Sunteți pe pagina 1din 5

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 11 No. 01 Maret l 2008 Halaman 27 - 31


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Artikel Penelitian

POTRET PELAKSANAAN REVITALISASI PUSKESMAS


POTRAIT ON THE IMPLEMENTATION OF PHC’S REVITALIZATION

Evie Sopacua, Lestari Handayani


Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan

ABSTRACT Hasil: Hasil penelitian menjelaskan bahwa meskipun program


Background: Health services by Public Health Centres (PHC) revitalisasi puskesmas sudah disosialisasikan tetapi belum
in the era of decentralization experienced a decline in some dipahami sebagaimana yang diharapkan Depkes dengan
region. The important role of PHC in health development is the prioritas mengembalikan fungsi Puskesmas sesuai Kepmenkes
reason to optimize its performance. PHC’s revitalization which 128/2004. Beberapa upaya untuk perbaikan pelayanan di
proclaimed by Health Department has the intend to returning Puskesmas sudah dilakukan beberapa puskesmas penelitian
PHC to its concepts, health manpower and facility according tanpa menggunakan label revitalisasi dengan dana pemerintah
to based values in Kepmenkes 128/2004. The aim of PHC’s daerah. Beragam usul tentang bentuk revitalisasi Puskesmas
revitalization is to increase PHC’s performance in supporting merupakan potret yang menggambarkan kondisi puskesmas
health development. saat ini. Ini mencerminkan bahwa setiap daerah mempunyai
Method: The objective of this study was to describe the masalah dan kekhasan sehingga revitalisasi puskesmas akan
implementation of PHC’s revitalization in supporting health berbeda satu daerah dengan lainnya.
development. Study area was elect using purposive sampling Kesimpulan: Berdasarkan semua gambaran di atas,
design that is Jombang and Bojonegoro Districts in East Java disarankan untuk melaksanakan revitalisasi Puskesmas pada
Province, Cianjur District in West Java province and Sikka pelayanan kesehatan masyarakat dengan memperhatikan azas
district in East Nusa Tenggara Province. Data was collect penyelenggaraannya yaitu azas pertanggungjawaban wilayah,
through in-depth interview and focus group discussion and azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan lintas
was analyzed descriptive. program dan lintas sektor, azas rujukan upaya kesehatan
Result: The result showed that although socialization of PHC’s perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dalam
revitalization has been done, but not yet understood as Kepmenkes 128/2004.
expected by Health Department with priority returning PHC’s
functions according to Kepmenkes 128/2004. Several efforts Kata Kunci : revitalisasi, puskesmas
has been done by several PHCs in this study to improve PHC’s
services using government funding. Kinds of proposals about
the form of PHC’s revitalization were the potrait of the PHC’s
condition nowadays. This is the reflection of the local
PENGANTAR
specification of each region. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Conclusion: The recommendation of this study is to implement telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1968 dan
revitalization of PHC on public health services with attention on hasil yang dicapai diantaranya adalah penurunan
the PHC’s principals wich describe in Kepmenkes 128/2004
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
Keywords : revitalisation, public health centre (AKB) serta peningkatan Umur Harapan Hidup.
Sampai tahun 2006 tercatat 7.550 Puskesmas dan
27 % adalah Puskesmas dengan rawat inap, 22.020
ABSTRAK Puskesmas Pembantu dan 5.328 Puskesmas
Latar belakang: Upaya kesehatan dasar oleh puskesmas di Keliling.
era desentralisasi mengalami kemunduran di beberapa daerah.
Peran puskesmas penting dalam pembangunan kesehatan, Kebijakan dasar Puskesmas yang dijelaskan
maka performa puskesmas dioptimalkan kembali. Revitalisasi dalam Kepmenkes 128/2004 menyatakan bahwa
Puskesmas yang dicanangkan Depkes bermaksud Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
mengembalikan Puskesmas kepada konsep Puskesmas, Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
ketenagaan dan pemenuhan sarana dan peralatan di
Puskesmas sesuai nilai-nilai dasar dalam Kepmenkes 128/2004. menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
Tujuan revitalisasi Puskesmas adalah peningkatan kinerja suatu wilayah kerja.1 Puskesmas memiliki fungsi
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menggambarkan pelaksanaan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
revitalisasi Puskesmas dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Daerah penelitian dipilih menggunakan pelayanan kesehatan strata pertama meliputi upaya
sampling purposif yaitu di 8 puskesmas tersebar di 3 Provinsi kesehatan perorangan (UKP = private goods) dan
yaitu Jawa Timur (Kabupaten Jombang dan Bojonegoro), Jawa upaya kesehatan masyarakat (UKM = public goods).
Barat (Kabupaten Cianjur) dan Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Dalam kata penutup Kepmenkes tersebut disebutkan
Sikka). Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan diskusi
terarah dan dianalisis secara deskriptif. bahwa penerapan kebijakan dasar Puskesmas perlu

