Sunteți pe pagina 1din 14

MAKALAH

TBC

NAMA ANGGOTA:
1. ULATHUL SALIMAH
2. SOFIA NURYANA
3. SUSI INDRIANI
4. ERVINA MINAGARA
5. SAFINAZ MARDIANA
6. RETNO KUMALA SARI
7. RIZKI AMANDA

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999).
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4mm dg tebal 0,3-0,6mm. Sebagian kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti otak,
tulang, sendi, selaput otak, , kulit, kelamin dan lain- lain. Kuman
Tuberkulosis : kuman ini berbentuk batang , mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari TBC ?
2. Apa saja penyebab penyakit TBC ?
3. Bagaimana Patologi dari penyakit TBC ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien penyakit
TBC ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculisis ). Sebagian kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti otak,
tulang, sendi, selaput otak, , kulit, kelamin dan lain- lain. Kuman
Tuberkulosis : kuman ini berbentuk batang , mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaaan . Oleh karena itu disebut juga
sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ) . Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun.
B. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999). Mycobacterium
tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang
1-4mm dg tebal 0,3-0,6mm. sebagian besar komponen M. Tuberculosis
adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah
apex paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah tersebut
menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
C. Patofisiologi

Mycobacterium TBC

Masuk jalan napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe

Fibrosis Timbul jar. Ikat


sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.

Sesak

Kuman

Infeksi primer

Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi


ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen

Infeksi post primer Kuman dormant


Muncul bertahun kemudian

Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas


Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik

Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih &


menyembuh
Membentuk sarang tuberkuloma

D. Manifestasi klinis
1. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.
2. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh
darah).
3. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
4. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.
5. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah): Positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang
berbeda.
d. Anemia bila penyakit berjalan menahun
e. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut
kembali normal pada tahap penyembuhan.
g. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan
paru.
h. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis.
i. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi
air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
2. Radiologi
a. Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang
dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan
hitam dan diafragma menonjol ke atas.
b. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
c. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
3. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio
udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural.
F. tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan
akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1) Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu
sebagai berikut:
a. Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh
(metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur
dengan kecepataan obat).
b. Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya
lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari
angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam
obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak
terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi
tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya
diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai
perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan
karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih
serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
2. Keperawatan
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan

1) OAT (obat anti tuberculosis)


2) Bronchodilator
3) Ekspectoran
4) OBH (obat batuk hitam)
5) Vitamin
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian (Doegoes, 1999)
a. Aktivitas /Istirahat
1) Kelemahan umum dan kelelahan.
2) Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
3) Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
4) Mimpi buruk.
5) Takikardia, takipnea/dispnea.
6) Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
b. Integritas Ego :
1) Perasaan tak berdaya/putus asa.
2) Faktor stress : baru/lama.
3) Perasaan butuh pertolongan
4) Denial.
5) Cemas, iritable.
c. Makanan/Cairan :

1) Kehilangan napsu makan.

2) Ketidaksanggupan mencerna.

3) Kehilangan BB.

4) Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.


d. Nyaman/nyeri :
1) Nyeri dada saat batuk.
2) Memegang area yang sakit.
3) Perilaku distraksi.
e. Pernapasan :
1) Batuk (produktif/non produktif)
2) Napas pendek.
3) Riwayat tuberculosis
4) Peningkatan jumlah pernapasan.
5) Gerakan pernapasan asimetri.
6) Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
7) Suara napas : Ronkhi
8) Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
f. Kemanan/Keselamatan :
1) Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
2) Demam pada kondisi akut.
3) Interaksi Sosial :
4) Perasaan terisolasi/ditolak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
3. Intervensi
a. Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
1) Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan
pertukaran udara.

2) Mendemontrasikan batuk efektif.

3) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :

1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
3) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4) Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
5) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan
dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran
sekresi sekret.
6) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan
mukus, yang mengarah pada atelektasisi
8) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi, Pemberian expectorant,
Pemberian antibiotika, Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi
perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
b. Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
1) Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

2) Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

3) Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Rencana tindakan :

1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat


tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4) Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau


kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan


klien terhadap rencana teraupetik.

5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan


menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat


dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :


Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
c. Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria hasil :

1) Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori

2)Menu makanan yang disajikan habis

3)Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

d.Rencana tindakan

1) Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas


dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.

3) Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).

R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan


saluran GI dan menurunkan kapasitas.

4) Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum


dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan
masukan.
5) Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.

R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein


dan kalori adekuat.
Daftar Pustaka

Amin, M., (1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2


Jakarta : EGC

(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC

Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas


Kedokteran UI : Media Aescullapius.

S-ar putea să vă placă și