Sunteți pe pagina 1din 24

ORAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakokinetik dianggap sebagai aspek farmakologi yang

mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme,

dan ekskresinya.

Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan

dengan farmakokinetiknya, dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu

bentuk sediaan ditentukan oleh ketersediaan hayatinya

(bioavailabilitasnya). Bioavailibilitas adalah persentase zat aktif dalam

suatu produk obat yang tersediadalam sirkulasi sistemik dalam bentuk

utuh setelah pemberian obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah

terhafap waktu atau dari ekskresinyadalam urin.

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis

anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh

karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-

enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut

berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat

mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung

dari rute pemberian obat.

Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan

parameter farmakokinetik obat dosis tunggal. Untuk mengetahui

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
parameter farmakokinetik obat secara oral yang diujikan pada tikus(Rattus

norvegicus).

B. Maksud Pecobaan

Menganalisis dan mempelajari parameter Farmakokinetik obat

Parasetamol® di dalam tubuh yang diberikan secara oral.

C. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui parameter farmakokinetik obat setelah pemberian

dosis tunggal obat Parasetamol® pada hewan coba tikus (Rattus

norvegicus) melalui rute oral.

D. Prinsip percobaan

Penentuan parameter farmokinetik oral meliputi tetapan eliminasi (k),

waktu paruh (t1/2), Volume distribusi (Vd), tetapan laju absorpsi (K a),

Cpmax, Tmax, onset, durasi dan area di bawah kurva (AUC) dengan

menggunakan obat Parasetamol® secara oral pada hewan coba tikus

(Rattus norvegicus).

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan

eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan

eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat

merupakan suatu persyaratan pentinguntuk penentuan atau modifikasi

aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).

Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari

perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam

darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007).

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh

atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni

absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).

Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuh

obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga

tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik

(Ganiswarna, 2005).

Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi

farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum

diketahui mekanisme interaksinya secara tepat (unknown). Interaksi

farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,

distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan

toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).

Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu

obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu

obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari

terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama

kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses

farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui

bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :

1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat

di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding

lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan

salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling

sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.

2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang

menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.

Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari

ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.

Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat

distribusi obat dalam darah.

3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat

maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian

dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum

dan plasma.

4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk

mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini

menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,

menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif

minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang

dikendaki.

5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk

suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level

yang dikendaki

6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju

absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat

harus larut dalam cairan.

7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi

suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,

aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.

Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK,

adalah secara oral. Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begitu

berada didalam lambung, tablet atau kapsul tersebut hancur dan

melepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap tidak berada

di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding usus

dan masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatu

tabung cekung yang melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan), dan sama halnya,

isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh

harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk rute

pemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalah

membrane sel yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).

Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi.

Selanjutnya obat harus masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006).

Oral adalah berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakai

pada mulut (Dorland, 2011).

Oral. Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini

paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi, beberapa

obat ( Misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim

dalam usus dan harus diberikan secara parenteral (Neal, 2006).

Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi

pasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi

sistemis yang dapat mempersulit tata laksana. Selain itu, toksisitas atau

overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan pemberian antidot,

seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat

adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan

saluran cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat

diabsorpsi mulai dari lambung, namun, duodenum merupakan pintu

masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan absorpsinya

lebih besar (Harvey, 2009).

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Bila dibandingkan melalui rute lain, rute oral lebih menyenangkan,

murah serta aman walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinya

tidak teratur karena tergantung pada beberapa faktor, antara lain

(Syamsuni, 2006) :

1. Jumlah dan jenis makanan yang ada di saluran lambung

2. Kemungkinan obat dapat dirusak oleh reaksi asam lambung atau

enzim-enzim pencernaan. Misalnya, insulin harus diberikan dengan

cara injeksi karena dapat dirusak oleh enzim proteolitik pada saluran

gastrointestinal.

3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma

4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkan

pemberian secara oral.

Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua

jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar

dan larut dalamair sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap

modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi

melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat

(Dipiro, 2008).

Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan

membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki

kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal

bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif

seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru

(Dipiro, 2008).

B. Uraian Bahan dan Obat

1. Air suling (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : Aqua Destillata

Sinonim : Air suling/ Aquades

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Alkohol

RM/BM : C2H6OH/46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap, dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas. Mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Kegunaan : Sebagai antiseptic

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
3. Na. CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII

CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa

RM/BM : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih kuning

gading tidak berbau, higroskopik.

