Sunteți pe pagina 1din 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah endemik malaria termasuk


NTT. Angka kematian ibu dan anak jauh melebihi rata-rata nasional. Masalah kesehatan
ibu dan anak menjadi perhatian dari berbagai pihak terutama pemerintah. Kematian ibu
akibat terserang malaria mencapai sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
menjadi pusat perhatian pemerintah dan kementrian kesehatan. Angka kematian bayi
mencapai sekitar 34 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita sekitar 44 per
1.000 kelahiran hidup. Untuk itu, dibutuhkan program yang memberiperhatian khusus
untuk pencegahan malaria pada kelompok rentan (ibu hamil dan balita), karena ibu hamil
dan balita merupakan kohort di dalam masyarakat yang selalu berganti. Sekitar 18% ibu
hamil yang menderita malaria pada saat masuk rumah sakit untuk bersalin.
Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan hal yang harus segera di tanggulangi,
Angka kematian ibu dan anak setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan karena
masalah gizi masyarakat, pertolongan persalinan, fasilitas kesehatan, dan imunisasi ibu
dan bayi yang kurang di perhatikan. Peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan
salah satu upaya kementrian Kesehatan RI untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan melalui pencapaian MDGs 2015. Program yang dapat di lakukan yaitu
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi melalui kemitraan bidan dan
dukun,pemanfaatan buku KIA, dan merevitalisasi pelaksanaan pemantauan wilayah
setempat.
Tingkat pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan
imunisasi bagi ibu hamil, bayi dan balita, merupakan hal yang sangat penting. Seluruh
ibu hamil, bayi, dan balita wajib mendapatkan imunisasi yang valid (lengkap, tepat
waktu, efektif ). Hal ini penting, agar balita dan ibu hamil dapat terlindung dari penyakit
yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I ). Untuk itu praktek manajemen integrasi
malaria-KIA-dan imunisasi sangat penting.
B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek di lapangan diharapkan mahasiswa mampu mengelola
berbagai program terkait malaria, KIA, dan imunisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktek lapangan selama satu minggu diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mengidentifikasi program – program terkait dengan malaria
b. Mengidentifikasi program – program terkait dengan KIA dan Imunisasi
c. Melaksanakan berbagai kegiatan terkait malaria, KIA dan Imunisasi
d. Pemeriksaan Malaria dengan RDT, dan pembuatan sedian darah Malaria
e. Tata laksana dan pengobatan Malaria pada BUMIL
f. Upaya pencegahan dan pemberantasan Malaria
g. Survey – survey Malaria seperti kegiatan Mass Blood Survei ( MBS )
h. Mengidentifikasi dan melaksanakan pelayanan imunisasi TT
i. Mengidentifikasi jenis dan sifat vaksin TT
j. Memperaktekan pengelolaan System Rantai Dingin
k. ANC terintegrasi khusus Ibu Hamil dengan malaria.

C. Manfaat Praktek
Bagi Mahasiswa agar memiliki pengetahuan tentang Manajemen Integrasi
Malaria, KIA dan Imunisasi dan mampu menerapkan dalam praktek di lapangan.bagi
masyarakat agar meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya integrasi malaria,KIA,
dan Imunisasi seperti Bahaya penyakit malaria apabila tidak di tangani ,baik pada ibu
hamil maupun pada masyarakat biasa juga Upaya-upaya Pencegahannya.Kesehatan Ibu
dan anak agar tidak terjadi kematian pada ibu dan anak seperti persalinan yang harus
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan pada fasilitas kesehatn yang
memadai.Imunisasi agar masyarakat memahami pentingnya imunisasi sehingga tidak
terjadi kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PRGRAM –PROGRAM TERKAIT MALARIA

Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles yang terkena infeksi. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di
wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.Penyakit ini bersifat musiman dan
lokal (ada genangan air) dan dapat menyerang semua orang, semua golongan umur, dari
bayi, anak-anak dan orang dewasa
Terdapat 4 type penyakit malaria, yaitu :
1. Malaria tropika (yang disebabkan oleh Plasmodium Falciparum)
2. Malaria tertiana (yang disebabkan oleh Plasmodium Vivax)
3. Malaria kwartana (yang disebabkan oleh Plasmodium Malarieae)
4. Malaria ovale (yang disebabkan oleh Plasmodium Ovale)
Di Indonseia ditemukan lebih banyak P.Vivax dan P.Falciparum. Plasmodium Vivax
umumnya lebih dominan.
Gejala penyakit malaria :
 Demam menggigil yang berkala dan biasanya disertai sakit kepala.
 Penderita pucat karena kekurangan dara dan adanya pembesaran limpe, sering
ditemukan pada penderita malaria.
 Penderita malaria berat masih bertambah lagi dengan gejala gangguan kesadaran,
kejang-kejang, diare sampai kehilangan kesadaran (koma).
 Sebelum sakit penderita merasa lemah badan, sakit kepala, tidak nafsu makan,
mual, muntahyang disertai perasaan dingin, demam kemudian berkeringat.
Program – program yang terkait dengan malaria antara lain ;
• Penemuan dini dan pengobatan penderita
• Meningkatkan akses pelayanan yg berkualitas
• Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat.
• Meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi
• Menggalang kemitraan dengan lintas sektor
• Meningkatkan sistem survalens
• Meningkatkan sumber daya manusia.
2.2 Program – Program Terkait KIA.

