Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa.Batu saluran kemih diduga ada hubungannya
dengan terbentuknya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang yang meliputi herediter, umur, jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya yang meliputi geografi, iklim dan
temperature, asupan air,diet, dan pekerjaan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang terbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urine. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak parirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam vertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Efek ginjal tidak berfungsi atau terganggu maka terjadi kebocoran protein melalui
unit penyaring ginjal (nefron). Pada urine ditemukan protein bahkan albumin yang memiliki
berat molekul besar. Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama pada penyakit hipertensi
akan menyebabkan ginjal harus bekerja keras dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya
terganggunya fungsi ginjal pada mekanisme pengaturan tekanan darah juga dapat
menyebabkan hipertensi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
2. Bagaimana diagnosa pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
3. Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
6. Bagaimana pendokumentasian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi
urine?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
b. Mahasiswa mampu melakukan menentukan diagnose pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
d. Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan yang telah disusun
pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
f. Mahasiswa mampu melakukan penyusunan pendokumentasian hasil Asuhan
Keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi
Urine yaitu Batu Ginjal.
D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan waktu yang telah di tentukan dan disesuaikan dengan tempat praktek yang
ada serta kemampuan penulisan, maka dalam hal ini penulisan membatasi lingkup
bahasanya pada kasus “Asuhan Keperawatan Pada Tn.B dengan dengan Gangguan
Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal L.08 Blok B kamar 805 di Rumah Sakit Umum Daerah
Koja Jakarta Utara” dari tanggal 15 Juni 2016 sampai 17 Juni 2016.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kasus dengan tujuan
mendapatkan gambaran secara tepat tentang Asuhan Keperawatan Tn.B.
Langkah-langkah yang dilakukan yang dilakukan dan metode yang digunakan dalam
penulisan makalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan, untuk memperoleh dasar ilmiah yang berhubungan dengan
kasus Gagal Ginjal yaitu mempelajari buku-buku keperawatan, kedokteran serta situs
internet sebagai sumber untuk mendapatkan keterangan dan dasar teoritas
berhubungan dengan masalah yang terjadi.
2. Mengadakan wawancara dan observasi dengan pengamatan langsung terhadap
klien dengan kasus batu ginjal, perawat ruangan untuk memepereoleh data yang lebih
jelas dan lengket secarta akurat
3. Observasi secara tidak langsung dengan melihat catatan medis ( status klien).
Laporan pemeriksaan, dan informasi dari perawat ruangan.
4. Studi dokumentasi, dengan mempelajari catatn mempelajari catatan keperaawtan,
status klien, dan catatan medis.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan membuat sistematika penulisan dengan cara membaginya kedalam 5 bab
dimana masing-masing mempunyai kaitan satu saa lain secara sistematika yaitu sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan terdiri dari : dalam bab ini atas latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematik penulisan.
BAB II Tinjauan Teori : dalam bab ini terdiri atas konsep dasar eliminasi urine,
pengertian, proses berkemih, pemeriksaan diagnostic, pengkajian keperawatan,
diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus : meliputi penerapan proses keperawatan dari mulai
pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV Pembahasan : yang membahas tentang kesenjangan antara tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus yang di dapat pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasin Urine
yaitu Batu Ginjal.
BAB V Penutup : bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Eliminasi Urine
1. Pengertian
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari
plasma darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a. Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia.
b. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine taupun
bowel feses.
c. Ambarwati (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai
zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih
satu juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam
bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
2. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan
otot yang paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai detrusor,
berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih
terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai
otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga
uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra
pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai
tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri
atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada
wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan
urine kebagian luar tubuh.
C. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika
urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian
reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-
450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol
berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan
melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot
detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.
Komposisi urine :
1. Air (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b. Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor. Natrium
klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
C. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam
kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
D. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
E. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
F. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia,
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
G. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.
H. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
I. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
J. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
K. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
L. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat
memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Penyebabnya yaitu :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b. Trauma sumsum tulang belakang
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat
e. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu :
proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat
narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :
a. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih.
Kemungkinan penyababnya yaitu :
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran
kemih.
c. Minum alkohol atau kafein
d. Peningkatan cairan
e. Peningkatan konsentrasi urine
f. Distensi kamdung kemih yang berlebihan
b. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
c. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
d. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab :
a. Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Kemungkinan penyebab :
a. Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak
atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara
kandung atau cekcok dengan orang tua).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
4. Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding
perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada
kandung kemih.
G. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan
motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa
tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada
keadaan stres atau hamil.
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia
jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada
mereka.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes
melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal,
urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
m. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia ujrine,
enuresis dll.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomaly saluran urinaria.
b. Penurunan kapasitas/iritasi kandung kemih akibat penyakit.
c. Kerusakan pada saluran kemih.
d. Efek pembedahan saluran kemih.
e. Hambatan lingkungan ke kamar mandi.
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan :
a. Kerusakan mobilitas.
b. Hambatan lingkungan.
c. Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia).
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan :
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla
spinalis.
4. Inkontinensia stress berhubungan dengan :
a. Penurunan tonus otot (pada lansia)
b. Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital.
5. Inkonteninsia total berhubungan dengan :
a. Defisit komunikasi/persepsi.
6. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan :’
a. Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
b. Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkhohol dll.
7. Retensi urine berhubungan dengan :
a. Adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur, BPH, dll.
b. Strss/ketidaknyamanan.
8. Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.
C. Perencanaan Keperawatan.
Tujuan :
1. Memahami arti eliminasi urine.
2. embantu mengosongkan kandung kemih secara penuh.
3. Mencegah infeksi.
4. Mempertahankan integritas kulit.
5. Memberi rasa nyaman.
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih.
7. Memberikan asupan cairan secara cepat.
8. Mencegah kerusakan kulit.
9. Memulihkan self esteem/ mencegah tekanan emosional.
Rencana Tindakan :
1. Monitor / observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi
urine, retursi dan inkontinensia.
2. Kurangi faktor yang memengaruhi masalah.
3. Monitor terus perubahan retensi urine.
4. Lakukan kateterisasi.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan.
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan.
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-beda, maka
pengambilan/pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya.
2. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal.
Menolong buang kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil sendiri di kamar
kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine dan
mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
3. Melakukan kateterisasi.
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Menggubakan kondom kateter.
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih.cara ini bertujuan agar
pasien dapat berkemih danmempertahankannya.
E. Evaluasi Keperawatan.
1. Miksi secara normal,ditunjukan dengan kemampuan pasien berkemih sesuai dengan asupan
cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat kompresi pada kandung kemih,
/kateter.
2. Menggosaokan kandung kemih, ditunjukan dengan berkurangnya distensi, volume urine
residu dan lancarnya kepatenan drainase.
3. Mencegah infeksi ,ditunjukan dengan tidak adanya tanda infeksi,tidak ditemukan adanya
disurya, urginsi, frekuensi, rasa terbakar.
4. Mempertahankan intregitas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi
dan kulit sekitar uriterostomi kering.
5. Melakukan bladden training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan
mampu berkemih di saat ingin berkemih.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal, yang dilaksanakan pada tanggal
15-17 Juni 2016. Asuhan Keperawatan ini di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2016
Nomor Register : 627622
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.
Tanggal Masuk : 13 Juni 2016
1 . IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Warakas No.4
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien dankeluarga.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan
muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai
ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b. Kronologis Keluhan :
5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya keluarga klien di
bawah ke RSUD KOJA.
1. Faktor pencetus :kekurangan minum air putih
2. Timbulnya keluhan : Mendadak
3. Lamanya : 5 hari.
4. Upaya mengatasi : Dibawa ke rumah sakit.
b. Pola eliminasi
1. BAK
a. Frekwensi : 7-8 x/hari
b. Warna : kuning jernih
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2. BAB
a. Frekwensi : 2-3 x/hari
b. Warna : kecoklatan
c. Bau : khas
d. Konsistensi : lembek
e. Keluhan : tidak ada
f. Pencahar : tidak ada.
