Sunteți pe pagina 1din 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KEJANG DEMAM

Kode Diagnosis : R56.0 (Febrile convulsions)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang


1. Pengertian (Definisi)
terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh
(suhu di atas 38oC, dengan metode pengukuran
suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial.

Keterangan :
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh,
bukan karena gangguan elektrolit atau
metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya maka tidak disebut sebagai
kejang demam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat
mengalami kejang demam, namun jarang
sekali.
National Institute of Health (1980)
menggunakan batasan lebih dari 3 bulan,
sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978),
serta ILAE (1993) menggunakan batasan
usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan
lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam rekomendasi ini melainkan
termasuk dalam kejang neonatus
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur
2. Epidemiologi
6 bulan – 5 tahun.

3. Anamnesis  Adanya kejang, lama kejang, jenis kejang,


kesadaran, berulang/tidak.
 Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam
24 jam, interval, keadaan anak pasca
kejang.
 Evaluasi penyebab demam di luar infeksi
susunan saraf pusat (gejala Infeski saluran
napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK,
otitis media akut/OMA, dll) wajib digali.
 Riwayat perkembangan sebelumnya,
riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga.
 Singkirkan penyebab kejang yang lain
(misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak
yang mengakibatkan hipoksemia, asupan
kurang yang dapat menyebabkan
hipoglikemia).
Kesadaran: apakah terdapat penurunan
4. Pemeriksaan Fisik
kesadaran, Suhu tubuh: apakah terdapat
demam terutama pada saat kejang

Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk,


Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque,
pemeriksaan nervus kranialis.

Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun


ubun besar (UUB) membonjol, papil edema.

Fokus infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll

Pemeriksaan neurologi lainnya: tonus, motorik,


reflex fisiologis, reflex patologis.
1. Kejang Demam Sederhana
5. Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat
(kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum
(tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
2. Kejang Demam Kompleks
- Kejang lama (>15 menit).
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial.
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam
waktu 24 jam.
Kejang Demam
6. Diagnosis Kerja

◦ Meningitis
7. Diagnosis Banding
◦ Ensefalitis
◦ Meningoensefalitis
◦ Epilepsi
◦ Gangguan metabolik, seperti: gangguan
elektrolit, hipoglikemia, hipoksia.

8. Pemeriksaan Penunjang ◦ Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai


indikasi untuk mencari penyebab demam
atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi
darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,
urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.

◦ Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan


untuk menegakkan/menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin
bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal
dianjurkan pada :

1. Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat


dianjurkan
2. Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan

3. Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan

◦ Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)


tidak direkomendasikan .EEG masih
dapat dilakukan pada kejang demam
yang tidak khas, misalnya : kejang
demam kompleks pada anak berusia
lebih dari 6 tahun atau kejang demam
fokal.

◦ Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)


dilakukan hanya jika ada indikasi,
misalnya :

1. Kelainan neurologi fokal yang


menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural
di otak (mikrosefali, spastisitas)

2. Terdapat tanda peningkatan tekanan


intrakranial (kesadaran menurun,
muntah berulang, UUB membonjol,
paresis nervus VI, edema papil).

Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat


9. Terapi
dilihat pada algoritme tatalaksana kejang. Saat
ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis
intermiten pada saat demam berupa :
 Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali sehari dapat diulang tiap 4 jam atau
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, dapat diulang tiap
6 jam.
 Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB
setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5
mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >
38,50 C.Terdapat efek samping berupa ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-
39% kasus.

Pengobatan jangka panjang/rumatan


Pengobatan jangka panjang hanya diberikan
jika kejang demam menunjukkan cirri sebagai
berikut (salah satu):
 Kejang lama > 15 menit
 Kelainan neurologi yang nyata
sebelum/sesudah kejang : hemiparesis,
paresis Todd, palsi serebral, retardasi
mental, hidrosefalus.
 Kejang fokal

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan


jika :
 Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24
jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang
dari 12 bulan
 Kejang demam > 4 kali per tahun.

Obat untuk pengobatan jangka panjang :

fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2


dosis) atau asam valproat (dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pemberian obat
ini efektif dalam menurunkan risiko berulangnya
kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

10. Syarat pulang untuk pasien rawat inap Pasien dapat dipulangkan apabila tidak kejang
dan tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, klinis
perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi.
Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.

11. Kepustakaan

S-ar putea să vă placă și