Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi
keguruan dan kependidikan. Meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
secara lebih baik. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam pemecahan
adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi
atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Sedangkan Sumarno
1
2
siswa.
masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) pemecahan masalah
meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam
yang harus dimiliki siswa, karena pemecahan masalah memberikan manfaat yang
besar kepada siswa dalam melihat relevansi antara matematika dengan mata
pelajaran yang lain, serta dalam kehidupan nyata. Siswa dikatakan mampu
pemecahan masalah matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar
matematika untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum
membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam
siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar matematika itu tidak mencapai
berbagai hasil penelitian, antara lain diperoleh beberapa kesimpulan berikut. (1)
Strategi pemecahan masalah dapat secara spesifik diajarkan. (2) Tidak ada
satupun strategi yang dapat digunakan secara tepat untuk setiap masalah yang
dihadapi. (3) Berbagai strategi pemecahan masalah dapat diajarkan pada siswa
menggunakan strategi yang sama dan diikuti dengan diskusi mengapa suatu
strategi hanya sesuai untuk masalah tertentu. (4) Siswa perlu dihadapkan pada
(subgoaling), dan algoritma. (3) Analisis terhadap hasil akhir (means and
mencakup aspek: (1) Memahami masalah yaitu menentukan hal yang diketahui
dalam soal dan menentukan hal yang ditanyakan. (2) Merancang model
tidak rutin atau soal cerita, yaitu soal untuk prosedur yang benar diperlukan
pemecahan masalah yang masih kurang perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui
tolak ukur untuk menilai keberhasilan mengajar adalah menggunakan hasil yang
dicapai peserta didik dalam belajar. Tentu saja penilaian hasil belajar ini
nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari guru dengan bertanya,
Untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan keaktifan dari guru dan
siswa. Akan tetapi keaktifan antara guru dan peserta didik ini belum tampak
hasil observasi awal di kelas XII IS 2 yang dilakukan oleh penulis, peserta didik
masih terlihat pasif dalam proses belajar mengajar. Ketika ada materi yang kurang
dipahami, sebagian besar peserta didik memilih untuk diam dan tidak bertanya.
Sehingga hal ini mengesankan bahwa seolah pembelajaran hanya berpusat pada
guru (teacher centered) saja, padahal seharusnya berpusat pada peserta didik
(student centered).
Hal ini berpengaruh pada hasil belajar peserta didik, terbukti dari 40 orang
peserta didik hanya 12 orang saja yang dinyatakan lulus ulangan harian sesuai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika yaitu 70, sisanya
remedial. Hal ini diperkuat kenyataan bahwa menurut Tilaar (dalam Asmani,
2016: 16) salah satu hal yang menjadi kelemahan dalam pendidikan adalah peserta
didik tidak pernah diajarkan atau dibiasakan untuk bersikap kreatif dan inovatif
(Sani, 2014:vii). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dengan
kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Menurut Shoimin (2016:130) model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau dalam istilah asingnya Problem Based
nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar kritis dan keterampilan
Selain itu, ada juga model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan
dapat proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
matematis siswa antara model Problem Based Learning dengan kooperatif tipe
1. Peserta didik masih terlihat pasif dalam proses belajar mengajar, sebagian
3. Hasil belajar peserta didik rendah, dari 40 orang peserta didik hanya 12
orang saja yang dinyatakan lulus ulangan harian sesuai Kriteria Ketuntasan
Penulis membatasi penelitian ini pada hasil belajar siswa materi peluang,
dengan penerapan model problem based learning dan kooperatif tipe STAD pada
1. Bagi sekolah, dapat menjadi acuan untuk dapat mengembangan potensi peserta
didik sehingga memacu guru-guru lainnya agar dapat melakukan penelitian dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
secara sistematir dengan standar dan ukuran evaluasi yang jelas dan tegas. Oleh
sekolah merupakan suatu kesatuan utuh yang tidak mungkin bersifat terpisah dan
acak. Salah satu dasar proses pembelajaran yang mesti dipahami secara teori
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti
(Sadiman, 2008: 2). Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan manusia
terjadi proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau
tidak disadari (Sardiman, 2009: 19). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Sardiman menjelaskan, dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu
hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan
pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal,
proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja agar
Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik
dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh menyangkut aspek kognitif,
menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008: 11) merupakan proses manusia untuk
sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dengan demikian, belajar dapat
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya.
