Sunteți pe pagina 1din 7

ANALISIS SINTESA TINDAKAN

PEMASANGAN KATETER URINE


DI RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)
RSUD. DR. MOEWARDI

Disusun Oleh :

M. IDUL AKBAR
NIM. P27220018242

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Inisial pasien (usia) : Ny. N (65 tahun)
Diagnosa medis : Post operasi open fracture tibia fibula 1/3 distal dekstra
Tanggal masuk : 25 September 2102 pukul 10.00 WIB
Tanggal dilakukan tindakan : 25 September 2102 pukul 10.15 WIB

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


DS : -
DO :
- Terdapat luka post op open fracture tibia fibula 1/3 distal dekstra
- Terdapat balutan pada metacarpal sinistra
- Tampak terdapat pampers yang terpasang pada klien
- Klien tampak lemah

Diagnosa keperawatan1 :
Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletel (fraktur)

Dasar pemikiran :
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan fraktur terbuka pada tibia
fibula 1/3 distal dekstra. Sebelum dirujuk ke RSUD Salatiga, klien sudah dirawat di RS Siaga
Medika Pemalang dan telah diberikan tindakan berupa OREF (Open Reduction and External
Fixation) pada tibia fibula dekstra dan ORIF Open Reduction and Internal Fixation) pada
metacarpal sinistra. Klien mengalami hambatan mobilitas fisik dan tidak dapat melakukan
eliminasi di toilet secara mandiri. Pemasangan kateter bertujuan untuk membantu
menghilangkan distensi kandung kemih dan mengurangi pergerakan pada bagian yang
mengalami fraktur.

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Memasang kateter urin wanita.
Tujuan2 :
a. Menghilangkan distensi kandung kemih.
b. Sebagai penatalaksanaan kandung kemih inkompeten.
c. Untuk mendapatkan spesimen urin steril
d. Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak mampu untuk
dikosongkan secara lengkap.
e. Memantau pengeluaran urine pada klien yang mengalami gangguan hemodinamik.

Indikasi :
a. Obstruksi pada aliran urine (missal pembesaran prostat).
b. Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur di sekelilingnya melalui pembedahan.
c. Retensi urine yang berat
d. Ruam kulit, ulkus, luka iritasi akibat kontak dengan urine.
e. Penderita penyakit terminal yang merasa nyeri ketika linen tempat tidur diganti.

Kontraindikasi :
a. Terdapat pembengkakan uretra
b. Terdapat keluaran dari ureter.

Prosedur3 :
a. Persiapkan alat yang dibutuhkan:
- Bak instrument yang berisi :
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Satu duk steril
 Satu duk lubang
 Larutan pembersih antiseptic.
 Kapas
 Pinset
 Kateter
 Spuit yang sudah terisi aquabidest
- Selang drainase steril dan kantong pengumpul urine.
- Plester
- Selimut mandi
- Pelumas
- Perlak pengalas
- Kantung sampah atau bengkok
b. Cuci tangan
c. Siapkan klien. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien dan keluarga.
d. Jaga privacy klien.
e. Posisi perawat menghadap klien, berada di sebelah kiri tempat tidur (apabila tangan
dominan adalah tangan kanan, maka berdiri di sebelah kanan).
f. Bantu klien pada posisi dorsal rekumben (terlentang dengan lutu fleksi). Minta klien untuk
merilekskan pahanya sehingga memudahkan rotasi eksternal. Bila klien tidak dapat
mengabdusikan tungkainya pada sendi panggul (missal arthritis sendi), baringkan klien
pada posisi miring (Sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul.
g. Selimuti bagian ekstremitas bawah klien.
h. Memasang perlak pengalas dan pispot.
i. Kenakan sarung tangan bersih dan cuci area perinatal dengan sabun dan air hanyat
menggunakan waslap sesuai kebutuhan dan keringkan dengan handuk.
j. Angkat pispot dan perlak pengalas.
k. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
l. Buka kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap setril.
m. Gunakan sarung tangan steril.
n. Ambil duk steril dan biarkan tidak melipat. Pastikan bahwa duk ini tidak menyentuh
permukaan yang terkontaminasi.
o. Letakkan duk di atas tempat tidur di antara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat di bawah
pantat klien, perhatikan utuk tidak menyentuh permukaan terkontaminasi dengan tangan
yang telah menggunakan sarung tangan.
p. Tutupkan duk berlubang di atas perineum klien, memajankan labia dan berhati-hati untuk
tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
q. Letakkan bak instrument steril dan isinya di atas duk steril di antara paha klien.
r. Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptic dan tuangkan isinya ke kassa.
s. Berikan pelumas pada dasar ujung kateter 2,5 cm sampai 5 cm.
t. Dengan tangan non dominan, hati-hati regangkan labia untuk pemajanan sempurna meatus
uretra. Pertahankan tangan non dominan pada posisi ini sepanjang prosedur.
u. Dengan tangan dominan, ambil kassa yang sudah diberi larutan antiseptic dengan pinset dan
bersihkan area perineal. Usap dari depan ke belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan
bola kapas bersih baru untuk tiap usapan, Sepanjang dekat dengan lipatan labia, sepanjang
area yang jauh dari lipatan labia dan pada meatus.
v. Dengan tangan dominan, ambil kateter 7,5 cm sampai 10 cm dan dari ujung. Letakkan ujung
kateter pada wadah penampung urin (urine bag).
w. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara tarik napas dalam dan dengan
perlahan memasukkan kateter melalui meatus.
x. Dorong kateter sekitar 5 sampai 7,5 cm pada orang dewasa. Urine yang nampak keluar
menandakan bahwa ujung kateter sudah berada di dalam kandung kemih atau uretra bawah.
y. Dengan tangan non dominan, hubungkan spuit ke port injeksi pada ujung kateter.
z. Perlahan injeksikan aquabidest.
aa. Setelah mengembangkan balon dengan baik, tangan non dominan dan tarik perlahan untuk
merasakan tahanan.
bb. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung.
cc. Plester kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non-alergik.
dd. Lepaskan sarung tangan dan rapikan peralatan.
ee. Bantu klien ke posisi nyaman.
ff. Cuci tangan.