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 27


Evie Sopacua, dkk.: Potret Pelaksanaan Revitalisasi Puskesmas

dukungan yang mantap dari berbagai pihak, baik Potret pelaksanaan revitalisasi puskesmas
politis, peraturan perundangan maupun sumber daya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan
dan pembiayaannya. kesehatan adalah tujuan dari penelitian ini. Hasil
Penyelenggaraan otonomi dalam pemerintah temuan dalam penelitian ini diharapkan menjadi
daerah sejak tahun 2000 menyebabkan perubahan masukan dalam formulasi kebijakan berkaitan dengan
yang mendasar dalam pelayanan kesehatan. Dalam peningkatan performa Puskesmas.
penyelenggaraan otonomi ini desentralisasi digulirkan
sehingga pemerintah daerah mendapat kewenangan BAHAN DAN CARA PENELITIAN
yang besar dalam pengelolaan keuangan dan fungsi- Penelitian dengan rancangan deskriptif ini
fungsi pemerintahan serta pelayanan. Perbedaan dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur (Jatim), Nusa
faktor sosio budaya, tingkat ekonomi, keadaan Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Barat (Jabar) sesuai
geografi dan demografi, tingkat kemampuan keuangan konsultasi dengan Subdirektorat Kesehatan
daerah menjadi pertimbangan dalam perencanaan Komunitas Depkes RI.
termasuk pengalokasian anggaran daerah. Dalam era Menggunakan sampling secara purposif, maka
ini, kabupaten/kota mempunyai kewenangan penuh di Provinsi NTT dan Jawa Barat masing-masing
menangani bidang kesehatan, dan hal ini diambil 1 kabupaten/kota sedangkan di Provinsi
mensyaratkan dukungan pemerintah Kabupaten/kota Jatim dipilih 2 kabupaten. Di setiap kabupaten/kota
untuk mengimplementasikan nilai dasar dari diambil 2 puskesmas sehingga sampel berjumlah 8
kebijakan dasar Puskesmas sesuai Kepmenkes 128/ puskesmas. Untuk Provinsi Jatim dipilih Puskesmas
2004. Nilai dasar yang dimaksud adalah azas Kapas dan Kanor di Kabupaten Bojonegoro serta
penyelenggaraan Puskesmas yaitu azas Puskesmas Bareng dan Cukir di Kabupaten
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan Jombang. Di Provinsi Jabar dipilih Kabupaten Cianjur
masyarakat, azas keterpaduan lintas program dan dengan Puskesmas Sukanagara dan Cibeber.
lintas sektor serta azas rujukan (UKP dan UKM).1 Provinsi NTT terpilih 2 puskesmas yaitu Puskesmas
Walau demikian, beberapa daerah mengalami Nita dan Nanga di Kabupaten Sikka. Populasi
efek kurang menguntungkan dari kebijakan otonomi penelitian adalah puskesmas dan jaringannya yaitu
daerah, antara lain terjadi kurangnya biaya Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pondok Bersalin
operasional Puskesmas sehingga keadaan tersebut Desa (Polindes).
memberi dampak pada penurunan performa Data diperoleh dengan wawancara mendalam
Puskesmas. Kondisi ini diasumsikan merupakan kepada kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) atau yang
predisposisi berbagai dampak buruk pada kesehatan mewakili serta Kepala Puskesmas dan diskusi
masyarakat antara lain stagnansi penurunan AKI, terarah dengan petugas kesehatan di Puskesmas.
AKB dan munculnya kembali beberapa penyakit Data dianalisis secara deskriptif untuk menjawab
infeksi serta meningkatnya kasus balita malnutrisi. tujuan penelitian.
Secara spesifik kondisi ini berdampak kepada utilitas
pelayanan kesehatan terutama pada kelompok HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
rentan seperti orang miskin, ibu dan anak, karena Upaya revitalisasi puskesmas menurut pihak
pentingnya peran puskesmas dalam pembangunan Dinkes Kabupaten Sikka Provinsi NTT dan
kesehatan, maka performa puskesmas harus Kabupaten Cianjur Provinsi Jabar belum ada
dioptimalkan kembali. Mengantisipasi hal ini, Dirjen meskipun telah dilakukan sosialisasi dari Depkes
Binkesmas mengusulkan revitalisasi puskesmas dan tentang program tersebut. Oleh karena itu, di
rencana aksinya.2 Revitalisasi Puskesmas adalah Kabupaten Sikka dan Cianjur belum melaksanakan
mengembalikan Puskesmas kepada konsep program revitalisasi Puskesmas dengan dana dari
Puskesmas, ketenagaan Puskesmas dan Depkes.
pemenuhan sarana dan peralatan di Puskesmas Tetapi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
sesuai nilai-nilai dasar dalam Kepmenkes 128/2004. Sikka menjelaskan bahwa beberapa upaya sudah
Peningkatan kinerja dalam mendukung pelaksanaan dilakukan secara mandiri dan mungkin dapat disebut
pembangunan kesehatan merupakan tujuan sebagai upaya revitalisasi puskesmas. Diantaranya
revitalisasi Puskesmas.2,3 Bagaimana pelaksanaan adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian
revitalisasi Puskesmas yang dapat berakibat pada pemerintah daerah dan legislatif terhadap bidang
peningkatan kinerja? kesehatan dengan advokasi oleh kepala Dinkes
Kabupaten Sikka dengan Staf dan Kepala
Puskesmas. Upaya ini telah membuahkan hasil