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di
kalangan ibu.Di daerah endemik malaria, ibu hamil dan balita merupakan kelompok yang
paling rentan terhadap malaria (lebih cenderung menderita malaria berat yang mengakibatkan
kematian). Dibutuhkan program yang memberi perhatian khusus untuk pencegahan malaria
pada kelompok rentan (ibu hamil dan balita). Program ANC dan EPI merupakan program
rutin yang cukup dewasa dan kuat dengan sasaran yang sama (ibu hamil dan balita), paket
layanan yang terintegrasi akan memudahkan masyarakat dan tenaga kesehatan.

Model Program :
1. Integrasi dengan ANC
2. Integrasi dengan Imunisasi rutin
 Ibu Hamil (ANC)
1. Ibu dan janin dilindungi dengan kelambu(kelambu diberikan saat kunjungan
pertama)
2. Ibu diskrining malaria pada kunjungan pertama ANC
3. Ibu mendapat pemeriksaan dan pengobatan jika menunjukkan gejala malaria
selama hamil
 Ibu Melahirkan, Neonatus: Berkurangnya komplikasi malaria karena
perlindung-an selama kehamilan Bayi < 1 tahun :
1. Bayi terlindungi kelambu yang diterima ibu saat ANC.
2. Bayi mendapat imunisasi lengkap dan kelambu untuk melindunginya
saat balita
 Balita:
1. Balita terlindungi dari malaria karena menerima kelambu saat
imunisasinya lengkap.
2. Balita terlindungi dari PD3I karena menerima imunisasi lengkap saat
bayi.
1. Prinsip pengelolaan program KIA :

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan


serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa
ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai


standar serta menjangkau seluruh sasaran
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh
tenaga kesehatan secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penganan dan
pengamatannya secara terus menerus
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan
secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran
a. Pelayanan Antenatal.
Pelayanan antenatal selengkapnya mencangkup banyak hal yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik(umum dan kebidanan),pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi,
serta intervensi dasar dan khusus( sesuai resiko yang ada termasuk penyuluhan dan
konseling).Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal “5T”
untuk pelayanan antenatal, yang terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. (Ukur )Tekanan darah
3. (Ukur) Tinggi fundus uteri
4. (Pemberian imunisasi) Tetanus toksoid lengkap
5. (Pemberian) Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

 Minimal 1 kali pada triwulan pertama


 Minimal 1 kali pada triwulan kedua
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
 Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani
kasus resiko tingi yang ditemukan.
b. Pertolongan Persalinan
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat, jenis tenaga tersebut adalah: dokter
spesialis kebidanan,dokter umum,bidan, perawat maternitas.
Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam
masyarakat terpencil seperti yang banyak ditemukan di propensi papua, namun
penolong persalinan ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk di identifikasi.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sterilitas atau pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar
pelayanan
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih
tinggi
c. Deteksi dini ibu hamil beresiko
Faktor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah:
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan yang terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lila kurang dari 23,5 cm
6. Riwayat keluarga menderita kencing manis,hipertensi dan riwayat cacat kongenital
7. Kelainan bentuk tubuh misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
d. Penanganan komplikasi kebidanan
Kejadian komplikasi kebidanan dan resiko tinggi diperkirakan terdapat pada
sekitar antara 15-20% ibu hamil. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya, sehingga ibu hamil harus selalu berada sedekat
mungkin dengan sarana pelayanan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi dasar(PONED)
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu PONED meliputi
pelayanan obstetri yang terdiri dari:
1. Pencegahan dan penanganan perdarahan
2. Pencegahan dan penanganan preeklamsi dan eklamsi
3. Pencegahan dan penanganan infeksi
4. Penanganan partus lama/macet
5. Pencegahan dan penanganan abortus
6. Pelayanan kesehatan neonatal dan ibu nifas

Dewasa ini 2/3 kematian bayi ( 60%) terjadi pada usia kurang dari I bulan, menurut
SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR 29%,asfiksia27%,dan Tetanus
neonaturum 10%.Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada
pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan sesuai dengan standar pelayanan dan
perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis

Sedangkan pelayanan neonatal meliputi:


1. Pencegahan dan penanganan asfiksia
2. Pencegahan dan penanganan hipotermi
3. Pencegahan dan penaganan BBLR
4. Pencegahan dan penanganan kejang atau ikterus
5. Pencegahan dan penanganan gangguan minum
Selain hal tersebut diatas dilakukan upaya deteksi dini dan penanganan neonatal
resiko tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan

Resiko tinggi pada neonatal meliputi:


1. BBLR
2. Bayi dengan tetanus neonaturum
3. Bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Bayi dengan ikterus neonatorum( ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5. Bayi baru lahir dengan sepsis
6. Bayi lahir denagan berat lebih dari 40oogr
7. Bayi preterm dan posterm
8. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan
9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

2.3 Program –Program terkait Imunisasi


Imunisasi merupakan program yang dijalankan hampir seluruh negara di dunia yang
pola dan jadwal imunisasinya disesuaikan dengan pola epidemiologis dan kemampuan
pembiayaan program masing-masing negara.Program Imunisasi
Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit
cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada
tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai
dengan tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan
tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio
dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan
Pengembangan Program Imunisasi (PPI). (Depkes RI, 2000).
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan
kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh
penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri,
pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
Program – program imunisasi antara lain :
 Imunisasi Lindungi Anak dari Serangan Infeksi
 Imunisasi Anak Harus Diulang
 Penyakit Infeksi masih Mengancam Bayi
 Imunisasi Lengkap wajib Diberikan sejak Bayi
 Imunisasi Dasar pada Bayi
 Imunisasi, Investasi Masa Depan Anak
 Bayi Baru Lahir, Segera Imunisasi Hepatitis B
 Waspadai Penyakit IPD pada Anak
Antisipasi Pendapat Salah Tentang Imunisasi
Para Ibu, Jangan Kuatir Efek Samping Imunisasi
Semua Imunisasi Anak Penting, sudah Diteliti
Imunisasi Wujud Kasih Sayang Orang Tua

2.4 Kegiatan Terkait Malaria KIA dan Imunisasi

1. Kegiatan Terkait Malaria KIA


1) Integrasi dengan ANC
2) Integrasi dengan Imunisasi rutin
Ibu Hamil (ANC)
1) Ibu dan janin dilindungi dengan kelambu (kelambu diberikan saat kunjungan
pertama)
2) Ibu diskrining malaria pada kunjungan pertama ANC
3) Ibu mendapat pemeriksaan dan pengobatan jika menunjukkan gejala malaria
selama hamil
Ibu Melahirkan, Neonatus :
Berkurangnya komplikasi malaria karena perlindung-an selama kehamilan
Bayi < 1 tahun :
1) Bayi terlindungi kelambu yang diterima ibu saat ANC
2) Bayi mendapat imunisasi lengkap dan kelambu untuk melindunginya saat balita
Balita ;
1) Balita terlindungi dari malaria karena menerima kelambu saat imunisasinya
lengkap
2) Balita terlindungi dari PD3I karena menerima imunisasi lengkap saat bayi.
1. Pengobatan
Pertama pengobatan malaria falsiparum adalah Arthemisinin Combination Therapy
(ACT). Pada saat ini pada program pengendalian malaria mempunyai 2 sediaan yaitu :
a) Artesunate – Amodiaquin
b) Dihydroartemisinin – Piperaquin (saat ini khusus digunakan untuk Papua dan
wilayah tertentu)

Artesunat + Amodiaquin + Primaquin

Tabel Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut kelompok umur dengan Artesunat
– Amodiaquin/ Arterakin

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

Jenis Obat 0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 ≥ 15


Bln Bln Thn
Th Thn Thn

Arterakin ¼ 1/2 1 2 3 4

Primakuin - - 3/4 11/2 2 2-3

Artesunat ¼ 1/2 1 2 3 4

2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan malaria dengan sedian darah tepi (DDR)
b. Pemeriksaan malaria dengan metode RDT
3. Pencegahan
Cara penting antara lain:
a. Menghilangkan tempat perindukan nyamuk yaitu mentup dan mengubur
b. Menggunakan semprotan insektisida
c. Menggunakan kelambu, obat nyamuk saat tidur
d. Larvaciding
e. Pengobatan efektif terhadap kasus

4. Pemberantasan malaria
a. Active case Detection (ACD)
Penemuan penderita tersangka malaria secara aktif disuatu daerah focus
malaria tertentu melalui kunjungan petugas malaria dari rumah ke rumah. Cara
pelaksanaannya pengambilan Sediaan darah tebal pada semua penderita klinis yang
ditemukan pada kunjungan rumah ke rumah, memberikan pengobatan malaria
klinis kepada semua penderita malaria yang ditemukan.
b. Passive Case Detection (PCD)
PCD adalah salah satu upaya penemuan penderita malaria secara pasif oleh
petugas kesehatan melalui pelayanan kesehatan disuatu unit pelayanan kesehatan
dengan cara menunggu kunjungan penderita. Sasaran dari kegiatan ini adalah
semua penderita klinis malaria baik yang akut maupun kronis dan penderita gagal
obat yang datang ke unit pelayanan kesehatan (UPK).
Dilaksanakan setiap jari kerja UPK dengan pengambilan sediaan darah tebal
untuk semua penderita klinis.
1) Pelaksanaan penemuan dan pengobatan. Semua penderita klinis malaria
(akut.kronis dan gagal obat) yang berkunjung ke UPK diambil SD, dan diberi
pengobatan klinis, apabila positif diberikan pengobatan radikal. Setiap
puskesmas didaerah malaria harus mempunyai fasilitas laboratorium, mikroskop
dan mikroskopis malaria.
2) Evaluasi dan supervisi. Evauasi dan supervisi oleh puskesmas, pengelola
program malaria Kabupaten/petugas Propinsi
3) Pelaporan Bulanan
c. Mass Fever Survey (MFS)
Merupakan salah satu upaya penemuan penderita malaria melalui survey yang
ditujukan pada seluruh penduduk daerah fokus dengan gejala demam, sasarannya
adalah penderita demam yang ditemukan didusun. Cara pelaksanaannya yaitu
pengambilan sample darah terhadap semua penderita demam yang diikuti dengan
pemberian pengobatan klinis. Penduduk demam di kumpulkan di RT. Kegitan
tarsebut dilakukan sebelum puncak fluktuasi malaria (mencegah KLB) dan
konfirmasi KLB pada saat terjadi KLB.
Kegiatannya adalah :
1) MFS Konfirmasi. Apabila dari hasil pemantauan SKD menunjukkan tidak ada
kecenderungan kenaikan penderita pada daerah dengan salah satu kriteria sebagai
berikut :
a) Desa pernah HCI
b) Kondisi lingkungan reseptif
c) Mobilitas penduduk sangat tinggi
2) MFS Khusus apabila pada pemantau SKD bulanan ada kecenderungan kenaikan
penderita. Penemuan Penderita di Wilayah yang belum mampu melakukan
pemeriksaan laboratorium.

