Sunteți pe pagina 1din 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan

yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi

keguruan dan kependidikan. Meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai

belum sepenuhnya memberikan kepuasan sehingga menuntut pemikiran dan kerja

keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang

bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek kemampuan matematika

seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,

penggeneralisasian, komunikasi matematik dan lain-lain dapat dikembangkan

secara lebih baik. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam pemecahan

masalah antara lain adalah mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan,

menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

Menurut Solso (dalam Mawaddah, 2015:166), pemecahan masalah

adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi

atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Sedangkan Sumarno

(dalam Marliani, 2015:136) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan

menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan

1
2

matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan

atau menciptakan atau menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang

dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan masalah matematika tampak

adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap

siswa.

Menurut Branca (dalam Sumartini, 2016:12) Kemampuan pemecahan

masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) pemecahan masalah

merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah yang

meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam

kurikulum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar

dalam belajar matematika.

Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Yurmayani

(2016:13) merupakan kemampuan dimana siswa berupaya mencari jalan keluar

yang dilakukan dalam mencapai tujuan, juga memerlukan kesiapan, kreativitas,

pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan

yang harus dimiliki siswa, karena pemecahan masalah memberikan manfaat yang

besar kepada siswa dalam melihat relevansi antara matematika dengan mata

pelajaran yang lain, serta dalam kehidupan nyata. Siswa dikatakan mampu

memecahkan masalah matematika jika mereka dapat memahami, memilih strategi

yang tepat, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian masalah. Kemampuan

pemecahan masalah matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar

matematika untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum

pengajaran matematika, karenakemampuan pemecahan masalah matematis dapat


3

membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar matematika itu tidak mencapai

tujuan hasil belajar yang diharapkan.

Karena pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang sangat

sulit baik mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah besar penelitian

khususnya yang dilakukan di sekolah dasar telah difokuskan pada pemecahan

masalah matematika. Fokus penelitiannya antara lain mencakup karakteristik

permasalahan, karakteristik dari siswa-sukses atau siswa-gagal dalam pemecahan-

masalah, pembelajaran strategi pemecahan-masalah yang mungkin dapat

membantu siswa menuju kelompok siswa sukses dalam pemecahan-masalah. Dari

berbagai hasil penelitian, antara lain diperoleh beberapa kesimpulan berikut. (1)

Strategi pemecahan masalah dapat secara spesifik diajarkan. (2) Tidak ada

satupun strategi yang dapat digunakan secara tepat untuk setiap masalah yang

dihadapi. (3) Berbagai strategi pemecahan masalah dapat diajarkan pada siswa

dengan maksud untuk memberikan pengalaman agar mereka dapat

memanfaatkannya pada saat menghadapi berbagai variasi masalah. Mereka harus

didorong untuk mencoba memecahkan masalah yang berbeda-beda dengan

menggunakan strategi yang sama dan diikuti dengan diskusi mengapa suatu

strategi hanya sesuai untuk masalah tertentu. (4) Siswa perlu dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara cepat sehingga

memerlukan upaya mencoba berbagai alternatif pemecahan. (5) Kemampuan anak

dalam pemecahan masalah sangat berkaitan dengan tingkat perkembangan


4

mereka. Dengan demikian masalah-masalah yang diberikan pada anak, tingkat

kesulitannya harus disesuaikan dengan perkembangan mereka.

Menurut Bransford (dalam Noor, 2014: 253-254) langkah-langkah dalam

menemukan pemecahan masalah yang efektif adalah sebagai berikut. (1)

Temukan dan susun masalahnya. (2) Kembangkan strategi pemecahan masalah

yang baik. Beberapa strategi yang efektif adalah menentukan subtujuan

(subgoaling), dan algoritma. (3) Analisis terhadap hasil akhir (means and

analysis). (4) Mengevaluasi hasil-hasil. Berdasarkan uraian tersebut yang

dimaksud kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini

mencakup aspek: (1) Memahami masalah yaitu menentukan hal yang diketahui

dalam soal dan menentukan hal yang ditanyakan. (2) Merancang model

matematika. Setelah masalah telah dipahami, langkah selanjutnya adalah

merancang atau merencanakan model matematika.

Pada mata pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal

tidak rutin atau soal cerita, yaitu soal untuk prosedur yang benar diperlukan

pemikiran yang lebih mendalam.Oleh karena itu, pemecahan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis. Kemampuan

pemecahan masalah yang masih kurang perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui

bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis setiap siswa. Salah satu

tolak ukur untuk menilai keberhasilan mengajar adalah menggunakan hasil yang

dicapai peserta didik dalam belajar. Tentu saja penilaian hasil belajar ini

dilakukan oleh guru.

Menurut Sumiati (2016:1) peran guru adalah memberikan pengetahuan

yang dibutuhkan oleh peserta didik dengan mengemukakan pendapat, bertanya,


5

menjelaskan, memberikan contoh yang akan dipelajari. Selanjutnya, guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif berpartisipasi secara

nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari guru dengan bertanya,

berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih, atau mencoba.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan keaktifan dari guru dan

siswa. Akan tetapi keaktifan antara guru dan peserta didik ini belum tampak

dalam proses pembelajaran khususnya di kelas XI SMA N 2 Kisaran. Berdasarkan

hasil observasi awal di kelas XII IS 2 yang dilakukan oleh penulis, peserta didik

masih terlihat pasif dalam proses belajar mengajar. Ketika ada materi yang kurang

dipahami, sebagian besar peserta didik memilih untuk diam dan tidak bertanya.

Sehingga hal ini mengesankan bahwa seolah pembelajaran hanya berpusat pada

guru (teacher centered) saja, padahal seharusnya berpusat pada peserta didik

(student centered).

Hal ini berpengaruh pada hasil belajar peserta didik, terbukti dari 40 orang

peserta didik hanya 12 orang saja yang dinyatakan lulus ulangan harian sesuai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika yaitu 70, sisanya

remedial. Hal ini diperkuat kenyataan bahwa menurut Tilaar (dalam Asmani,

2016: 16) salah satu hal yang menjadi kelemahan dalam pendidikan adalah peserta

didik tidak pernah diajarkan atau dibiasakan untuk bersikap kreatif dan inovatif

serta berorientasi pada rasa ingin tahu (curiosity atau harsh).

Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma

pembelajaran, dimana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi,

mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis (mengasosiasikan)

data, dan mengkomunikasikan hasil belajar yang disebut pendekatan saintifik


6

(Sani, 2014:vii). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dengan

pendekatan saintifik adalah model pembelajaran berbasis masalah. Mudlofir

(2016:72) menegaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan

kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Menurut Shoimin (2016:130) model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau dalam istilah asingnya Problem Based

Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan

nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar kritis dan keterampilan

pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Selain itu, ada juga model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan

dapat proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif

adalah Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Sumantri

(2015:56) model pembelajaran STAD menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa antara model Problem Based Learning dengan kooperatif tipe

STAD di SMA N 2 Kisaran”.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Peserta didik masih terlihat pasif dalam proses belajar mengajar, sebagian

besar peserta didik memilih untuk diam dan tidak bertanya.


7

2. Pembelajaran terkesan hanya berpusat pada guru (teacher centered) saja,

bukan berpusat pada peserta didik (student centered).

3. Hasil belajar peserta didik rendah, dari 40 orang peserta didik hanya 12

orang saja yang dinyatakan lulus ulangan harian sesuai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mata pelajaran matematika yaitu 70, sisanya remedial.

4. Rasa ingin tahu siswa rendah.

1.3 Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini pada hasil belajar siswa materi peluang,

dengan penerapan model problem based learning dan kooperatif tipe STAD pada

siswa kelas XI IS SMA N 2 Kisaran tahun pelajaran 2016/2017.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbandingan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara model Problem Based

Learning dengan kooperatif tipe STAD di SMA N 2 Kisaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Perbandingan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara model Problem Based

Learning dengan kooperatif tipe STAD di SMA N 2 Kisaran.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


8

1. Bagi sekolah, dapat menjadi acuan untuk dapat mengembangan potensi peserta

didik sehingga memacu guru-guru lainnya agar dapat melakukan penelitian dan

pengembangan terhadap proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi guru, dapat menjadi bahan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam materi peluang.