28 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dengan meningkatnya pembiayaan bidang inap (idola). Rawat inap di Puskesmas diharapkan
kesehatan dari 7-8 % menjadi > 15%. Sekitar 80% dapat menampung masyarakat miskin yang
penduduk Kabupaten Sikka tergolong miskin dan membutuhkan rawat inap mengingat terbatasnya
memperoleh dana kesehatan bagi penduduk miskin. tempat tidur di rumah sakit umum.
Pemerintah daerah memutuskan menanggung dana Melalui wawancara mendalam pada kepala
kesehatan bagi 20% sisa penduduk yang tidak Puskesmas maupun diskusi dengan petugas
tergolong miskin. Sejak 1 Januari 2006 biaya Puskesmas, menjadi jelas bahwa mereka belum
pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit memahami apa yang dimaksud dengan revitalisasi
pemerintah kelas 3 diberikan secara gratis untuk puskesmas, walau Departemen Kesehatan telah
seluruh masyarakat. Walau demikian pendapat melakukan sosialisasi sampai ke Provinsi NTT.
petugas Puskesmas dalam diskusi terarah di Berbagai jawaban diberikan oleh petugas kesehatan
Puskemas Nita dan Nanga Kabupaten Sikka tentang dalam diskusi terarah ketika kepada mereka apa yang
pelayanan gratis terkesan pesimis. dimaksud dengan revitalisasi Puskesmas. Jawaban
"Tidak mendidik masyarakat untuk yang diberikan bila dibandingkan dengan apa yang
menghargai kesehatan, karena membayar dimaksud dengan revitalisasi Puskesmas menurut
karcis di Puskesmas hanya Rp1000,00
sedangkan ojeknya ke puskesmas bisa lebih Depkes2,3 belum sesuai. Walau demikian ketika
dari Rp10.000,00 Jadi sebenarnya tidak ada ditanyakan apa saja yang perlu dilakukan dalam
gratis. Lagipula masyarakat jadi manja. meningkatkan pelayanan Puskesmas oleh petugas
Keluhan sedikit sudah ke puskesmas
sehingga di awal berlakunya pelayanan gratis,
dijawab perlu revitalisasi Puskesmas, tetapi tidak bisa
kunjungan melonjak.Jadi beban kerja menjawab apa yang perlu direvitalisasi secara spesifik
ya...semakin tinggi." sesuai dengan revitalisasi Puskesmas menurut
Depkes2,3. Menurut petugas Puskesmas yang perlu
direvitalisasi adalah sesuai dengan apa yang masih
Upaya lain baik di Kabupaten Sikka maupun di
kurang dari penyelenggaraan pelayanan di
Kabupaten Cianjur adalah peningkatan kompetensi
Puskesmas. Sebagai contoh, penyelenggaraan
sumber daya manusia (SDM) kesehatan diantaranya
posyandu yang menurut bidan di desa Puskesmas
memberikan pelatihan tenaga bidan dan asuhan
Cibeber oleh masyarakat dikatakan ’milik bidan’ dan
persalinan normal (APN) dengan dana yang disediakan
