Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. Pengertian
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
sistem pernafasan bagian bawah yang bersifat epitelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkus. Penyakit ini jarang terjadi dan paling sering terjadi di daerah industri. Menurut
Susan Wilson dan june Thomson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak
terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
B. Etiologi
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu
85% dari seluruh kasus (wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasikan dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang di isap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
penghisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain didalam ruang tertutup, dengan resiko
terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat
dua kali.
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak didaerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Resiko kanker
paru diantara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru risiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.
g. Penyakit paru.
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.
C. Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum
Menurut price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu :
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh masa tumor. Batuk kering tanpa
membentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
1. Pengkajian
c. Integrasi ego : ansietas, takut akan kematian, menolok kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang.
f. Ketidak nyamanan/nyeri : nyeri dada, dimana dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago
sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri
abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan : batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya, peningkatan produksi
sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik,
serak, paralisis pita suara dan riwayat merokok. Dispnoe
meningkat dengan kerja peningkatan fremitus taktil,
krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang
mengalami lesi) hemoptisis.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas
sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
c. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli.
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan,
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan/ atau purulen.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien.
Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
Intervensi :
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0 – 10.
Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
Rasional: Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi. Rasional : Insisi
posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut,
distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan
mengatasinya.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi Rasional
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang
Intervensi :
Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels, mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels
adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas
Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari
“organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan
terapi.
Kurang informasi.
Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
Intervensi :
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang
jelas/ ringkas.
Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi. Rasional :
Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode