Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
BERIGITHA BEKE
NIM : PO 530320216 485
TINNGKAT III
KELAS KARYAWAN
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena atas
berkatnya penulis mampu menyelesaikan penugasan ini sesuai batas waktu yang telah
ditentukan.
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai hasil praktek selama di rumah Sakit Jiwa Daerah
Menur Surabaya yang dimulai dari tanggal 12-24 November 2018. Selama menjalankan praktek
banyak hal yang penulis peroleh oleh karena hal itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama
kegiatan praktek antara lain;
1. Direktris RSJ Daerah Menur Surabaya yang telah memberikan izin untuk mengikuti
praktek pelayanan perawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa di RSJ Daerah Menur
Surabaya.
2. Kepala bidangg perawatan Bapak Adi Suwito, S. Kep. Ns,S.Psi yang telah memberi
arahan dan bimbingan mengenai perawatan pasien dengan gangguan jiwa.
3. Bapak Kusnoto S.Kep. Ns Selaku Preceptor Clinik ruangan perawatan Gelatik beserta
staf yang telah menyediakan sarana bimbingan dan pengarahan secara langsung dalam
mengadakan pendekatan dengan klien dengan gangguan jiwa.
4. Ibu Martina Bedho, SST.M.Kes. Pembimbing Akademik keperawatan Ende yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam rangka pelaksanaan praktek pelayanan
perawatn kepada pasien dengan gangguan jiwa di RSJ Daerah Menur Surabaya.
5. Klien dan keluarga yang telah bersedia membantu penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Penulis menyadari asuhan keperawatn yang disusun masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perkembangan
dalam asuhan keperawatan yang selanjutnya
Kiranya asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi pembaca dalam pengembangan
profesi keperawatan.
Ende,November 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah presepsi terhadap stimulasi internal tanpa adanya rangsangan
dari luar, keadaan tersebut dibedakan atas distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan
persepsi. Halusinasi merupakan suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indera tanpa stimulus ekstrim, persepsi palsu (Lugis. 1993). Halusinasi
pendengaran akan menyebabkan perilaku kekerasan atau resiko mencederai diri sendiri
dan orang lain.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untukmemnuhi salah satu tugas mata kuliah
jiwa dan untuk mengidentifikasi gejala-gejala dari gangguan jiwa pada pasien
pengelihatan
halusinasi pengelihatan
C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini ,yaitu : metode kepustakaan dengan
sosial.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode penulisan
D. Sistematika penulisan
B. Laporan pendahuluan
C. Strategi pelaksanaan
A. Pengkajian
B. Diagnose keperawatan
C. Rencana keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Masalah Utama
Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi
B. Proses Terjadinya Maslah
1. Pengertian
Perubahan persepsi: halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan) Cook dan
Fontaine (1987).
Individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI, 2008).
Suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus
yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap
stimulus (Towsend, 1998).
Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indra pendengaran,
penglihatan, taktil, atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal (Antai
Otong, 1995).
Gangguan penyerapan/presepsi pasca indra tanpa adanya rangsangan dari
luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat kesadaran
individu tersebut panuh dan baik. Gangguan ini dapat terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 1983).
2. Teori yang Menjelaskan Halusinasi (Stuart dan Sudeen, 1995)
Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang mengakibatkan
terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon dan
dimethytransaferase).
Teori Psikoanalisis
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
3. rentang respon neurologis
rentang respon neurologis yang paling adaptif adalah adanya pilaran logis dan
terciptanya hubungan sosial yang harmoni. Rentan respon yang paling maladaptif
adalah adanya waham, haalunasi, temasuk isolasi sosial menarik diri.
Berikut ini adalah gambarana rentang respon neurologis
5. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh dari
klien atau keluarga. Faktor predisposisi meliputi:
Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkarkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
6. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering
yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek
yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
7. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak aman, gelisah
dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Rawlins dan
Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan individu sebagai makhluk yang dibangun atas unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:
Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransangan eksternal yang
diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti: kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan, sehingga klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.
Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
Dimensi sosial
Dimensi sosial menunjukkan individu cenderung untuk mandiri. Individu asik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau orang lain.
Dengan demikian intervensi keperawatan pada klien yang mengalami halusianasi
adalah dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
penngalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak
menyendiri.
Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien yang mengalami
halusiansi cenderung menyendiri dan cenderung tidak sadar dengan keberadaanya
serta halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut.
8. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
9. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
10. Tahapan Halusinasi
Tahap I ( non-psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
Tahap II ( non-psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan yang berat.Secara umum, halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipasti.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
Tahap III ( psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karekteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat
Tahap IV ( psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panic
Perilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan
seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang tersebut menilai dirinya
rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya yang
menyuruh pada kejelekan maka akan berisiko terhadap perilaku
C. Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Kekerasan
I. IDENTITAS KLIEN
Umur : 38 thn
No. RM : 04.8xxx
3. Pengalaman : -
IV. FISIK
3. KELUHAN FISIK
V. PSIKOSIAL
1. Genogram
Klien mengatakan ia anak ke 3 dari 3 bersaudar (bugsu) ayahnya masi hidup dan
ibunya sudah meninggal, ia tinggal bersam ayahnya dan saudara sulungnya dan
klien belum menika
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Ketika ditanya tentang bagian tubuh yang paling disukai
klien, mengatakahn dirinya menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas : klien mengatakan berjenis klamin laki-laki, berusia 38 tahun dan
belum menikah
c. Peran : di rumah klien berperan sebagi seorang anak bungsu dan di
rumah sakit klien hanya seorang pasien.
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah
e. Harga diri : klien mengatakan walaupun sakit ia sangat dihargai oleh
keluarganya
3. Hubungan social
a) Orang yang berarti: klien mengatakan orang yang berrarti adalah ayahanya.
4. Spiritual
b) Kegiatan ibadah : klien mmengatakan selalu solat 1x sehari yaitu soalt subuh
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal dunia
= Klien
= Tinggal serumah
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan : -
Jelaskan : klien ketika berbicara lambat, dan kadang - kadang berhenti, sambil
tertawa dan mentap kearah tertentu
Jelaskan : klien napak takut dan klien mengatakan takut masuk penjara
Jelaskan : saat di kaji klien saaat melakukan aktivitas ekspresi wajah biasa saja
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan : klien mengakat seprti melihat kebakaran, ketika ia sendri dan lebih
sering pada malam hari pukul 21-22 sebelum ia tidur, sosok tersebut muncul 1
hari sekitar 1-2 kali sehinga ia ketakutan
Jelaskan : klien mampu berhitung 1-10 dengan benar dan fokus pada saat
bertanya
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
Keamanan : Ya Transportasi : Ya
Keluarga : Ya
Teman sejawat : Ya
Kelompok social : Ya
Jelaskan : Klien menyatakan ia selalu ada dukungan dari, keluarganya
dalam proses penyembuhan.
Adaptif :
MCH : 26,7 Pg
NEUT% : 86+ %
LYMPH% : 12-
MXD% : 3-
Terapi medic :
Clozapine : 2 x 100 mg
Seroguel : 1 x 400 mg
Trihexyphenidil : 2 x 2 mg
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Respon pasca trauma
3. Gangguan interaksi sosial
4. Gangguan komunikasi
5. Gangguan proses pikir
6. Perubahan persepsi sensori halusinasi pengelihatan
7. Perubahan memori
8. Gangguan istirahat dan tidur
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
XV. ANALISA DATA
Isolasi sosial
Gangguan konsep
diri Harga diri
rendah
Nama Klien : Tn. T.Y.S NO RM : 04.8xxx Ruangan : Gelatik
N DX. Perencanaan
o keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Perubahan Klien dapat
presesi sensori: mengontrol atau
halusinasi mengendalikan
pengelihatan halusinasi yang
dialaminya
SP 1: klien dapat 1. Setelah ....x..interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dai klien
membina hubungan klien menunjukan tanda– menggunakan prinsip terapeutik : merupakan hal yang
saling percaya tanda percaya kepada o Sapa klien dengan ramah baik verbal mutlak serta akan
perawat : maupun non verbal memudahkan pendekatan
o Ekspresi wajah o Perkenalkan nama, nama pangil dan dan tindakan
bersahabat tujuan perawat berkenalan keperawatan ke pada
o Menunjukan rasa o Tanyakan nama lengkap dan nama klien.
