Sunteți pe pagina 1din 43

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. T.Y.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN


PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENgelihatan DENGAN DIAGNOSA
MEDIS F.20.1 DI RUANGAN GELATIK
RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :

BERIGITHA BEKE
NIM : PO 530320216 485
TINNGKAT III
KELAS KARYAWAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena atas
berkatnya penulis mampu menyelesaikan penugasan ini sesuai batas waktu yang telah
ditentukan.

Asuhan keperawatan ini disusun sebagai hasil praktek selama di rumah Sakit Jiwa Daerah
Menur Surabaya yang dimulai dari tanggal 12-24 November 2018. Selama menjalankan praktek
banyak hal yang penulis peroleh oleh karena hal itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama
kegiatan praktek antara lain;
1. Direktris RSJ Daerah Menur Surabaya yang telah memberikan izin untuk mengikuti
praktek pelayanan perawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa di RSJ Daerah Menur
Surabaya.
2. Kepala bidangg perawatan Bapak Adi Suwito, S. Kep. Ns,S.Psi yang telah memberi
arahan dan bimbingan mengenai perawatan pasien dengan gangguan jiwa.
3. Bapak Kusnoto S.Kep. Ns Selaku Preceptor Clinik ruangan perawatan Gelatik beserta
staf yang telah menyediakan sarana bimbingan dan pengarahan secara langsung dalam
mengadakan pendekatan dengan klien dengan gangguan jiwa.
4. Ibu Martina Bedho, SST.M.Kes. Pembimbing Akademik keperawatan Ende yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam rangka pelaksanaan praktek pelayanan
perawatn kepada pasien dengan gangguan jiwa di RSJ Daerah Menur Surabaya.
5. Klien dan keluarga yang telah bersedia membantu penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

Penulis menyadari asuhan keperawatn yang disusun masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perkembangan
dalam asuhan keperawatan yang selanjutnya

Kiranya asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi pembaca dalam pengembangan
profesi keperawatan.

Ende,November 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah presepsi terhadap stimulasi internal tanpa adanya rangsangan
dari luar, keadaan tersebut dibedakan atas distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan
persepsi. Halusinasi merupakan suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indera tanpa stimulus ekstrim, persepsi palsu (Lugis. 1993). Halusinasi
pendengaran akan menyebabkan perilaku kekerasan atau resiko mencederai diri sendiri
dan orang lain.

Pengobatan klien dengan halusinasi pendengaran menggunakan psikofarma tetapi


yang lebih penting adalah memberikan perawatan dengan komunikasi terapeutik.
Dengan melihat kondisi klien yang sering menyendiri, berbicara sendiri, dan sering
berhalusinasi yang sebenarnya tidak nyata, asuhan keperawatan akan mengarahkan klien
pada hal-hal yang nyata dan dapat kembali pada masyarakat.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untukmemnuhi salah satu tugas mata kuliah

jiwa dan untuk mengidentifikasi gejala-gejala dari gangguan jiwa pada pasien

dengan ganggaun HALUSINASI pengelihatan dan untuk mengintervensi proses

keperawatan yang seharusnya dilakukan pada klien gangguan jiwa.


2. Tujuan khusus

 Agar mahasiswa/ i dapat mejelaskan tentang pengertian halusinasi

pengelihatan

 Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tanda dan gejala halusinasi pegelihatan

 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan pasien dengan

halusinasi pengelihatan

 Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien dengan halusinasi pengelihatan

C. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini ,yaitu : metode kepustakaan dengan

menggunakan literature yang ada di perpustakaan yang berhubungan dengan isolasi

sosial.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penulisan makalah ini,terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah,tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS terdiri dari pengertian, etiologi,faktor predisposisi,

