Sunteți pe pagina 1din 13

ANALISIS IMPLEMENTASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

KEGIATAN PERCEPATAN PENURUNAN AKI BERBASIS KINERJA


DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

Redhita Rizky Shantania Putri (E2A009033)


Mahasiswa Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
Dosen Pembimbing : Dr. dr. Sutopo Patria Jati, MM, M.Kes
Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes
Septo Pawelas Arso, SKM, MARS

ABSTRACT
Reform planning and budgeting implementation being based on performance represent
the part of bureaucracy reform for the implementation of good governance in better
society service effort, with using of public budget which more transparent, accountable,
efficient and effective. Result of observation the LAKIP document from Health Office
Central of Java of year 2012 and also implementation change of APBD budget document,
can be explained at activity of accelerate degradation Mother Mortality Rate (MMR)
from output goals 104 per 100.000 live born, but realize its performance equal to 116,34
per 100.000 live born, with the APBD budget allocation. Target from this research to
know the evaluation of planning and budgeting implementation activity of accelerate
degradation Mother Mortality Rate based on performance in the Health Department
Central of Java Province of year 2012.
This research used qualitative project research with approach of retrospective. Research
population is all of employee at Health Department Central of Java Province by using
approach of Purposive Sampling, taken by sampling in this research there are 10 people,
consist of 6 primary informant people and 4 triangulation informant people. Data analysis
use contextual analytic descriptive approach presented in the explanation. Result of
research show performance planning in Health Office Central of Java Province of year
2012 not yet effective reaching goals from degradation of MMR on department
(104/100.000 live born), pursuant result of in-depth interview and document review,
known compilation of performance indicator from accelerate of degradation MMR, there
is still inappropriate in goals with strategic planning, but an appropriate with the District
Action Plan (RAD) and budgeting realization to reach 96 %.
From research can be concluded, planning and budgeting implementation activity of
accelerate degradation Mother Mortality Rate based on performance in the Health Office
Central of Java Province of year 2012, seen from usage of output performance indicator,
not yet effective in reaching goals from degradation MMR on department. In its
implementation, still found the obstacle at information socialization have done, allocation
of resources, lack of commitment from implementer, division of task and coordination
which not yet effective, and less comprehensive it supervise and evaluation have done.
Key words : Planning, Budgeting Based on Performance, Degradation MMR
Bibliographies : 47, 2006-2013
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, pelaksanaan reformasi perencanaan dan penganggaran
merupakan bagian dari reformasi birokrasi untuk pelaksanaan pemerintahan
yang baik (good governance) dalam upaya pelayanan masyarakat yang lebih
baik, dengan penggunaan anggaran publik yang lebih transparan, akuntabel,
efektif dan efisien. (1) Penganggaran berbasis kinerja (performance based
budgeting) adalah penganggaran bagi manajemen untuk dapat mengaitkan
setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dalam keluaran
dan hasil yang diharapkan termasuk pada efisiensi dalam pencapaian hasil dari
keluaran tersebut. (2) Sesuai amanat dari Pasal 7 PP No. 21 Tahun 2004,
Kementerian/Lembaga diharuskan menyusun anggaran dengan mengacu pada
indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. lndikator kinerja dan
sasaran merupakan bagian dari sistem penganggaran berbasis kinerja. (3)
Dalam kegiatan percepatan penurunan AKI sesuai dengan kesepakatan
nasional yang mendukung target pencapaian MDG’s pada tahun 2015, untuk
penurunan AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, maka upaya yang telah
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah menyusun perencanaan kerja
dan alokasi anggaran sesuai dengan prioritas. Namun di dalam kebijakan