3. Bagi peneliti lain, dapat menjadi pembelajaran dan acuan untuk

mengembangkan penelitian lebih lanjut.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Belajar Mengajar

Muliawan (2016:15) menjelaskan bahwa proses pembelajaran di sekolah

merupakan proses kependidikan yang tercencana, terpadu, dan terkoordinasi

secara sistematir dengan standar dan ukuran evaluasi yang jelas dan tegas. Oleh

karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran di

sekolah merupakan suatu kesatuan utuh yang tidak mungkin bersifat terpisah dan

acak. Salah satu dasar proses pembelajaran yang mesti dipahami secara teori

adalah pengertian belajar dan mengajar.

2.1.1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti

(Sadiman, 2008: 2). Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan manusia

terjadi proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau

tidak disadari (Sardiman, 2009: 19). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

belajar sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Lebih lanjut

Sardiman menjelaskan, dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu

hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan

pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal,

proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja agar

terorganisir secara baik (Sardiman, 2009: 19).


10

Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik

akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman

dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor (Iskandarwassid, 2008: 5). Pengertian belajar mengajar

menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008: 11) merupakan proses manusia untuk

mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai

sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dengan demikian, belajar dapat

membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan dan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Piaget dalam Dimyati dan Mujiono (2008 : 13), menyebutkan bahwa

”belajar adalah pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan

interaksi terus menerus dengan lingkungan maka fungsi intelek semakain

berkembang”. Sedangkan Arsyad (2007: 1) mengatakan bahwa belajar adalah

suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan.

Adapun beberapa hal pokok dalam belajar antara lain sebagai berikut: 1) Belajar

merupakan suatu perubahan dalam lingkah laku, 2) Belajar merupakan suatu

perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, 3) Belajar merupakan

perubahan yang relatif mantap, 4) Tingkah laku yang alami karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti


11

perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan, atau sikap.

2.1.2 Pengertian Mengajar

Sedangkan pengertian mengajar para ahli psikologi dan pendidikan

berbeda-beda rumusannya. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang

terhadap makna dan hakikat mengajar. Pandangan pertama melihat dari segi

perilakunya, yaitu pengajarnya. Sedangkan pandangan kedua dari sudut siswa

yang belajar.

Pandangan pertama melihat dari segi pelakunya yakni guru, sehingga

mengajar diartikan sebagai menyampaikan ilmu pengetahuan atau bahan pelajaran

kepada siswa atau anak didik (Sardiman, 2009:47). Jadi siswa dianggap sebagai

obyek belajar, siswa hanya menerima (pasif) apa yang diberikan guru. Sebaliknya

peranan guru sangat menentukan, itulah sebabnya pandangan ini sering disebut

berpusat pada guru (teacher centered).

Pandangan yang kedua melihat mengajar dari sudut siswa yang belajar

seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2009: 3): Mengajar adalah membimbing

kegiatan siswa. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan

yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa

melakukan kegiatan belajar. Rumusan tersebut, disamping berpusat pada siswa

yang belajar (student centered), juga melihat hakekat mengajar sebagai proses,

yakni proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar

siswa.

Kelanjutan dari pengertian mengajar seperti di atas, adalah menanamkan

pengetahuan itu kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi seuatu
12

pemahaman. Kemudian pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu

aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan,

mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk

berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 2009: 47). Kondisi

itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara

optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian

mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar

itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan

banyak menemukan dan memecahkan masalah.

Menurut Warsita (2008: 130) perbedaan pembelajaran yang berpusat pada

guru dan berpusat kepada peserta didik dalam aplikasinya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran yang Berpusat Pada Guru dan Berpusat
Pada Siswa
Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan Peserta didik sebagai sentral
bersifat didaktis dan bersifat interaktif
Peran guru Menyampaikan fakta-fakta, Kolaboratif, kadang-kadang
guru sebagai ahli peserta didik sebagai ahli
Penekanan Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi
pembelajaran dan temuan
Konsep Akumulasi fakta secara Transformasi fakta-fakta
pengetahuan kuantitas
Penampilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman,
keberhasilan penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Portofolio, pemecahan
masalah, dan penampilan
Penggunaan Latihan dan praktik Komunikasi, akses,
teknologi kolaborasi, ekspresi
Sumber: Warsita (2008:130)
13

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Sumantri (2015:42) menjelaskan bahwa pembelajaran problem based

learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Sementara, Dewey (dalam Trianto, 2009:91)

mendefinisikan bahwa belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara

stimulus dan respon, merupakan hubungan dua arah antara belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan

masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara

efektif, sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta

dicari pemecahannya dengan baik.

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai

sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah,

serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sani (2014:127) bahwa permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan

permasalahan kontekstual yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap

metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan memiliki keterampilan untuk

memecahkan masalah.
14

2.2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Menurut Mudlofir (2016:74) terdapat 8 (delapan) langkah dalam

penerapan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

a. Mengidentifikasi masalah,

b. Mengumpulkan data,

c. Menganalisis data,

d. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,

e. Memilih cara untuk memecahkan masalah,

f. Merencanakan penerapan pemecahan masalah,

g. Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, dan

h. Melakukan tindakan (actiona) untuk memecahkan masalah.

Sementara menurut Arends (dalam Mudlofir, 2016:74) langkah-langkah

kegiatan model pembelajaran ini adalah:

a. Mengorientasi peserta didik pada masalah,

b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,

c. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok,

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Aplikasi tahapan-tahan di atas dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Masalah


Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
1. Tahap Awal
a. Orientasi Peserta didik Guru menjelaskan tujuan Peserta didik menyimak
pada masalah pembelajaran, dengan baik
menjelaskan logistik
yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena
15

atau demonstrasi atau


cerita untuk
memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang
dipilih
b. Mengorganisasi Guru membantu peserta Peserta didik membuat
peserta didik untuk didik untuk dan mendefinisikan tugas
belajar mendefinisikan dan belajar
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
2. Kegiatan inti
a. Membimbing Guru mendorong peserta Peserta didik
penyelidikan individu didik untuk mengumpulkan informasi
atau kelompok mengumpulkkan yang sesuai dengan
informasi yang sesuai, pembahasan materi dan
melaksanakan melakukan eksperimen
eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan
pemecahan masalah
b. Mengembangkan dan Guru membantu peserta Peserta didik
menyajikan hasil didik dalam mempresentasikan
karya merencanakan dan produk yang ditemukan
menyiapkan karya yang baik secara individual
sesuai dengan laporan, maupun kelompok
video, model serta
membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan
temannya
3. Kegiatan Penutup
Menganalisis dan Guru membantu peserta Peserta didik melakukan
mengevaluasi proses didik untuk melakukan refleksi terhadap
pemecahan masalah refleksi terhadap penyelidikan.
penyelidikan mereka dan
proses-proses yang
mereka gunakan. Guru
melakukan evaluasi
Arends ((dalam Mudlofir, 2016:75-76)

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Masalah

Mudlofir (2016:76-77) menjelaskan bahwa ada kelebihan dari

pembelajaran berbasis masalah, yaitu:


16

a. Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan peserta didik serta

memberikan kepuasan peserta didik untuk menemukan pengetahuan yang

baru dan mengembangkan pengetahuan baru tersebut.

b. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik

berpikir kritis, inovatif, meningkatkan motivasi dari dalam diri peserta didik

untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan

dengan pengetahuan yang baru.

c. Pemecahan masalah dapat meberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam dunia nyata.

d. Pemecahan masalah dapat mendorong peserta didik untuk belajar sepanjang

hayat.

e. Pemecahan masalah tidak hanya memberikan kesadaran peserta didik bahwa

belajar tidak tergantung pada kehadiran guru namun tergantung pada motivasi

instrinsik peserta didik.