faktor presipitasi,tanda dan gejala,penatalaksanaan,dan konsep dasar askep

BAB III PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan penulisan

C. Metode penulisan

D. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar medis

B. Laporan pendahuluan

C. Strategi pelaksanaan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Diagnose keperawatan

C. Rencana keperawatan

D. Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Masalah Utama
Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi
B. Proses Terjadinya Maslah
1. Pengertian
 Perubahan persepsi: halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan) Cook dan
Fontaine (1987).
 Individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI, 2008).
 Suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus
yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap
stimulus (Towsend, 1998).
 Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indra pendengaran,
penglihatan, taktil, atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal (Antai
Otong, 1995).
 Gangguan penyerapan/presepsi pasca indra tanpa adanya rangsangan dari
luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat kesadaran
individu tersebut panuh dan baik. Gangguan ini dapat terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 1983).
2. Teori yang Menjelaskan Halusinasi (Stuart dan Sudeen, 1995)
 Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang mengakibatkan
terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon dan
dimethytransaferase).
 Teori Psikoanalisis
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
3. rentang respon neurologis
rentang respon neurologis yang paling adaptif adalah adanya pilaran logis dan
terciptanya hubungan sosial yang harmoni. Rentan respon yang paling maladaptif
adalah adanya waham, haalunasi, temasuk isolasi sosial menarik diri.
Berikut ini adalah gambarana rentang respon neurologis

 Adaptif  Kaadang proses  Maladaptif


 Pikiran logis pikir tidak  Gangguan
 Persepsi akurat terganggu proses
 Emosi  Ilusi pikir/waham
konsisten  Emosi tidak stabil  Halusinasi
dengan  Perilaku tidak  Kerusakan
pengelaman biasa proses emosi
 Hubungan  Menarik diri  Perilaku tidak
sosial harmonis terogarnisasi
 Isolasi sosial
4. Jenis – jenis Halusinasi serta Data Objektif dan Subjektif
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
sendiri. atau kegaduhan.
(Klien mendengar
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
suara/bunyi yang tidak ada
sebab. mengajak bercakap-cakap.
hubungannya dengan
 Mendekatkan  Mendengar suara
stimulus yang
telinga ke arah menyuruh melakukan
nyata/lingkungan).
tertentu. sesuatu yang berbahaya.
 Menutup telinga.
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan, sinar,
ke arah tertentu. bentuk geometris, kartun,
(Klien melihat gambaran
 Ketakutan pada melihat hantu, atau monster.
yang jelas/samar terhadap
situasi yang tidak
adanya stimulus yang
jelas.
nyata dari lingkungan dan
orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus Membauai bau-bauan seperti
seperti sedang bau darah, urin, feses, dan
(Klien mencium bau yang
membaui bau-bauan terkadang bau-bau tersebut
muncul dari sumber
tertentu. menyenangkan bagi klien.
tertentu tanpa stimulus
 Menutup hidung.
yang nyata).

Halusinasi Pengecapan  Sering meludah. Merasakan rasa seperti darah,


 Muntah. urin, atau feses.
(Klien merasakan sesuatu
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa yang tidak
enak).
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangga
permukaan kulit. di permukaan kulit.
(Klien merasakan sesuatu
 Merasa seperti tersengat
pada kulitnya tanpa ada
listrik.
stimulus yang nyata)
Halusinasi Kinestetik  Memegang kakinya Mengatakan badannya
yang dianggapnya melayang di udara.
(Klien merasa badannya
bergerak sendiri.
bergerak dalam suatu
ruangan/anggota badannya
bergerak)
Halusinasi Viseral  Memegang Mengatakan perutnya
badannya yang menjadi mengecil setelah
(Perasaan tertentu timbul
dianggap berubah minum softdrink.
dalam tubuhnya)
bentuk dan tidak
normal seperti
biasanya.