penyusunan pagu anggaran oleh Kementerian Kesehatan tahun 2012, yang
mendukung upaya percepatan penurunan AKI, di unit Ditjen Bina Gizi dan
KIA, alokasi yang dianggarkan tahun 2012 sebesar 2,145.897 triliun rupiah
sedangkan untuk tahun 2013 mengalami penurunan alokasi sebesar 4,76 %
dari anggaran tahun 2012 atau pengurangan sebesar 97,434 miliar rupiah. (4)
Indikator kinerja merupakan unsur terpenting penetapan akuntabilitas
kinerja. (5) Hasil pelaksanaan akuntabilitas kinerja tertuang di dalam LAKIP
Dinas (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Namun sampai
dengan saat ini, pelaksanaan perencanaan dan penganggaran program
kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, belum sepenuhnya
menerapkan penyusunan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja yang
efektif. Selain itu, pelaksanaan perencanaan dan penganggaran dari program /
kegiatan kesehatan yang ada, belum berorientasi pada pemecahan masalah.
Hal ini dikarenakan alokasi anggaran yang terbatas. Sehingga berdampak pada
pelaksanaan penganggaran yang didasarkan pada pagu anggaran. (6)
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terkait implementasi performance
based budgeting, maka analisis implementasi kebijakan dalam perencanaan
dan penganggaran berbasis kinerja, mengacu pada model pendekatan yang
dikembangkan oleh George C. Edward III. Menurut George C. Edward III
(1980 : 10-11), keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh :
1) Komunikasi, 2) Sumberdaya, 3) Sikap, dan 4) Struktur Birokrasi. (7)
Hasil penelaahan dari dokumen LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 serta
dokumen pelaksanaan perubahan anggaran untuk pendanaan APBD dan
APBN, dijelaskan bahwa berdasarkan matrik PPS, tingkat pencapaian dari
target yang telah ditetapkan berdasarkan indikator yang ada, kegiatan
percepatan penurunan AKI, belum mencapai target. Dari target output sebesar
104 per 100.000 kelahiran hidup, namun dalam realisasi capaiannya sebesar
116,34 per 100.000 kelahiran hidup. Alokasi anggaran dari kegiatan
percepatan penurunan AKI di 35 kabupaten/kota yang bersumber APBD
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, diketahui sebesar Rp 2.620.300.000,00
dengan realisasi anggaran Rp 2.515.834.000,00 dan sisa lebih penggunaan
anggaran (silpa) mencapai Rp 104.466.000,00. Dana bersumber APBN tahun
2012, alokasinya sebesar Rp 3.600.000.000,00 dan pemotongan anggaran
yang ditetapkan Ditjen Bina Gizi dan KIA mencapai 25 % per tahunnya atau
pengurangan sebesar Rp 900.000.000,00, menjadi Rp 2.700.000.000,00.
Kendala dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran kegiatan
percepatan penurunan AKI berbasis kinerja kaitannya dengan hasil LAKIP
tahun 2012, adalah sulitnya sinkronisasi dalam penyusunan indikator kinerja
yang terukur, kurangnya komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan kebijakan, manajemen yang belum terpadu dalam proses
perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, kurangnya pengetahuan dan
pengalaman sumber daya manusia dalam penyusunan anggaran dan penentuan
indikator kinerja serta diseminasi informasi yang kurang memadai.
Tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis implementasi perencanaan dan penganggaran
kegiatan percepatan penurunan AKI berbasis kinerja di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Tujuan Khusus
a. Menjelaskan implementasi dari perencanaan dan penganggaran kegiatan
percepatan penurunan AKI berbasis kinerja yang ditinjau berdasarkan
penggunaan indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
b. Menjelaskan sosialisasi informasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah dalam perencanaan dan penganggaran.
c. Menjelaskan ketersediaan sumber daya di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah dalam perencanaan dan penganggaran.
d. Menjelaskan dukungan dan komitmen dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah dalam perencanaan dan penganggaran.
e. Menjelaskan pembagian tugas dan koordinasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah dalam perencanaan dan penganggaran.
f. Menjelaskan supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah untuk menilai pencapaian kinerja.