Adapun beberapa hal pokok dalam belajar antara lain sebagai berikut: 1) Belajar
perubahan yang relatif mantap, 4) Tingkah laku yang alami karena belajar
terhadap makna dan hakikat mengajar. Pandangan pertama melihat dari segi
yang belajar.
kepada siswa atau anak didik (Sardiman, 2009:47). Jadi siswa dianggap sebagai
obyek belajar, siswa hanya menerima (pasif) apa yang diberikan guru. Sebaliknya
peranan guru sangat menentukan, itulah sebabnya pandangan ini sering disebut
Pandangan yang kedua melihat mengajar dari sudut siswa yang belajar
seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2009: 3): Mengajar adalah membimbing
yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa
yang belajar (student centered), juga melihat hakekat mengajar sebagai proses,
yakni proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar
siswa.
pengetahuan itu kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi seuatu
12
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 2009: 47). Kondisi
optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian
mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar
itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan
guru dan berpusat kepada peserta didik dalam aplikasinya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran yang Berpusat Pada Guru dan Berpusat
Pada Siswa
Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan Peserta didik sebagai sentral
bersifat didaktis dan bersifat interaktif
Peran guru Menyampaikan fakta-fakta, Kolaboratif, kadang-kadang
guru sebagai ahli peserta didik sebagai ahli
Penekanan Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi
pembelajaran dan temuan
Konsep Akumulasi fakta secara Transformasi fakta-fakta
pengetahuan kuantitas
Penampilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman,
keberhasilan penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Portofolio, pemecahan
masalah, dan penampilan
Penggunaan Latihan dan praktik Komunikasi, akses,
teknologi kolaborasi, ekspresi
Sumber: Warsita (2008:130)
13
stimulus dan respon, merupakan hubungan dua arah antara belajar dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif, sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta
hari.
memecahkan masalah.
14
a. Mengidentifikasi masalah,
b. Mengumpulkan data,
c. Menganalisis data,
Aplikasi tahapan-tahan di atas dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:
berpikir kritis, inovatif, meningkatkan motivasi dari dalam diri peserta didik
hayat.
belajar tidak tergantung pada kehadiran guru namun tergantung pada motivasi
a. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dan memandang masalah yang
akan diselidiki adalah sulut, maka mereka akan enggan untuk mencoba.
secara matang strategi ini, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
diartikan sabagai belajar bersama-sama, saling membantu antara sati dengan yang
lain, dan memastikan bwah setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan
atau menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Menurut Shoimin (2014: 45)
belajar dalam kelompok kecil dengan memiliki tingkat kemampuan berbeda dan
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran.
anggota yang dibatasi sekitar 4 hingga 5 orang secara heterogen dan diawali
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain, dan atau melakukan diskusi.
18
Tahap 1: Pengajaran. Pada tahap ini, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya
dengan format cermaha-diskusi. Siswa diajarkan tentang apa yang akan mereka
Tahap 2: Tim Studi. Tahap ini para anggota kelompok bekerja secara kooperatif
untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh
guru.