Sumber : Stuart dan Sundeen (1998)

5. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh dari
klien atau keluarga. Faktor predisposisi meliputi:
 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
 Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkarkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.
 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).
 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
6. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering
yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek
yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
7. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak aman, gelisah
dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Rawlins dan
Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan individu sebagai makhluk yang dibangun atas unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:
 Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransangan eksternal yang
diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti: kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
 Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan, sehingga klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.
 Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
 Dimensi sosial
Dimensi sosial menunjukkan individu cenderung untuk mandiri. Individu asik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau orang lain.
Dengan demikian intervensi keperawatan pada klien yang mengalami halusianasi
adalah dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
penngalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak
menyendiri.
 Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien yang mengalami
halusiansi cenderung menyendiri dan cenderung tidak sadar dengan keberadaanya
serta halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut.
8. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
9. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
10. Tahapan Halusinasi
 Tahap I ( non-psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
 Tahap II ( non-psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan yang berat.Secara umum, halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipasti.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
 Tahap III ( psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karekteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat
 Tahap IV ( psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panic
Perilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan
seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang tersebut menilai dirinya
rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya yang
menyuruh pada kejelekan maka akan berisiko terhadap perilaku

C. Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Kekerasan

Care Problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Gambar 4.1. Pohon masalah perubahan perespsi sensori : halusinasi

D. Masslah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis
E. Data yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu Dikaji
Perubahan persepsi sensori: Subjektif:
halusinasi  Klien mengatakan mendengar sesuatu.
 Klien mengatakan melihat bayangan putih.
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti
feses.
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atai tertawa sendiri saat dikaji.
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi.
 Konsentrasi rendah.
 Pikiran cepat berubah-ubah.
 Kekecuan alur pikiran.
F. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
G. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk klien
 Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut
a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Klien dapat mengontrol halusinasinya
c. Klien megikuti program pengobatan secara optimal
 Tindakan keperawatan
a. Membantu klien mengenali halusinasi.
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
klien mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien
terkait isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi muncul, dan perasaan klien
saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan pengkajian di
atas).
b. Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengedalikan halusinasi
pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol
halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah menghardik
halusinasi, bercaka-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas
yang terjadwal dan mengonsumsi obat secara teratur.
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
 Tujjuan tindakan untuk keluarga.
Keluarga dapat merawat klien di rumah dan menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk klien
 Tindakan keperawatan
Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien
gangguan jiwa di rumah. Hal ini mengingatkan keluarga adalah sistem
pendukung terdekat dan orang yang bersama-sama dengan klien selama 24
jam. Keluarga sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap
sehat. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat
klien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat maka klien akan
kambuh bahkan untuk memulihkan kembali akan sangat sulit. Oleh karena
itu, perawat harus melatih keluarga klien agar mampu merawat klien
gangguan jiwa di rumah.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui
tiga tahap. Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang
dialami oleh klien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien.
Tahap kedua adalah melatih keluarga untuk merawat klien dan tahap yang
ketiga yaitu melatih keluarga untuk merawat klien langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien
halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat, dan pemberian aktivitas
kepada klien), serta sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

 Masalah : Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi


 Pertemuan : Disesuaikan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan
telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-
suara atau kegaduhan mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi sensori : halusinasi
3. Tujuan khusus/SP 1
 Klien membina hubungan salinng percaya, dengankriteria sebagai berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengatur masalh yang dihadapinya
 Membantu klien mengeali halusinasinya
 Menganjurkan klien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
4. Rencana Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasarklien.
 Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi,situasi pencetus dan perasaan saat terjadi halusinasi.
Hal-hal berikut.
 Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi.
b. Peragakan cara menghardik halusinasi.
c. Minta klien memperagakan ulang.
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
e. masukan dalam jadwalkegiatan klien.
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ selamat pagi, assalamualaikum... boleh saya kenalan dengan ibu? Nama saya ...,
boleh panggil saya ... saya mahasiswa keperawatan ... saya sedang praktik di sini
dai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh saya
tahu nama ibu siapa dan senang di panggil dengan sebutan apa?
 Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
 Kontrak
a. Topik : “apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurutb
ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
suara dan sesuatu yang selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak
wujudnya?”
b. Waktu: “berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa!”
c. Tempat : “Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu, atau mau di
mana?”
2. Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“ Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?”
“ Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“ Kapan Paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“ Berapa kali sehari ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apkah pada waktu sendiri?”
“ Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?
“ Apa yang ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“ Apa yang ibu lakukan saat melihat suara tersebut?”
“ Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“ Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan
agar tidak muncul?”
“ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.:
“ Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghadik.”
“Caranya seperti:
 Saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar...
saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya
bagus ibu sudah bisa.”
 Saat melihat bayangan itu muncul langsung ibu bilang pergi saya tidak mau lihat
... saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu
tak terlihat lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya bagus
ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang
tidkadengan latihan tadi?”
 Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi?”
“ Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi.”
 Rencana tindak lanjut
“ Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihanya?”
(masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian klien).
 Kontrak yang akan datang
a. Topik : “ Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu
muncul?”
b. Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok
jam09.30 WIB, bisa?”
c. Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya,
apa masih disini atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,...”
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ruang rawat : Gelatik Tgl. MRS : 199 - 09 – 2018