2. METODE DAN SUBJEK PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif dengan bentuk
penelitian retrospektif, untuk meneliti analisis implementasi perencanaan dan
penganggaran kegiatan percepatan penurunan AKI, berdasarkan pada telaah
dokumen perencanaan dan penganggaran serta LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2012 yang dikaitkan dengan faktor-faktor implementasi kebijakan. (8)
Subyek penelitian adalah anggota dari obyek penelitian yang diambil
dan dipilih dengan cara-cara tertentu untuk diteliti. (9) Sampel penelitian ini
diambil dengan teknik Non Probablility Sampling, dengan metode pendekatan
Purposive Sampling, yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. (10) Karena penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif, maka
besar sampel yang dibutuhkan adalah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
dari peneliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 10 orang, terdiri atas 6
orang informan utama dan 4 orang informan triangulasi. Analisis data
menggunakan pendekatan deskriptif analitik kontekstual.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Implementasi dari Perencanaan dan Penganggaran Kegiatan
Percepatan Penurunan AKI Berbasis Kinerja di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012
Analisis untuk mengetahui keterkaitan implementasi perencanaan
dan penganggaran kegiatan percepatan penurunan AKI berbasis kinerja,
dengan hasil supervisi dan evaluasi kegiatan, dilihat berdasarkan pada
kesesuaian antara laporan kinerja instansi dinas (LAKIP) dan dokumen
perubahan anggaran (DPA/DIPA) dengan dokumen perencanaan dan
anggaran (Renstra, RAD, RKT, PK dan RKA). Hasil dari analisis
implementasi dengan evaluasi pencapaian kinerja, dikembangkan untuk
mengidentifikasi kendala-kendala di dalamnya yang dapat mempengaruhi
pencapaian kinerja kegiatan yang dihubungkan dengan faktor - faktor
implementasi kebijakan dari teori George C. Edward III, meliputi : faktor
komunikasi, sumber daya, sikap dan struktur birokrasi organisasi.
Berdasarkan penjelasan mengenai analisis implementasi, maka hasil
analisis terkait implementasi perencanaan dan penganggaran kegiatan
percepatan penurunan AKI berbasis kinerja di Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012, dapat dijelaskan dalam bagan, sebagai berikut :

Gambar 1.
Bagan Analisis Implementasi Perencanaan dan Penganggaran
Kegiatan Percepatan Penurunan AKI Berbasis Kinerja

