Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma.
Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat
membentuk efusi perikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal dan berwarna
abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat
berkembang melalui beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau. Reaksi
seluler awal cairan tersebut mengandung sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel
berkisar 500-10000/ mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai dengan penurunan
glukosa dan peningkatan protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4
L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan perikardium.
Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis perikardium.
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak
jantung dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan
perkardium parietal dan konstriksi miokardium. Bila volume cairan melebihi di tingkat
perikardium itu, efusi perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi
tamponade jantung yaitu terjadinya kompresi jantung akibat darah atau cairan
menumpuk di ruang antara miokardium dan perikardium.
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik:
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Pada
fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi daripada tekanan
intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian ventrikel
kanan, sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan intraperikardial dengan
tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan curah jantung yang berat.
1. Diagnosa
1) Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari
adanya oklusi pembuluh darah perifer.
2) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren
ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
3) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.
4) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan
kesehatan.
a. Anemia aplastik, merupakan penyakit yang jarang terjadi yang disebabkan oleh
penurunan atau kerusakan sel induk tulang belakang, kerusakan pada lingkungan mikro
di dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Anemia
aplastik dapat bersifat kongenital atau didapat, tetapi sebagian besar kasus bersifat
idiopatik.
b. Anemia defisiensi besi, biasanya terjadi ketika asupan besi dalam diet tidak mencukupi
untuk sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling sering
terjadi disemua kelompok usia dan merupakan anemia yang paling sering terjadi di
dunia.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B 12 dan asam folat), pada kasus anemia yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat, pertumbuhan sumsum tulang
identik dan perubahan darah perifer terjadi karena kedua vitamin tersebut esensial
untuk sintesis DNA normal.
d. Anemia sel sabit, adalah anemia hemolitik berat yang terjadi akibat pewarisan gen
hemoglobin sabit (HbS) yang menyebabkan molekul hemoglobin defektif (cacat).
e. Anemia hemolitik, adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energi
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
b. Leukimia kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik
dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
1) Leukimia limfositik kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan klonallimfosit
B (jarang pada limfosit T). perjalanan lambat dari dari limfosit kecil yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1
untuk laki-laki.
2) Leukimia Granulositik/ mielositik kronik (LGK/LMK); LGK/LMK adalah
gangguan mieproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel
leukimia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-
50tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom Philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita
LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase
krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrophil, trombosit dan sel darah
merah yang amat kurang.
1. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu (sibuea,2009)
a) Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcellleukimia-lhymohoma virus/HLTV).
b) Radiasi
c) Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diet hystilbestrol
d) Faktor herediter, misalnya pada kembar mono zigot
e) Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
2. Patofisiologi
ALL meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan
pengumpalan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai
dari yang premature hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kematangannya
merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya terdapat
leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%).
Jumlah leukosit neutrophil sering kali rendah, demikian pula kadar
haemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya
menunjukkan sel-sel blast yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari stem
sel pluripoten, kemudian stem sel limfoid, pre-B, early B, SEL b intermedia, sel B
matang, sel plasmasitoid, dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel
pluritopen, berkembang menjadi stem sel limfoid, sel timosit
imatur, cimmomthymosit, timosit matur, serta menjadi sel limfosit T helper dan
limfosit T supresor.Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstra medular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan
hepatosplenomegali. Sakit tulang jugasering dijumpai. Juga timbul serangan pada
susunan saraf pusat, yaitu: sakit kepala, muntah-muntah, kejang, dan gangguan
penglihatan.