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. T.Y.S

Umur : 38 thn

Tgl pengkajian : 13-11-2018

No. RM : 04.8xxx

Informan : klien,dan rekam medik

II. ALASAN MASUK

Keluarga mengatakan klien sering mara – marah, mengamuk, berkelakuan,


membakar kasur bicara sendiri dan ngelantur

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Klien mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( Ya )

2. Pengobatan sebelumnya ? ( Tidak Berhasil )

3. Pengalaman : -

Jelaskan : pasien perna mengalami gangguan jiwwa sebelumya dan pengobatan


tidak berhasil

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerarasn

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan


5. Pengalaman masalah yang tidak menyenangkan

Jelaskan : klien mengataka perna diputusin sama pacarnya

Masalah keperawatan : Respon pasca trauma

IV. FISIK

1. TTV : TD : 100/00mmHG/ N. : 76 x/mnt / S : 36.5 °c / P : 18 x/mnt

2. UKUR TB : 163,5 CM BB: 68 KG

3. KELUHAN FISIK

Jelaskan : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik

Masalah keperawatan : tidak ada maasalah keperawatn

V. PSIKOSIAL

1. Genogram

Klien mengatakan ia anak ke 3 dari 3 bersaudar (bugsu) ayahnya masi hidup dan
ibunya sudah meninggal, ia tinggal bersam ayahnya dan saudara sulungnya dan
klien belum menika

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : Ketika ditanya tentang bagian tubuh yang paling disukai
klien, mengatakahn dirinya menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas : klien mengatakan berjenis klamin laki-laki, berusia 38 tahun dan
belum menikah
c. Peran : di rumah klien berperan sebagi seorang anak bungsu dan di
rumah sakit klien hanya seorang pasien.
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah
e. Harga diri : klien mengatakan walaupun sakit ia sangat dihargai oleh
keluarganya

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Hubungan social

a) Orang yang berarti: klien mengatakan orang yang berrarti adalah ayahanya.

b) Peran serta dalam kegiatan/kelompok : klien mengatakan ia biasayan


mengikuti kegiatan sperti solat dan senam diruma sakit, anam tidak terlalu
aktif

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orglain: klien mengatakan sering


melihat kebakaran

Masalah keperawatan : gangguan interaksi soasial

4. Spiritual

a) Nilai dari keyakinan : klien mengatakan ia beragama islam, dan tekun


melaksanakan ibadah, iah percaya sakit adalah takdir hidupnya

b) Kegiatan ibadah : klien mmengatakan selalu solat 1x sehari yaitu soalt subuh

Masalah keperawatan : tidak ada masalah


Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal dunia

= Klien

= Tinggal serumah
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan : -

Jelaskan : Rapi, dan bersih, cara berpakian sesuai sperti biasanya

masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan : lambat, ingkoberen

Jelaskan : klien ketika berbicara lambat, dan kadang - kadang berhenti, sambil
tertawa dan mentap kearah tertentu

masalah keperawatan : gangguan komunikasi

3. Aktivitas motorik : gelisah

Jelaskan : klien nampak kelihatan metap ke arah tertentu

masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

4. Alam perasaan : ketakutan

Jelaskan : klien napak takut dan klien mengatakan takut masuk penjara

masalah keperawatan : ansietas

Jelaskan : saat di kaji klien saaat melakukan aktivitas ekspresi wajah biasa saja
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Interaksi selama wawancara :

Jelaskan : Saat di kaji, kontak mata terarah, dengan lawan bicara

Masalah keperawatan : tidak ada maslah keperawatan


6. Persepsi Halusinasi : pengelihatan

Jelaskan : klien mengakat seprti melihat kebakaran, ketika ia sendri dan lebih
sering pada malam hari pukul 21-22 sebelum ia tidur, sosok tersebut muncul 1
hari sekitar 1-2 kali sehinga ia ketakutan

Masalah keperawatan : perubahan presepsi sensori halusinasi pengelihaatan

7. Proses pikir : Blocking

Jelaskan : saat dikaji klien menjawap pertanyaan naman kadang pembicaraan


terhenti tiba-tiba tanpa gangguan external kemudian dilanjutkan kembali,
namaun dilihat ke arah tertentu sehingga pertanyaan harus di ulang kembalipx
mempersalhkan diri sendri

Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir

8. Isi pikir : Fobia

Jelakan : klien mengatakan melihat seperti kebakaran

Masalah keperawatan : gangguan proses pikir

9. Tingkat kesadaran : bingung

Jelaskan : klien dapat membedaka waktu, tempat orang dengan benar

Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

10. Memori : Gangguan daya Ingat jangka panjang

Jelaskan : klien mengatakan ia tidak mengingat masalalunya .

Masalah keperawatan : perubahan memori

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung :

Jelaskan : klien mampu berhitung 1-10 dengan benar dan fokus pada saat
bertanya
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

12. Kemampuan penilaian : Gangguan Ringan

Jelaskan : px mampu mengambil keputusan dengan cepat ketika ada alternatif


pilihan

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13. Daya tilik diri : -

Jelaskan : klien menyadari bahwa ia sedang mengalami sakit kejiwaan

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keprawatan

VII. KEBUTUHAN PULANG

1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan:

Makan : Ya Pakian : Ya Uang : Ya

Keamanan : Ya Transportasi : Ya

Perawatan kes. : Ya Tempat Tinggal : Ya

Jelaskan : klien mampu memenuhi kebutuhannya

Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

2. Kegiatan hidup sehari-hari :


a) Perawatan diri : klien mengatakan dapat mengururs dirinya sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b) Nutrisi :
Jelaskan : klien sangat puas dengan pola makan yang di berikan oleh
perawat, dan klien mkan bersam teman-temanya di rauangan makan,
nafsu makan menigkat
Frekuensi makan 3 kali sehari
Frekuensi udapan -
Tidak ada diet khusus.
Masalah keperawatan : Tidaka ada masalah keperawatan
c) Tidur
Jelaskan : Klien mengatakan ada masalah dengan tidurnya. Klien merasa
tidak segar setelah bangun tidur dan mempunyai kebiasaan tidur siang
selama 2 jam dari pukul 13.00 hingga 15.00.
Klien mengatakan dapat tidur pada suasana tenang dan setlah minum obat
Masalah keperawatan : gangguan istirahat tidur

3. Kemampuan klien dalam

 Mengantisipasi kebutuhan sendiri : Ya


 Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Ya
 Mengatur penggunaan obat : Ya
 Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow Up) : Ya

Jelasskan : klien patuh terhadap aturan dan tidak ada gangguan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki system pendukung

 Keluarga : Ya
 Teman sejawat : Ya
 Kelompok social : Ya
Jelaskan : Klien menyatakan ia selalu ada dukungan dari, keluarganya
dalam proses penyembuhan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan


VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif :

 Bicara dengan orang lain


 Mampu menyelesaikan masalah
 Teknik relokasasi
 Aktiftas konstruktif
 Olahraga

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan hubungan
dengan sesama passien lainya baik-baik saja
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien mengatakan hubungan
dengan lingkugan di RS baik.
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien mengatakan ia hanya tamat SMA saja
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien mengatakan iah perna berkerja
sebagai orang clining sercives
 Masalah dengan perumahan, spesifik : dirumah klien hidup dengan ayahanya dan
saudara sulungnnya
 Masalah ekonomi, spesifik : klien mengatakan ia saat ini tidak memiliki
penghasilan karena belum berkerja
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : klien mengatakan sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan
 Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit jiwa
 Koping
 Faktor presipitasi
 Obat-obatan

Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa

XI. DATA LAIN-LAIN

MCH : 26,7 Pg

MCHC : 32, gdl

NEUT% : 86+ %

LYMPH% : 12-

MXD% : 3-

MXD# : 0,2 10^3uL

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa : F.20.1 (skizofrenia Hebefrenile)

Terapi medic :

 Clozapine : 2 x 100 mg
 Seroguel : 1 x 400 mg
 Trihexyphenidil : 2 x 2 mg
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Respon pasca trauma
3. Gangguan interaksi sosial
4. Gangguan komunikasi
5. Gangguan proses pikir
6. Perubahan persepsi sensori halusinasi pengelihatan
7. Perubahan memori
8. Gangguan istirahat dan tidur
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
XV. ANALISA DATA

Nama : Tn. T.Y.S NIRM : 04.8xxx Ruangan : Gelatik

Tgl Data Etiologi Masalah t.t

DS : Klien mengatakan Resiko Perubahan persepsi


sering melihat seperti adanya mencederai diri sensori: halusinasi
kebakaran terlebih pada sendiri, orang lain, pengelihatan
malam hari sekitar pukul dan lingkungan
21.00 -22.00, sebelum ia
tidur sehingga merasa
ketakutan
DO : klien napak gelisa, Perubahan
ketakutan, saat bicara di persepsi sensori:
tennga- tenga pembicaraan halusinasi
dan melihat ke arah tertentu. pengelihatan

Isolasi sosial

Gangguan konsep
diri Harga diri
rendah
Nama Klien : Tn. T.Y.S NO RM : 04.8xxx Ruangan : Gelatik

N DX. Perencanaan
o keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Perubahan Klien dapat
presesi sensori: mengontrol atau
halusinasi mengendalikan
pengelihatan halusinasi yang
dialaminya

