Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OLEH:
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Andra (2006) mengatakan Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada
pembuluh darah koroner. Wasid (2007) menambahkan bahwa Sindrom Koroner Akut (SKA)
adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark Miocard
Akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa gelombang Q
(IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur
plak aterosklerosis yang tak stabil.
Mortalitas tidak tergantung pada besarnya prosentase stenosis (plak) koroner, namun
lebih sering ditemukan pada penderita dengan plak kurang dari 50–70% yang tidak stabil, yakni
fibrous cap ‘dinding (punggung) plak’ yang tipis dan mudah erosi atau ruptur1,2,3
Terminologi sindrom koroner akut berkembang selama 10 tahun terakhir dan telah digunakan
secara luas. Hal ini berkaitan dengan patofisiologi secara umum yang diketahui berhubungan
dengan kebanyakan kasus angina tidak stabil dan infark miokard.1 Angina tidak stabil, infark
miokard tanpa gelombang Q, dan infark miokard gelombang Q mempunyai substrat patogenik
umum berupa lesi aterosklerosis pada arteri koroner. 1,2,3
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan
kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan satu sindrom yang terdiri
dari beberapa penyakit koroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-
elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca
tindakan intervensi koroner perkutan. 1,2,3
II. Tujuan
Factor X Factor Xa
Proses inflamasi
SKA
Aktivasi :
Destabilitas plaque
b. Pemeriksaan Penunjang:
1) Perubahan EKG (berupa gambaran STEMI/ NSTEMI dengan atau tanpa gelombang Q
patologik)
2) Enzim jantung (meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal, terutama CKMB
dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk nekrosis miokard. Nilai normal
troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap positif bila > 0,2 ng/dl).
c. Pemeriksaan Fisik
1) B1: dispneu (+), diberikan O2 tambahan
2) B2: suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral dingin
3) B3: pupil isokor, reflek cahaya (+), reflek fisiologis (+)
4) B4: oliguri
5) B5: penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
6) B6: tidak ada masalah
2.Pemberian analgesik
Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas,dan
hebatnya nyeri sebelum mengobati
pasien
Cek order mengenai obat,dosis dan
frekuensi analgesik yang diberikan
Pilih analgesik yang tepat
Tentukan analgesik yang
disukai,rute pemberian dan dosis
untuk mencapai analgesik yang
optimal
Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian obat
Berikan analgesik adjuvan dan atau
pengobatan ketika dibutuhkan
analgesia yang potensial
Pertimbangkan penggunaan infus
yang berkelanjutan
Pencegahan keamanan untuk pasien
yang menerima analgesik
Instruksikan untuk meminta
pengobatan nyeri PRN sebelum
nyeri menjadi hebat
Manajemen elektrolit:hipokalemia
Mengambil spesimen untuk analisis
kadar potasium dan
ketidakseimbangan elektrolit
Pantau nilai labor yang
berhubungan dengan hipokalemia
Pantau fungsi ginjal yang
menyebabkan penurunan kadar
Resiko postasium
Pantau gastrointestinal yang
ketidakseimbangan
menyebabkan penurunan kadar
elektrolit
postasium
Batasan karakteristik: Kriteria hasil yang Berikan suplemen postasium sesuai
Ketidakseimba disarankan: resep yang diberikan
ngan cairan Keseimbanga Pantau fungsi ginjal,EKG,dan
muntah n elektrolit serum postasium saat penggantian
dan asam basa Cegah iritasi akibat suplemen
Hidrasi postasium
Pengetahuan:
3 Pantau keracunan digitalis
cara Hindari pemberian zat alkalin
perawatan Pantau manifestasi pada neurologis
Respon akibat kondisi hipokalemia
pengobatan Hindari pemberian zat alkalin
Kontrol Pantau manifestasi jantung akibat
resiko kondisi hipokalemia
Deteksi resiko Pantau manifestasi pulmonal akibat
Status tanda-
kondisi hipokalemia
tanda vital
Posisikan pasien untuk bantuan
ventilasi
Pantau tanda-tanda kegagalan nafas
Pantau kejadian hiperkalemia
Pantau diuresis berlebihan
Pantau status cairan,termasuk intake
dan output
Berikan makanan yang
mengandung postasium tinggi
Daftar Pustaka
TIM PPGD. 2010. Penanggulangan Penderita Gawar Darurat Basic Trauma & Cardiac Life
Support. Bukittinggi.
O’Grady, Eileen. 2007. A Nurses’s Guide to Caring for Cardiac Intervention Patients.England.
Andra. (2006). Sindrom Koroner Akut: Pendekatan Invasif Dini atau Konservatif.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=197. Diakses di Surabaya,
tanggal 30 September 2010: Jam 19.01 WIB
Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawata: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi VI. Jakarta: EGC
Rilantono, dkk. (1996). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Wasid (2007). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-baru
penanganan.html. Diaskes di Surabaya, tanggal 30 September: Jam 19.10 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3518/1/gizi-bahri2.pdf