B. Implementasi Perencanaan dan Penganggaran Kegiatan Percepatan


Penurunan AKI Berbasis Kinerja di Dinas Kesehatan Provinsi Jateng
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004, Pasal
7 ayat (2) yang mengatur tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga, sebagai dasar penerapan perencanaan
dan penganggaran berbasis kinerja, diperlukan 3 (tiga) komponen utama
yang digunakan dalam penyusunan program dan jenis kegiatan, yaitu :
Komponen Indikator Kinerja, Komponen Standar Biaya dan Komponen
Evaluasi Kinerja. Komponen Indikator Kinerja berdasarkan pada tingkat
pelaksananya untuk Kementerian/Lembaga, terdiri dari : Indikator Impact
/ Indikator Kinerja K/L (misi / sasaran K/L), Indikator Outcome / Indikator
Kinerja Program dan Indikator Output / Indikator Kinerja Kegiatan.
Perencanaan dan penganggaran di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, berkaitan dengan kegiatan percepatan penurunan AKI diawali
dengan perencanaan strategis yang diturunkan menjadi perencanaan
kinerja tahunan dan penganggaran kinerja. Di dalam perencanaan dan
penganggaran kinerja ditetapkan indikator kinerja dan target pencapaian
kinerja sesuai dengan sasaran strategisnya yang telah tertuang di dalam
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Cara penetapan indikator kinerja untuk penurunan AKI, dilakukan
secara top down, dimana indikator kinerja yang menjadi acuan di dalam
dinas merupakan turunan indikator kinerja berdasarkan pedoman dari
RPJMN, RPJMD, MDG”s dan RKPD yang dijabarkan ke dalam Renstra
Dinas dan dirumuskan ke dalam RKT serta ditetapkan di dalam PK. Hal
ini berdampak pada penentuan target kinerja untuk indikator penurunan
AKI yang sangat tinggi, karena mengacu pada pedoman dan kurang di
dasarkan pada kondisi riil di kabupaten/kota, yang konsekuensinya pada
pencapaian penurunan AKI kabupaten/kota, yang kurang mendukung di
tingkat provinsi, hal ini karena masih ditemukan kantong-kantong wilayah
yang memiliki AKI tinggi dari target yang ditetapkan oleh provinsi.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, melalui Seksi Kesga Gizi,
melakukan kegiatan percepatan penurunan AKI dalam rangka mencapai
target MDG’s tahun 2015 untuk penurunan AKI sebesar 102/100.000 KH
dan target Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, sebesar
104/100.000 KH (sesuai acuan di dalam RKT Dinas tahun 2012).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, menetapkan indikator di
dalam kegiatan percepatan penurunan AKI, meliputi : Indikator Impact
berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, berupa Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat,
Indikator Outcome, berupa Percepatan Penurunan AKI Jawa Tengah
Tahun 2012 sebesar 104/100.000 KH dan Indikator Output, sesuai dengan
SPM kesehatan, meliputi : persentase kabupaten/kota yang telah mencapai
cakupan pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil (K4) 95 %, persentase
kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90 %, persentase
kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan nifas (Kf) 90 %, persentase
kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani 75 % persentase kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan
KB 75 % serta persentase kabupaten/kota yang melaksanakan P4K 100 %.
Sesuai dengan tujuan dalam perencanaan dan penganggaran berbasis
