Sunteți pe pagina 1din 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu
hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut
hemorod eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?

1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?

1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?

1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?

1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?

1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?

1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?

1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?


1.3 TUJUAN PENULISAN

Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:

1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?

1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?

1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?

1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?

1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?

1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?

1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?

1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku panduan
keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi pembahasan dan Bab
III terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering


terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat
awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.

Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh


darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah
adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

2.2 Etiologi

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :


a. Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.

b. Anatomi

Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid.

* Gangguan defekasi dan miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

2.3 Patofisiologi

Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena
karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.

2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :

- Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.

- Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

- Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus
di dorong.

- Derajat IV

Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang
kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan -
akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus
spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan
menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis
tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.

2. HEMOROID EKSTERNA.

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:

- Sering rasa sakit dan nyeri

- Rasa gatal pada daerah hemorid


Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.

b. Kronik

Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.4 Pathway

Hemoroid Ekterna

Jika ada bekuan darah

Trombosis

Peradangan, dan Edema

Bengkak, kebiru-biruan pada anus dan berdarah.

Pembesaraan V.Hemoroidalis

Nyeri

Perdarahan saat BAB dan tanpa nyeri (karena pada daerah ini tidak ada serabut nyeri)

Anemia defisiensi Besi

Keluarnya masa pada daerah anal

Perdarahan

Aliran vena balik terganggu


Tekanan perifer meningkat – pelebaran V.Hemoroidalis (hemoroid)

Kehamilan
Berdiri dan duduk terlalu lama

Kongesti vena plexsus

Hipertensi portal (sirosis hepatis)

Sering angkat beban berat

Konstipasi

Hemoroid interna

Konstipasi dan mengedan dalam jangaka yang lama


2.5 Manifestasi Klinis

Gejala utama berupa :

 Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

 Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

 Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

 Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

 Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)


Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

 Anoskopy

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani
dan tumor ganas harus diperhatikan.

 Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan


oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.

 Rontgen (colon inloop) atauKolonoskopy

 Laboratorium : - Eritrosit

- Leukosit

- Hb

2.7 Komplikasi

 Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid
dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila
hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.

 Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.

 Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.

2.8 Penatalaksanaan Medis

1 ) Operasi Herniadectomy

2 ) Non operatif

 Untuk derajat I dan II

 Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.

 Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.

 Anti biotik bila terjadi infeksi.

 Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis
dan hemoroid lalu mengecil ).

 “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I
minggu, diharapkan terjadi nekrosis.

 Untuk derajat III dan IV

Dapat dilakuakan

 Pembedahan

 Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.

 Dapat dilakukan rendam duduk.

 Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)


hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000
selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar
dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.

Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di
adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada
perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan defenitif.

3) Terapi Bedah

 Bedah Konvensional

Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid
ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit
anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan
diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi
diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.

 Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri.
Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut
saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut
syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah
jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

 Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan
m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan
kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke
dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid
mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu
fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar
bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat
sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

2.9 Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian

1. Identitas pasien.

Nama :

Jenis kelamin : > pada Laki-laki

Agama :

Umur : 40 – 55 thn

Status :

Tanggal lahir :

Suku Bangsa :

2. Keluhan utama.

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

3. Riwayat penyakit.

 Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada


benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar
menetes.

 Riwayat penyakit dahulu


Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau
terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.

a. Pola Nutrisi

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.

b. Pola Istirahat dan Tidur

Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang
banyak orang mondar-mandir.

c. Pola Aktivitas

Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi
kebutuhanaktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.

d. Pola Eleminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-
otot tractus degestivus.

5. Pemeriksaan fisik.

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

- Warna benjolan terlihat kemerahan.


- Benjolan terletak di dalam ( internal ).

2. Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan


rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan
tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

6. Informasi penunjang.

 Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000

- Elektrolit :

1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L

2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L

3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L

 Diagnostik

- Kolonoscopy

- Anoskopy

2.9.2 Analisa Data

No Data Penunjang Etiologi Masalah

1 DS: Pembesaran Vena Konstipasi


1. Klien mengeluh BAB seminggu Hemoroidalis
yang lalu terasa sangat nyeri dan
keluar darah segar bersama
dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir
saat keras,sehingga harus
mengedan karena hemoroid klien
kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB
memang tidak normal dari
dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,
walupun sering makan sayur dan
buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini
hampir seminggu belum BAB
karena takut meresakan nyeri dan
perdarahan seperti sebelumnya.
DO:
1. Distensi abdomen (+)

2. Teraba massa pada regio


bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya
benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus
didorong dengan tangan agar
masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna: kuning
kecoklatan, konsistensi: lembek
berampas)

2 DS: Adanya hemoroid Nyeri


1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anal
pada daerah anus.