2. Oral Hygiene :
a. frekwensi : 2x sehari
b. waktu : pagi dan sore
c. pasta gigi : Ya
3. Cuci Rambut
a. Frekwensi : 1x sehari
b. Waktu : sore hari
c. Shampo : Ya
2. Oral hygiene :
Frekwensi : tidak ada
Waktu : tidak ada
Pasta gigi : tidak ada
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Kepala
a. Bentuk : simetris
b. Keluhan : tidak ada
2. Mata
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : normal
c. Pergerakan bola mata : normal
d. Konjungtiva normal
e. Kornea : normal
f. Sklera : normal
g. Pupil : isokor
h. Otot-otot mata : normal
i. Fungsi penglihatan : baik
j. Tanda-tanda radang : tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : tidak ada
l. Pemakaian lensa kotak : tidak ada
3. Hidung
a. Reaksi alergi : tidak ada
b. Cara mengatasi : tidak ada
c. Pernah mengalami flu : pernah
d. Ada sinus : tidak ada
4. Telinga
a. Daun telinga : normal
b. Karakteristik serumen : tidak ada
c. Kondisi telinga : normal
d. Cairan dalam telinga : tidak ada
e. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f. Tinitus : tidak ada
g. Fungsi pendengaran : normal
h. Bantu pendengaran : tidak ada
7. Sirkulasi
a. Sirkulasi perifer
1. Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2. Tekanan Darah :140/90 mmHg
3. Temperatur kulit : dingin
4. Warna kulit : pucat
5. Pengisian kapiler : 2/detik
b. Sirkulasi jantung
1. Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2. Irama : teratur
3. Sakit dada : tidak ada
8. Sistem Hematologi
a. Hb : 13 Gr/dl
b. Ht : 23,1 vol%
c. Leukosit : tidak ada
d. Hematokrit : 23,1%
e. Trombosit : 249 Ribu/ul
f. Mengeluh kesakitan : tidak ada
9. Neurologis
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi :
1. Waktu : Klien mengenal waktu.
2. Tempat : Klien mengenal tempat.
3. Orang : Kien mengenal orang
c. Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d. Riwayat kejang : tidak ada
e. Kekuatan menggenggam : kuat
f. Pergerakan ekstremitas : aktif
9. Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi : 1x sehari
2. Diare : tidak ada
3. Warna feces : coklat
4. Konsistensi feces : setengah padat
5. Konstipasi : tidak ada.
b. BAK
1. Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2. Jumlah/24 jam : 400 ml
3. Warna : kuning pekat
4. Distensi : tidak ada
10. Kulit
a. Turgor kulit : elastis/baik
b. Warna kulit : normal.
c. Keadaan kulit : baik
d. Keadaan rambut
1. Tekstur : baik
2. Kebersihan : Ya
13. Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c. Fraktur : tidak ada
d. Kelainan bentuk tulang sendi : normal
15. Penatalaksanaan
No. Nama Obat Dosis Untuk Jam pemberian Cara
diagnosa pemberian
6. Aspirin 3x500mg Rasa nyaman 08.00, 13.00, 17.00 wib Obat Oral
nyeri
RESUME
Tn. B berumur 44th datang ke IGD RSUD. Koja diantar oleh keluarganya pada tanggal 15
Juni 2016 pada pukul 11.05 wib dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pinggang kiri
hilang timbul. Selanjutnya klien di periksa oleh tenaga medis dan dilakukan tindakan
memasang infus ke pasien.Klien dinyatakan terdiagnosa penyakit batu ginjal. Kemudian klien
dipindahkan ke ruang perawatan lantai 8 Blok D pada pukul 13.05 wib. Pada tanggal 15 Juni
2016 saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri
dan rasanya sampai penis. Klien mengatakan nyerinya sejak 5 hari yang lalu. Klien
mengatakan kurang minum. Klien mengatakan sakit saat buang air kecil.
