovoid. Tiap kapsul terdapat telur sebanyak 3-30 butir. Telur yang

berdiameter 44-54 mikron mengandung embrio yang memiliki 6 kait dan bersifat motil

(onkosfer) (Subronto, 2006). Dalam satu kapsula terdapat 1-63 telur per paket.

C. Host intermediate

Spesies pinjal Ctenocephalides Spp dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang

paling sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes

antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur mengandung

sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga dapat

menginfeksi anjing beberapa kali (Subronto, 2006).

D. Siklus hidup

Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh

bersama feses anjing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif bergerak di daerah anus atau

jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi embrio akan termakan
oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di

dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan

tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi

infektif. Anjing yang tanpa sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing

Dipylidium sp. Di dalam usus akan mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi

usus halus dan lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa (Subronto, 2006).

E. Patogenesis

Selain menyebabkan rasa gatal di daerah anus karena keluarnya proglotid serta

rangsangan yang timbul oleh melekatnya proglotid tersebut. Rasa gatal tersebut akan

menyebabkan penderita menggosok gosokan bagian rektalnya di tanah. Penderita dengan infeksi

berat memperlihatkan gejala nafsu makan menurun dan berat badan yang menurun (Subronto,

2006).

F. Gejala Klinis

Cacing dapat mengakibatkan enteritis kronis, muntah dan gangguan syaraf (Foreyt,

2001). Rasa gatal di daerah anus yang diperlihatkan dengan menggosok-gosokan bagian yang

gatal tersebut serta berjalan dengan tubuh yang tegak merupakan petunjuk kuat untuk diagnosa

(Subronto, 2006).

G. Diagnosa Laboratorium

Dengan ditemukan proglotid di feses ataupun dengan identifikasi telur cacing dengan

pemeriksaan mikroskopis.
H. Pengobatan

Pyrantel merupakan obat cacing golongan tetrahydropyrimidin, derivat dari

imidazothiazole dengan rumus kimia yaitu E-1,4,5,6-tetrahydro-1-methyl-2-[2-(2-thienyl)vinyl]-

pyrimidine (Ganiswara, 1995) dengan garam pyrantel yang diproduksi adalah pamoat yang

berbentuk padat, relatif stabil dalam penyimpanan, namun dalam bentuk cairan jika terkena

cahaya matahari akan mengalami fotoisomerisasi sehingga tidak memiliki potensi sebagai obat

cacing dengan demikian bila telah dilarutkan harus segera dihabiskan. Pada hewan berlambung

tunggal, pyrantel segera diserap setelah pemberian dengan kadar puncak plasma tercapai dalam

2-3 jam.

Garam pyrantel pamoat larut dalam air, dan hal ini menguntungkan untuk membunuh

cacing yang hidup di usus posterior (Subronto, dan Tjahajati, 2008). Absorbsi pyrantel pada usus

tidak baik sehingga sifat ini memperkuat efeknya yang selektif pada cacing. Ekskresi sebagian

besar bersama tinja, dan kurang dari 15% diekskresikan bersama urin dalam bentuk utuh dan

metabolitnya. Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan dan bersifat sementara, misalnya

keluhan saluran cerna, demam dan sakit kepala (Ganiswara, 1995).

Praziquantel merupakan antihelmintes terutama cestoda yang merupakan derivat dari

pirazinoisokuinolin yang efektif terhadap cestoda dan trematoda. Praziquantel tidak berwarna

dan tersasa pahit.Terabsorbsi secara cepat pada pemberian secara oral dan dimetabolisme dalam

hepar sebelum di ekskresikan ke dalam empedu. Efektif untuk mengatasi parasit Dipylidium

caninum, T. pisiformis, dan E. granulosus. Jangan diberikan pada anjing atau anjing berumur 1 –

2 bulan (Rossof, 1994).

Efek anthelmentik praziquantel secara invitro, praziquantel diambil secara cepat dan

reversibel oleh cacing tetapi tidak dimetabolisme. Kerjanya cepat melalui dua cara. Pertama pada
kadar efektif terendah menimbulkan peningkatan aktivitas otot pada cacing karena holangnya ion

Ca intrasel sehingga timbul kontraksi dan paralisis spastik yang sifatnya reversible, yang

mungkin menyebabkan terlepasnya cacing dari tempatnya yang normal pada hospes. Yang

kedua, pada dosis terapi yang lebih tinggi praziquantel dapat menyebabkan terjadinya

vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan

hospes dipacu dan terjadi kematian cacing.

Pada pemberian oral absorbsinya baik, kadar maksimal dalam darah tercapai dalam

waktu 1-2 jam. Metabolisme obat berlangsung cepat melalui proses hidroksilasi dan konjugasi

sehingga kadar metabolit dalam plasma kira-kira 100 kali kadar praziquantel. Metabolitnya

sebagian besar diekskresikan bersama urin dan sedikit diekskresikan dalam bentuk utuh. Efek

samping segera timbul segera setelah diberi pengobatan seperti sakit perut, anoreksia, sakit

kepala dan pusing, namun efek ini hanya sementara dan ringan dan timbulnya tergantung

besarnya dosis.

S-ar putea să vă placă și