Kelarutan : mudah mendispersi dalam air,

membentuk suspense koloidal, tidak larut

dalam etanol (95%) P, dalam eter dan

dalam pelarut organik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

4. Parasetamol® (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama Lain : Asetaminofen, paracetamol

RM/BM : C8H9NO2/151,16

Pemerian : Habluratauserbuk, hablurputih,

tidakberbaurasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 27 bagianair, dalam 7

bagianetanol (95%) P, dalam 13

bagianaseton P, dalam 40 bagiangliserol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai sampel

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Farmakokinetik : Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran

pencernaan, dengan kadar serum puncak

dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh

kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,

sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak

berubah melalui urin dan 80-90 %

dikonjugasi dengan asam glukoronik atau

asam sulfurik kemudian diekskresi melalui

urin dalam satu hari pertama; sebagian

dihidroksilasi menjadi N asetil

benzokuinon yang sangat reaktif dan

berpotensi menjadi metabolit berbahaya.

Pada dosis normal bereaksi dengan

gugus sulfhidril dari glutation menjadi

substansi nontoksik. Pada dosis besar

akan berikatan dengan sulfhidril dari

protein hati (Lusiana Darsono 2002).

Indikasi : Parasetamol merupakan pilihan lini

pertama bagi penanganan demam dan

nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.

Parasetamol digunakan bagi nyeri yang

ringan sampai sedang (Cranswick 2000).

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Kontra Indikasi : Penderita gangguan fungsi hati yang berat

dan penderita hipersensitif terhadap obat

ini (Yulida 2009).

C. Uraian Hewan Coba

a. Klasifikasi (Ningsih,2009)

Kingdom : Animalia

Divisio : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Orytolagus

Spesies : Rattus norvegicus

b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)

Pubertas : 4 bulan

Masa beranak : Mei – September

Masa hamil : 28-36 hari

Jumlah sekali lahir : 5-6 ekor

Lama hidup : 8 tahun

Masa tumbuh : 4-6 bulan

Masa laktasi : 3 -4

Frekuensi kelahiran : 38,5-39,5 Pertahun

Suhu tubuh (̊C) : 50̊ - 60̊

Tekanan darah :5

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
BAB III

METODOLOGI DAN PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapunalat yangdigunakanyaitu alat sentrifug, hansaplast, gunting

bedah, spektrofotometer, spoit 1 ml, tabung Eppendorf, timbangan, vial

dan Restainer.

b. Bahan yang digunakan

Adapunbahan yang digunakanyaitu aquadest,

alcohol,betadine,NaCMC,Paracetamol®,tissue.

B. Prosedur Kerja

a. Pembuatan Bahan Praktikum

1. Disiapkan bahan.

2. Diambil parasetamol tablet, digerus, kemudian ditimbang berat rata-

rata.

3. Dihitung berat parasetamol yang dibutuhkan, ditimbang

parasetamol.

4. Di masukkan dalam Erlenmeyer, di larutkan hingga batas tanda.

b. Penyiapan Hewan Coba

1. Disiapkan tikus putih sebanyak 5

2. Dipuasakan selama 6-8 jam

3. Ditimbang masing-masing berat tikus.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
c. Perlakuan Hewan Coba

1. Disiapkan alat dan hewan coba

2. Ditimbang berat tikus untuk mengetahui volume pemberian obat

3. Diberikan air suling kemudian diberikan obat secara oral

menggunakan kanula tikus.

4. Diambil darah melalui ekor tikus, dengan perbedaan waktu 10 menit.

d. Cara kerja

1. Sebelumnya, disiapkan alat dan bahan sebelum percobaan

dilakukan.

2. Diambil tikus yang sebelumnya telah ditimbang.

3. Diberikan air suling 1 mL kemudian diberikan obat parasetamol

secara oral, dengan volume 0,9 mL.

4. Dimasukkan dalam restainer, diberi alkohol pada ujung ekor tikus

kemudian digunting sedikit ujung ekor tikus.

5. Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf. Dilakukan lagi,

dengan perbedaan waktu interval 10 menit.

6. Disentrifuge darah dan diukur absorbansinya pada spektrometer uv-

vis.