bukan milik masyarakat padahal merupakan upaya
APBD maupun bantuan sponsor luar negeri.
kesehatan masyarakat (UKM). Hal lain yang perlu
Di Provinsi Jatim, pelaksanaan revitalisasi
direvitalisasi adalah kegiatan Posyandu yang
puskesmas dengan dana dekonsentrasi tetapi lebih
menurun, gedung Polindes yang tidak ada di desa,
mengarah ke pembangunan fisik Puskesmas padahal
gedung Puskesmas pembantu yang rusak, tenaga
revitalisasi Puskesmas menurut Depkes bukan ke
Puskesmas yang tugas rangkap, format pencacatan
arah fisik. Penjelasannya adalah bahwa pelayanan
dan pelaporan yang banyak (KIA sebagai contoh),
yang baik akan meningkat dengan fisik Puskesmas
tenaga honorer Puskesmas, pencairan dana yang
yang menarik. Walau demikian ada alokasi dana untuk
terlambat dan klaim askeskin yang kecil untuk
peningkatan kualitas SDM. Puskesmas Bareng
pertolongan persalinan oleh bidan.
memperoleh dana program revitalisasi Puskesmas
Asumsi yang ditegakkan bahwa belum diperoleh
untuk pembangunan ruang rawat jalan yang diperluas
tentang pemahaman pelaksanaan revitalisasi sesuai
dan diperbaiki dengan fasilitas ruangan ber-AC.
Depkes adalah bahwa Kepmenkes 128 tahun 2004
Revitalisasi puskesmas di Kabupaten Jombang
belum diketahui di tingkat Puskesmas penelitian.
sejalan dengan komitmen pemerintah untuk melayani
Ketika ditanyakan tentang Kepmenkes 128, bagian
masyarakat dalam bidang kesehatan, sehingga upaya
terbesar petugas kesehatan di Puskesmas belum
revitalisasi Puskesmas telah dilakukan sebelum
pernah tahu, sedangkan yang sudah tahu belum
upaya ini dicanangkan Depkes. Sebagai contoh yaitu
pernah membacanya dengan teliti. Padahal,
upaya pengembangan pelayanan inovatif khususnya
revitalisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai nilai-
untuk UKP telah dilakukan Kepala Puskesmas
nilai dasar dalam Kepmenkes 128 tahun 2004, yaitu
Bareng dan Cukir yang secara aktif melakukan lobi
azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu azas
dan advokasi. Upaya ini terkait dengan program Dinkes
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
untuk mewujudkan konsep Puskesmas idaman dan
masyarakat, azas keterpaduan lintas program dan
Puskesmas idola. Puskesmas yang potensial
lintas sektor serta azas rujukan (UKP dan UKM).
diharapkan dapat menyelenggarakan rawat jalan yang
Usul lain dari petugas kesehatan di Puskesmas
lebih berkualitas (idaman) dan yang mampu
penelitian adalah agar revitalisasi puskesmas
diharapkan dapat menyelenggarakan pelayanan rawat
dilakukan dengan meningkatkan kinerja dalam

