Sunteți pe pagina 1din 27

Journal Reading

Pembaruan pada Penanganan Rhinosinusitis Kronis


Diterjemahkan dari:
Update on the management of chronic rhinosinusitis
Oleh:
Abdurrahman Azzam G99172150 Anggit Triadiana G99172040
Asma Azizah G99162122 Dwi Pratika Anjarwati G99172064
Eldya Yohaningtyas G99162131 Lintang Daru Jati G99172103
Naila Izzatus Sa’adah G99162132 Ni’matul Mufidah G99162124
Sarah Azzahro G99172150 Yudhistira Hutomo G99181069

Pembimbing :
dr. Sarwastuti Hendradewi, Sp.THT-KL (K), M.Si Med

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT-KL


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD DR.Moewardi
Jumat, 9 November 2018
General Description
Critical Appraisal

Design: Review

Subject: Management of
chronic rhinosinusitis

Title: Interesting and clear

Authors: Written completely with


correspondence email

Abstract: Well arrange and clear

Introduction: Briefly explain the


background and research objectives
Level Of Evidence
1A (systematic review with homogeneity of Randomized Controlled Trials)

P-I-C-O Analysis V-I-A Analysis


Validity
• The references of this study are well-defined
• The method of this study was a article review, so the
chance for the occurrence of biases are high
Population: Importance
Management of chronic rhinosinusitis
Intervention: • The review provides an evidence-base instrument to assist in
topical and systemic medications for practical and clinical decision-making on cardiac rehabilitation
managementComparison:
of chronic rhinosinusitis to improve patient’s quality of life and reduce morbidity and
mortality
NoOutcome:
comparison
• The reader is confident in the truth of the results of this
Systemic antibiotics and steroids were a review because the authors had elaborated and analysed all
mainstay of treatment in the past, the focus is the results well, had published their original article, and had
now shifting toward topical therapy, improved also provided the correspondence address
nasal delivery systems, and novel
antiinflammatory therapies.
Applicability
• The review may be valuable to give management
of cardiovascular disease in clinical practice by
giving cardiac rehabilitation
Rhinosinusitis Kronis (RSK)
• merupakan peradangan mukosa hidung &
sinus paranasal dengan gejala  12 minggu
• Etiologi RSK  peradangan
• RSK  berdampak pada kualitas hidup
pasien
• Tidak ada standar manajemen RSK
• Antibiotik  yang paling banyak diresepkan
• Makalah ini memberikan ulasan ringkas
Abstrak

tentang bukti yang mendukung / menyangkal


agen terapeutik umum dalam pengelolaan
RSK
RSK
Rhinosinusitis kronis (RSK) didiagnosis
ketika gejala sinonasal spesifik ≥ 12
minggu dikonfirmasi oleh nasoendoskopi
/ radiografi
Pendahuluan

American Academy of Otolaryngology – Head and Neck


Surgery criteria
• ≥12 minggu durasi ≥ 2 berikut: Drainase mukopurulen
• Obstruksi hidung
• Nyeri wajah/tekanan/terasa penuh
• Penurunan penciuman
DAN
Peradangan dengan satu atau lebih kriteria obyektif
 Endoskopi: pus, edema mukosa atau polip
 Pencitraan menunjukkan peradangan sinus paranasal
Etiologi

Faktor host sistemik

Faktor host lokal

Faktor lingkungan
• 1. Alergi • 1. Anatomi • 1.
• 2. Imunodefisiensi • 2. Neoplasma Mikroorganis
me (bakteri,
• 3. Disfungsi • 3. Terkena
jamur, virus)
mukosiliar disfungsi
Pendahuluan

mukosiliar • 2. Iritasi
• 4. Kistik fibrosis
bahan kimia
• 5. Penyakit • 4. Riwayat
trauma/operasi • 3. Obat-
granulomatosa
sebelumnya obatan
• 6. GERD
• 7. Intoleransi
aspirin
Klasifikasi RSK
• RSK dengan polip hidung
 Edema jaringan tumor growth factor-β rendah &
aktivitas T-reg yang rendah
 Tingginya osinofilia jaringan dan IgE; peningkatan IL-5
Pendahuluan

dan IL-13 (Th2 polarization)


• RSK tanpa poling hidung
 Fibrosis, lebih sedikit infiltrasi eosinofilik
 Peningkatan interferon-γ, tumor growth factor-β & T-
reg activity (Th1 polarization)
Terapi
• Terapi medis diarahkan pada pengobatan etiologi,
serta peradangan yang dihasilkan.
• Agen terapeutik sistemik dan topikal  kortikosteroid,
antimikroba, & immunomodulating.
• Penggunaan kortikosteroid dan anti-antibiotik jangka
panjang  efek buruk, interaksi obat, & resistensi
antimikroba.
Pendahuluan