Sementara itu, kekurangan dari metode pembelajaran masalah ini dijelaskan

juga oleh Mudlofir (2016:77), yaitu:

a. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dan memandang masalah yang

akan diselidiki adalah sulut, maka mereka akan enggan untuk mencoba.

b. Membutuhkan waktu untuk persiapan, apabila guru tidak mempersiapkan

secara matang strategi ini, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

c. Pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah di masyarakat atau di dunia

nyata terkadang kurang, sehingga proses pembelajaran berbasis masalah

terhambat oleh faktor ini.


17

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Sumantri (2015:49) model pembelajaran kooperatif adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Isjoni

(dalam Asmani, 2016:37) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

diartikan sabagai belajar bersama-sama, saling membantu antara sati dengan yang

lain, dan memastikan bwah setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan

atau menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Menurut Shoimin (2014: 45)

pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok kecil dengan memiliki tingkat kemampuan berbeda dan

setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja

sama saling membantu memebangun konsep dan menyelesaikan persoalan.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Asmani (2016:135)

merupakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota yang dibatasi sekitar 4 hingga 5 orang secara heterogen dan diawali

dengan penyampaian tujuan dan materi pembelajaran, kegiatan/diskusi kelompok,

kuis, dan penghargaan kelompok.

Shoimin (2014:185) menjelaskan bahwa anggota tim menggunak lembar

kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi

pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami

bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain, dan atau melakukan diskusi.
18

Menurut Huda (2014:2012) ada beberapa empat tahap yang harus

dilakukan dalam model pembejaran STAD, yaitu:

Tahap 1: Pengajaran. Pada tahap ini, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya

dengan format cermaha-diskusi. Siswa diajarkan tentang apa yang akan mereka

pelajari dan mengapa pelajaran itu penting.

Tahap 2: Tim Studi. Tahap ini para anggota kelompok bekerja secara kooperatif

untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh

guru.

Tahap 3: Tes. Tahap ini siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru

memberikan nilai kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta

hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan

diakumulasikan untuk skor tim mereka.

Tahap 4: Setiap tim menerima penghargaan bergantung pada nilai skor rata-rata

tim.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Shoimin (2014:187-188) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi

daar yang akan dicapai.

b. Guru memberikan tes/kuisi kepada setiap siswa secara individu sehingga akan

diperoleh nilai awal kemampuan siswa.


19

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5

anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang

berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah

diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu

antaranggota lain serta membahas jawaban yang diberikan guru. Tujuannya

adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan

materi. Bahan dan tugas tugas dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar

yang diharapkan dapat dicapai.

e. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan, pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke kuis berikutnya.

2.4 Hasil Belajar

Menurut Sardiman (2009:28) secara umum tujuan belajar itu ada tiga

yaitu:

(a) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan

kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain

tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan.

Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di

dalam kegiatan belajar mengajar.


20

(b) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmaniah maupun

rohaniah. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang

dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan

gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Sedangkan keterampilan rohaniah lebih rumit, karena tidak selalu berurusan

dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana

ujungpangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan

penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan

dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

(c) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan setiap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru

harus dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan

mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi

guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Dalam pendidikan hasil merupakan tujuan dari belajar adalah faktor yang

sangat penting dan sering dijadikan pokok-pokok pembicaraan atau permasalahan

antar pendidik, karena hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam

mempelajari suatu materi pelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam

menyerap suatu ilmu yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. Arikunto

(2006: 26) berpendapat bahwa hasil belajar adalah tingkatan-tingkatan sejauh

mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga Hamalik

(2008: 35) mengemukakan hasil belajar adalah hasil interaksi baik dalam diri
21

individu maupun dari luar individu yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah hasil kerja yang mempunyai tujuan yang telah

ditetapkan. Karena belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang

lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun

yang menyangkut nilai dan sikap.

Menurut Sudjana (2009: 22-23), dalam sistem pendidikan nasional,

rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban, reaksi, penilaian, organisasi, dan internaslisasi.

Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan

refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan

ekspresif dan interpretatif.


22

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan

pengajaran.

Berdasarkan hal tersebut di atas, hasil belajar matematika dalam penelitian

ini hanya di batasi pada kemampuan kognitif saja yaitu pada tingkatan mengenal,

memahami dan mengaplikasikan/penerapan.

2.4 Pembelajaran PBL terhadap Materi Peluang

Adapun tahap-tahap metode problem based learning sebagai berikut:

a. Menemukan masalah

Pada tahap ini, guru memberikan permasalahan yang diangkat dari latar

kehidupan sehari-hari siswa, yang bersifat tidak terdefinisi dengan jelas (ill-

defined) dan memberikan sedikit fakta diseputar kontes permasalahan, siswa

berusaha menemukan permasalahan dengan cara melakukan kajian dan analisis

secara cermat terhadap permasalahan dan fakta yang diberikan guru. Misalnya:

Bayangkan anda melempar koin satu kali, maka peluang mendapatkan sisi

Gambar ialah ½ = 0,5. Mengapa dibagi dua? Dibagi dua karena kemungkinan

kejadian yang terjadi hanyalah dua yaitu sisi Gambar atau Angka. Peluang sebesar

0,5 ini disebut sebagai peluang teoretis dimana pelemparan koin yang dilakukan

hanya satu kali. Dalam suatu percobaan, misalnya, kita hendak melakukan

pelemparan koin sebanyak 10 kali dan mendapatkan sisi Gambar sebanyak 4 kali.

Maka, berdasarkan hasil percobaan tersebut, bisa dikatakan peluang mendapatkan

sisi Gambar yaitu = 0.4, yang ternyata tidak sesuai dengan peluang teoretis
23

semula yaitu 0.5. Namun, walaupun demikian, jika dilakukan percobaan

pelemparan koin dengan jumlah perulangan tak terhingga diyakini kemungkinan

sisi muka terpilih akan setara 50 %.

b. Mendefinisikan masalah

Guru mendorong dan membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan

intrapersonal dan kemampuan awal untuk memahami masalah, siswa berusaha

mendefinisikan permasalahan dengan menggunakan parameter yang jelas. Seperti

menjelaskan tetangn pengertian peluang.

Perhatikan bahwa:

Jadi, peluang dapat diukur secara frekuensi relatif ketika percobaan dilakukan

perulangan beberapa kali, seperti dalam contoh pelemparan koin yang dilakukan

dalam beberapa kali perulangan. Karenanya, peluang suatu kejadian dapat diukur

dari proporsi jumlah kemunculan suatu kejadian dimana percobaan diulang

sebanyak jumlah tertentu.

c. Mengumpulkan fakta

Guru membimbing siswa untuk mengumpulakan fakta, melakukan

pencarian informasi dengan berbagai cara, dan melakukan pengelolaan informasi.

Misalkan A sebagai kejadian yang ingin kita lihat, maka peluang frekuensi relatif

dari kejadian A, dilambangkan P(A), didapatkan dari:


24

Jadi, peluang suatu kejadian secara frekuensi relatif adalah perbandingan

banyaknya kejadian yang muncul dengan banyaknya percobaan yang dilakukan

dalam waktu tertentu.

d. Menyusun hipotesis (dugaan sementara)

Guru membimbing siswa untuk menggunkan kecerasan majemuk untuk

menyusun hipotesis sementara terhadap masalah dan alternatif jawaban

sementara. Siswa dengan menggunakan kecerdasan interpersonal untuk

mengungkapkan pemikirannya dan membuat hubungan- hubungan antara fakta

yang ada, serta menggunakan kecerdasan majemuk untuk menyusun hipotesis dan

beberapa jawaban alternatif. Contoh:

Selama musim penyakit Flu, Dinas Kesehatan Kota Manado menemukan

bahwa dalam satu hari pemeriksaan ke masyarakat ditemukan bahwa dari 60

warga yang diperiksa ditemukan bahwa 10 orang diantaranya terjangkit penyakit

Flu. Hitunglah berapa peluang didapati warga yang terjangkit penyakit Flu dari 60

warga yang diperiksa?

e. Melakukan penyelidikan

Dalam membimbing siswa melakukan penyelidikan, guru membuat

struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara


25

untuk mengetahui dan memahami dunianya. Berdasarkan pada point d di atas,

maka penyelidikan yang dilakukan siswa yaitu:

Misalkan A mewakili kejadian ditemukan warga terjangkit penyakit Flu. Jadi,

karena ada 60 orang diperiksa dan 10 orang terjangkit Flu, maka

P(A) = = 0,167 (pembulatan desimal tiga digit).