d. Malariometrik Survey
Malariometrik survey (MS) adalah suatu kegiatan pemeriksaan sediaan darah jari
pada kelompok usia 0 – 9 tahun dan limpa pada kelompok usia penduduk 2 – 9
tahun untuk mengetahui tingkat tendensitas dan prevalensi malaria suatu wilayah.
Indikator yang dihasilkan adalah Parasite Rate (PR). Ada 2 jenis MS yaitu
Malariometrik Survey Dasar (MSD) dan Malariometrik Survey Evaluasi (MSE) :
1) Survey Malariometrik Survey Dasar (MSD)
Bertujuan mengukur tingkat endemisitas dan prevalensi malaria disuatu bagian
wilayah/stratum epidemiologis yang belum tercakup oleh kegiatan pemberantasan
vector
Sasaran pengambilan SD anak umur 0 – 9 tahun dan pemeriksaan limpa
untuk anak umur 2 – 9 tahun yang ada dilokasi index yang terletak didesa index
yang terpilih mewakili suatu stratum epidemiologi, pelaksana dari kegiatan ini
adalah petugas puskesmas dan petugas dari Kabupaten yang telah terlatih
mikroskopis..

2) Survey Malariometrik Evaluasi (SME)


Tujuan SME adalah untuk mengukur dampak kegiatan pemberantasan
vector didaerah yang tidak dilakukan pemantauan parasit secara rutin.
Sasaran MSE anak umur 0 – 9 tahun yang ada dilokasi index sampai
mencapai 100 anak pada setiap desa/dusun tertentu yang melaksanakan
pemberantasan vector.
e. Mass Blood Survey.
MBS adalah suatu upaya pencarian dan penemuan penderita yang dilakukan melalui
survey malaria didaerah endemis malaria tinggi yang penduduknya tidak lagi
menunjukkan gejala spesifik malaria.
Tujuan dari MBS untuk mencari penderita malaria pada suatu wilayah terutama
didaerah endemis tinggi yang sudah tidak bias menunjukkan adanya gejala klinis
yang spesifik pada masyarakat, selain itu untuk menurunkan sumber penularan
dengan melakukan pengobatan radikal terhadap semua penderita positif malaria.
f. Posmaldes (Pos Malaria Desa)
Posmaldes adalah wadah komunikasi dan informasi kesehatan serta pengembangan
masyarakat dalam rangka penanggulangan malaria atas dasar swadaya masyarakat
dimana masyarakat dengan mudah memperoleh pelayanan pengobatan malaria
dibawah pengawasan tenaga kesehatan.
Manfaat Posmaldes adalah:
1) Mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat didaerah endemis
malaria
2) Menemukan penderita secara dini dan pengobatan yang tepat
3) Adanya pemantauan pengobatan
4) Memperpendek waktu pengambilan darah pasien sampai diketahui hasil
pemeriksaan untuk diberikan pengobatan radikal.
5) Adanya pemantauan lingkungan dan factor resiko.

5. Surveilance malaria
Kegiatan surveilans malaria terbagi 3 periode (Ditjen PPM & PL Depkes R.I, 2007)
adalah sebagai berikut :
a. Surveilans Periode Peringatan Dini (PPD)
Adalah suatu kegiatan untuk memantau secara teratur perkembangan penyakit
malaria disuatu wilayah dan mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah
timbulnya kejadian luar biasa (KLB)
Kegiatan surveilans periode peringatan dini :
1) Pengumpulan data kasus masing-masing jenjang
Jenis data kasus malarria yang dikumpulkan disetiap jenjang baik tingkat
Puskesmas, Kabupaten dan Pusat merupakan data situasi malaria yang secara
umum.
a) Tingkat puskesmas
Data yang dikumpulkan dan dianalisa berupa data kasus, data uaya
pemberantasan vektor, data vektor, data logistik, data demografi dan data
lingkungan.
b) Tingkat Kabupaten
Data yang dikumpulkan dan dianalisa berupa data kematian, data kasus
perdesa perbulan, data cakupan pengobatan, data upaya pemberantasan
vektor, data laboratorium, data demografi, data logistik, data lingkungan dan
data sosial budaya.
c) Tingkat Propinsi yang dikumpulkan dan diolah adalah data kematian, data
kasus per puskesmas per bulan, data cakupan pengobatan, data vektor, data
demografi dan data logistik.
2) Pengolahan dan analisa data
Data kasus malaria dan yang berhubungan dengan kasus tersebut diolah dan
dianalisa dengan memperhatikan variabel-variabel sebagai berikut:
a) Indikasi situasi malaria
b) Indikasi perubahan lingkungan
c) Tingkat reseptivitas daerah
d) Situasi Lingkungan
3) Visualisasi data
Untuk memudahkan pengamatan, maka semua data disajikan atau
divisualisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami.
4) Tindak lanjut
Bila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria dilakukan ipaya
penanggulangan sebagai berikut :
a) MFS
b) Pengamatan vektor
c) Pemberantasan Vektor

b. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa


Kegiatan surveilans yang dilakukan dalam periode ini pada kasus malaria
menunjukkan proporsi kenaikan dua kali atau lebih dari biasanya/sebelumnya dan
terjadi peningkatan yang bermakna baik penderita malaria klinis maupun penderita
malaria positif atau dijumpai keadaan penderita.
c. Paska Kejadian Luar Biasa
Kegiatan sama seperti pada perode peringatan dini. Monitoring dengan cara
pengamatan rutin atau melakukan survey secara periodeik pada lokasi KLB (MFS
atau MS), juga melakukan survey vektor dan lingkungan.

2. Kegiatan Terkait Imunisasi


Kegiatan terkait imunisasi antara lain :
1) Adanya sistem rantai dingin
2) Mengetahui jenis dan sifat vaksin
3) Mengetahui kejadian ikutan pasca imunisasi
4) Mengetahui jenis – jenis imunisasi yang diberikan
5) Melakukan pemantauan wilayah setempat mengenai imunisasi
6) Mengetahui waktu pemberian vaksin imunisai

2.5 Tata laksana dan Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil

1. Penatalaksanaan :
a. Monitor kesehatan ibu, janin dan kemajuan kehamilan
b. Menganjurkan agar melakukan perlindungan diri ( kelambu berinsektisida,
baju panjang, obat nyamuk bakar )
c. Pemeriksanaan darah mulai pada kunjungan pertama ( K1 )
d. Pengobatan malaria tanpa komplikasi
e. Pengobatan malaria berat / Komplikasi
2. Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil :
Menurut WHO Guideline on Malaria Treatment (WHP 2006), obat anti
malaria yang aman untuk trimseter pertama kehamilan adalah kina. Klindamisin
juga aman, tetapi harus dikombinasikan. Kina juga merupakan obat pilihan
karena paling efektif dan dapat digunakan disemua masa kehamilan. Sedangkan
Artemisinin – Based Combination Therapy (ACT) diberikan pada trimester 2 dan
3. ACT yang digunakan di indonesia adalah Dihidroartemisinin – Piperakuin
(DHP) dan kombinasi arterasunat – amodiakuin. Klorokuin dan sulfadoksin –
pirimetamin (SP) saat ini tidak efektif untuk pengobatan malaria karena adanya
peningkatan resistensi. Sedangkan obat anti malaria yang tidak boleh digunakan
selama kehamilan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan primakuin.
Dengan pencegahan dan deteksi dini malaria pada ibu hamil serta
penatalaksanaan yang adekuat, diharapkan angka kesakitan maupun kematian ibu
akibat malaria dapat diturunkan. Dengan demikian, derajat kesehatan ibu hamil di
indonesia sebagai daerah endemis malaria diharapkan akan semakin meningkat.
Plasmodium Falciparum :
Trimester I : Kina ( 3 x 2 ) H – 1 – 7
Trimester II dan III : Artesunat H – 1 – 2 – 3 ( 4 – 4 – 4 )
Amodiaquine H – 1 – 2 – 3 ( 4 – 4 – 4 )
Plasmodium Vivax : Sama dengan Malaria P. Falciparum

2.6 Upaya Pencegahan Malaria

1. Upaya Pencegahan
Pencegahan penyakit malaria dapat juga dilakukan dengan :
a. Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine
Bila mengunjungi daerah endemik malaria.
b. Menghilangkan tempat perindukan nyamuk yaitu mentup dan mengubur
c. Menggunakan semprotan insektisida
d. Menggunakan kelambu, obat nyamuk saat tidur
e. Melakukan larva ceading ( menaburkan obat pada daerah yang banyak
mengandung jentik.
f. Penebaran ikan Kepala Timah ( Ikan kepala timah pemakan jentik nyamuk )
g. Melakukan penyuluhan terkait dengan malaria.