TTV klien TD :140/90mmHg.
Suhu : 36,5 oC,
RR: 22x/menit.
Nadi : 90x/menit.
Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine dan gangguan personal hygiene. Klien terpasang
infus RL 500ml 20 t/m.
DATA FOKUS
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
Intake :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +
1500 cc
Output :
Urine : 400 cc
BAB : 50 cc
Keringat :50 cc
IWL : 810 cc +
1310 cc
Balance Cairan =
Intake – Output
=
1500cc-1310cc
= 190
cc
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
No Tanggal Data Masalah Etiologi
3. Kien mengatakan
nyerinya dari pinggang
sebelah kiri menjalar sampai
daerah penis.
DO :
2. TTV Klien :
TD : 140/90mmHg.
Nadi : 90x/menit.
RR : 22x/menit.
Suhu : 36,5◦ᴄ.
DS :
5. Klien mengatakan
urinnya berwana kuning pekat
DO :
kuning pekat.
6. Balance Cairan
Intake :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +
1500 cc
Output :
Urine : 400 cc
BAB : 50 cc
Keringat : 50 cc
IWL : 810 cc +
1310 cc
IWL : (15XBB)
24 jam
= (15x54kg)
24 jam
= 33,75 x 24
= 810cc/24jam
=1500cc-1310cc
= 190 cc
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
3.
15 Juni DS : Personal Keterbatasan
2016 1. Klien mengatakan Hygiene Fisik
selama dirawat belum
mandi (hanya dilap)
2. Klien mengatakan
badannya gatal.
3. Klien mengatakan
badannya lesuh.
4. Klien mengatakan
tidak mencuci rambut
selama dirawat
DO:
15 Juni
2016
RENCANA KEPERAWATAN
hilang setelah
1. Berikan obat injeksi
dilakukan asuhan
Ketorolac 30 mg
keperawatan.
2. Berikan obat
- 2. Klien tampak
Aspirin 500 mg
rileks.
3.Skala nyeri
klien berkurang
4)
yaitu 1.
DO :
- 4. Klien dapat dan
5. TTV Klien :
TD : 140/90mmHg.
Nadi : 90x/menit.
dapatteratasi normal
5. Klien mengatakan urinnya berwana
pasien.
kuning pekat
1. Menunjukkan pola 2
eliminasi urine 3. 3. Obs peningkatan
kembali normal. pemasukan cairan
: 3 – 4 liter/hari.
- 2. Aliran urine lancar.
4. Obs semua
3. Klien berkemih urin, catat adanya
dengan jumlah keluaran batu.
3
normal dansepertibiasa
nya. 5)
Kolaborasi :
DO : 1. Berikan injeksi
Batugin 30 mg
1. Klien tampak lemas. 4
2. Berikan injeksi
2. Klien tampak minum sedikit. Natrium
Bikarbonat 30 mg
3. Klien tampak sakit saat buang air kecil
Dx
Dapat teratasi :
3. Klien mengatakan badannya lesuh. klien
1. Badan klien
4. Klien mengatakan tidak mencuci Dalam
rambut selama di rawat terlihat segar melakukanpera
diri.
2. Klien tidak lesu lagi.
3. Beritahu
DO: 3. Badan klien tidaklengket lagi.
Klien tentang
1. Klien tampak belum mandi selama kebersihan diri
dirawat.
IMPLEMENTASI
NamaKlien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
DiagnosaMedis : Batu Ginjal.
1. Rabu, Mandiri :
15 Juni 2016
1. Mengobservasi TTV klien.
10.00 wib
R:
TD : 140/90 mmHg.
Nadi : 90x/menit.
RR : 22x/menit.
13.00 wib
Kamis,
R:
TD : 140/90 mmHg.
Nadi : 92x/menit.
RR : 22x/menit.
Suhu : 36 derajatcelcius.
nyeri.