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

Guru membimbing siswa melakukan penyempurnaan terhadap masalah

yang telah didefinisikan.

g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan alternaif pemecahan

masalah secara kolaboratif.

h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah

Guru membimbing siswa melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan

masalah. Siswa melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

2.5 Kerangka Konseptual

Ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa dalam belajar matematika, yaitu

objek langsung dan objek tidak langsung. Untuk mengetahui apakah kedua objek

tersebut telah diperoleh siswa dapat dinilai dari hasil belajar matematika siswa.

hasil belajar matematika adalah skor tentang hasil belajar untuk tes yang

didapatkan siswa setelah menerima pengalaman belajar untuk penilaian bersifat

kognitif. Menurut para ahli hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
26

Adapun metode pembelajaran termasuk dalam faktor eksternal, maka setiap guru

perlu mengembangkan dan merevisi metode- metode pembelajaran yang sesuai

untuk siswa dan materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Metode Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang

mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok

untuk mencari penyelesaian masalah- masalah dalam dunia nyata. Selama

kegiatan pembelajaran berlangsung sebagian besar aktivitas yang ada didalam

kelas dilakukan oleh siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi

siswa, dimulai dengan pemberian masalah yang memiliki konsep dunia nyata

berbentuk ill-structure atau open-ended. Sehingga konsep materi statistika dan

peluang ditemukan oleh siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran, dan

diduga siswa akan mengingat konsep temuan mereka dan konsep yang digunakan

sesuai dengan yang telah disepakati dalam pemecahan masalah matematika.

sehingga diharapkan metode Problem Based Learning mampu mningkatkan hasil

belajar siswa untuk materi statistika dan peluang.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Model pembelajaran problem based

learning berpengaruh terhadap hasil belajar pada materi peluang di kelas XI SMA

N 2 Kisaran tahun pelajaran 2016/2017.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA N 2 Kisaran.

3.1.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Nopember 2016 sampai

dengan Januari 2016.

Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian

Nopember Desember Januari


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyusun
√ √
Proposal
2 Bimbingan
√ √
Proposal
3 Seminar Proposal √
4 Perbaikan

Proposal
5 Penelitian √
6 Menyusun

Laporan
7 Bimbingan Skripsi √ √
8 Sidang meja hijau √
9 Perbaikan √

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah siswa kelas XI SMA N 2 Kisaran.

Jumlah Siswa kelas XI adalah 185 siswa yang terdiri atas 5 kelas dan setiap kelas
28

berjumlah 37 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan

ciri-ciri antara lain siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama,

siswa yang dijadikan subjek duduk pada kelas yang sama dan pembagian kelas

tidak ada kelas unggulan atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa populasi

homogen.

Tabel 3.2. Populasi Siswa

No Kelas Jumlah
1 X-1 37
2 X-2 37
3 X -3 37
4 X -4 37
5 X-4 37
Jumlah 185

3.2.2 Sampel

Dalam proses pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random

sampling, langkahnya adalah terlebih dahulu peneliti akan menentukan nomor

subjek dan seluruh kelas sesuai dengan jumlah siswa. Kemudian peneliti

menuliskan setiap nomor pada kertas kecil yang selanjutnya digulung. Kemudian

gulungan kertas ini dimasukkan ke sebuah tabung dan dikeluarkan sebanyak 2

kelas yaitu XI-1 dan X-3 yang dipilih dijadikan kelas penelitian eksperimen dan

kontrol.

3.3 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

Ada dua jenis desain penelitian berdasarkan baik buruknya eksperimen dan

sempurna tidaknya eksperimen, yaitu pre experimental design dan true

experimental design (Campbell & Stanley dalam Arikunto, 2006:77). Dalam


29

penelitian ini jenis eksperimennya adalah pre experimental (eksperimen tidak

sebenarnya). Eksperimen ini sering disebut juga dengan istilah quasi experiment

atau eksperimen pura-pura. Peneliti mengunakan jenis penelitian pre experimental

karena dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Ada tiga jenis

design yang dimasukkan dalam kategori pre experimental design yaitu one shot

case study, pre test and post test, dan state group comparison.

Dilihat dari ketiga kategori di atas dalam penelitian ini menggunakan pre

test and post test design. Dalam penelitian ini perlakuan yang akan diberikan

adalah model pembelajaran berbasis masalah pada kelompok eksperimen. Untuk

dapat mengetahui keefektifan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah

dengan cara membandingkan antara hasil pre test dan post test yang telah

diberikan kepada kelompok eksperimen. Rancangan penelitian kuasi eksperimen

ini dapat digambarkan pada tabel 2.1 berikut:

Group Pre Test Treatment Post Test


Eksperimen Group (R) T1 X1 T2
Control Group (R) T1 X2 T2

Keterangan:

X1 : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen

X2 : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok Kontrol

T1 : Tes awal yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol
30

3.4. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes, Jumlah soal terdiri

atas 5 soal. Uji coba tes hasil belajar matematika digunakan untuk mengetahui

validitas butir soal, reliabilitas instrument, daya pembeda soal dan tingkat

kesukaran soal.

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Kelayakan

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukau uji kelayakan

yang diuji dengan statistik sebagai berikut:

1) Validitas

Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

item/butir. Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan

rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:

N  xy   x  y 
Rxy =
{N  x 2   x  }{N  y 2   y  }
2 2

Keterangan :

Rxy : koefisien korelasi antara x dan y

n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor untuk butir ke-i

Y : skor total (dari subyek uji coba)

Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item

pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item

petanyaan dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 72).


31

Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item menurut Riduwan (2009:98)

adalah:

0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,6 – 0,799 : Tinggi (T)

0,4 – 0,599 : Cukup (C)

0,2 – 0,399 : Rendah (R)

0,00 – 0,199 : Sangat Rendah (SR)

2) Reliabilitas

Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf

reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila

diteskan berulang-ulang. Reliabilitas instrumen diukur menggunakan rumus

Kuder Richason (KR-20) sebagai berikut:

 n  S   pq 
2

r11   
 n  1  S2 

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar

q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

(Riduwan,2009:108).

3) Indeks Kesukaran
32

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga

tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan

kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan

rumus :

B
P
Js

Keterangan :

P = tingkat kesukaran item soal

B = jumlah siswa yang menjawab benar

Js = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

Kriteria tingkat kesukaran soal :

Soal dengan 0,00  p < 0,30 : sukar

Soal dengan 0,30  p < 0,70 : sedang

Soal dengan 0,70  p  1,00 : mudah

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 209-210)

1) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang

mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat

membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang

digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:

BA BB
D= − = PA − PB
JA JB

Keterangan :
33

J : Jumlah peserta tes

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

Y : skor total (dari subyek uji coba)

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

BA
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JA

BB
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JB

Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2002:218) adalah

sebagai berikut:

D : 0.00 – 0.20 : jelek (poor)

D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory)

D: 0.40 – 0.70 : baik (good)

D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent)

D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif dibuang

Butir soal yang dipakai adalah yang mempunyai nilai D baik dengan

indeks 0.40 – 0.70 dan baik sekali dengan indeks 0.70 – 1.00.

(Arikunto, 2002: 213-218)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Secara lebih rinci tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pre Test
34

Pre-test diberikan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

mengerjakan soal dalil Phytagoras sebelum tindakan dilakukan. Hasil dari pre-tes,

dijadikan sebagai data awal untuk pertimbangan peneliti.

2. Tindakan

Tindakan dilakukan setelah pre-test diberikan.

3. Post-test

Post-test dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa setelah tindakan

diberikan. Kemudian data yang diambil dari test ini dibandingkan dan dianalisis.