SP 1: klien dapat 1. Setelah ....x..interaksi,  Bina hubungan saling percaya dengan  Kepercayaan dai klien
membina hubungan klien menunjukan tanda– menggunakan prinsip terapeutik : merupakan hal yang
saling percaya tanda percaya kepada o Sapa klien dengan ramah baik verbal mutlak serta akan
perawat : maupun non verbal memudahkan pendekatan
o Ekspresi wajah o Perkenalkan nama, nama pangil dan dan tindakan
bersahabat tujuan perawat berkenalan keperawatan ke pada
o Menunjukan rasa o Tanyakan nama lengkap dan nama klien.
senang panggil yang disukai klien
o Ada kontak mata o Buat kontrak yang jelas
o Mau berjabat tangan o Tunjukkan sikap jujur dan menepati
o Mau menyebutkan janji setiap kali berinteraksi
nama o Tujukkan sikap empati dan menerima
o Mau menjawab salam apa adanya
o Mau duduk o Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan klien
perawat o Dengarkan dengan penuh perhatian
o Bersedia pada ekspresi perasaan klien
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi.
SP 2: klien mengenal 2. Setelah....x..interaksi klien  Adakan kontak yang sering dan singkat  Kepercayaan klien kepada
halusinansinya menyebutkan secara bertahap perawat dapat diperoleh
o Isi dari kontak yang sering.
o Waktu
o Frekuensi
o Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
halusinansi
 Setelah ...x.. interaksi  Observasi tingkah laku klien terkait  Tingkah laku klien
klien menyatakan dengan halusinasinya. Jika sedang terkait halusinasinya
perasaan dan respon saat halusinasi : menunjukkan isi, waktu,
mengalami halusinasi : o tanyakan apakah klien mengalami frkuensi, serta situasi dan
o Marah sesuatu (halusinasi kondisi yang
o Takut lihat/raba/dengar/penghidup/ kecap) menimbulkan halusinnasi.
o Sedih o jika klien menjawab “iya”, tanyakan
o Senang apa yang sedang dialaminya.
o Cemas o Katakan bahwa perawat percaya klien
o jengkel mengalami hal tersebut, tetapi perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan
nada bersahabat, tanpa menuduh atau
menghakimi).
o Katakan kepada klien bahwa ada
klien lain yang mengalami hal
yang sama.
o Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
o Jika klien tidak sedang berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya pengelaman
halusinasi , diskusikan dengan klien
isi, waktu, dan ferkuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore malam:
sering terjadi atau hanya
sesekali/kadang-kadang). Diskusikan
situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak halusinasi.
 Diskusikan dengan klien apa yang  Ungkapan dari klien
dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri menunjukan apa yang
kesempatan kepada klien untuk dibutuh kan dan dirasakan
mengungkapkan perasaaanya. oleh klien.
 Diskusikan dengan klien apa yanng  Membantu memilih cara
dilakukan untuk mengatasi perasaan yang tepat untuk
tersebut. membantu klien
 Diskusikan tentang dampak yang akan menghadapi perasaannya.
dialaminya jika klien menikmati  Membantu klien dalam
halusinasinya. mengenal konsekuensi
dari halusinasi yang
mucul.
SP 3: klien dapat 3. Setelah ...x... interaksi  Identivikasi bersama dengan klien cara  Ungkapan dari klien
mengontrol klien menyebutkan atau tindakan yang diharapkan jika menunjukkan apa yang
halusinasinya. tindakan yang bisa halusinasi terjadi dibutuhkan dan dirasikan
dilakukanny untuk oleh klien
mengontrol halusinasinya  Diskusikan cara yanng digunakan klien  Memberi klien pilihan dan
 Setelah ...x... interaksi o Jika cara yang digunakan adaptif, reward atas apa yang
klien meyenbutkan cara berikan pujian sudah klien usahakan
baru untuk mengontrol o Jika cara yang digunakan tidak adaptif
halusinasinya (maladaptif) diskusikan kerugiannya.
 Setelah...x.. interaksi klien  Diskusikan cara baru untuk
dapat memilih dan memutus/mengontrol timbulnnya
memeperagakan cara halusinasi  Cara baru memberikan
mengatasi halusinasinya o Katakan kepada diri sendiri bahwa hal pilihan baru yang adaptif
 Setelah...x.... interaksi ini tidak nyata (“saya tidak mau bagi klien
klien melaksanakan cara lihat/raba/dengar/meghidup/kecap saat
yang telah dipilih untuk halusinasi terjadi”)
mengontrol halusinasinya o Menemui orang lain
 Setelah ....x.... interaksi (perawat/teman/anggota keluarga)
klien mengikuti TAK untuk menceritakan halusinasinya
(terapi Aktivitas o Membuat dan melaksanakan jadwal
Kelompok) kegiatan sehari-hari yang telah
disusun
o Memita perawat/teman/anggota
keluarga menyapa jika klien sedang
berhalusinasi
 Bantu klien memilih cara yang telah  Halusinasi tidak dapat
dianjurkan dan latih untuk mencobanya. diputuskan secara
 Beri kesempatan untuk melakukan cara sekaligus.
yang telah dipilih dan dilatih, beri pujian
 Klien akan memilih rasa
jika klien berhasil melakukannya
percaya diri dan usaha
untuk terus berlatih
supaya berhasil
SP 4: klien 4. Setelah .....x... pertemuan  Buat kontrak waktu dengan keluarga untuk  Dasar untuk membina
mendapatkan keluarga, keluarga melakukan petemuan hubungan terapeutik
dukungan dari menyatakan setuju untuk dengan keluarga
mengikuti pertemuan  Diskusikan dengan keluarga  Keluarga dapat mengenal
keluarga dalam
dengan perawat
mengontrol  Setelah ...x...interaksi , o Pengertian hlusinasi dan membantu klien
halusinasinya. keluarga menyebutkan o Tanda dan gejala halusinasi dalam mengontrol
pengertian, tanda, dan o Proses terjadinya halusinasi halusinasinya.
gejala dan/atau proses o Cara yang dapat dilakukan oleh klien
terjadinya halusinasi, serta dan keluarga untuk memutuskan
tindakan untuk mengatasi halusinasi
halusinasi. o Cara merawat keluarga yang
berhalusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan dibiarkan sendiri, makan
bersama, berrpergian bersama, serta
memantau obat-obatan dan cara
pemberian untuk mengatasi halusini).
o Beri informasi waktu kontrol kerumah
sakit dan bagaiman cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi di rumah
POHON MASALAH