senang panggil yang disukai klien
o Ada kontak mata o Buat kontrak yang jelas
o Mau berjabat tangan o Tunjukkan sikap jujur dan menepati
o Mau menyebutkan janji setiap kali berinteraksi
nama o Tujukkan sikap empati dan menerima
o Mau menjawab salam apa adanya
o Mau duduk o Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan klien
perawat o Dengarkan dengan penuh perhatian
o Bersedia pada ekspresi perasaan klien
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi.
SP 2: klien mengenal 2. Setelah....x..interaksi klien Adakan kontak yang sering dan singkat Kepercayaan klien kepada
halusinansinya menyebutkan secara bertahap perawat dapat diperoleh
o Isi dari kontak yang sering.
o Waktu
o Frekuensi
o Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
halusinansi
Setelah ...x.. interaksi Observasi tingkah laku klien terkait Tingkah laku klien
klien menyatakan dengan halusinasinya. Jika sedang terkait halusinasinya
perasaan dan respon saat halusinasi : menunjukkan isi, waktu,
mengalami halusinasi : o tanyakan apakah klien mengalami frkuensi, serta situasi dan
o Marah sesuatu (halusinasi kondisi yang
o Takut lihat/raba/dengar/penghidup/ kecap) menimbulkan halusinnasi.
o Sedih o jika klien menjawab “iya”, tanyakan
o Senang apa yang sedang dialaminya.
o Cemas o Katakan bahwa perawat percaya klien
o jengkel mengalami hal tersebut, tetapi perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan
nada bersahabat, tanpa menuduh atau
menghakimi).
o Katakan kepada klien bahwa ada
klien lain yang mengalami hal
yang sama.
o Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
o Jika klien tidak sedang berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya pengelaman
halusinasi , diskusikan dengan klien
isi, waktu, dan ferkuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore malam:
sering terjadi atau hanya
sesekali/kadang-kadang). Diskusikan
situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak halusinasi.
Diskusikan dengan klien apa yang Ungkapan dari klien
dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri menunjukan apa yang
kesempatan kepada klien untuk dibutuh kan dan dirasakan
mengungkapkan perasaaanya. oleh klien.
Diskusikan dengan klien apa yanng Membantu memilih cara
dilakukan untuk mengatasi perasaan yang tepat untuk
tersebut. membantu klien
Diskusikan tentang dampak yang akan menghadapi perasaannya.
dialaminya jika klien menikmati Membantu klien dalam
halusinasinya. mengenal konsekuensi
dari halusinasi yang
mucul.
SP 3: klien dapat 3. Setelah ...x... interaksi Identivikasi bersama dengan klien cara Ungkapan dari klien
mengontrol klien menyebutkan atau tindakan yang diharapkan jika menunjukkan apa yang
halusinasinya. tindakan yang bisa halusinasi terjadi dibutuhkan dan dirasikan
dilakukanny untuk oleh klien
mengontrol halusinasinya Diskusikan cara yanng digunakan klien Memberi klien pilihan dan
Setelah ...x... interaksi o Jika cara yang digunakan adaptif, reward atas apa yang
klien meyenbutkan cara berikan pujian sudah klien usahakan
baru untuk mengontrol o Jika cara yang digunakan tidak adaptif
halusinasinya (maladaptif) diskusikan kerugiannya.