Tes dari pre-tes dan post-tes adalah sama.

4. Skor

Setelah diberikan post-test, semua hasil jawaban siswa dikumpulkan dan

diberi nilai.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Teknik

analisis data ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan di

depan. Selain uji t, digunakan pula analisis data lain yaitu uji F, metode Lilliefors

dan metode Barlett. Uji F digunakan untuk menguji keseimbangan hasil belajar

antara kelompok eksperimen dan kolompok kontrol sedangkan metode Lilliefors

dan metode Barllett digunakan untuk menguji prasyarat analisis yaitu normalitas

dan homogenitas. Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan uji t.

1) Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan

bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara


35

statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang

independen.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama

H1 : kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda

b. Taraf signifikan (α) = 0,05

c. Statistik uji yang digunakan :

𝑆2
𝐹 = 𝑆12
2

F(n1-1,n2-1)

d. Daerah kritik

DK = {FF>F (n1-1,n2-1)}

e. Keputusan uji

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

f. Kesimpulan

1. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.

2. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2004:151)

2) Uji Prasyarat

 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan

untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
36

populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Statistik Uji

L = Maks |F (zi ) − S(zi )|

𝑋𝑖−𝑋̅
Dimana 𝑧𝑖 = 𝑠

2. Taraf Signifikansi (α) = 0,05

3. Keputusan Uji

H0 diterima jika Llilifors < Ltabel

H0 ditolak jika Llilifors > Ltabel

(Budiyono, 2004:170-171)

 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dalam Budiyono

(2004 : 176-177) dengan prosedur sebagai berikut :

Statistik Uji yang digunakan :

k
2,203
2
𝑥 = (f log RKG − ∑ fj log sj2 )
c
j=1

Dengan :

k = banyaknya populasi

f = derajat kebebasan RKG = N- k

N = cacah semuapengukuran

fj = derajat kebebasan untuk Sj : nj -1

j = 1,2,...,k
37

ni = cacah pengukuran pada sampel ke –j

1. Taraf signifikan (α) = 0,05

2. Keputusan Uji

H0 diterima jika X2hitung < X2tabel

H0 ditolak jika X2hitung > X2tabel

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dalam

Sudjana (2005: 239) denagn rumus sebagai berikut:

𝑥𝑖−𝑥̅
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2

Dimana:

Xi = Rata-rata kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

𝑥̅ = Rata-rata kelompok pembelajaran dengan perlakuan model PBL

S = Variansi gabungan

n1 = jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan model PBL

Langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:

a. Menghitung simpangan baku gabungan

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:

(𝑛1 −1)𝑆221 +(𝑛2 −1)𝑆22


S2 = 𝑛1 +𝑛2 −2

Dimana:

S2 = Variansi gabungan

n1 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL


38

n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan perlakuan model PBL

𝑆12 = Variansi kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

𝑆22 = Variansi kelompok pembelajaran dengan perlakuan model PBL

b. Menghitung harga t dengan rumus:

𝑥𝑖−𝑥̅
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2

Dimana:

Xi = Rata-rata kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

𝑥̅ = Rata-rata kelompok pembelajaran dengan perlakuan model PBL

S = Variansi gabungan

n1 = jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan model PBL

c. Mencari harga t dari daftar, dengan  = 0.05 dan dk = n1+n2-2

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan model PBL

n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan perlakuan model PBL

Kriteria:

1. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata tidak berbeda jika thitung <

ttabel

2. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata berbeda jika thitung > ttabel
39

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning:


Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana.

Asmani, J.M. 2016. Tips Efektif Cooperatif Learning. Yogyakarta: Divapress.

Baharuddin dan Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-
Ruzz Media.

Mudlofir, A. 2016. Desain Pembelajaran Inivatif dari Teori ke Praktik. Jakarta:


Rajawali Press.

Muliawan, J.U. 2016. 45 Model Pembelajaran Spektakuler. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Novel, SS. 2015. Kuasai Materi Matematika SMA/MA Kelas X, XI, XI. Jakarta:
Grasindo.

Sadiman, A. S., dkk. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta.


RajaGrafindo Persada.

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-ruz Media.

Sumiati. 2016. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
40

Lampiran 1:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA


KLS/PROGRAM/SEMESTER : XI/IPS/ 1
TAHUN PELAJARAN : 2016/2017
METODE PEMBELAJARAN : PBL
STANDAR KOMPETENSI : Menggunakan aturan statistika, kaidah
pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR : Menentukan peluang suatu kejadian dan
penafsirannya
INDIKATOR : 1. Menentukan peluang kejadian melalui
percobaan
2. Menentukan peluang suatu kejadian
secara teoritis
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 menit

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembela\jaran
o Peserta didik dapat Menentukan banyak kemungkinan kejadian dari
berbagai situasi. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
o Menuliskan himpunan kejadian dari suatu percobaan. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);

 Karakter siswa yang diharapkan :


 Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Berorientasi tugas dan hasil, Percaya diri,Keorisinilan.

B. Materi Ajar
Percobaan, ruang sampel, dan kejadian.

C. Metode Pembelajaran
PBL

Strategi Pembelajaran
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
 Menentukan  Mendaftar titik-titik  Siswa dapat
41

Tatap Muka Terstruktur Mandiri


banyaknya titik sampel dari suatu Menentukan ruang
sampel percobaan acak sampel dari percobaan
acak tunggal dan
kombinasi

D.Langkah-langkah Kegiatan
 Pertemuan Pertama
Pendahuluan
Apersepsi :
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menentukan ruang sampel suatu
percobaan.
Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru
(selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi
yang berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian contoh-contoh
materi untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif,
dsb) mengenai cara menentukan ruang sampel suatu percobaan,
kemudian antara peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut
(Bahan : buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas
XI Semester Ganjil Jilid 2A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 130-
131 mengenai percobaan, ruang sampel, dan kejadian). (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
cara menentukan ruang sampel suatu percobaan. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
c. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket pada hal. 131-134 mengenai penentuan ruang sampel suatu
percobaan. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif,
Kerja keras. Demokratis.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
d. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai penentuan ruang
sampel suatu percobaan dari Aktivitas Kelas dalam buku paket hal. 134
sebagai tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
e. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-
soal dari Aktivitas Kelas dalam buku paket pada hal. 134. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
 Konfirmasi
42

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:


a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Disiplin.
Demokratis);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
a. Peserta didik membuat rangkuman dari materi mengenai percobaan, ruang
sampel, dan kejadian. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi. (nilai yang ditanamkan: Rasa
ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan materi
mengenai percobaan, ruang sampel, dan kejadian. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);

E. Alat dan Sumber Belajar


Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XI Semester
Ganjil Jilid 2A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 130-131.
- Buku referensi lain.
Alat :
- Laptop
- LCD
- OHP

F. Penilaian
Teknik : tugas individu.
Bentuk Instrumen : uraian singkat.
Contoh Instrumen :
 Dari 6 ahli kimia dan 5 ahli biologi, dipilih 7 anggota untuk sebuah panitia,
di antaranya 4 adalah ahli kimia. Banyaknya cara yang dapat dilakukan
dalam pemilihan itu adalah……

I. PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Aspek Afektif

No Unsur – Unsur Penilaian A B C D E


1 Mengikuti atau tidaknya pelajaran
2 Merespon pertanyaan baru
3 Berusaha ikut aktif dalam setiap pembahasan
4 Berusaha aktif mengikuti diskusi
5 Berusaha mengerjakan tugas
6 Berusaha menjawab pertanyaan atau soal
7 Tepat waktu mengumpulkan tugas
8 Ketaatan terhadap tata tertib kelas maupun sekolah
43

9 Hormat terhadap guru dan sesama siswa


10 Kerjasama dan empati

Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang

b. Aspek Psikomotorik

No Unsur – Unsur Penilaian A B C D E


1 Pengucapan sesuai kaidah matematika
2 Penulisan sesuai kaidah matematika
3 Teknik menyelesaikan persoalan
4 Kecepatan dalam menyelaesaikan soal
5 Ketepatan dalam menyelaesaikan soal
6 Ketelitian dalam menyelaesaikan soal

Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang

a. Aspek Kognitif

1.Sebuah dadu dilemparkan sekali. Tentukan peluang munculnya :


a. mata dadu 5
b. mata dadu ganjil
(skor soal 10)

2. Dua buah uang logam dilemparkan bersama-sama. Tentukan peluang


munculnya paling sedikit satu gambar (G)!
(skor soal 10)
3. Sebuah kantong berisi 5 kelereng merah, 4 kelereng putih dan 7 kelereng
kuning. Jika 2 kelereng diambil sekaligus dari kantong secara acak.
Tentukan peluang terambilnya kedua bola itu merah!
(skor soal 20)
4. Dari 50 siswa, 30 diantaranya putri. Akan dipilih lima siswa untuk
menjadi panitia. Tentukan peluang terpilihnya :
a. Kelimanya putra
b. 3 putri dan 2 putra
(skor soal 30)
44

5. Suatu panitia terdiri dari 6 orang yang dipilih dari 12 orang laki-laki dan
9 orang wanita. Tentukan peluang bahwa panitia itu harus terdiri dari
laki-laki dan wanita dengan perbandingan sama!
(skor soal 30)

Penyelesaian soal kognitif :


1. a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} jadi n(S) = 6
A= kejadian muncul mata dadu 5 jadi n(A) = 1
P(A) = n(A) = 1
n(S) 6
b. Kejadian muncul mata dadu ganjil A = {1, 3, 5}
n(A) = 3
P(A) = n(A) = 3 = 1
n(S) 6 2

2. S = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)} jadi n(S) = 4


M = kejadian muncul paling sedikit satu gambar
M = (A,G), (G,A), (G,G)} jadi n(M) = 3
P(A) = n(M) = 3
n(S) 4

3. n(S) = C(9,2) = 16 ! =16.15.14! = 120


14! 2! 2.1.14!
n(A) = C(5,2) = 5! = 5.4.3! = 10
3! 2! 2.1.3!
Jadi, P(A) = n(A) = 10 = 1
n(S) 120 12

4. a. Banyaknya cara memilih 5 dari 50 = n(S) = C(50,5) = 2118760


Banyaknya cara memilih 5 putra dari 20 putra = n(A) = C(20,5) = 15504
P(A) = n(A) = 15504
n(S) 2118760
Jadi, peluang terpilihnya kelimanya putra adalah 15504
2118760
b. Banyaknya cara memilih 3 dari 30 putri = C(30,3) = 4060
Banyaknya cara memilih 2 dari 20 putra = C(20,2) = 190
P(3 pi dan 2 pa) = C(30,3) x C(20,2)
C(50,5)
= 4060 x 190 = 771400
2118760 2118760
Jadi, peluang terpilihnya 3 putri dan 2 putra adalah 771400
2118760

5. Banyaknya cara memilih 6 dari 21 = n(S) = C(21,6) = 108528


Perbandingan sama dari 6 panitia adalah 3 laki-laki dan 3 wanita
Banyaknya cara memilih 3 dari 12 laki-laki = C(12,3) = 220
Banyaknya cara memilih 3 dari 9 wanita = C(9,3) = 84
P(3 laki-laki dan 3 wanita) = C(12,3) x C(9,3)
45

C(12,6)
= 220 x 84 = 18480
108528 108528
Jadi, peluang terpilihnya 3 putri dan 2 putra adalah 18480
108528
46

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP 2)

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA


KLS/PROGRAM/SEMESTER : XI/IPS/ 1
TAHUN PELAJARAN : 2016/2017
METODE PEMBELAJARAN : PBL
STANDAR KOMPETENSI : Menggunakan aturan statistika, kaidah
pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR : Menentukan peluang suatu kejadian dan
penafsirannya
INDIKATOR : 1. Menentukan peluang kejadian melalui
percobaan
2. Menentukan peluang suatu kejadian
secara teoritis
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 menit

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Siswa dapat menentukan peluang kejadian melalui percobaan
b. Siswa dapat menentukan peluang suatu kejadianmelalui teoritis

III. MATERI PEMBELAJARAN


a. Peluang
 Faktorial

IV. SUMBER / MEDIA PEMBELAJARAN


a. Buku Paket
b. LKS
c. Dadu, uang logam
d. Perangkat komputer, LCD dan program powerpoint

V. SKENARIO PEMBELAJARAN
a. Langkah pembelajaran 1
Pembukaan (salam)
Guru membentuk kelompok secara heterogen dimana setiap kelompok
terdiri dari sekitar 4 siswa.
b. Langkah pembelajaran 2
Guru menyajikan pelajaran atau meteri pokok yang akan dipelajari
melealui percobaan dan teori.
 Melalui percobaan
Masing-masing kelompok membawa dadu dan uang logam, kemudian
melakukan percobaan sebagai berikut;
1. Percobaan : pelemparan sebuah uang logam
Hasil yang mungkin : Angka (A) atau Gambar (G)
Oleh karena itu ruang sampel = S = {A,G}
47

Banyaknya titik sampel = 2, maka banyaknya anggota ruang sampel


= n(S)=2
2. Percobaan : pelemparan sebuah dadu
Hasil pencacahan Muncul mata dadu 1, 2, 3, 4, 5 atau 6
Dengan demikian, ruang sampel : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Banyaknya titik sampel = 6, jadi n(S) = 6
Kejadian munculnya mata dadu ganjil = {1, 3, 5}, banyaknya elemen
mata dadu ganjil =3
Jadi peluang munculnya mata dadu ganjil = Banyaknya elemen
anggota
Banyaknya titik sampel
= 3
6

Kejadian munculnya mata dadu bil. prima = {2, 3, 5}


Jadi peluang muncul mata dadu prima = 3
6
3. Percobaan : pelemparan sebuah mata uang logam dan sebuah dadu.
Hasil yang mungkin dapat diberikan seperti terlihat pada tabel
berikut.

Mata Dadu
1 2 3 4 5 6
Mata Uang
A (A,1) (A,2) (A,3) (A,4) (A,5) (A,6)
G (G,1) (G,2) (G,3) (G,4) (G,5) (G,6)
Ruang sampel : S = {(A,1), (A,2), (A,3), (A,4), (A,5), (A,6), (G,1),
(G,2), (G,3) ,(G,4), (G,5), (G,6)}
Banyaknya titik sampel = 12, maka n(S) = 12
Kejadian munculnya mata dadu 3 adalah {(A,3), (G,3)}, maka
elemennya=2
Jadi peluang muncul mata dadu 3 = 2
12
Kejadian munculnya angka dan mata dadu berangka ganjil adalah :
{(A,1), (A,3), (A,5)}, maka elemennya = 3
Jadi peluangnya = 3
12

 Melalui Teori
Peluang suatu kejadian adalah suatu nilai yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan bahwa kejadian itu akan terjadi, dan
nilainya dinyatakan dengan :

P(A) = n(A)

n(S)
P(A) = peluang terjadinya A
n(S) = banyaknya elemen pada suatu
48

kejadian A
n(A) = banyaknya titik sampel pada ruang sampel

contoh.
Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, 6 bola berwarna hijau , 3
berwarna merah dan 3 berwarna kuning. Bila diambil 4 bola
sekaligus secara acak berapa peluang terambil :
a. keempatnya berwarna hijau
b. 2 bola berwarna merah dan 2 bola berwarna kuning