kinerja, untuk penyusunan program dan kegiatan, didasarkan pedoman
Renstra kurang terpenuhi secara teknis, untuk kesesuaian target dengan
RKT, karena indikator kinerja yang menjadi acuan di dalam perumusan
program dan kegiatan, seperti pada indikator meningkatnya persalinan
oleh tenaga kesehatan berbeda, antara Renstra targetnya 90 %, sedangkan
di dalam RKT 95 %. Namun dengan adanya pedoman RAD MDG’s Jawa
Tengah, terkait indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
targetnya di tahun 2012 mencapai 99 %, hal ini berarti dari pencapaian
kinerja dinas tahun 2012 sebesar 97,14 %, untuk meningkatkan proporsi
persalinan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi dan melampaui dari target
yang ditetapkan Renstra, hal ini mendukung pencapaian MDG’s 2015,
dengan proporsi persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 100 %.
Berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran yang efektif dan
efisien, di dalam PK, untuk 1 (satu) program; akses pelayanan kesehatan
masyarakat memiliki 3 (tiga) sasaran strategis; terwujudnya peningkatan
akses pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan meningkatnya
cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat serta terwujudnya
pelayanan kesehatan berbasis kinerja sesuai peraturan yang berlaku,
dengan 30 indikator kinerja, termasuk di dalamnya indikator kinerja untuk
penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 KH. Hal ini karena jumlah dari
sasaran strategis dinas yang mendukung RPJMD terdapat 11 sasaran,
sedangkan program prioritas, ada 7 program dan 108 indikator. Sehingga
dalam penetapan 1 (satu) sasaran untuk 1 (satu) program dan maksimal 6
(enam) indikator kinerja belum terwujud. Namun sesuai dengan prinsip
fleksibilitas di dalam pelaksanaan kegiatan, maka keluaran dan hasil yang
ada dapat mencapai sasaran (capaian sasaran di dalam LAKIP 95 %), hal
ini sesuai pula dengan tujuan berbasis kinerja, dimana penyusunan
berdasarkan sasaran tertentu yang dicapai di dalam satu tahun anggaran
walaupun terdapat salah satu indikator yang belum tercapai, yaitu AKI.
Realisasi pencapaian kinerja hasil kegiatan (outcome) percepatan
penurunan AKI di Jawa Tengah, berdasarkan indikator AKI per 100.000
KH antara target Renstra dengan RAD MDG’s Jateng dan realisasinya,
gap tertinggi terjadi di tahun 2012, dimana penetapan target AKI sesuai
RAD lebih tinggi capaiannya, dibandingkan dengan Renstra. Sedangkan
proporsi PN (%), gap terjadi antara target RAD dengan realisasi, sebesar 2
%, di tahun 2011-2012. Untuk tren percepatan penurunan AKI di Jawa
Tengah tahun 2008-2012, dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.
Pencapaian Indikator Outcome (Derajat Kesehatan)
untuk Percepatan Penurunan AKI di Jawa Tengah
Target Renstra
No. Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
1. AKI per 100.000 KH 112,4 110 108 106 104
2. Proporsi PN (%) 85 88 90 93 96
Realisasi Pelaksanaan
No. Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
1. AKI per 100.000 KH 114,42 117,02 104,97 116,01 116,34
2. Proporsi PN (%) 90,64 93,03 93,93 96,79 97,14
Target RAD MDG’s Jawa Tengah
No. Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
1. AKI per 100.000 KH 100 90
2. Proporsi PN (%) 98 99
(Sumber : Data Sekunder dari Buku Saku Kesehatan, Dinkes Prov. Jateng, Tahun 2012)

Grafik Pencapaian AKI dan PN

140
120 Target AKI Renstra
100 Target PN Renstra
80
Realisasi AKI
60
Realisasi PN
40
20 Target AKI RAD
0 Target PN RAD
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 2.
Grafik Pencapaian Indikator Outcome (Derajat Kesehatan)
untuk Percepatan Penurunan AKI di Jawa Tengah

Percepatan penurunan AKI di dalam RAD yang digunakan sebagai


indikator kinerja adalah cakupan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000
kelahiran hidup dan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih (PN). Hal ini sesuai dengan perencanaan di dalam Renstra, RKT
dan PK Dinas. Dampak dengan adanya RAD adalah pencapaian kinerja
pelayanan kesehatan ibu di Jawa Tengah menunjukkan angka yang jauh
lebih baik dibandingkan pencapaian rata-rata nasional. Namun demikian,
kesenjangan (disparitas) pencapaian kinerja antar kabupaten/kota masih
terlihat dari tahun ke tahun. Seiring dengan meningkatnya proporsi dari
persalinan oleh tenaga kesehatan, kejadian kematian maternal dalam 5
tahun terakhir telah bergeser dari kematian di lapangan dan fasilitas
kesehatan (faskes) dasar ke fasilitas rujukan (RS). Hal ini dikarenakan
kurangnya kebijakan yang memperkuat jaringan kesehatan ibu, yang
mencakup pemerintah (termasuk lintas sektor), masyarakat, dan lembaga
swasta. Dimana antara pusat dengan daerah belum ada integrasi dalam
perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan program secara terpadu.
Peningkatan percepatan penurunan AKI sesuai dengan konteks dari
RAD, ditemukan kendala di dalam ketersediaan sumber daya pelayanan
kesehatan dan pembiayaan secara teknis dan operasional dalam upaya
mendukung pemberian pelayanan kesehatan prima serta cakupan SDM
kesehatan yang menangani persalinan di tempat rujukan (PONED dan
PONEK) belum memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Anggaran
dari APBN maupun APBD, alokasinya tidak cukup untuk meningkatkan
performance pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, melakukan grand design penggalangan kemitraan
dengan lintas sektor terkait di dalam pemantapan komitmen dengan para
penentu kebijakan dan lintas sektor, peningkatan penyerapan anggaran
untuk optimalisasi prioritas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di
daerah yang terintegrasi (PONED dan PONEK) serta optimalisasi dari
pemberdayaan masyarakat dalam pencapaian derajat kesehatan ibu.
Di dalam pelaksanaan sosialisasi informasi terdapat kendala pada
penyampaian yang kurang komprehensif, terkait informasi mengenai
penetapan kegiatan dan standar biaya yang digunakan. Hal ini dapat
mempengaruhi secara langsung terhadap implementasi perencanaan dan
penganggaran kegiatan. Namun secara tidak langsung mempengaruhi pula
dari sisi komitmen staf pelaksana yang kurang optimal di dalam
perumusan kegiatan dan keluaran yang akan dicapai sesuai dengan acuan
Renstra dan RAD MDG’s Jawa Tengah, akibat dari penyampaian
informasi yang kurang pada staf, karena hanya terbatas pada staf yang
hadir di dalam pertemuan yang mendapatkan informasi langsung.
Seharusnya kendala ini dapat diatasi dengan adanya penetapan PJ
masing-masing seksi / bidang / subbag yang bertanggung jawab untuk
menyampaikan informasi kepada staf yang tidak hadir dan meningkatkan
intensitas sosialisasi di dalam pertemuan internal seksi / bidang / subbag,
baik di dalam satu program maupun lintas program.
Terbatasnya jumlah SDM di dinas berdampak langsung terhadap
implementasi dari perencanaan dan penganggaran kegiatan yang kurang
optimal. Hal ini karena ketersediaan SDM berpengaruh terhadap kinerja
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Seharusnya dengan adanya
keterbatasan personel SDM yang ada di Dinas, untuk membantu dari sisi
pelaksanaan operasional kegiatan di Dinas secara administratif, dapat
dialokasikan formasi kebutuhan tenaga melalui cara out sourching.
Hasil telaah dokumen DPA (APBD) untuk pelaksanaan perubahan
anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, dengan
capaian program penurunan AKI di 35 kabupaten/kota, pada keluaran
(output) kegiatan penggandaan paket kelas ibu yang merupakan sub
keluaran (output) dari kegiatan penemuan kasus resiko tinggi dan tindak