2.7 Survey – Survei Malaria

1. Malariometrik survei ( MS ).

Malariometrik survey (MS) adalah suatu kegiatan pemeriksaan sediaan darah jari
pada kelompok usia 0 – 9 tahun dan limpa pada kelompok usia penduduk 2 – 9 tahun
untuk mengetahui tingkat tendensitas dan prevalensi malaria suatu wilayah. Indikator
yang dihasilkan adalah Parasite Rate (PR). Ada 2 jenis MS yaitu Malariometrik
Survey Dasar (MSD) dan Malariometrik Survey Evaluasi (MSE) :
a. Survey Malariometrik Survey Dasar (MSD)

Bertujuan mengukur tingkat endemisitas dan prevalensi malaria disuatu bagian


wilayah/stratum epidemiologis yang belum tercakup oleh kegiatan
pemberantasan vector.Sasaran pengambilan SD anak umur 0 – 9 tahun dan
pemeriksaan limpa untuk anak umur 2 – 9 tahun yang ada dilokasi index yang
terletak didesa index yang terpilih mewakili suatu stratum epidemiologi,
pelaksana dari kegiatan ini adalah petugas puskesmas dan petugas dari
Kabupaten yang telah terlatih mikroskopis.

b. Survey Malariometrik Evaluasi (SME).Tujuan SME adalah untuk mengukur


dampak kegiatan pemberantasan vector didaerah yang tidak dilakukan
pemantauan parasit secara rutin. Sasaran MSE anak umur 0 – 9 tahun yang ada
dilokasi index sampai mencapai 100 anak pada setiap desa/dusun tertentu yang
melaksanakan pemberantasan vector.
c. Survei Darah Massal ( Massal Blood Survei ) daerah dengan angka kesakitan
tinggi.MBS adalah suatu upaya pencarian dan penemuan penderita yang
dilakukan melalui survey malaria didaerah endemis malaria tinggi yang
penduduknya tidak lagi menunjukkan gejala spesifik malaria.
Tujuan dari MBS untuk mencari penderita malaria pada suatu wilayah terutama
didaerah endemis tinggi yang sudah tidak bias menunjukkan adanya gejala klinis
yang spesifik pada masyarakat, selain itu untuk menurunkan sumber penularan
dengan melakukan pengobatan radikal terhadap semua penderita positif malaria.
d. Survei Demam Massal ( MFS ) Hanya penderita yang gejala demam.
Merupakan salah satu upaya penemuan penderita malaria melalui survey yang
ditujukan pada seluruh penduduk daerah fokus dengan gejala demam, sasarannya
adalah penderita demam yang ditemukan didusun. Cara pelaksanaannya yaitu
pengambilan sample darah terhadap semua penderita demam yang diikuti
dengan pemberian pengobatan klinis. Penduduk demam di kumpulkan di RT.
Kegitan tarsebut dilakukan sebelum puncak fluktuasi malaria (mencegah KLB)
dan konfirmasi KLB pada saat terjadi KLB.
Kegiatannya adalah :
a. MFS Konfirmasi. Apabila dari hasil pemantauan SKD menunjukkan tidak
ada kecenderungan kenaikan penderita pada daerah dengan salah satu
kriteria sebagai berikut :
1) Desa pernah HCI
2) Kondisi lingkungan reseptif
3) Mobilitas penduduk sangat tinggi
b. MFS Khusus apabila pada pemantau SKD bulanan ada kecenderungan
kenaikan penderita. Penemuan Penderita di Wilayah yang belum mampu
melakukan pemeriksaan laboratorium.
BAB III
METODE PRAKTEK

A. Berdasarkan standar kompetensi dalam praktek MIKIM

B. Instrumen Praktek
1. Silabus Mikim
2. Permenkes NO 5 tentang Malaria
3. Permenkes NO 12 Tahun 2017 tentang imunisasi
4. Pedoman Revolusi KIA Propinsi NTT Tentang Imunisasi
5. Buku Saku penatalaksanaan Malaria

C. Metode Pengumpulan Data


1. Konsultasi dengan preseptor klinik dan preseptor Akademik
2. Wawancara dengan pemegang program
3. Arsip laporan

D. Lokasi dan Waktu Praktek


Mahasiswa-mahasiswi Kelas Reguler Tingkat III, Semester V melaksanakan
praktek mata kuliah Manajemen Integrasi KIA, Imunisasi dan Malaria (MIKIM) di
Puskesmas Onekore, Kecamatan Ende Tengah sejak tanggal 3 - 8 Desember 2018.
BAB IV

HASIL PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

1. Mengidentifikasi program-program terkait dengan malaria:


1) Dalam gedung:
 Melakukan pengambilan darah pada ibu hamil baru dan ibu yang dengan gejala
klinis.
 Pembagian kelambu berinsektisida
 Penyuluhan secara individu
2) Luar gedung :
 Penyuluhan tentang penyakit malaria
 Bakti sosial (Pemberantasan sarang nyamuk )
 Pengambilan darah ( MBS )
 Kelambunisasi
 Kegiatan 3 M ( Menguras,menutup,mengubur dan meberikan Abate )
2. Mengidentifikasi program-program terkait KIA
1. ANC Terpadu
ALUR
PELAYANAN ANTENATAL CARE
DI PUSKESMAS ONEKORE