7. Dihitung parameter-parameter dalam oral.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data Baku
C (ppm) Abs

10 0,049

20 0,101

30 0,149

40 0,185

50 0,23

2. Data Sampel
t (menit) Abs

10 0,089

20 0,124

30 0,158

40 0,120

50 0,052

B. Pembahasan

Farmakokinetika mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi dan

eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan

eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Oleh karena itu penting bagi seorang praktian farmasi untuk

mengetahui dan mempelajari farmakokinetik dari suatu sediaan obat, agar

dapat mengetahui proses awal mula kerja awat sampai obat tidak berefek

dalam tubuh dan agar sediaan obat yang diberikan dapat diketahui proses

distribusi dan volume distribusinya secara intravena di dalam tubuh.

Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai

dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses

farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme

dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat

dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai

tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh.

Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Tikus

(Rattus norvegicus) karena tikus mempunyai fisiologi tubuh yang hampir

sama dengan manusia. Pada percobaan ini obat yang digunakan adalah

Parasetamol® tablet yang dilarutkan dengan NaCMC.

Langkah pertama yang dilakukan disiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan. Diberi obat paracetamol pada tikus secara oral sesuai

dengan volume pemberian Lalu diambil darah tikus pada menit 10, 20, 30,

40, dan 50. Disentrifuge darah tikus dengan kecepatan 10.000 rpm

selama 10 menit dan ukur di spektrofotometer untuk mendapatkan nilai

absorban. Dicatat data dan hitung parameter parameter

farmakokinetiknya.

Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara

oral, diperoleh hasil data yaitu nilai Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
t1/2sebesar 29,528 menit, waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan

literatur yang ada dimana dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu

1-2 jam. Nilai Ka sebesar 2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit,

nilai Vd sebesar 266,573 mL, nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC

sebesar 0,7%.

Karena hasil dari % AUC ektrapolasi tidak lebih dari 20% maka bisa

di anggap sebagai parameter karena tidak melebihi persyaratan yang

lebih kurang dari 20 % atau data tersebut valid.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara

oral diperoleh Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai t1/2 sebesar 29,528 menit,

waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada dimana

dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu 1-2 jam. Nilai Ka sebesar

2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit, nilai Vd sebesar 266,573

mL, nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC sebesar 0,7% data

tersebut valid karena pada literature data yang valid adalah data yang

%AUC nya ≤20%

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih tenang dan tertib pada saat praktikum

berlangsung.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim


Indonesia : Makassar

Cairns, Donald. 2008. “Intisari Kimia Farmasi (edisi II)”. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta

Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy (edisi 7)”. The MC Graw Hill


Companies:New York

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia (edisi III)”. Departemen


Kesehatan RI : Jakarta

Dorland, W.A. Newman. 2011. “Kamus Saku Kedokteran Dorland (edisi


28)”. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Ganiswarna, Sulistia G. 2009. ”Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Harvey, A Richard. 2012. “Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 4)” EGC :


Jakarta

Neal, M.J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis (edisi lima)”. Penerbit
Erlangga: Jakarta

Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmaseutika dan


Farmakokinetik Terapan (edisi kelima)”. Airlangga University
Press : Surabaya

Syamsuni, H. 2006. “Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi”. Penerbit


Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Tjay, Tan Hoan dan Raharja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting”. Elex
Media Komputindo :Jakarta

Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada
Pasien di Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter
Soedarso Pontianak”. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura : Pontianak

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Disiapkan hewan coba (tikus)

Diinduksi obat parasetamol® melalui rute oral

Diambil darahnya, dan disimpan dalam tabung effendorf yang berisi EDTA

Diambil lagi darah pada menit ke 10, 20, 30, 40 dan 50’

disentrifuge sampel, dan diukur absorbansinya pada spektrofotmeter UV-

Vis

Dicatat datanya dan hitung parameter farmakokinetiknya

PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Untuk mencari dosis obat jadi dikonversikan

Dosis obat PCT = 500 mg


500 𝑚𝑔
Dosis manusia = = 8,333 mg/kgBB
6𝑜 𝑘𝑔𝐵𝐵

37
Dosis umum tikus = 8,333 mg/kgBB × = 51,386 mg/kgBB
6

51,386
Dosis maks = × 200 gr = 10,277mg
1000

Jadi dosis obat = 10,277mg =10277 µg

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
PERHITUNGAN PARAMETER FARMAKOKINETIK

Data Kurva Baku

C (ppm) Absorban

10 0,049
Hasil regresi
20 0,101
a = 0,009
30 0,149

40 0,185 b = 0,004

50 0,230
r = 0,998065112

Data Kurva Sampel

t (menit) Absorban Cp(µg/mL) Log cp(µg/mL)

