Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyebab Malaria
Penyebab malaria adalah parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina.Dikenal 5 (lima ) macam spesies yaitu :plasmodium
falciparum,plasmodium vivax,plasmodium ovale,plasmodium malariae dan
plasmodium knowlesi.Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak
dilaporkan di Indonesia.
2. Jenis Malaria
a. Malaria falsiparum
Disebabkan oleh plasmodium falciparum. Gejala demam timbul
intermitan dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi
malaria berat yang dapat menyebabkan kematian.
b. Malaria vivax
Disebabkan oleh plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam dua hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat
yang disebabkan oleh plasmodium vivax.
c. Malaria Ovale
Disebabkan oleh plasmodium ovale .Manifestasi klinis biasanya bersifat
ringan. Pola demam seperti pada malaria vivax.
d. Malaria Malariae
Disebabkan oleh plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam tiga hari.
e. Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh plasmodium knowlesi.Gejala demam menyerupai malaria
falciparum.
3. Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria.Sifat demam akut (Paroksismal) yang
jika tidak didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi
berkeringat banyak.Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non
imun (berasal dari daerah non endemis).Selain gejala klasik di atas,dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal,
dan nyeri otot gejala tersebut biasanya terdapat pada orang orang yang tinggal
di daerah endemis (Imun).
4. Bahaya Malaria
1. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang menyebabkan
kematian
2. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan penurunan
kualitas sumber daya manusia.
3. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan
keguguran,lahir kurang bulan (Prematur)dan berat badan lahir rendah
(BBLR) serta lahir mati.
5. Pencegahan Malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap resiko malaria,mencegah gigitan nyamuk,pengendalian vektor dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan lation anti nyamuk, kelambu berinsektisida,relepan,kawat kasa
nyamuk dan lain- lain. Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah
doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
bepergian,selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan
tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan Mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan
tipis di puskesmas/lapangan/RS/laboratorium klinik:
Ada tidaknya parasit malaria (Positif atau negatif)
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di
kalangan ibu.Di daerah endemik malaria, ibu hamil dan balita merupakan kelompok yang
paling rentan terhadap malaria (lebih cenderung menderita malaria berat yang mengakibatkan
kematian). Dibutuhkan program yang memberi perhatian khusus untuk pencegahan malaria
pada kelompok rentan (ibu hamil dan balita). Program ANC dan EPI merupakan program
rutin yang cukup dewasa dan kuat dengan sasaran yang sama (ibu hamil dan balita), paket
layanan yang terintegrasi akan memudahkan masyarakat dan tenaga kesehatan.
Model Program :
1. Integrasi dengan ANC
2. Integrasi dengan Imunisasi rutin
Ibu Hamil (ANC)
1. Ibu dan janin dilindungi dengan kelambu (kelambu diberikan saat kunjungan
pertama)
2. Ibu diskrining malaria pada kunjungan pertama ANC
3. Ibu mendapat pemeriksaan dan pengobatan jika menunjukkan gejala malaria
selama hamil
Ibu Melahirkan, Neonatus: Berkurangnya komplikasi malaria karena
perlindung-an selama kehamilan Bayi < 1 tahun :
1. Bayi terlindungi kelambu yang diterima ibu saat ANC.
2. Bayi mendapat imunisasi lengkap dan kelambu untuk melindunginya
saat balita
Balita:
1. Balita terlindungi dari malaria karena menerima kelambu saat
imunisasinya lengkap.
2. Balita terlindungi dari PD3I karena menerima imunisasi lengkap saat
bayi.
9. Prinsip pengelolaan program KIA :
Dewasa ini 2/3 kematian bayi ( 60%) terjadi pada usia kurang dari I bulan, menurut
SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR 29%,asfiksia27%,dan Tetanus
neonaturum 10%. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan
pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan sesuai dengan standar pelayanan
dan perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di
kalangan ibu.Di daerah endemik malaria, ibu hamil dan balita merupakan kelompok
yang paling rentan terhadap malaria (lebih cenderung menderita malaria berat yang
mengakibatkan kematian). Dibutuhkan program yang memberi perhatian khusus
untuk pencegahan malaria pada kelompok rentan (ibu hamil dan balita). Program
ANC dan EPI merupakan program rutin yang cukup dewasa dan kuat dengan sasaran
yang sama (ibu hamil dan balita), paket layanan yang terintegrasi akan memudahkan
masyarakat dan tenaga kesehatan.
Model Program :
1. Integrasi dengan ANC
2. Integrasi dengan Imunisasi rutin
Ibu Hamil (ANC)
1. Ibu dan janin dilindungi dengan kelambu (kelambu diberikan saat kunjungan
pertama)
2. Ibu diskrining malaria pada kunjungan pertama ANC.
3. Ibu mendapat pemeriksaan dan pengobatan jika menunjukkan gejala malaria
selama hamil
Ibu Melahirkan, Neonatus :
Berku-rangnya komplikasi malaria karena perlindung-an selama kehamilan
Bayi < 1 tahun :
1. Bayi terlindungi kelambu yang diterima ibu saat ANC.
2. Bayi mendapat imunisasi lengkap dan kelambu untuk melindunginya saat balita
Balita :
1. Balita terlindungi dari malaria karena menerima kelambu saat imunisasinya
lengkap.