13.00 wib
Jum`at,
17 Juni 2016
Mandiri :
R:
TD : 130/80 mmHg.
Nadi : 90x/menit.
RR : 22x/menit.
Kolaborasi :
IMPLEMENTASI
2. Rabu, Mandiri :
3-4 liter.
Intake :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +
1500 cc
Output :
Urine : 400 cc
BAB : 50 cc
Keringat : 50 cc
IWL : 810 cc +
1310 cc
IWL : (15XBB)
24 jam
= (15x54kg)
24 jam
= 810cc/24jam
=1500cc-1310cc
= 190 cc
yang keluar.
Kolaborasi :
11.00 wib
Mandiri :
16 Juni 2016 r
R : Intake :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +
1500 cc
Output :
Urine : 450 cc
BAB : 50 cc
Keringat : 50 cc
IWL : 810 cc +
1360 cc
IWL : (15XBB)
24 jam
= (15x54kg)
24 jam
=1500cc-1360cc
= 140 cc
R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.
Kolaborasi :
Mandiri :
Infus : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc +
1500 cc
Output :
Urine : 440 cc
BAB : 50 cc
Keringat : 50 cc
IWL : 810 cc +
1350 cc
IWL : (15XBB)
24 jam
= (15x54kg)
24 jam
=1500cc-1350cc
= 150 cc
R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.
Kolaborasi :
IMPLEMENTASI
3. Rabu, Mandiri :
diri.
diri.
Kamis, Mandiri :
diri.
Mandiri :
10.00 wib
diri.
EVALUASI
P : LanjutkanIntervensi
P :Lanjutkan Intervensi.
EVALUASI
- Klien mengatakan
minumnya hanya sedikit.
- Klien tampak
kesakitan saat miksi.
Kamis,
16 Juni 2016
P : Lanjutkan Intervensi.
S : - Klien mengatakan sakit
saat miksi.
O : - Klien tampak
kesakitan saat miksi.
Jum`at,
P : Lanjutkan Intervensi.
S : - Klien mengatakan
lemas.
- Klien mengatakan
minumnya hanya sedikit.
- Klien tampak
kesakitan saat miksi.
P : Lanjutkan Intervensi.
EVALUASI
- Klien mengatakan
badannya gatal.
- Klien mengatakan
badannya lesuh.
A :Tujuan tercapai,
Kamis,
masalah teratasi.
16 Juni 2016
P : pertahankan Intervensi.
S : - Klien mengatakan
selama dirawat belum
mandi.
- Klien mengatakan
badannya gatal.
- Klien mengatakan
badannya lesuh.
A :Tujuan tercapai,
masalah teratasi.
P : Pertahankan Intervensi
S : - Klien mengatakan
selama dirawat belum
mandi.
- Klien mengatakan
badannya gatal.
- Klien mengatakan
badannya lesuh.
A :Tujuan tercapai,
masalah teratasi.
P : Pertahankan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine
yaitu Batu Ginjal di ruangan 805 Lantai 8 RSUD Koja Jakarta Utara. Maka bab ini penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi
proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksaan keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses kepeawatan yang dilakukan dimana penulisan
berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psikososial dan spritual. Hasil
dari pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang pemeriksaan fisik, membaca
catatan medis dan catatan perawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus. Penyebab eliminasi urine dengan gangguan batu ginjal disebabkan oleh
kurangnya minum.
Faktor pendukung adalah dimana klien dan keluarga klien sangat koperatif, adapun faktor
penghambat adalah kurangnya buku referensi yang tersedia dan alternatif permasalahan
adalah lebih sring lagi untuk membaca buku referensi-referensi yang lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan terhadap kesenjangan antara teori dan kasus jika pada teori
terhadap 8 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan saluran kemih akibat
anomaly saluran urinaria.
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan mobilitas.
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan
arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis.