10 0,089 20 1,301

20 0,124 28,75 1,458

30 0,158 37,25 1,571

40 0,120 27,75 1,443

50 0,052 10,75 1,031

𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 −𝒂
Cp = 𝒃

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai Log Cp

Log Cp = nilai cp yang telah dilogkan

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Hasil regresi 3 data terakhir :

Orde 0 (t vs Cp) Orde 1 (t vs log Cp)

a = 78,25 a = 2,428

b = -1,325 b = -0,027

r = -0,986911572 r = -0,956861412

Data ini mengikuti orde 0

1. Ke = -b

= -(-1,325)

= -1,325/menit
0,5 . 𝑎
2. t1/2 = 𝑘𝑒

0,5 .78,25
= 1,325

= 29,528 menit

3. Ka
Cp
t Cpbaru Cpdiff
lama
10 20 65 45
20 28,75 51,75 23
30 37,25 38,5 1,25

Cp baru

y =a+bx

y1 = 78,25 + (-1,325 x 10) = 65µg/mL

y2 = 78,25 + (-1,325 x 20) = 51,75 µg/mL

y3 = 78,25 + (-1,325 x 30) =38,5 µg/mL

Cp diff

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
Menit 10 : 65 – 20 = 45 µg/mL

Menit 20 : 51,75 – 28,75 =23 µg/mL

Menit 30 : 38,5 – 37,25 = 1,25 µg/mL

Absorbansi (t vs Cp diff)

a = 66,833

b = -2,187

r = -0,999

Ka = -(b)

= -(-2,187)

= 2,187/menit

(𝑘𝑎/𝑘𝑒)
4. tmaks = 𝑘𝑎−𝑘𝑒

2,187
( )
1,325
= (2,187−1,325)

1,650
= 0,862

= 1,914 menit
𝐹 𝑥 𝐷𝑜 𝑥 𝑘𝑎
5. Vd = 𝑎 (𝑘𝑎−𝑘𝑒)

0,8 𝑥 10277 𝑥 2,187


= 78,25 (0,862)

17980,639
= 67,451

= 266,573 ml

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL

6. Cpmaks = [A.e-ke.tmaks] – [B.e-ka.tmaks]

= [78,25 e-1,325 x 1,914] – [66,833.e-2,187 x 1,914]

= [78,25 . 0,079] – [66,833. 0,015]

= 6,181 – 1,002

= 5,179 µg/mL

7. AUC
𝐶𝑝𝑛+𝐶𝑝𝑛−1
a. [𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn - tn-1)
2

𝐶𝑝𝑛+𝐶𝑝𝑛−1
Menit 10 dan 20 [𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn - tn-1)
2

20 20+28,75
[𝐴𝑈𝐶]10 = (20–10)
2

= 243,75 µg menit/mL
𝐶𝑝𝑛+𝐶𝑝𝑛−1
Menit 20 dan 30[𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn - tn-1)
2

37,25+28,75
[𝐴𝑈𝐶]30
20 = (30-20)
2

= 330µg menit/mL
𝐶𝑝𝑛+𝐶𝑝𝑛−1
Menit 30 dan 40 [𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn - tn-1)
2

27,5+37,25
[𝐴𝑈𝐶]40
30 = (40 - 30)
2

= 325 µg menit/mL
𝐶𝑝𝑛+𝐶𝑝𝑛−1
Menit 40 dan 50 [𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn - tn-1)
2

10,75+27,75
[𝐴𝑈𝐶]50
40 = (50-40)
2

= 192,5 µg menit/mL

∑AUC = 243,75 + 330 + 325 + 192,5

= 1091,25 µg menit/mL
𝐶𝑃𝑛
b.[𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡𝑛 = 𝐾𝑒

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
ORAL
10,75
= 1,325 = 8,113 µg menit/mL

𝐹.𝐷𝑜
c. [𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡0 = 𝑉𝑑.𝐾𝑒

0,8 𝑥 10277
= 266,573 𝑥 1,325

8221,6
= 329,217

= 24,973 µg menit/mL

[𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡𝑛
d. % AUC ekstrapolasi = x 100%
∑𝐴𝑈𝐶

8,113
= 1091,25 𝑥 100%

= 0,7 %

Jadi, data yang didapatkan valid karna kurang dari 20%.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081

S-ar putea să vă placă și