Penyelesaian :
n(S) = banyaknya kemungkinan yang terjadi pada pengambilan 4
bola dari 12 bola yang tersedia
n(S) = C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8 ! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
a. n(A) = C(6,4) = 6! = 6.5.4! = 15
2! 4! 2.1.4!
Jadi, P(A) = n(A) = 15 = 1
n(S) 495 33

b. Pengambilan 2 bola merah dari 3 bola merah yang tersedia dapat


dilakukan dengan C(3,2) = 3! = 3.2! = 3 cara
1! 2! 1.2!
Pengambilan 2 bola kuning dari 3 bola kuning yang tersedia dapat
dilakukan dengan C(3,2) = 3! = 3.2! = 3 cara
1! 2! 1.2!
Jadi, A = pengambilan 4 bola terdiri dari 2 bola merah dan 2 bola
kuning dapat dilakukan dengan 3 x 3 cara = 9 cara.
Dan n(A) = 9
Jadi, P(A) = n(A) = 9 = 1
n(S) 495 55

c. Langkah pembelajaran 3
Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara kelompok
Misal :
1. Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 5 bola putih. Jika 2 bola diambil
sekaligus dari kantong secara acak. Tentukan peluang terambilnya kedua
bola itu merah!
2. Dalam almari terdapat 4 kaos hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos merah. Bila
diambil 2 kaos sekaligus secara acak berapa peluang terambilnya 1 kaos
hitam dan 1 kaos merah !

d. Langkah pembelajaran 4
Bagi kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya, maka salah
satu dari anggota kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada
semua anggota lain sampai semuanya memahami.
49

e. Langkah pembelajaran 5
Guru memberi soal yang dikerjakan secara individu, dan saat
menjawab tidak boleh saling membantu.
Misal :
 Suatu perusahaan akan menerima 4 pegawai baru untuk mengisi
kekosongan. Jika terdapat 5 pelamar pria dan 7 pelamar wanita, maka
tentukan bahwa :
a. yang terpilih 1 pria dan 3 wanita
b. yang terpilih semuanya pria

f. Langkah pembelajaran 6
Penyelesaian Soal
Jawaban soal kelompok :
1. n(S) = C(9,2) = 9 ! =.9.8.7! = 36
7! 2! 2.1.7!
n(A) = C(4,2) = 4! = 4.3.2! = 6
2! 2! 2.1.2!
Jadi, P(A) = n(A) = 6 = 1
n(S) 36 6

2. n(S) = C(12,2) = 12 ! = 12.11.10! = 66


10! 2! 2.1.10!
 Pengambilan 1 kaos hitam dari 4 kaos hitam yang tersedia dapat
dilakukan dengan C(4,1) = 4! = 4.3! = 4 cara
3! 1! 1.3!
 Pengambilan 1 kaos merah dari 5 kaos merah yang tersedia dapat
dilakukan dengan C(5,1) = 5! = 5.4! = 5 cara
4! 1! 1.4!
Jadi, A = pengambilan 2 kaos terdiri dari 1 kaos hitam dan 1 kaos merah
dapat dilakukan dengan 4 x 5 cara = 20 cara.
Dan n(A) = 20
Jadi, P(A) = n(A) = 20
n(S) 66

Jawaban soal individu


 Banyaknya kemungkinan pemilihan 4 pegawai dari 12 pelamar = n(S) =
C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
b. - banyaknya pemilihan 1 pria dari 5 pelamar pria = C(5,1) = 5! = 5
4! 1!
- banyaknya pemilihan 3 wanita dari 7 pelamar wanita = C(7,3) = 7!
= 35
4!
3!
P(1p dan 3w) = 5 x 35 = 175
n(S) 495
c. Banyaknya cara memilih 4 pria dari 5 pria = n(A) = C(5,4) = 5! = 5
1! 4!
50

Jadi, P(A) = n(A) = 5


n(S) 495

g.Langkah pembelajaran 7
Penutup

VI. PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Aspek Afektif

No Unsur – Unsur Penilaian A B C D E


1 Mengikuti atau tidaknya pelajaran
2 Merespon pertanyaan baru
3 Berusaha ikut aktif dalam setiap pembahasan
4 Berusaha aktif mengikuti diskusi
5 Berusaha mengerjakan tugas
6 Berusaha menjawab pertanyaan atau soal
7 Tepat waktu mengumpulkan tugas
8 Ketaatan terhadap tata tertib kelas maupun sekolah
9 Hormat terhadap guru dan sesama siswa
10 Kerjasama dan empati

Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Amat Kurang

b. Aspek Psikomotorik

No Unsur – Unsur Penilaian A B C D E


1 Pengucapan sesuai kaidah matematika
2 Penulisan sesuai kaidah matematika
3 Teknik menyelesaikan persoalan
4 Kecepatan dalam menyelaesaikan soal
5 Ketepatan dalam menyelaesaikan soal
6 Ketelitian dalam menyelaesaikan soal

Keterangan :
A = Amat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
51

E = Amat Kurang

d. Aspek Kognitif

1.Sebuah dadu dilemparkan sekali. Tentukan peluang munculnya :


c. mata dadu 5
d. mata dadu ganjil
(skor soal 10)

2. Dua buah uang logam dilemparkan bersama-sama. Tentukan peluang


munculnya paling sedikit satu gambar (G)!
(skor soal 10)
3. Sebuah kantong berisi 5 kelereng merah, 4 kelereng putih dan 7 kelereng
kuning. Jika 2 kelereng diambil sekaligus dari kantong secara acak.
Tentukan peluang terambilnya kedua bola itu merah!
(skor soal 20)
4. Dari 50 siswa, 30 diantaranya putri. Akan dipilih lima siswa untuk
menjadi panitia. Tentukan peluang terpilihnya :
c. Kelimanya putra
d. 3 putri dan 2 putra
(skor soal 30)
5. Suatu panitia terdiri dari 6 orang yang dipilih dari 12 orang laki-laki dan
9 orang wanita. Tentukan peluang bahwa panitia itu harus terdiri dari
laki-laki dan wanita dengan perbandingan sama!
(skor soal 30)

Penyelesaian soal kognitif :


6. a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} jadi n(S) = 6
A= kejadian muncul mata dadu 5 jadi n(A) = 1
P(A) = n(A) = 1
n(S) 6
b. Kejadian muncul mata dadu ganjil A = {1, 3, 5}
n(A) = 3
P(A) = n(A) = 3 = 1
n(S) 6 2

7. S = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)} jadi n(S) = 4


M = kejadian muncul paling sedikit satu gambar
M = (A,G), (G,A), (G,G)} jadi n(M) = 3
P(A) = n(M) = 3
n(S) 4

8. n(S) = C(9,2) = 16 ! =16.15.14! = 120


14! 2! 2.1.14!
n(A) = C(5,2) = 5! = 5.4.3! = 10
3! 2! 2.1.3!
Jadi, P(A) = n(A) = 10 = 1
n(S) 120 12
52

9. a. Banyaknya cara memilih 5 dari 50 = n(S) = C(50,5) = 2118760


Banyaknya cara memilih 5 putra dari 20 putra = n(A) = C(20,5) = 15504
P(A) = n(A) = 15504
n(S) 2118760
Jadi, peluang terpilihnya kelimanya putra adalah 15504
2118760
b. Banyaknya cara memilih 3 dari 30 putri = C(30,3) = 4060
Banyaknya cara memilih 2 dari 20 putra = C(20,2) = 190
P(3 pi dan 2 pa) = C(30,3) x C(20,2)
C(50,5)
= 4060 x 190 = 771400
2118760 2118760
Jadi, peluang terpilihnya 3 putri dan 2 putra adalah 771400
2118760

10. Banyaknya cara memilih 6 dari 21 = n(S) = C(21,6) = 108528


Perbandingan sama dari 6 panitia adalah 3 laki-laki dan 3 wanita
Banyaknya cara memilih 3 dari 12 laki-laki = C(12,3) = 220
Banyaknya cara memilih 3 dari 9 wanita = C(9,3) = 84
P(3 laki-laki dan 3 wanita) = C(12,3) x C(9,3)
C(12,6)
= 220 x 84 = 18480
108528 108528
Jadi, peluang terpilihnya 3 putri dan 2 putra adalah 18480
108528
53

Lampiran 3:
LEMBAR VALIDASI SOAL SIKLUS I

Standar Kompetensi Kategori


No Kompetensi Dasar Indikator Soal VTR VDR TV
1 Menggunakan Menentukan 1. Menentukan 1. Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, 6 bola berwarna hijau , 3
aturan peluang suatu peluang kejadian berwarna merah dan 3 berwarna kuning. Bila diambil 4 bola
statistika, kejadian dan melalui percobaan sekaligus secara acak berapa peluang terambil :
kaidah penafsirannya 2. Menentukan c. keempatnya berwarna hijau
pencacahan, peluang suatu d. 2 bola berwarna merah dan 2 bola berwarna kuning
dan sifat-sifat kejadian secara
peluang teoritis 2. Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 5 bola putih. Jika 2 bola
dalam diambil sekaligus dari kantong secara acak. Tentukan peluang
pemecahan terambilnya kedua bola itu merah!
masalah
3. Dalam almari terdapat 4 kaos hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos
merah. Bila diambil 2 kaos sekaligus secara acak berapa peluang
terambilnya 1 kaos hitam dan 1 kaos merah !