2. Klien mengeluh nyeri pada saat


duduk dan berbaring terutama
saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu
yang lalu terasa sangat nyeri dan
keluar darah srgar bersama
dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya
benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus
didorong dengan tangan agar
masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 6
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi
daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.

3 DS : klien mengeluh BAB Pecahnya Vena Perdarahan


seminggu yang lalu karena keluar
Hemoroidalis V.Hemoroidalis
darah segar bersama feses
bahkan darah menetes saat BAB
DO :
1. TTV : TD = 120/80 mmHg
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan
aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah
beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang
dibantu oleh orang lain

2.9.3 Diagnosa Keperawatan

PRE OPERATIF

1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.

3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan


perdarahan waktu BAB.
POST OPERATIF

1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada
luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.

2.9.4 Rencana Tindakan Keperawatan

PRE OPERATIF

No. Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan


tindakan keperawatan anjurkan minum
berhubungan
dengan selama 2 x 24 jam kurang lebih 2 1.Mencegah dehidrasi
diharapkankonstipasi liter/hari. secara oral.
pembesaran teratasi.
vena 2.Berikan posisi
KH: semi fowler pada
hemoroidalis.
a.Pola BAB normal (1- tempat tidur.
2x/minggu). 3.Anjurkan
2.Meningkatkan usaha
b.Konsistensi feses mengkonsumsi
makana tinggi serat. evakuasi feses.
lunak.

c.Warna feses kuning. 4.Auskultasi bunyi


usus.
3.Makanan tinggi serat
d.Klien tidak takut
dapar melancarkan
untuk BAB.
proses defekasi.
5.Hindari makanan
e.Tidak ada nyeri pada
yang membentuk
saat BAB.
gas.
4.Bunyi usus secara
6.Kurangi / batasi umum meningkat
makana seperti pada diare dan
produk susu. menurun pada
konstipasi.
7.Berikan laktasif
sesuai program 5.Menurnnkan distres
dokter. gastrik dan distensi
abdomen.

6.Makanan ini
diketahui sebagai
penyebab konstipasi.

7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.

2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan


tindakan keperawatan yang nyaman. stimulasi/meningkatkan
berhubungan selama 3 x 24 jam relaksasi.
dengan adanya diharapkannyeri
2.Meminimalkan
hemoroid pada teratasi. 2.Berikan bantalan
tekanan di bawah
daerah anal. dibawah bokong
KH: bokong/meningkatkan
saat duduk.
relaksasi.
a.Wajah pasien
3.Observasi tanda-
tampak meringis. 3.Untuk menentukan
tanda vital.
intervensi selanjutnya.
b.Skala nyeri
4.Ajarkan teknik
berkurang 0-3 atau 4.Pengalihan perhatian
untuk menguranyi
hilang. melalui kegiatan-
rasa nyeri seperti
kegiatan.
membaca, menarik
c.Klien dapat istirahat nafas panjang,
tidur. menonton TV, dll.
d.TTV Normal 5.Berikan kompres
5.Meningkatkan
dingin pada
TD: 100/80 mmHg relaksasi.
daerah anus 3-4
jam dilanjutkan
dengan redam
duduk hangat 3-4
x/hari. 6.Menurunkan
6.Berikan ketidaknyamanan fisik.
lingkungan yang
tenang.
7.Mengurangi nyeri dan
7.Kolaborasi dengan menurunkan rangsang
dokter untuk saraf simpatis dan untuk
pemberian mengangkat hemoroid.
analgesik, pelunak
feses dan dilakukan
hemoroidectomi.

3. Perdarahan Setelah dilakukan 1.Observasi TTV. 1.Untuk menentukan


tindakan keperawatan tindakan selanjutnya.
berhubungan 2.Monitor
selama 3 x 24 jam
dengan banyaknya 2.Untuk menentukan
diharapkankekurangan
perdarahan klien. tingkat kehilangan
pecahnya vena nutrisi terpenuhi. cairan.
hemoroidalis 3.Kaji ulang tingkat
KH:
toleransi aktifiitas 3.Untuk mengetahui
yang ditandai a.Konjungtiva klien klien. tingkat kelemahan klien.
dengan merah muda.
4.Memandirikan 4.Mengurangi
perdarahan b.Hb Normal (12-14 klien dalam ketergantungan aktifitas
waktu BAB. g/dl). melakukan aktifitas klien dengan bantuan
sehari-hari. perawat.
c.Tidak ada
perdarahan Kolaborasi: Kolaborasi:
v.hemoroid.
1.Konsultasikan 1.Untuk menentukan
d.Dapat melakukan nutrisi untuk klien kebutuhan nutrisi yang
aktivitas mandiri. dengan ahli gizi. tepat pada klien.
e.Klien tidak cepat 2.Berikan vitamin K 2.Untuk membantu
lelah setelah dan B12 sesuai proses pembekuan
beraktivitas. indikasi. darah dan Untuk
meningkatkan produksi
f.Aktifitas klien sudah 3.Konsultasi dengan
sel darah merah.
tidak dibantu oleh ahli gizi.
perawat. 3.Untuk menentukan
4.Berikan cairan IV.
diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.