4. Inkontinensia stress berhubungan dengan penurunan tonus otot (pada lansia)
5. Inkonteninsia total berhubungan dengan defisit komunikasi/persepsi.
6. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih akibat
penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
7. Retensi urine berhubungan dengan adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur
8. Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.
Sedangkan pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu: diagnosa pertama: Gangguan rasa nyaman
nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu, kedua: Perubahan eliminasi urine b.d
sumbatan di daerah uretral, ketiga: personal hygiene yang berhubungan dengan keterbatan
fisik. Ada 7 diagnosa secara teori yang tidak ditemukan pada kasus. Karena pada kasus tidak
ditemukan tidak ada data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut. Sedangkan ada 2
diagnosa yang diangkat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu diagnosa Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri dan diagnosa Personal Hygiene. Penulis dapat mengangkat diagnose
tersebut karena penulis dapat menemukan data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut.
C. Intervensi / Perencanaan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan maka perlu penetapan rencana keperawatan
untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.Kegiatan perencanaan
ini meliputi : memperioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil serta tindakan.
perumusan tujun pada asuhan keperawatan berdasarkan pada merode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality dan time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi
dengan tindakan keperawatan.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus penulis berusaha
memperiotaskan berdasarkan kebutuhan menurut maslow. Intervensi yang dilakukan sesuai
pada teori pada waktu pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang seharusnya
perencanaan waktu melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
Kriteria hasil yang ada pada tujuan perencanaan, ketika hari terakir pelaksaan belum
terpenuhi dikarenakan keterbatasan waktu, keterbatasan perawat.
Penulisan menemukan faktor penghambat dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
karena kurangnya faktor pendukung buku referensi untuk menetapkan rencana asuhan
keperawatan sesuai dengan teori.
D. Impementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan dari rencana tindakan yang telah disusun.Setiap tindakan keperawatan
yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap
klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan
pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk serta tindakan yang
diberikan kepada klien.
Melakukan tindakan keperawatan penggunaan tiga tahap yaitu independent, dependent dan
interpendent.Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh perawat tanpa penunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan yang
lainnya. Dependen adalah tindakan yang sehubung dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Interpendent adalah tindak keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja samadengan tenaga kesehatan yang lain, misalnya tenaga social, ahli
gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomator.
Dari beberapa perencanaan keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul sudah tercapai.
E. Evaluasi
Ada tahap evauasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai kebersihan pemberian
asuhan keperawatan.
Apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep pada diagnosa
pertama : gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan inflamasi sekunder
terhadap iritasi batu, kedua : sumbatan di daerah uretral berhubung dengan eliminasi urine.
Ketiga resiko personal hygine yang berhubungan dengan keterbatasan fisik.
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat
ruangan dengan keluarga klien cukup kooperatif.Faktor penghambat adalah kurangnya buku
referensi yang tersedia, alternatif permasalahan adalah lebih giat dalam mencari buku
referensi dan lebih giat lagi membaca.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas bab demi bab (Bab I sampai V) secara keseluruhan mengenai
asuhan keperawatan pada Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal dari segi
tinjauan teoritas maupun kasus, maka Bab V penulis dapat menarik kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
Pada tahap pengkajian eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana sistem tubuh yang berperan dalam
terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra. Mekanisme
berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, mel
alui medulla spinalis dihantarkan kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks sereb
ral, kemudian otak memberikan impuls rangsangan melalui medulla spinalis keneuromotoris
di daerah sacral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasiotot sfingter internal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu : diet dan asupan, respon keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan,
kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pembedahan, dan
pengobatan.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk klien dan keluarga
Meningkatkan pada klien dan keluarga agar memperbanyak minum air putih
2. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan
yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran
yang menyeluruh tentang perkembangan kondisi klien serta tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan menindaklanjuti masalah yang belum teratasi
3. Mahasiswa diharuskan untuk lebih memahami teori tentang Asuhan keperawatn pada klien
dengan gangguan eliminasi urine sehingga mampu melaksanakan Asuhan keperawatan pada
klien gangguan eliminasi urine
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC