Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Di Susun Kelompok 4 :
2. MARIA
3. MOCH DHARMAWAN
4. MULYONO
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
2
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari
setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi
dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879
AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi
negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.
2. Rumusan Masalah
e. Bagaimana tahap Perubahan HIV menjadi AIDS dari HIV dan AIDS?
3
j. Bagaimana pencegahan dari HIV dan AIDS?
3. Tujuan penulisan
e. Untuk mengetahui tahap Perubahan HIV menjadi AIDS dari HIV dan AIDS
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus
HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan
AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki
5
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat
2. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III)
atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah
lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus
hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa
protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein
Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan
duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2,
yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV
6
akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di
dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta
melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki
limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita
bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di
dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah
7
mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+
dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang
tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-
orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah
limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah,
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai
infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20
bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
8
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
2. Batuk-batuk,
5. Diare ,
6. Sesak napas,
8. Kesadaran menurun,
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa
gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3
tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
9
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan
lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
Fase I
Individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat
meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk.
Fase ini akan berlangsung sekitar 1-6 bulan dari waktu individu terpapar.
10
Fase II
Berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada
fase kedua ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit, tetapi
Fase III
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit terkait
dengan HIV. Tahap ini belum dapat disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala yang
berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus,
pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan
berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga
Fase IV
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang
disebut dengan infeksi oportunistik yaitu kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi paruparu yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan infeksi
11
6. PENULARAN HIV/AIDS
Cairan sperma
Cairan vagina
Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV
Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan
telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV
Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta
Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah
terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
12
3. Perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS :
7. KOMPLIKASI
a. Oral Lesi
b. Neurologik
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
13
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
endokarditis.
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
d. Respirasi
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
14
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
f. Sensorik
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
15
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka
pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap
3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian
obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. Bila tidak tersedia peralatan untuk
pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
16
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
terapi AIDS.
aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
17
Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13%
Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan
18
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama
Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi
Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa
tubuh.
Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan
dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental
(thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium
dan klorida).
kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang
cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai
maupun kimia.
19
4) Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu
Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara
dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III. Yaitu :
Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun,
atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur
susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi
kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk
sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan
sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi
20
dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila
polyjoule).
Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut
teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam.
Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan
energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien
dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan
dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral.
Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan
10. PENCEGAHAN
21
C (use Condom) : Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila
setiap kesempatan
22
BAB III
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.
2. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.
3. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi /
melambat.
23
4. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang
1. Diagnosis Keperawatan :
nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
secara adekuat.
24
Dapat mengurangi ansietas dan rasa
rasa sakit.
2. Diagnosis keperawatan :
Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan
intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang
perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
energy.
25
INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa lingkungan dan mungkin
makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan meningkatkan pemasukan. Memenuhi
pemasukan makanan.
26
Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal Mengindikasikan status nutrisi dan
Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan fungsi organ, dan mengidentifikasi
3. Diagnosa keperawatan :
Mempertahankan keseimbangan
Pantau pemasukan oral dan pemasukan cairan
cairan, mengurangi rasa haus dan
sedikitnya 2.500 ml/hari.
melembabkan membrane mukosa.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus. Indicator tidak langsung dari status
27
cairan.
peristaltis.
4. Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan
28
Takipnea, sianosis, tidak dapat
melalui cara yang sesuai misalnya kanula, mencegah atau memperbaiki krisis
5. Diagnose keperawatan :
29
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
aktifitas pada waktu pasien sangat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi,
control diri.
aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
30
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah,
penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi dari
SARAN
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien HIV maupun
AIDS.
31
DAFTAR PUSTAKA
,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html,
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
32