Tahap 3: Tes. Tahap ini siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru
memberikan nilai kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta
hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan
Tahap 4: Setiap tim menerima penghargaan bergantung pada nilai skor rata-rata
tim.
b. Guru memberikan tes/kuisi kepada setiap siswa secara individu sehingga akan
d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah
materi. Bahan dan tugas tugas dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar
Menurut Sardiman (2009:28) secara umum tujuan belajar itu ada tiga
yaitu:
kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain
Dalam menumbuhkan setiap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
Dalam pendidikan hasil merupakan tujuan dari belajar adalah faktor yang
mempelajari suatu materi pelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam
menyerap suatu ilmu yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. Arikunto
mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga Hamalik
(2008: 35) mengemukakan hasil belajar adalah hasil interaksi baik dalam diri
21
individu maupun dari luar individu yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil kerja yang mempunyai tujuan yang telah
ditetapkan. Karena belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang
lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan
Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan
pengajaran.
ini hanya di batasi pada kemampuan kognitif saja yaitu pada tingkatan mengenal,
a. Menemukan masalah
Pada tahap ini, guru memberikan permasalahan yang diangkat dari latar
kehidupan sehari-hari siswa, yang bersifat tidak terdefinisi dengan jelas (ill-
secara cermat terhadap permasalahan dan fakta yang diberikan guru. Misalnya:
Bayangkan anda melempar koin satu kali, maka peluang mendapatkan sisi
Gambar ialah ½ = 0,5. Mengapa dibagi dua? Dibagi dua karena kemungkinan
kejadian yang terjadi hanyalah dua yaitu sisi Gambar atau Angka. Peluang sebesar
0,5 ini disebut sebagai peluang teoretis dimana pelemparan koin yang dilakukan
hanya satu kali. Dalam suatu percobaan, misalnya, kita hendak melakukan
pelemparan koin sebanyak 10 kali dan mendapatkan sisi Gambar sebanyak 4 kali.
sisi Gambar yaitu = 0.4, yang ternyata tidak sesuai dengan peluang teoretis
23
b. Mendefinisikan masalah
Perhatikan bahwa:
Jadi, peluang dapat diukur secara frekuensi relatif ketika percobaan dilakukan
perulangan beberapa kali, seperti dalam contoh pelemparan koin yang dilakukan
dalam beberapa kali perulangan. Karenanya, peluang suatu kejadian dapat diukur
c. Mengumpulkan fakta
Misalkan A sebagai kejadian yang ingin kita lihat, maka peluang frekuensi relatif
yang ada, serta menggunakan kecerdasan majemuk untuk menyusun hipotesis dan
Flu. Hitunglah berapa peluang didapati warga yang terjangkit penyakit Flu dari 60
e. Melakukan penyelidikan
Ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa dalam belajar matematika, yaitu
objek langsung dan objek tidak langsung. Untuk mengetahui apakah kedua objek
tersebut telah diperoleh siswa dapat dinilai dari hasil belajar matematika siswa.
hasil belajar matematika adalah skor tentang hasil belajar untuk tes yang
kognitif. Menurut para ahli hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
26
Adapun metode pembelajaran termasuk dalam faktor eksternal, maka setiap guru
untuk siswa dan materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok
kelas dilakukan oleh siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi
siswa, dimulai dengan pemberian masalah yang memiliki konsep dunia nyata
diduga siswa akan mengingat konsep temuan mereka dan konsep yang digunakan
learning berpengaruh terhadap hasil belajar pada materi peluang di kelas XI SMA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
Jumlah Siswa kelas XI adalah 185 siswa yang terdiri atas 5 kelas dan setiap kelas
28
ciri-ciri antara lain siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama,
siswa yang dijadikan subjek duduk pada kelas yang sama dan pembagian kelas
tidak ada kelas unggulan atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa populasi
homogen.
No Kelas Jumlah
1 X-1 37
2 X-2 37
3 X -3 37
4 X -4 37
5 X-4 37
Jumlah 185
3.2.2 Sampel
subjek dan seluruh kelas sesuai dengan jumlah siswa. Kemudian peneliti
menuliskan setiap nomor pada kertas kecil yang selanjutnya digulung. Kemudian
kelas yaitu XI-1 dan X-3 yang dipilih dijadikan kelas penelitian eksperimen dan
kontrol.