• Saat ini banyak agen terapeutik yang dapat langsung ke


rongga sinonasal dengan berbagai metode, seperti
irigasi, semprot, dan aerosol.
• Makalah ini akan memberikan ringkasan singkat
tentang strategi berbasis bukti yang ada dan sedang
muncul untuk mengobati RSK.
• AS  1 dari 7 dewasa menderita RSK 
15% -16%

• Studi dari Kanada, Korea, Skotlandia, Eropa, dan Sao


Paulo  prevalensi RSK berkisar dari 1% -11%.
• Swedia, Korea, Finlandia, Perancis melaporkan
prevalensi RSKdPH  0,5% - 4,3%.
• Prevalensi polip yang ditemukan terbanyak di blok
Epidemiologi

nasoethmoidal
• Prevalensi ♂=♀
• Polip hidung terjadi di semua ras dengan rata-rata
usia onset adalah 42 tahun.
• Etiologi / faktor yg mempengaruhi
– Faktor host sistemik
– Faktor host lokal
– Faktor lingkungan
• RSK dengan polip  eosinofilia jaringan, Th-2 dan sitokin
(interleukin [IL] -5 & IL-13) >>> serta sumbatan hidung &
penciuman <<<
• RSK tanpa polip  Th-1 >>> dan infiltrasi eosinofilik <<<
• Kerusakan pada koordinasi barier mekanis  kolonisasi S.
aureus @ mukosa sinonasal
• Ketidakmampuan silia pada sinonasal untuk mengalirkan
mucus yang kental menyebabkan RSK.
Etiologi

• Kondisi lain yg bisa menyebabkan RSK: sindrom


Kartagener, dyskinesia silia primer, dan kistik fibrosis.
• Kausa pathogen: Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter,
dan Staphylococcus
• RSK didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan
evaluasi obyektif.
• 12 m; inggu
• KlinisObstruksi nasal, tekanan pada wajah / kongesti
/ rasa penuh di wajah, keluarnya cairan hidung, dan
hyposmia
• Endoskopi hidung : sekret mukopurulen, polip
hidung atau perubahan polipoid, dan / atau edema
Diagnosis

mukosa yang menghalangi meatus media.


• Gold standar CT SCAN  penebalan mukosa yang
terisolasi atau difus, perubahan tulang, atau tingkat
udara-cairan.
Standar Pengobatan

1. Topikal
2. sistemik
Intranasal Saline
• Distribusi obat topikal ke sinus yang tidak
dioperasi terbatas yakni kurang dari 2% dari
total volume irigasi mencapai penetrasi sinus
pada RSK dengan edema mukosa.
• Intranasal saline: bermanfaat <<< gejala RSK
Terapi Topikal

• Secara keseluruhan, irigasi salin hidung dapat


ditoleransi dengan baik.
• Efek samping: ketidaknyamanan hidung,
drainase, epistaksis, sakit kepala, dan otalgia.
• Sebagian besar penelitian menunjukkan gejala
dan kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan meningkatdengan penggunaan.
Steroid Topikal
• Steroid topikal sinonasal  efek anti inflamasi
lokal, sehingga meminimalisasi efek sistemik.
• Efek lain  perbaikan gejala, penampilan
endoskopik dan mengurangi ukuran polip.
• Efek samping jarang terjadi epitaksis, hidung
kering, iritasi nasal, sakit kepala dan batuk
• Contoh: fluticasone proprionate, mometasone
furoate, ciclesonide, budesonide, flunisolide,
fluticasone furoate, beclomethasone
Topikal

dipropionate monohydrate, and triamcinolone


acetonide.
Antibiotik topikal
• Ha et al. Studi mereka menunjukkan
mupirocin mampu mengurangi massa
biofilm S. aureus hingga lebih dari 90%.
• Siprofloksasin dan vankomisin sebagian
besar tidak efektif pada konsentrasi dalam
kisaran dosis aman.
Topikal
Strategi baru dalam terapi topikal
• Surfaktan  untuk mengurangi tegangan
permukaan air dan fungsi nya untuk melarutkan
biofilm
• NaCl + baby shampoo  penghambatan
pembentukan biofilm spesies Pseudomonas secara
in- vitro
• Xylitol dalam air sebagai irigasi hidung 
perbaikan pada gejala sinonasal
• Bilas hidung dengan natrium hipoklorit 0,05%
dalam garam dua kali sehari selama 3  perbaikan
yang signifikan dalam gejala dan penampilan
Topikal

nasoendoskopi. Efektif terhadap S. aureus dan


Pseudomonas aeruginosa
TERAPI SISTEMIK  Steroid Oral
Antibiotik Oral
• Lini 1  amoksilin-klavulanat dan sefalosporin
generasi kedua atau ketiga.
• Lini 2  Kuinolon. membantu untuk kasus – kasus
refrakter
• makrolid sering menjadi antibiotik pilihan dalam
terapi jangka panjang RSK. memiliki efek antiinflamasi
dan efek imunomodulator yang mirip dengan
glukokortikoid
• efek samping AB sistemik  sakit perut, diare, kolitis
Sistemik