4. Suatu perusahaan akan menerima 4 pegawai baru untuk mengisi


kekosongan. Jika terdapat 5 pelamar pria dan 7 pelamar wanita, maka
tentukan bahwa :
c. yang terpilih 1 pria dan 3 wanita
d. yang terpilih semuanya pria
5. Sebuah dadu dilemparkan, hitunglah peluang munculnya mata
dadu bernomor:
a. 2 b. kurang dari 4 c. 7
54

d. 1, 2, 3, 4, 5, atau 6

C1: Pengetahuan
C2: Pemahaman Validator,
C3: Penerapan
VTR: Valid Tanpa Revisi
VDR: Valid Dengan Revisi
TV: Tidak Valid

................................
54

Lampiran 4:
SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, 6 bola berwarna hijau , 3 berwarna merah
dan 3 berwarna kuning. Bila diambil 4 bola sekaligus secara acak berapa peluang
terambil :
a. keempatnya berwarna hijau
b. bola berwarna merah dan 2 bola berwarna kuning

2. Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 5 bola putih. Jika 2 bola diambil
sekaligus dari kantong secara acak. Tentukan peluang terambilnya kedua bola itu
merah!

3. Dalam almari terdapat 4 kaos hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos merah. Bila
diambil 2 kaos sekaligus secara acak berapa peluang terambilnya 1 kaos hitam
dan 1 kaos merah !

4. Suatu perusahaan akan menerima 4 pegawai baru untuk mengisi kekosongan.


Jika terdapat 5 pelamar pria dan 7 pelamar wanita, maka tentukan bahwa :
a. yang terpilih 1 pria dan 3 wanita
b. yang terpilih semuanya pria

5. Sebuah dadu dilemparkan, hitunglah peluang munculnya mata dadu bernomor:


a. 2 b. kurang dari 4 c. 7 d. 1, 2, 3, 4, 5, atau 6
55

Lampiran 5:
PEDOMAN PENSKORAN
1. Penyelesaian :
n(S) = banyaknya kemungkinan yang terjadi pada pengambilan 4
bola dari 12 bola yang tersedia
n(S) = C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8 ! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
a. n(A) = C(6,4) = 6! = 6.5.4! = 15
2! 4! 2.1.4!
Jadi, P(A) = n(A) = 15 = 1
n(S) 495 33

b. Pengambilan 2 bola merah dari 3 bola merah yang tersedia dapat


dilakukan dengan C(3,2) = 3! = 3.2! = 3 cara
1! 2! 1.2!
Pengambilan 2 bola kuning dari 3 bola kuning yang tersedia dapat
dilakukan dengan C(3,2) = 3! = 3.2! = 3 cara
1! 2! 1.2!
Jadi, A = pengambilan 4 bola terdiri dari 2 bola merah dan 2 bola
kuning dapat dilakukan dengan 3 x 3 cara = 9 cara.
Dan n(A) = 9
Jadi, P(A) = n(A) = 9 = 1
n(S) 495 55

2. n(S) = C(9,2) = 9 ! =.9.8.7! = 36


7! 2! 2.1.7!
n(A) = C(4,2) = 4! = 4.3.2! = 6
2! 2! 2.1.2!
Jadi, P(A) = n(A) = 6 = 1
n(S) 36 6

3. n(S) = C(12,2) = 12 ! = 12.11.10! = 66


10! 2! 2.1.10!
 Pengambilan 1 kaos hitam dari 4 kaos hitam yang tersedia dapat dilakukan
dengan C(4,1) = 4! = 4.3! = 4 cara
3! 1! 1.3!
 Pengambilan 1 kaos merah dari 5 kaos merah yang tersedia dapat dilakukan
dengan C(5,1) = 5! = 5.4! = 5 cara
4! 1! 1.4!
Jadi, A = pengambilan 2 kaos terdiri dari 1 kaos hitam dan 1 kaos merah dapat
dilakukan dengan 4 x 5 cara = 20 cara.
Dan n(A) = 20
Jadi, P(A) = n(A) = 20
n(S) 66

4. Banyaknya kemungkinan pemilihan 4 pegawai dari 12 pelamar = n(S) =


C(12,4) = 12 ! = 12.11.10.9.8! = 495
8! 4! 4.3.2.1.8!
56

e. - banyaknya pemilihan 1 pria dari 5 pelamar pria = C(5,1) = 5! = 5


4! 1!
- banyaknya pemilihan 3 wanita dari 7 pelamar wanita = C(7,3) = 7! = 35
4! 3!
P(1p dan 3w) = 5 x 35 = 175
n(S) 495
f. Banyaknya cara memilih 4 pria dari 5 pria = n(A) = C(5,4) = 5! = 5
1! 4!
Jadi, P(A) = n(A) = 5
n(S) 495
5. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} maka n(S) = 6.
a. Misalkan, A kejadian munculnya muka dadu nomor 2 maka A = {2}, n(A) = 1, dan
n(A) 1
P(A) = 
n(S) 6
b. Misalkan, C kejadian munculnya muka dadu bernomor kurang dari 4 maka C = {1,
n(C) 3 1
2, 3}, n(C) = 3, dan P(C) =  
n(S) 6 2
c. Misalkan, D kejadian munculnya muka dadu nomor 7 maka D = { }, n(D) = 0, dan
n(D) 0
P(D) =  0
n(S) 6

d. Misalkan, E adalah kejadian munculnya muka dadu bernomor 1, 2, 3, 4, 5, atau 6


maka E = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(E) = 6 sehingga P(E) = 6  1
6
Lampiran 6:
KISI-KISI SOAL
Standar Kompetens
N Kompetensi i Dasar
Indikator Soal
o

1 Mengguna Menentuka 1. 1. Dalam sebuah kotak terdapat


kan aturan n peluang Menentuk 12 bola, 6 bola berwarna hijau ,
statistika, suatu an 3 berwarna merah dan 3
kaidah kejadian peluang berwarna kuning. Bila diambil 4
pencacahan dan kejadian bola sekaligus secara acak
, penafsirann melalui berapa peluang terambil :
dan sifat- ya percobaan e. keempatnya
sifat 2. berwarna hijau
peluang Menentuk f. 2 bola
dalam an berwarna
pemecahan peluang merah dan 2
masalah suatu bola berwarna
kejadian kuning
secara
teoritis 2. Sebuah kantong berisi 4 bola
merah dan 5 bola putih. Jika 2
bola diambil sekaligus dari
kantong secara acak. Tentukan
peluang terambilnya kedua bola
itu merah!

3. Dalam almari terdapat 4 kaos


hitam, 3 kaos putih dan 5 kaos
merah. Bila diambil 2 kaos
sekaligus secara acak berapa
peluang terambilnya 1 kaos
hitam dan 1 kaos merah !

4. Suatu perusahaan akan


menerima 4 pegawai baru untuk
mengisi kekosongan. Jika
terdapat 5 pelamar pria dan 7
pelamar wanita, maka tentukan
bahwa :
e. yang terpilih 1
pria dan 3
wanita
f. yang terpilih
semuanya pria
5. Sebuah dadu dilemparkan,
hitunglah peluang munculnya
mata dadu bernomor:
a. 2 b. kurang dari 4
c. 7
d. 1, 2, 3, 4, 5, atau 6

C1: Pengetahuan
C2: Pemahaman
C3: Penerapan

S-ar putea să vă placă și