Ada dua jenis desain penelitian berdasarkan baik buruknya eksperimen dan
sebenarnya). Eksperimen ini sering disebut juga dengan istilah quasi experiment
karena dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Ada tiga jenis
design yang dimasukkan dalam kategori pre experimental design yaitu one shot
case study, pre test and post test, dan state group comparison.
Dilihat dari ketiga kategori di atas dalam penelitian ini menggunakan pre
test and post test design. Dalam penelitian ini perlakuan yang akan diberikan
dengan cara membandingkan antara hasil pre test dan post test yang telah
Keterangan:
kontrol
kontrol
30
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes, Jumlah soal terdiri
atas 5 soal. Uji coba tes hasil belajar matematika digunakan untuk mengetahui
validitas butir soal, reliabilitas instrument, daya pembeda soal dan tingkat
kesukaran soal.
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukau uji kelayakan
1) Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
item/butir. Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan
N xy x y
Rxy =
{N x 2 x }{N y 2 y }
2 2
Keterangan :
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item
Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item menurut Riduwan (2009:98)
adalah:
2) Reliabilitas
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila
n S pq
2
r11
n 1 S2
Keterangan:
n = banyaknya item
(Riduwan,2009:108).
3) Indeks Kesukaran
32
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga
tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan
kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
rumus :
B
P
Js
Keterangan :
antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang
membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang
BA BB
D= − = PA − PB
JA JB
Keterangan :
33
BA
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JA
BB
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JB
sebagai berikut:
Butir soal yang dipakai adalah yang mempunyai nilai D baik dengan
indeks 0.40 – 0.70 dan baik sekali dengan indeks 0.70 – 1.00.
1. Pre Test
34
mengerjakan soal dalil Phytagoras sebelum tindakan dilakukan. Hasil dari pre-tes,
2. Tindakan
3. Post-test
diberikan. Kemudian data yang diambil dari test ini dibandingkan dan dianalisis.
4. Skor
diberi nilai.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Teknik
analisis data ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan di
depan. Selain uji t, digunakan pula analisis data lain yaitu uji F, metode Lilliefors
dan metode Barlett. Uji F digunakan untuk menguji keseimbangan hasil belajar
dan metode Barllett digunakan untuk menguji prasyarat analisis yaitu normalitas
1) Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan
statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang
independen.
a. Hipotesis
𝑆2
𝐹 = 𝑆12
2
F(n1-1,n2-1)
d. Daerah kritik
DK = {FF>F (n1-1,n2-1)}
e. Keputusan uji
f. Kesimpulan
(Budiyono, 2004:151)
2) Uji Prasyarat
Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
36
populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Statistik Uji
𝑋𝑖−𝑋̅
Dimana 𝑧𝑖 = 𝑠
3. Keputusan Uji
(Budiyono, 2004:170-171)
Uji Homogenitas
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dalam Budiyono
k
2,203
2
𝑥 = (f log RKG − ∑ fj log sj2 )
c
j=1
Dengan :
k = banyaknya populasi
N = cacah semuapengukuran
j = 1,2,...,k
37
2. Keputusan Uji
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dalam
𝑥𝑖−𝑥̅
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
Dimana:
S = Variansi gabungan
Dimana:
S2 = Variansi gabungan
𝑥𝑖−𝑥̅
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
Dimana:
S = Variansi gabungan
Keterangan:
Kriteria:
1. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata tidak berbeda jika thitung <
ttabel
2. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata berbeda jika thitung > ttabel
39
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-
Ruzz Media.
Novel, SS. 2015. Kuasai Materi Matematika SMA/MA Kelas X, XI, XI. Jakarta:
Grasindo.