LOKET

LINTAS PROGRAM

LABORATORIUM POLI KIA


POLI GIGI
POLI GIZI
IMUNISASI
KLINIK SANITASI NORMAL TIDAK

APOTIK RUJUK
RSUD

PASIEN
PULANG
2. PNC Terpadu

3. Mengidentifikasi program – program terkait Imunisasi


1. Imunisasi dasar dan lanjut di dalam gedung maupun di luar gedung (Posyandu)
2. Swipeng imunisasi
3. Imunisasi TT Pada ibu hamil
4. Bias campak pada anak kelas I SD
5. Bias Td pada anak kelas 2-3 SD
4. Melaksanakaan berbagai kegiatan terkait malaria,KIA dan imunisasi
 Melaksanakan berbagai kegiatan terkait malaria:
 Dalam gedung
Pada tanggal 3-4 Desember 2018 mahasiswa melaksanakan praktek
klinik di puskesmas Onekore dengan hasil kegiatannya:
 Senin,3 Desember 2018 kunjungan ibu hamil 11 orang,kunjung ibu
hamil baru 2 orang dan hasil pemeriksaan malaria negatif.
Di puskesmas Onekore pemeriksaan malaria tidak hanya di
lakukan pada bumil baru,tetapi juga pada ibu hamil dengan
hasil pemeriksaan menunjukan tanda-tanda klinis.
 Luar gedung
Pada tanggal 4 Desember 2018 melakukan kegiatan
baktisosial,penyuluhan dan pengambilan darah malaria.
5. Tata laksana dan pengobatan malaria pada BUMIL
Pada perinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada
orang dewasa lainnya.Pada ibu hamoil tidak di berikan primaquin,tetrasiklin ataupun
doksisiklin.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I-III (0-9 Bln) DHP tablet selama 3 hari

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat
iritasi lambung.Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat
anti malaria.

6. Upaya pencegahan dan pemberantasan malaria pada BUMIL


Puskesmas Onekore menjadi program rutin dalam pencegahan pemberantasan
malaria pada BUMIL:
 Menghilangkan tempat perindukan nyamuk dengan melakukan
penyuluhan pada masyarakat untuk selalu melakukan kegiatan 3 M
dan menaburkan bubuk Abate setiap tiga bulan oleh petugas
puskesmas Onekore.
 Puskesmas Onekore telah melakukan kelambunisasi dan pemantauan
pengunaan kelambu secara tepat dan benar.
1. Kelambu berinsektisida yang baru saja dikeluarkan dari
bungkusnya, sebelum dipakai sebaiknya diangin-anginkan dahulu
di tempat yang teduh dengan cara menggantungkan kelambu
tersebut pada tali sampai baunya hilang (selama sehari semalam).
2. Kelambu dipasang dengan mengikat ke empat tali kelambu pada
tiang tempat tidur atau pada paku di dinding. Pada saat tidur
dalam kelambu, seluruh ujung bawah kelambu dimasukkan ke
bawah kasur/matras sehingga tidak ada kemungkinan nyamuk
masuk ke dalam kelambu.
3. Kelambu digunakan waktu tidur setiap malam sepanjang tahun,
tidak hanya pada saat nyamuk mengganggu atau dianggap tidak
ada nyamuk.
4. Kelambu dirawat dengan baik agar tidak cepat robek, maka pada
siang hari kelambu diikat/digulung.
5. Jika kelambu berinsektisida sudah tidak efektif lagi setelah
setahun, hubungi petugas puskesmas atau kader setempat yang
sudah terlatih untuk dilakukan pencelupan ulang.
6. Jangan merokok atau menyalakan api di dalam atau dekat dengan
kelambu karena kelambu mudah terbakar.
7. Survey-Survey malaria (Mengenal kegiatan mass blood survey (MBS)
Puskesmas Onekore telah melakukan survey-survey malaria yang meliputi:
Active Case Detection ( ACD )
Pasive Case Detection ( PCD )
Mass Fever Survey (MFS )
Malariometrik Survey
Mass Blood Survey
8. Melakukan integrasi ibu hamil dengan malaria dan imunisasi
Puskesmas Onekore melakukan integrasi ibu hamil dengan malaria dan imunisasi :
 Malaria : Ibu hamil datang melalui loket Poli KIA Laboratorium
 Imunisasi: Ibu hamil datang melalui loket Poli KIA Ruangan
Imunisasi
9. Mengidentifikasi waktu pemberian imunisasi TT pada bumil.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di puskesmas Onekore sudah sesuai dengan
PERMEKES 12 tahun 2017 yakni:
 TT 1 pada ibu hamil kunjungan pertama
 TT 2 di berikan dengan interval 4 minggu setelah TT 1
 TT 3 di berikan 6 bulan setelah TT 2
 TT 4 di berikan 1 tahun setelah TT 3
 TT 5 minimal 1 tahun setelah TT 4
10. Mempraktekkan tehnik pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan pengelolaan sistem
rantai dingin.
Lokasi : Lengan atas
Dosis : 0,5 ml,secara intra musculer
Cold Chain (rantai dingin) merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam
keadaan baik atau tidak rusak, sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan
bagi penerimanya. Suhu penyimpanan vaksin TT yang paling aman adalah suhu 2-8̊ C.
Penyimpanan vaksin :
Membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang
rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan.Pada setiap tahapan rantai dingin,
transportasi vaksin dilakukan pada temperatur 0̊ C - 8̊ C. Vaksin polio boleh mencair dan
membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, Hepatitis-B dan Hib
akan rusak apabila membeku pada temperatur 0̊ C. Vaksin Hepatitis-B akan membeku
sekitar 0,5̊ C.
11. Melaksanakan kegiatan ANC terintegrasi khusus ibu hamil dengan malaria Ibu hamil
datang melalui loket umum,poli KIA,rujuk labor,bila hasil pemeriksaan negatif ibu tidak
mendapatkan pengobatan malaria,bila hasil positif ibu di beri pengobatan malariasesuai
protap pemberian obat malaria pada BUMIL.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktek klinik intergrasi KIA, Imunisasi dan Malaria sejak
tanggal 3-8 Desember 2018 di Puskesmas Onekore dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
 Puskesmas Onekore merupakan Unit pelayanan teknis Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota Ende yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
 Dalam kegiatan pelayanan KIA, di Puskesmas Onekore sudah melakukan integrasi
dengan berbagai program Imunisasi, Labor, Perawatan gigi dan mulut, Gizi,
Kesling. Kegiatan ini dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 tahun 2014.

4.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa/i Praktek klinik MIKIM di Puskesmas Onekore,diharapkan setelah
kegiatan ini dapat mengaplikasikan dengan tepat dan benar ilmu yang telah dipelajari
ini pada saat bertugas.
2. Bagi Puskesmas Onekore kami Mahasiswa/i Prodi Keperawatan Ende mengharapkan
agar PKM yang terakreditasi strata Madya,terus meningkatkan pelayanan sesuai
dengan aturan dan pedoman yang berlaku serta tetap menjalankan semua program
yang telah di buat.
LAPORAN
MANAJEMEN INTEGRASI KIA, MALARIA, DAN IMUNISASI
DIPUSKESMAS ONEKORE

OLEH

1. STEFANIA NATALIA RESI


2. SITI QOMARIAH
3. ANATOLIA NONA
4. SIMON NEREN PORES GARE
5. ASRYANTI DIDI HASIM
6. SRI INDRIANI P. RISKYAH
7. SRI ASTUTI ISMAIL
8. ANASTASIA VALENTINA TIRO
9. ALVIANA MAWE
10. ANGELINA TRISNA MAWA
11. SUSANA SANTI F. TIMU
12. WILHELMINA S. JENINUR

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PRODI KEPERAWATAN ENDE
2018

S-ar putea să vă placă și

  • Mata Do Aku-WPS Office
    Mata Do Aku-WPS Office
    Document1 pagină
    Mata Do Aku-WPS Office
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • KTI DM NERON
    KTI DM NERON
    Document20 pagini
    KTI DM NERON
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Daftar Masalah Keperawatan
    Daftar Masalah Keperawatan
    Document1 pagină
    Daftar Masalah Keperawatan
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Implementasi Keperawatan
    Implementasi Keperawatan
    Document2 pagini
    Implementasi Keperawatan
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • KTI DM NERON
    KTI DM NERON
    Document20 pagini
    KTI DM NERON
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Wabah Skrining KLP 2
    Wabah Skrining KLP 2
    Document8 pagini
    Wabah Skrining KLP 2
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Lem Baran Konsul Tasi
    Lem Baran Konsul Tasi
    Document26 pagini
    Lem Baran Konsul Tasi
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • BAB I (Pendahuluan) DM
    BAB I (Pendahuluan) DM
    Document10 pagini
    BAB I (Pendahuluan) DM
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Kata Penganta2
    Kata Penganta2
    Document2 pagini
    Kata Penganta2
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document34 pagini
    Bab I
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Catatan Perkembangan
    Catatan Perkembangan
    Document2 pagini
    Catatan Perkembangan
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Garis
    Garis
    Document3 pagini
    Garis
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Implementasi Keperawatan
    Implementasi Keperawatan
    Document2 pagini
    Implementasi Keperawatan
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Ketikan 2
    Ketikan 2
    Document12 pagini
    Ketikan 2
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Revisi Ibd 15-16
    Revisi Ibd 15-16
    Document24 pagini
    Revisi Ibd 15-16
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Cara Print Bolak
    Cara Print Bolak
    Document3 pagini
    Cara Print Bolak
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Arianto
    Arianto
    Document30 pagini
    Arianto
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • LP TB Paru
    LP TB Paru
    Document14 pagini
    LP TB Paru
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Rps Teori Revisi
    Rps Teori Revisi
    Document12 pagini
    Rps Teori Revisi
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Document2 pagini
    Lembar Konsul
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • LP TB Paru
    LP TB Paru
    Document15 pagini
    LP TB Paru
    Rizki Nurse Bee Edogawa
    82% (17)
  • Askep Kelu Neron
    Askep Kelu Neron
    Document29 pagini
    Askep Kelu Neron
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • LP TB Paru Edit
    LP TB Paru Edit
    Document23 pagini
    LP TB Paru Edit
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Apa WPS Office
    Apa WPS Office
    Document1 pagină
    Apa WPS Office
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Mikim Ok KLPMK
    Mikim Ok KLPMK
    Document20 pagini
    Mikim Ok KLPMK
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • FD
    FD
    Document43 pagini
    FD
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Kata Penganta1
    Kata Penganta1
    Document1 pagină
    Kata Penganta1
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Kata Penganta1
    Kata Penganta1
    Document1 pagină
    Kata Penganta1
    neron gare
    Încă nu există evaluări
  • Mengapa Bisa Te-WPS Office
    Mengapa Bisa Te-WPS Office
    Document1 pagină
    Mengapa Bisa Te-WPS Office
    neron gare
    Încă nu există evaluări