lanjutnya, terdapat efisiensi terhadap harga pengeluaran, sehingga di
dokumen perubahan anggaran DPA untuk penggandaan materi kelas ibu
(lembar balik kelas ibu, pedoman pelaksanaan kelas ibu dan pegangan
fasilitator) dengan kuantitas yang sama, namun harga pengeluaran lebih
kecil karena dilakukan efisiensi, sehingga terdapat selisih dari sisa dana
pengembalian Rp 104.466.000,- untuk dana yang tidak di SPJ kan.
Sedangkan kegiatan yang mendukung kinerja dari Kementerian
Kesehatan di dalam pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi
bersumber dana APBN tahun 2012, dengan alokasi pagu awal anggaran
sebesar Rp 3.600.000.000,-, dilakukan pemotongan anggaran dari Ditjen
Bina Gizi dan KIA, 25 % (Rp 900.000.000,-) menjadi Rp 2.700.000.000,-.
Implementasi pemotongan anggaran untuk kegiatan KIA sebesar 5 %.
Rincian kegiatan yang dilakukan pemblokiran adalah pada kegiatan
peningkatan kapasitas petugas di dalam pelaksanaan kelas ibu sebesar Rp
522.000.000,-, kegiatan review pelaksanaan kelas ibu tingkat provinsi
sebesar Rp 68.385.000,-, kegiatan penguatan DTPS responsif gender
sebesar Rp 132.240.000,-, review pelaksanaan jampersal kabupaten/kota
sebesar Rp 95.390.000,-, dan pengurangan pada kegiatan pengadaan paket
kelas ibu sebesar Rp 81.985.000,-. Alasan diblokirnya kegiatan di atas
oleh Ditjen Bina Gizi dan KIA, karena kegiatan yang menjadi prioritas di
dalam program pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi
mengacu pada kegiatan dengan sasaran kerja pada petugas kesehatan di
desa, puskesmas dan kabupaten/kota untuk meningkatkan cakupan
proporsi persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (PN) dan cakupan KB
aktif sesuai standar di fasilitas yankes.
Pada tahun 2012, alokasi pagu awal anggaran Rp 2.620.300.000,-
dengan realisasi penggunaannya sebesar Rp 2.515.834.000,- (penyerapan
dana kegiatan 96,01 %). Kegiatan lintas program dengan Seksi Promosi
Kesehatan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan, Seksi Upaya
Kesehatan Rujukan dan Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat, terkait
cakupan alokasi anggaran yang mendukung untuk pelaksanaan percepatan
penurunan AKI, di masing-masing kegiatannya, terdapat efisiensi dana,
sebesar 5-8 %, yang berarti daya serap belanja kegiatan optimal (> 90 %).
Secara tidak langsung, pengalokasian waktu mempengaruhi dari
pelaksanaan sosialisasi informasi. Karena dalam penyampaian sosialisasi
informasi, diperlukan waktu lebih untuk dapat memberikan pemahaman
secara jelas dan memadai kepada staf pelaksana, agar di dalam kegiatan
perencanaan dan penganggaran dilakukan dengan optimal.
Selain itu, secara langsung komitmen staf pelaksana yang kurang
optimal dilihat dari kurangnya kepatuhan perencanaan dan penganggaran
kinerja sesuai dengan acuan Renstra turut serta mempengaruhi dalam
proses implementasi dari perencanaan dan penganggaran kegiatan, yang
berdampak pada ketidakefektifan di dalam perumusan kegiatan sesuai
indikator kinerja. Secara langsung, pembagian tugas sesuai kompetensi
yang kurang merata di masing-masing unit kerja, dapat mempengaruhi
implementasi dari perencanaan dan penganggaran kegiatan. Pembagian
tugas yang kurang merata ini dikarenakan ketersediaan SDM yang berbeda
di tiap unit kerja. Secara tidak langsung, tingginya mobilitas kinerja staf
pelaksana, turut mempengaruhi komitmen pelaksana di dalam pelaksanaan
kegiatan. Hal ini karena pelaksanaan tugas seringkali berbenturan dengan
kepentingan lain di luar dinas dan overlapping antara perencanaan dan
pelaksanaan. Selain itu, kurangnya koordinasi dari lintas program secara
terintegrasi di dalam perencanaan dan penganggaran kegiatan, dapat
menyebabkan pencapaian kinerja menjadi kurang sinergis.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik, adalah :
a. Hasil implementasi perencanaan dan penganggaran kegiatan percepatan
penurunan AKI berbasis kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012, dilihat dari penggunaan indikator kinerja, ternyata belum
efektif. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian indikator kinerja kegiatan di
dalam Renstra dengan RKT terkait cakupan pelayanan kesehatan sesuai
acuan SPM kesehatan. Namun di dalam penetapan indikator kinerja