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 29


Evie Sopacua, dkk.: Potret Pelaksanaan Revitalisasi Puskesmas

pemberian pelayanan di Puskesmas. Peningkatan Pujiraharjo dan Sopacua4 menjelaskan bahwa


kinerja dibedakan menjadi kinerja individu dan kinerja kebijakan secara umum mempunyai 5 (lima) unsur
institusi.Tentang upaya peningkatan kinerja individu, utama, yaitu: (a) masalah publik, (b) nilai kebijakan,
bagian terbesar petugas kesehatan mengharapkan (c) siklus kebijakan, (d) pendekatan dalam kebijakan
mendapatkan peningkatan pendidikan dan tambahan dan (e) konsekuensi kebijakan. Penelitian ini
ketrampilan dalam bentuk pelatihan dan juga memberikan gambaran bahwa Departemen
tambahan sarana dan prasarana untuk kelengkapan Kesehatan belum menerapkan siklus kebijakan yang
pelaksanaan tugasnya. Contoh yang diberikan adalah merupakan proses penetapan kebijakan yang siklis
bidan di desa dengan beban pekerjaan yang cukup dan bersifat kontinum, terdiri atas tiga tahap: (1)
tinggi mengharapkan adanya bantuan transport perumusan kebijakan (Policy Formulation), (2)
berupa sepeda motor agar lebih memudahkan penerapan kebijakan (Policy Implementation), dan
mereka mendatangi masyarakat yang (3) evaluasi kebijakan (Policy Review). Pada setiap
membutuhkan. tahap siklus kebijakan perlu disertai dengan
Meskipun tidak terlalu banyak, ada petugas penerapan pendekatan (Approaches) yang sesuai.
kesehatan yang mengharapkan adanya Pada tahap formulasi, pendekatan yang banyak
penghargaan (reward). Reward yang diusulkan selain dipergunakan adalah pendekatan normatif, valuatif,
berupa biaya pendidikan dan pelatihan juga berupa prediktif ataupun empirik. Pada tahap implementasi
uang tunai. Hal ini didukung hasil wawancara dengan banyak menggunakan pendekatan struktural
kepala Puskesmas bahwa petugas khususnya (organisasional) ataupun pendekatan manajerial.
dalam menjalankan UKP rawat inap mengharapkan Pada tahap evaluasi menggunakan pendekatan yang
adanya tambahan honor dengan pembagian yang sama dengan tahap formulasi. Pemilihan pendekatan
adil. Jasa yang terlalu kecil dalam pertolongan yang digunakan sangat menentukan tingkat
persalinan akan mengendorkan semangat, serta efektivitas dan keberhasilan sebuah kebijakan.
perlunya kelengkapan bidan kit, doppler, dan lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses siklus
Untuk meningkatkan kinerja institusi, bagian kebijakan sebagaimana yang diuraikan Pudjirahardjo