3. Prinsip-prinsip tindakan
a. Pemasangan kateter dilakukan dengan lembut
b. Prinsip tindakan pemasangan kateter adalah steril.
c. Lubrikasi harus adekuat
d. Kateter yang digunakan disesuaikan dengan kondisi klien.

4. Analisa tindakan keperawatan


Pada dasarnya, tindakan pemasangan kateter urine yang dilakukan pada klien sesuai dengan
teori yang ada. Namun, terdapat prosedur yang tidak dilakukan karena keterbatasan alat seperti
duk steril, duk berlubang dan selimut mandi. Selain itu, tindakan pemasangan kateter hanya
dilakukan dengan satu prinsip saja, yaitu steril. Di dalam teori, pemasangan kateter dilakukan
dengan menggunakan dua prinsip, yaitu bersih dan steril. Prinsip yang pertama kali digunakan
adalah prinsip bersih, yaitu ketika melakukan perineal hygiene sebelum pemasangan kateter.
Prinsip steril kemudian digunakan selama pemasangan kateter. Meskipun tidak terdapat
prosedur perineal hygiene, area genitalia tetap dibersihkan dengan kassa yang sudah diberi
larutan desinfektan.

5. Bahaya yang dapat terjadi


Prinsip steril yang tidak terjaga selama pemasangan kateter akan meningkatkan resiko
masuknya bakteri dan mikroorganisme lainnya masuk ke dalam saluran kemih dan
menyebabkan infeksi saluran kemih. Selain itu, pemasangan kateter yang tidak dilakukan
dengan lembut dan hati-hati akan menyebabkan luka di saluran kemih dan area genitalia.

6. Hasil yang didapat dan maknanya


S:
- Klien mengatakan tidak merasa nyeri
O:
- Tampak keluar urine dari kateter yang sudah disalurkan dengan urine bag.
- Urine berwarna kuning kecoklatan
- Tidak ada haluaran darah dalam urine
- Klien kooperatif
A:
Masalah teratasi
P:-

7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa


keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif).
Mandiri :
a. Bantu klien melakukan eliminasi urine dengan pispot.

8. Evaluasi diri
Perlu lebih memperhatikan kesterilan tindakan untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial
pada klien. Selain itu, perlu penjelasan prosedur yang jelas kepada klien sebelum pemasangan
kateter karena tindakan tersebut memungkinkan adanya rasa ketidaknyamanan selama
pemasangan.

9. Kepustakaan
Heather Herdman. 2010. NANDA International, Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.
Smelzter. S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta : EGC.
Brumer, Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta : EGC.
Kusyati, Eni, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan, alih bahasa Hartono. Jakarta : EGC.

(Mitsalina Maulida Hafizh)

S-ar putea să vă placă și