Lampiran 1:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Tujuan Pembela\jaran
o Peserta didik dapat Menentukan banyak kemungkinan kejadian dari
berbagai situasi. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
o Menuliskan himpunan kejadian dari suatu percobaan. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
B. Materi Ajar
Percobaan, ruang sampel, dan kejadian.
C. Metode Pembelajaran
PBL
Strategi Pembelajaran
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Menentukan Mendaftar titik-titik Siswa dapat
41
D.Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
Pendahuluan
Apersepsi :
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menentukan ruang sampel suatu
percobaan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru
(selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi
yang berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian contoh-contoh
materi untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif,
dsb) mengenai cara menentukan ruang sampel suatu percobaan,
kemudian antara peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut
(Bahan : buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas
XI Semester Ganjil Jilid 2A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 130-
131 mengenai percobaan, ruang sampel, dan kejadian). (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
cara menentukan ruang sampel suatu percobaan. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
c. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket pada hal. 131-134 mengenai penentuan ruang sampel suatu
percobaan. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif,
Kerja keras. Demokratis.);
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
d. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai penentuan ruang
sampel suatu percobaan dari Aktivitas Kelas dalam buku paket hal. 134
sebagai tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
e. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-
soal dari Aktivitas Kelas dalam buku paket pada hal. 134. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
Konfirmasi
42
F. Penilaian
Teknik : tugas individu.
Bentuk Instrumen : uraian singkat.
Contoh Instrumen :
Dari 6 ahli kimia dan 5 ahli biologi, dipilih 7 anggota untuk sebuah panitia,
di antaranya 4 adalah ahli kimia. Banyaknya cara yang dapat dilakukan
dalam pemilihan itu adalah……
a. Aspek Afektif
Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang
b. Aspek Psikomotorik
Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang
a. Aspek Kognitif
5. Suatu panitia terdiri dari 6 orang yang dipilih dari 12 orang laki-laki dan
9 orang wanita. Tentukan peluang bahwa panitia itu harus terdiri dari
laki-laki dan wanita dengan perbandingan sama!
(skor soal 30)
C(12,6)
= 220 x 84 = 18480
108528 108528
Jadi, peluang terpilihnya 3 putri dan 2 putra adalah 18480
108528
46
V. SKENARIO PEMBELAJARAN
a. Langkah pembelajaran 1
Pembukaan (salam)
Guru membentuk kelompok secara heterogen dimana setiap kelompok
terdiri dari sekitar 4 siswa.
b. Langkah pembelajaran 2
Guru menyajikan pelajaran atau meteri pokok yang akan dipelajari
melealui percobaan dan teori.
Melalui percobaan
Masing-masing kelompok membawa dadu dan uang logam, kemudian
melakukan percobaan sebagai berikut;
1. Percobaan : pelemparan sebuah uang logam
Hasil yang mungkin : Angka (A) atau Gambar (G)
Oleh karena itu ruang sampel = S = {A,G}
47
Mata Dadu
1 2 3 4 5 6
Mata Uang
A (A,1) (A,2) (A,3) (A,4) (A,5) (A,6)
G (G,1) (G,2) (G,3) (G,4) (G,5) (G,6)
Ruang sampel : S = {(A,1), (A,2), (A,3), (A,4), (A,5), (A,6), (G,1),
(G,2), (G,3) ,(G,4), (G,5), (G,6)}
Banyaknya titik sampel = 12, maka n(S) = 12
Kejadian munculnya mata dadu 3 adalah {(A,3), (G,3)}, maka
elemennya=2
Jadi peluang muncul mata dadu 3 = 2
12
Kejadian munculnya angka dan mata dadu berangka ganjil adalah :
{(A,1), (A,3), (A,5)}, maka elemennya = 3
Jadi peluangnya = 3
12
Melalui Teori
Peluang suatu kejadian adalah suatu nilai yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan bahwa kejadian itu akan terjadi, dan
nilainya dinyatakan dengan :
P(A) = n(A)
n(S)
P(A) = peluang terjadinya A
n(S) = banyaknya elemen pada suatu
48
kejadian A
n(A) = banyaknya titik sampel pada ruang sampel
contoh.
Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, 6 bola berwarna hijau , 3
berwarna merah dan 3 berwarna kuning. Bila diambil 4 bola
sekaligus secara acak berapa peluang terambil :
a. keempatnya berwarna hijau
b. 2 bola berwarna merah dan 2 bola berwarna kuning
Penyelesaian :
n(S) = banyaknya kemungkinan yang terjadi pada pengambilan 4
bola dari 12 bola yang tersedia
n(S) = C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8 ! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
a. n(A) = C(6,4) = 6! = 6.5.4! = 15
2! 4! 2.1.4!
Jadi, P(A) = n(A) = 15 = 1
n(S) 495 33
c. Langkah pembelajaran 3
Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara kelompok
Misal :
1. Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 5 bola putih. Jika 2 bola diambil
sekaligus dari kantong secara acak. Tentukan peluang terambilnya kedua
bola itu merah!
2. Dalam almari terdapat 4 kaos hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos merah. Bila
diambil 2 kaos sekaligus secara acak berapa peluang terambilnya 1 kaos
hitam dan 1 kaos merah !
d. Langkah pembelajaran 4
Bagi kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya, maka salah
satu dari anggota kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada
semua anggota lain sampai semuanya memahami.
49
e. Langkah pembelajaran 5
Guru memberi soal yang dikerjakan secara individu, dan saat
menjawab tidak boleh saling membantu.
Misal :
Suatu perusahaan akan menerima 4 pegawai baru untuk mengisi
kekosongan. Jika terdapat 5 pelamar pria dan 7 pelamar wanita, maka
tentukan bahwa :
a. yang terpilih 1 pria dan 3 wanita
b. yang terpilih semuanya pria
f. Langkah pembelajaran 6
Penyelesaian Soal
Jawaban soal kelompok :
1. n(S) = C(9,2) = 9 ! =.9.8.7! = 36
7! 2! 2.1.7!
n(A) = C(4,2) = 4! = 4.3.2! = 6
2! 2! 2.1.2!
Jadi, P(A) = n(A) = 6 = 1
n(S) 36 6
g.Langkah pembelajaran 7
Penutup
a. Aspek Afektif
Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang
b. Aspek Psikomotorik
Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
51
E = Amat Kurang
d. Aspek Kognitif
Lampiran 3:
LEMBAR VALIDASI SOAL SIKLUS I
d. 1, 2, 3, 4, 5, atau 6
C1: Pengetahuan
C2: Pemahaman Validator,
C3: Penerapan
VTR: Valid Tanpa Revisi
VDR: Valid Dengan Revisi
TV: Tidak Valid
................................
54
Lampiran 4:
SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, 6 bola berwarna hijau , 3 berwarna merah
dan 3 berwarna kuning. Bila diambil 4 bola sekaligus secara acak berapa peluang
terambil :
a. keempatnya berwarna hijau
b. bola berwarna merah dan 2 bola berwarna kuning
2. Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 5 bola putih. Jika 2 bola diambil
sekaligus dari kantong secara acak. Tentukan peluang terambilnya kedua bola itu
merah!
3. Dalam almari terdapat 4 kaos hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos merah. Bila
diambil 2 kaos sekaligus secara acak berapa peluang terambilnya 1 kaos hitam
dan 1 kaos merah !
Lampiran 5:
PEDOMAN PENSKORAN
1. Penyelesaian :
n(S) = banyaknya kemungkinan yang terjadi pada pengambilan 4
bola dari 12 bola yang tersedia
n(S) = C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8 ! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
a. n(A) = C(6,4) = 6! = 6.5.4! = 15
2! 4! 2.1.4!
Jadi, P(A) = n(A) = 15 = 1
n(S) 495 33
C1: Pengetahuan
C2: Pemahaman
C3: Penerapan