terbanyak petugas kesehatan di Puskesmas dan Sopacua5 belum terjadi, baik tentang Kepmenkes
menyatakan agar pelaksanaan perencanaan sesuai 128/2004 maupun kebijakan tentang revitalisasi
kebutuhan dan mengusulkan manajemen terbuka. Puskesmas di provinsi penelitian khususnya di
Ada bagian kecil petugas kesehatan Puskesmas delapan Puskesmas penelitian. Mengingat bahwa
mengharapkan penyesuaian jam kerja dengan Kepmenkes ini sudah dikeluarkan sejak tahun 2004,
permintaan masyarakat. Wawancara dengan Kepala dan bahwa revitalisasi Puskesmas dilaksanakan
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang menyatakan dengan mengkaji kesenjangan yang ada di
bahwa peraturan pemerintah daerah Kabupaten telah Puskesmas dengan apa yang terkandung dalam
memungkinkan pelayanan puskesmas di sore hari Kepmenkes 128/2004 sebagai standar atau normatif.
dan telah dilakukan penyesuaian tarif pelayanan Peran Dinas Kesehatan Provinsi sebagai
dengan memberikan uraian tentang jasa medis. regulator untuk menjembatani berbagai kondisi yang
terjadi dalam penerapan Kepmenkes 128/2004 telah
PEMBAHASAN dilaksanakan di Provinsi Jatim. Walau sosialisasi
Revitalisasi Puskesmas adalah mengembalikan Kepmenkes ini baru dilakukan 2 tahun setelah terbit
Puskesmas kepada konsep Puskesmas, yaitu pada Agustus 2006. Tetapi peran ini belum
ketenagaan Puskesmas dan pemenuhan sarana dan dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat dan NTT yang
peralatan di Puskesmas sesuai nilai-nilai dasar dikaji dalam penelitian ini.
dalam Kepmenkes 128/2004. Penelitian ini Perubahan yang mengikuti pelaksanaan
menunjukkan bahwa petugas kesehatan di otonomi daerah dan desentralisasi kesehatan adalah
Puskesmas khususnya belum memahami apa yang perubahan paradigma lama yang berorientasi pada
dimaksud dengan revitaslisasi Puskesmas menurut provider menuju pengutamaan customer. Perubahan
Depkes. Walau hal-hal yang dikemukakan dalam paradigma ini lebih nyata pada upaya kesehatan
wawancara mendalam maupun diskusi terarah perorangan (UKP) dan mengakibatkan upaya
menunjukkan upaya revitalisasi sesuai yang kesehatan masyarakat (UKM) terabaikan. Hasil
dibutuhkan setiap Puskesmas yang spesifik. Hal ini penelitian Handayani dkk5 menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa siklus kebijakan belum berjalan pelayanan kesehatan masyarakat cenderung asal
sebagaimana yang seharusnya. jalan dengan alasan biaya yang terbatas, tanpa
komitmen untuk menyelamatkan sumberdaya

30 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

manusia yang sehat di masyarakat sebagai aset. daerah mempunyai masalah dan kekhasan sehingga
Terlihat dari pernyataan berikut yang disampaikan revitalisasi puskesmas akan berbeda satu daerah
melalui in-depth interview : dengan lainnya. Sebagai contoh, walau upaya
Ada daerah yang naik ojek ke posyandu revitalisasi puskesmas dilaksanakan dengan dana
dengan biaya 50 ribu. Kalau sekali dua kali dekonsentrasi di Provinsi Jawa Timur, Dinkes
bidan kunjungi, dengan setengah harga
misalnya, tapi pada akhirnya tidak tuntas. Kabupaten Jombang melakukan advokasi ke
Untuk ANC, ada cost transpor untuk bidan, pemerintah daerah dan legislatif sehingga ada hal-
tetapi hasil K4 tidak tercapai hanya sampai hal dalam pelayanan di puskesmas mengalami
K2. Ketika ditanya : ’kenapa bu bidan, harusnya
4 x, kok cuma 2 x ?, dijawab bidan : ’Atuh dok,
perbaikan dan peningkatan tanpa menggunakan label
biaya cuma cukup 2x’. revitalisasi.
Disarankan untuk melaksanakan revitalisasi
Artinya bahwa prioritas dalam revitalisasi harus Puskesmas terutama pada pelayanan kesehatan
ditujukan kepada upaya dan azas penyelenggaraan masyarakat dengan memperhatikan azas
di Puskesmas dengan mengedepankan pelayanan penyelenggaraannya yaitu azas pertanggungjawaban
kesehatan masyarakat. wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas
Pola pikir yang keliru tentang pengutamaan keterpaduan lintas program dan lintas sektor, azas
customer dalam pelayanan kesehatan perorangan rujukan UKP dan UKM.
perlu diluruskan. Pudjirahardjo WJ6 dalam pertemuan
sosialisasi Kepmenkes 128/2004 di Provinsi Jatim KEPUSTAKAAN
menegaskan dalam penjelasannya bahwa 1. Depkes.RI. Keputusan Menteri Kesehatan No.
kelanggengan penyelenggaraan pelayanan 128/Menkes/SK/II/2004. Jakarta.2004
kesehatan di Puskesmas adalah pada pelayanan 2. Depkes RI. Pertemuan Koordinasi Perencanaan
kesehatan masyarakat (UKM). Alasan yang Pengembangan Spesifik Program Kesmas.
dikemukakan adalah bahwa pelayanan kesehatan Jakarta: Dirjen Binkesmas. http://
perorangan (UKP) bisa berakhir suatu saat, www.binkesmas.depkes.go.id/. Diakses
sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat Nopember. 2005
terlaksana terus-menerus terutama pada upaya 3. Dirjen Binkesmas Depkes RI. Kebijakan
promotif preventif dengan catatan, pembiayaan harus Departemen Kesehatan tentang Revitalisasi
menjadi tanggung jawab pemerintah. Puskesmas dan Revitalisasi Posyandu. Ppt.
Dari uraian sebelumnya diperoleh suatu Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi
gambaran bahwa upaya revitalisasi puskesmas Kebijakan Pembangunan Kesehatan Provinsi
belum dipahami dengan tepat dan beberapa hal Jawa Timur Tahun 2006 Surabaya, 8-9 Februari.
dalam kajian penelitian ini menjelaskan bahwa dalam 2006
penyelenggaraan pelayanan, Puskesmas tidak lagi 4. Pudjirahardjo WJ, Sopacua E. Kebijakan;
taat azas. Sebagai contoh adalah azas keterpaduan Sebuah Kebutuhan dalam Desentralisasi
dan azas pemberdayaan masyarakat, sehingga Kesehatan. Makalah dalam Buletin Penelitian
pelayanan UKM dapat dijalankan sekalipun dengan Kesehatan. 2006;9(4) Oktober
keterbatasan dana, karena masyarakat bukan objek 5. Handayani L, Sopacua E, Siswanto, Ma’ruf NA,
dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas, tetapi Widjiartini. Upaya Revitalisasi Pelayanan
sebagai subjek. Kesehatan Puskesmas Dan Jaringannya Dalam
Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesehatan. Laporan Penelitian. Surabaya.
Pelaksanaan revitalisasi puskesmas yang Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan.
diharapkan Depkes diprioritaskan terutama pada 2006.
fungsi Puskesmas sesuai Kepmenkes 128/2004. 6. Pudjirahardjo,WJ. Dinas Kesehatan Dalam Era
Tetapi potret pelaksanaannya melalui penelitian ini Desentralisasi (Pokok Pikiran). Ppt.
menunjukkan bahwa petugas kesehatan belum Disampaikan dalam Sosialisasi Kepmenkes
dapat menjabarkan apa yang harus direvitalisasi di 128 Tahun 2004, Bapelkes Lawang, 30-31
puskesmas sesuai dengan yang diharapkan Depkes. Agustus 2006.
Walau demikian, berbagai usulan untuk revitalisasi
sudah disampaikan. Ini mencerminkan bahwa setiap

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 31

S-ar putea să vă placă și