Setelah...x.. interaksi klien Diskusikan cara baru untuk
dapat memilih dan memutus/mengontrol timbulnnya
memeperagakan cara halusinasi Cara baru memberikan
mengatasi halusinasinya o Katakan kepada diri sendiri bahwa hal pilihan baru yang adaptif
Setelah...x.... interaksi ini tidak nyata (“saya tidak mau bagi klien
klien melaksanakan cara lihat/raba/dengar/meghidup/kecap saat
yang telah dipilih untuk halusinasi terjadi”)
mengontrol halusinasinya o Menemui orang lain
Setelah ....x.... interaksi (perawat/teman/anggota keluarga)
klien mengikuti TAK untuk menceritakan halusinasinya
(terapi Aktivitas o Membuat dan melaksanakan jadwal
Kelompok) kegiatan sehari-hari yang telah
disusun
o Memita perawat/teman/anggota
keluarga menyapa jika klien sedang
berhalusinasi
Bantu klien memilih cara yang telah Halusinasi tidak dapat
dianjurkan dan latih untuk mencobanya. diputuskan secara
Beri kesempatan untuk melakukan cara sekaligus.
yang telah dipilih dan dilatih, beri pujian
Klien akan memilih rasa
jika klien berhasil melakukannya
percaya diri dan usaha
untuk terus berlatih
supaya berhasil
SP 4: klien 4. Setelah .....x... pertemuan Buat kontrak waktu dengan keluarga untuk Dasar untuk membina
mendapatkan keluarga, keluarga melakukan petemuan hubungan terapeutik
dukungan dari menyatakan setuju untuk dengan keluarga
mengikuti pertemuan Diskusikan dengan keluarga Keluarga dapat mengenal
keluarga dalam
dengan perawat
mengontrol Setelah ...x...interaksi , o Pengertian hlusinasi dan membantu klien
halusinasinya. keluarga menyebutkan o Tanda dan gejala halusinasi dalam mengontrol
pengertian, tanda, dan o Proses terjadinya halusinasi halusinasinya.
gejala dan/atau proses o Cara yang dapat dilakukan oleh klien
terjadinya halusinasi, serta dan keluarga untuk memutuskan
tindakan untuk mengatasi halusinasi
halusinasi. o Cara merawat keluarga yang
berhalusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan dibiarkan sendiri, makan
bersama, berrpergian bersama, serta
memantau obat-obatan dan cara
pemberian untuk mengatasi halusini).
o Beri informasi waktu kontrol kerumah
sakit dan bagaiman cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi di rumah
POHON MASALAH
Isolasi sosial
O:
klien mampu
mengidentifikasi jenis, isi
pikir, waktu ferkuensi,
dan respon
A: SP 2 teratasi
P: lanjutkan SP3
SP3 : S:
16/11 Mengontrol halusinasi dengan cara Klien menagatakan
/18 menghardik mengatakan belum
paham cara meghardik
O:
klien belum mampu
mengulang cara
meghardik halusinasi
yang di ajarkan oleh
perawat
A : SP3 belum teratasi
P: lanjukan SP 3
17/11 SP3 : S:
/18 Mengontrol halusinasi dengan cara klien mengatakan sudah
menghardik bisa cara meghardik
halusinasi
O:
klien mampu meniru
cara meghardik
halusinasi dengan cara
melakukan pergiii –
pergi kamu tidak nyata,
kamu palsu
A: SP 3 teratasi
P: pertahankan SP 3
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses keperawatn merupakan metode memberiikan asuhan keperawatan klien
dengan semua tatanan pelayanan kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu komponen dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu
jalan, satu bagian integral dalam system kesehatan dan termasuk jajaran depan dalam
pengabdian Rumah sakit pada masyarakat.
Keperawatan mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan kepada klien secara
paripurna dalam meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, maupun social
budaya.
Jadi dalam merawat klien jiwa seorang perawat dituntut tidak hanya merawat
penyakit fisiknya tetapi juga harus memperhatikan dampak penyakit tersebut pada
psikoloogi, interaksi social dan spiritual pasien.
B. SARAN
1. Perawat harus cermat dalam mengumpulkan data-data psikoloogis pada klien
gangguan jiwa
2. Perawat harus meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa pada tingkat
akademik agar kelak dapat diaplikasikan pada tatanan nyata dilapangan kerja
DAFTAR PUSTAKA