Sunteți pe pagina 1din 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

RUANGAN PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

SITI NURUL HAFIIZHA EPPE


PO714201161084

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

POLTEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


D.IV KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
I. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2008).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2010).

B. ETIOLOGI
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan
(KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
(janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik (Gomella TL, 2009).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak
sesuia menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami
asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur
dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan
defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
E. PATHWAY

Sumber: Nanda NIC NOC, 2015


F. KLASIFIKASI
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi dengan masa kehamilan yang kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
kahamilan ( berat terletak antara persentil ke -10 sampai persentil ke
– 90 pada intrauterus grwoth curve, atau disebut Neonatus Kurang
Bulan – Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB - SMK), Neonatus
Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NCB - SMK), Neonatus
Lebih Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NLB - SMK)

2. Dismaturitas
Yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badannya
yang seharusnya untuk usia kehamilan. Ini menunjukan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin,dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term, post term. Dismatur ini dapat juga : Neonatus
kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKBKMK),

G. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
2. Hipoglikemia
3. Ikterus / hiperbilirubin
4. Masalah nutrisi
5. Sepsis
6. MAS (Syndroma Aspirasi Meconium)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan
I. PENATALAKSANAAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan
bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan.
2. Tanda-tanda Vital
Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
(Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kardiovaskuler
- Denyut jantung rata - rata 120 - 16 permenit pada bagian
apekal dengan ritme yang teratur.
- Pada saat kelahiran : kebisingan jantung terdengar pada
setengah bagian interkostal yang menunjukan aliran dari kanan
ke kiri karena hipertensi atau atetektasis paru.
4. Gastrointestinal
- Penonjolan abdomen dan pengeluaran mekonuim terjadi dalam
waktu 12 jam
- Reflek menelan dan menghisap lemah
- Ada atau tidaknya anus, ketidak normalan kogenital lain.
5. Integumen
- Kulit berwarna merah, merah muda, kekuning – kuningan.
sianosis atau campuran bermacam warna.
- Sedikit vernik kaseosa
- Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh
- Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap
- Edema yang menyeluruh ,atau dibagian tertentu yang terjadi
saat kelahiran.
- Kuku pendek,belum melewati ujung jari, rambut jarang
mungkin tidak ada sama sekali
- Pteki atau ekimosis
6. Muskuloskeletal
- Tulang kjatilago telinga belum tumbuh denagn
sempurna,lembut dan lunak
- Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak
- Gerakan lemah dan tidak agresif
7. Neurologis
- Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten,
gerak kembalinya hanya berkembang sebagian.
- Menelan,menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif
- Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis
- Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan
belum mencapai 25 – 26 minggu
- Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermi
- Gemetar, kejang dan mata berputar – putar biasaya bersifat
sementara tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya
kelainan neurologis.
8. Pernafasan
- Jumlah penafasan rata - rata 40 – 60 permenit dibagi dengan
periode apnoe
- Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar)
dengkuran, retraksi (interkostal,supra sternal,substernal)
- Terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru – paru
9. Ginjal
- Berkemih setelah 8 jam kelahiran
- Ketidak mampuan untuk melarutkan ekskresi kedalam urine
10. Reproduksi
- Bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum
berkembang
- Bayi laki – laki skrotum yanag menonjol dengan rugae
kecil.testis belum turun di skrotum
11. Aktivitas / Istirahat
Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari
rata-rata 20 jam dan tangis masih lemah, tidak aktif, tremor.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa menurut NANDA 2013 adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
5. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

C. PERENCANAAN
Menurut Doenges (2000), perencanaan dalam proses keperawatan adalah
metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu
menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi
keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
Tujuan :
Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan oksigen menurun
b. Nafas spontan, adekuat
c. Tidak sesak
d. Tidak ada retraksi
Intervensi
a. Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan
perubahan frekwensi jantung
Rasional : Membantu dalam membedakan periode perputaran
pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering
terjadi pad gestasi minggu ke-30
b. Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan
gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit
ekstensi
Rasional : Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan
episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia,
asidosis metabolik atau hiperkapnea
d. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan
memperberat depresi pernapasan pada bayi
Rasional : Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
pernapasan dan aktifitas SSP
Kolaborasi :
e. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
g. Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan :
Pertukaran gas adekuat.
Kriteria :
a. Tidak sianosis
b. Analisa gas darah normal
c. Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan
leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria :
a. Turgor kulit elastik
b. Tidak ada edema
c. Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
d. Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam
Rasional : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan
terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar
Hb/Ht.
b. Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam
dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan
dengan kantong penampung urine.
Rasional : Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang
rendah pada bayi preterm (rentang normal1,006-1,013). Kadar
yang rendah menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih
besar dari 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan dan
dehidrasi.
c. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel
anterior.
Rasional : Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat
dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit
yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
Kolaborasi :
d. Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,
khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC)
Rasional : Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53%
kalium serum
e. Berikan tranfusi darah.
Rasional : Penggantian cairan darah menambah volume darah,
membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu
dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
4. Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan :
Nutrisi adekuat
Kriteria :
a. Berat badan naik 10-30 gram / hari
b. Tidak ada edema
c. Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan
(misalnya: mengisap, menelan, dan batuk)
Rasional : Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk
bayi
b. Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys
pernapasan
Rasiona l: Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral
harus ditunda
c. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari,
kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
Rasional : Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko
terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan
ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
mungkin telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus
atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
d. Pantau masukan dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan
elektrolit setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet
e. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis
urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
Rasional : Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena
mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari
kelebihan cairan
f. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak
teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian
makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata
terbalik, dan aktifitas kejang.
Rasional : Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar
untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :
g. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi
SGA saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein
obat dan lemak
h. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral
5. Diagnosa keperawatan 5:
Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
Tujuan : Klien mempertahankan suhu tubuh stabil
Kriteria hasil: Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal
Intervensi :
a. Tempatkan bayi pada inkubator, penghangat rsian, atau pakaian
hangat dalam keranjang terbuka
b. Atur unit servokontrol atau kontrol suhu udara sesuai kebutuhan
c. Gunakan pelindung panas plastik bila tepat
d. Periksa suhu bayi dalam hubungannya dengan suhu ambien dan
suhu unit pemanas
e. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
6. Diagnosa keperawatan 6 :
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Klien tidak menunjukkan infeksi nosokomial
Kriteria hasil: bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial

Intervensi :
a. Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum
dan setelah mengurus bayi
b. Pastikan bahwa semua alat kontak dengan bayi sudah bersih atau
steril
c. Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan
institusional
d. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan orangtua dalam
prosedur kontrol infeksi
e. Beri terapi antibiotik sesuai instruksi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Hidayat,Alimul A.2005. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit


SalembaMedica : Jakarta.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah.2006. AsuhanKeperawatanPadaBeratBadanLahirRendah.


USU Repository

S-ar putea să vă placă și