POST OPERATIF

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Beri posisi tidur 1. Dapat menurunkan


tindakan yang tegangan abdomen
nyaman nyeri keperawatan menyenangkan
pada luka selama 2 x 24 jam pasien.
operasai berkurangnya rasa 2. Melindungi pasien
nyeri pada daerah 2. Ganti balutan
berhubungan dari kontaminasi
pasca operasi. setiap pagi sesuai
silang selama
dengan adanya tehnik aseptik
KH: penggantian
jahitan pada balutan. Balutan
luka operasi dan a.tidak terdapat basah bertindak
rasa nyeri pada luka sebagai penyerap
terpasangnya
operasi kontaminasi
cerobong anus. eksternal
b.pasien dapat
beraktivitas sesuai 3. Menurunkan
kemampuan masalah yang
3. Latihan jalan terjadi karena
c.sekala nyeri 0-3
sedini mungkin imobilisasi
d.klien tampak
4. Perdarahan pada
rileks 4. Observasi jaringan, inflamasi
daerah rektal lokal atau
apakah ada terjadinya infeksi
perdarahan dapat
meningkatkan rasa
nyeri
5. Pengetahuan
tentang manfaat
5. Berikan cerobong anus
penjelasan tentang dapat membuat
tujuan pemasangan pasien paham guna
cerobong anus cerobong anus
(untuk mengalirkan untuk kesembuhan
sisa-sisa lukanya
perdarahan yang di
dalam bisa keluar)
6. Cerobong anus
dilepas sesuai
advice dokter 6. Meningkatkan
fungsi fisiologis
anus dan
memberikan rasa
nyaman pada
daerah anus pasien
karena tidak ada
sumbatan

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Respon autonomik


tindakan vital meliputi TD,
berhubungan keperawatan respirasi, nadi yang
dengan selama 2 x 24 jam berhubungan
pertahanan infeksi tidak terjadi. dengan keluhan /
penghilang nyeri .
primer tidak KH:
Abnormalitas tanda
adekuat. a.tidak terdapat vital perlu di
tanda-tanda infeksi observasi secara
(dolor, kalor, rubor, lanjut
tumor, fungsiolesa)
2. Deteksi dini
b.TTV Normal (TD: terjadinya proses
2. Observasi
120/80 mmHg, N: infeksi dan /
96 x/menit, S: balutan setiap 2 pengawasan
36,7 OC, RR: 18 jam, periksa penyembuhan luka
x/menit) terhadap oprasi yang ada
perdarahan dan sebelumnya
c.luka mengering bau.
3. Mencegah meluas
dan membatasi
3. Ganti balutan penyebaran luas
dengan teknik infeksi atau
aseptik kontaminasi silang
4. Mengurangi /
mencegah
4. Bersihkan area kontaminasi daerah
perianal setelah luka
setiap defekasi
5. Mengurangi
5. Berikan diet rangsangan pada
rendah serat dan anus dan mencegah
minum yang cukup mengedan pada
waktu defekasi

3. Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Pengetahuan


tindakan pentingnya tentang diet
pengetahuan keperawatan penatalaksanaan berguna untuk
berhubungan selama 2 x 24 jam diet rendah sisa melibatkan pasien
dengan klien dapat atau serat. dalam
melakukan merencanakan diet
kurangnya
perawatan area dirumah yang
informasi anal dirumah. sesuai dengan
perawatan yang dianjurkan
KH:
dirumah. oleh ahli gizi
a.pasien mengerti 2. Demontrasikan 2. Pemahaman akan
tentang perawatan perawatan area meningkatkan kerja
dirumah anal dan minta sama pasien dalam
b.keluarga mengerti pasien program terapi,
tentang proses menguilanginya meningkatkan
penyakit dan penyembuhan dan
perawatannya proses perbaikan
terhadap
c.pasien
penyakitnya
menunjukkan wajah
tengang 3. Meningkatkan
kebersihan dan
3. Berikan rendam kenyaman pada
duduk daerah anus (luka
atau polaps)
4. Melindungi area
anus terhadap
kontaminasi
kuman-kuman yang
4. Bersihakan area berasal dari sisa
anus dengan baik defekasi agar tidak
dan keringkan terjadi infeksi
seluruhnya setelah
defekasi
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid
adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek
kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid
mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi
perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

b. Anatomi

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.

* Gangguan devekasi miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.


3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.

3.2 SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :

1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.

2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.

3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.

4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.

5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah


mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.

Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și