Clostridium difficile, anafilaksis, ruam, tendinitis, dan


ruptur tendon. Beberapa efek ini dapat diperparah
dengan penggunaan steroid oral yang bersamaan
Antibiotik Oral
Sistemik
Anti jamur
• RCT terdahulu  amfoterisin topikal
akan bermanfaat
• Meta analisis terbaru  tidak ada
manfaat yang signifikan secara statistik
dari anti jamur topikal maupun sistemik
Sistemik
Antagonis leukotrien
Kemunculan strategi dalam terapi
• Mostafa et al. merandom 40 pasien RSKdPH menjadi
kelompok dengan perlakuan 10 mg monteleukast dan
kelompok dengan spray hidung beclomethasone setiap hari
selama 1 tahun  tidak ada perbedaan frekuensi
kekambuhan penyakit dan perbaikan gejala keseluruhan
yang lebih besar dengan beclomethasone.
• RCT lain memisahkan 38 pasien RSKdPH  1) prednisolon
oral selama 14 hari ditambah spray hidung budesonide
selama 8 minggu. 2) perlakuan yang sama dengan
penambahan 10 mg monteleukast oral.  Penambahan
monteleukast gagal menunjukkan adanya efek yang
signifikan pada skor gejala keseluruhan, meskipun
pengurangan sakit kepala, nyeri wajah, dan bersin mencapai
signifikansi.
sistemik
Kemunculan strategi dalam terapi Terapi Anti Ig-E
• tingkat IgE total dalam sekresi hidung,
polip hidung homogenisasi dan serum
darah >>>
• Omalizumab adalah antibodi
monoklonal yang selektif mengikat IgE
manusia dan mengurangi tingkat
serum dan jaringan
• RCT  tidak menunjukkan signifikan
sistemik

perbedaan dalam kekeruhan sinus


Kemunculan strategi dalam terapi Terapi anti-IL-5
• IL-5 telah ditemukan secara signifikan
meningkat pada pasien dengan polip hidung
• Mepolizumab dan reslizumab adalah anti-IL-5
monoklonal
• RCT terkontrol plasebo dg 30 pasien polip
hidung berat yang refrakter terhadap terapi
kortikosteroid  disuntik mepolizumab 
penurunan yang signifikan secara statistik
dalam ukuran polip hidung untuk setidaknya 1
bulan
• reslizumab di RSKdPH pasien tidak mengalami
sistemik

perbaikan gejala yang signifikan atau skor polip


hidung
Kemunculan strategi dalam terapi Desensitisasi aspirin
• Penelitian aspirin 100 mg & 300 mg
aspirin harian.  1 tahun terapi  semua
pasien dalam 100 mg kelompok
mengalami polip hidung berulang 
sedangkan tidak ada pasien dalam
kelompok 300 mg memiliki polip nasal
berulang.
• Risiko desensitisasi aspirin oral termasuk
hipersensitivitas berat, anafilaksis, dan
sistemik

gastrointestinal efek samping.


• operasi sinus endoskopi (ESS) 
pemberantasan jaringan inflamasi dan
Bedah sinus endoskopi

osteitis, implementasi saluran drainase


dan ventilasi yang memadai, pemulihan
fungsi mukosiliar, penciptaan akses
untuk topical obat, pengurangan
eksaserbasi akut dan sistemik
penggunaan obat, dan peningkatan
kualitas hidup.
• Antibiotik sistemik dan steroid adalah andalan
pengobatan RSK di masa lalu
• Fokus kini  bergeser ke arah topikal terapi,
peningkatan sistem pengiriman hidung, dan
antiinflamasi baru. Pengembangan potensi mikroba
resistensi tetap menjadi perhatian yang bermanfaat
pada pasien yang diobati dengan agen antimikroba
berulang atau berkepanjangan.
• Imunomodulator, seperti antibodi anti-IgE dan anti-IL5,
adalah daerah menjanjikan dari penelitian yang sedang
berlangsung.
Kesimpulan

• Operasi berperan penting dalam mengatasi


kekambuhan, menghasilkan peningkatan kualitas hidup
dan membantu dalam manajemen medis yang agresif
‫ب ا ْلاََلَ ّمَ َ‬
‫ا ْ ه َ ّ‬
‫ر‬ ‫َلِل‬
‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫م‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ل‬
‫‪Terima Kasih‬‬

S-ar putea să vă placă și