Renstra, RKT dan PK telah sesuai dengan RAD MDG’s Jawa Tengah.
b. Sosialisasi informasi disampaikan melalui pertemuan Rakor POK, namun
terkendala oleh tingginya mobilitas kinerja staf pelaksana, kurangnya
koordinasi dan pertemuan di tingkat lintas program. Hal ini berdampak
pada belum efektifnya perencanaan kinerja penurunan AKI Dinas.
c. Penyediaan sumber daya organisasi terkendala oleh terbatasnya jumlah
staf pelaksana, kegiatan operasional dan teknis Dinas lebih banyak dari
tahun sebelumnya (108 indikator kinerja), Renstra belum sepenuhnya
dipatuhi oleh unit-unit kerja dan alokasi anggaran yankes terbatas.
d. Pelaksanaan dukungan dan komitmen, terkendala komitmen pelaksana
dalam penyusunan indikator kinerja kegiatan yang tidak sesuai Renstra.
e. Pembagian tugas sesuai kompetensi SDM kurang merata serta waktu dan
cakupan pelaksanaan koordinasi yang terbatas.
Sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan
percepatan penurunan AKI di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, maka
saran yang dapat diberikan, adalah :
1. Peningkatan perencanaan terpadu secara lintas sektor, yang melibatkan
berbagai stakeholders di dalam pencapaian tujuan RPJMD.
2. Penyusunan indikator kinerja dan target sasaran untuk penurunan AKI
disesuaikan dengan tupoksi dinas dan standar yang realistis berdasarkan
dari capaian target di tahun sebelumnya.
3. Optimalisasi penyerapan anggaran dalam kegiatan preventif dan promotif
penurunan AKI, dengan meningkatkan kinerja pelaksana unit.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Lukito, Penny K. Pengembangan Sistem Monev Kinerja Pembangunan
Nasional (Online). Disajikan dalam Forum Bimbingan Teknis Monitoring
dan Evaluasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktur
Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kinerja Pembangunan, Kedeputian Bidang
Evaluasi Kinerja Pembangunan, Bappenas, Jakarta, 21 September 2011.
(http://www.depkumham.go.id/attachments/article/261/PRESENT%20BA
PPENAS.pdf. Diakses 01 Maret 2013).
2. Dewangga, Thanon Aria. Anggaran Minimal, Kinerja Maksimal (Online).
Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan, Jakarta, 2012.
(http://www.setkab.go.id/artikel-5697-.html. Diakses 08 Maret 2013).
3. Kementerian Agama Republik Indonesia. Ringkasan Penyusunan RKAKL
(Online).(http://rocan.kemenag.go.id/download/Ringkasan%20Penyusuna
n%20RKAKL.pdf. Diakses 01 Maret 2013).
4. Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan. Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Dekonsentrasi,
Tugas Pembantuan dan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2013 (Online).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Surabaya, 17 Juli 2012.
(http://www.gizikia.depkes.go.id/download/KEBIJAKAN-REN-GAR-
DEKON-TP-DAK-SBY-edit-1.ppt. Diakses 01 Maret 2013).
5. Subbag Program Dinkes Prov. Jateng. Presentasi Hasil Pertemuan RKT
(Rencana Kerja Tahunan) Dinkes Prov. Jateng : Salatiga, 3 – 4 November
2011. Subbag Program Dinkes Prov. Jateng, Semarang, 2011.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang, 2008.
7. Widyantoro, Ari Eko. Implementasi Performance Based Budgeting :
Sebuah Kajian Fenomenologis (Studi Kasus pada Universitas
Diponegoro).(http://eprints.undip.ac.id/24007/1/Ari_Eko_Widyantoro.pdf.
Diakses 10 Maret 2013). Tesis, Program Studi Magister Akuntansi, Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, hal 30-40.
8. Implementasi Strategi Penganggaran Berbasis Kinerja pada Universitas
Hasanuddin (Online). Tesis, Program Studi Magister Manajemen
Strategik, Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, Mei 2012, hal 51 -
57.(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1757/3.BAB
%20I,%20II,%20III%20.doc?sequence=3. Diakses 17 Maret 2013).
9. Munir, Sahibul. Modul 7 : Metode Pengambilan Sampel (Sampling
Methods) (Online). Pusat Pengembangan Bahan Ajar – Universitas Mercu
Buana.(http://kk.mercubuana.ac.id/files/99022-7-372370066825.doc.
Diakses 15 Maret 2013).
10. Mustafa, H. Teknik Sampling (Online). Universitas Parahyangan, 2000.
(http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING. Diakses 15 Maret 2013).

S-ar putea să vă placă și