RESIKO MENCEDDERAI DIRI SENDIRI,


ORANGLAIN DAN LINGKUNGAN

Perubahan persepsi sensori


halusinnasi pendengaran

Isolasi sosial

Haraga Diri Rendah


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An. M.A NIRM : 05.76.21 Ruangan : Mitra

TGL DX KEP. IMPLEMENTASI EVALUASI T.T

14/11/ Perubahan SP1 :


18 persepsi 1. Membina hubungan saling percaya
sensori: dengan komunikasi terapeutik.
halusinasi Operasional:
pengelihatan “selamat sore pa bole saya S :
berkenalan dengan bapa? Nama “klien menjawab sapaan
saya Brigita Beke biasa di panggil perawat selamat selamat .
ita, sya mahasiswa prodi nama saya T.Y.S biasa di
keperawatan ende yang praktek pangil Y, semalam bisa
disini sya bertugas mulai pukul tidur cuman melihat
13.00- 20.00 Kalau boleh tau bayang-bayaangan
nama bapa siapa? Senang dipagil seperti kebakaran
dengan sebutan apa? Bagai mana sebelum tidur saya takut
perasaan bap hari ini? Bagaimana bu”
tidur semalam”? O:
klien tersenyum dan
menjawab sapaan
perawat, klien
menyebutkan namanya,
selama wawancara
kontak mata kurang,
ekspresi wajah murung,
kontak mata kurang
A : SP1 teratasi .
P : Lanjutkan SP2
15/11/ SP2 : S:
18 Mengidentifikasi halusinasi, isi klien mengatakan ia
perassaan waktu, jenis dan respon melihat seperti kebakaran,
lebih sering pada malam
hari sekitar pukul 21.00-
22.00, sebelum ia tidur
sehinggaia merasa
ketakutan

O:
klien mampu
mengidentifikasi jenis, isi
pikir, waktu ferkuensi,
dan respon

A: SP 2 teratasi
P: lanjutkan SP3

SP3 : S:
16/11 Mengontrol halusinasi dengan cara Klien menagatakan
/18 menghardik mengatakan belum
paham cara meghardik
O:
klien belum mampu
mengulang cara
meghardik halusinasi
yang di ajarkan oleh
perawat
A : SP3 belum teratasi

P: lanjukan SP 3
17/11 SP3 : S:
/18 Mengontrol halusinasi dengan cara klien mengatakan sudah
menghardik bisa cara meghardik
halusinasi

O:
klien mampu meniru
cara meghardik
halusinasi dengan cara
melakukan pergiii –
pergi kamu tidak nyata,
kamu palsu
A: SP 3 teratasi

P: pertahankan SP 3
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses keperawatn merupakan metode memberiikan asuhan keperawatan klien
dengan semua tatanan pelayanan kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu komponen dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu
jalan, satu bagian integral dalam system kesehatan dan termasuk jajaran depan dalam
pengabdian Rumah sakit pada masyarakat.
Keperawatan mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan kepada klien secara
paripurna dalam meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, maupun social
budaya.
Jadi dalam merawat klien jiwa seorang perawat dituntut tidak hanya merawat
penyakit fisiknya tetapi juga harus memperhatikan dampak penyakit tersebut pada
psikoloogi, interaksi social dan spiritual pasien.

B. SARAN
1. Perawat harus cermat dalam mengumpulkan data-data psikoloogis pada klien
gangguan jiwa
2. Perawat harus meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa pada tingkat
akademik agar kelak dapat diaplikasikan pada tatanan nyata dilapangan kerja
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.

S-ar putea să vă placă și