Sunteți pe pagina 1din 3

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA


(SP 1) PASIEN

I. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Ibu S, usia 52 tahun mempunyai seorang satu orang anak laki-laki. 5 hari yang lalu, anak
Ibu S meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu S sering melamun dan selalu
mengatakan jika anaknya belum meninggal. Selain itu, Ibu S juga tidak mau berinteraksi dengan
orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Kehilangan Disfungsional & Pengingkaran kehilangan berhubungan dengan koping
individu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
 Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
 Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
1. Perluas kesadaran diri melalui berduka.
2. Eksplorsi perasaan diri terkait kehilang dan berduka yang dialami
3. Dorong penetapan yang realistik
4. Dorong klien untuk pendekatan budaya untuk menyelesaikan fase berduka
5. Buat jadwal kegiatan harian bersama klien
II. Strategi pelaksanaan
A. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik:
- “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu S. Saya Harly Krisdianto, Ibu bisa memanggil
saya Harly. Saya Mahasiswa keperawatan dari STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul
Hasan Genggong. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi / validasi:
“Baiklah, bagaimana keadaan Ibu S hari ini?”
3. Kontrak:
a. Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan ibu?
b. Waktu :
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
c. Tempat :
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
B. Tahap kerja
1. “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”
2. “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang
suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
3. “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke
rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan anak Ibu karena beliau memang sudah
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan
ini.”
4. “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya anak Ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
5. “Ibu sudah bisa memahaminya?”
6. “Apakah ibu saat ini merasa cemas ?”
7. “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan.
Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan
perlahanlahan.”
8. “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
C. Tahap terminasi
1. Evaluasi:
 (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami kondisi
yang sebenarnya terjadi?”
 (objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”
2. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat
mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
3. Kontrak yang akan datang:
”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar
jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan tentang pendekatan agama kepada
ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di teras depan ya Bu.” “Apa ada yang
ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu. Assalamu’alaikum.”

S-ar putea să vă placă și