2. Balita terlindungi dari PD3I karena menerima imunisasi lengkap saat bayi.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
Minimal 1 kali pada triwulan pertama
Minimal 1 kali pada triwulan kedua
Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tingi yang ditemukan.
Pertolongan Persalinan.
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat, jenis tenaga tersebut adalah: dokter spesialis
kebidanan,dokter umum,bidan, perawat maternitas.Selain itu masih ada penolong
persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam masyarakat terpencil seperti yang
banyak ditemukan di propensi papua, namun penolong persalinan ini umumnya tidak
tercatat dan sulit untuk di identifikasi. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sterilitas atau pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar pelayanan
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
Deteksi dini ibu hamil beresiko
Kejadian komplikasi kebidanan dan resiko tinggi diperkirakan terdapat pada sekitar
antara 15-20% ibu hamil. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, sehingga ibu hamil harus selalu berada sedekat mungkin dengan sarana
pelayanan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
dasar(PONED). Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu PONED
meliputi pelayanan obstetri yang terdiri dari:
Dewasa ini 2/3 kematian bayi ( 60%) terjadi pada usia kurang dari I bulan, menurut
SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR 29%,asfiksia27%,dan
Tetanus neonaturum 10%.
1. Pengobatan
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah Arthemisinin Combination
Therapy (ACT). Pada saat ini pada program pengendalian malaria mempunyai 2
sediaan yaitu :
a) Artesunate – Amodiaquin
b) Dihydroartemisinin – Piperaquin (saat ini khusus digunakan untuk Papua dan
wilayah tertentu)
Arterakin ¼ 1/2 1 2 3 4
Artesunat ¼ 1/2 1 2 3 4
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan malaria dengan sedian darah tepi (DDR)
b. Pemeriksaan malaria dengan metode RDT
3. Pencegahan
Cara penting antara lain:
a. Menghilangkan tempat perindukan nyamuk yaitu mentup dan mengubur
b. Menggunakan semprotan insektisida
c. Menggunakan kelambu, obat nyamuk saat tidur
d. Larvaciding
e. Pengobatan efektif terhadap kasus
4. Pemberantasan malaria
a. Active case Detection (ACD)
Penemuan penderita tersangka malaria secara aktif disuatu daerah focus
malaria tertentu melalui kunjungan petugas malaria dari rumah ke rumah. Cara
pelaksanaannya pengambilan Sediaan darah tebal pada semua penderita klinis yang
ditemukan pada kunjungan rumah ke rumah, memberikan pengobatan malaria
klinis kepada semua penderita malaria yang ditemukan.
b. Passive Case Detection (PCD)
PCD adalah salah satu upaya penemuan penderita malaria secara pasif oleh
petugas kesehatan melalui pelayanan kesehatan disuatu unit pelayanan kesehatan
dengan cara menunggu kunjungan penderita. Sasaran dari kegiatan ini adalah
semua penderita klinis malaria baik yang akut maupun kronis dan penderita gagal
obat yang datang ke unit pelayanan kesehatan (UPK).
Dilaksanakan setiap jari kerja UPK dengan pengambilan sediaan darah tebal
untuk semua penderita klinis.
1) Pelaksanaan penemuan dan pengobatan. Semua penderita klinis malaria
(akut.kronis dan gagal obat) yang berkunjung ke UPK diambil SD, dan diberi
pengobatan klinis, apabila positif diberikan pengobatan radikal. Setiap
puskesmas didaerah malaria harus mempunyai fasilitas laboratorium, mikroskop
dan mikroskopis malaria.
2) Evaluasi dan supervisi. Evauasi dan supervisi oleh puskesmas, pengelola
program malaria Kabupaten/petugas Propinsi
3) Pelaporan Bulanan
c. Mass Fever Survey (MFS)
Merupakan salah satu upaya penemuan penderita malaria melalui survey yang
ditujukan pada seluruh penduduk daerah fokus dengan gejala demam, sasarannya
adalah penderita demam yang ditemukan didusun. Cara pelaksanaannya yaitu
pengambilan sample darah terhadap semua penderita demam yang diikuti dengan
pemberian pengobatan klinis. Penduduk demam di kumpulkan di RT. Kegitan
tarsebut dilakukan sebelum puncak fluktuasi malaria (mencegah KLB) dan
konfirmasi KLB pada saat terjadi KLB.
Kegiatannya adalah :
1) MFS Konfirmasi. Apabila dari hasil pemantauan SKD menunjukkan tidak ada
kecenderungan kenaikan penderita pada daerah dengan salah satu kriteria sebagai
berikut :
a) Desa pernah HCI
b) Kondisi lingkungan reseptif
c) Mobilitas penduduk sangat tinggi
2) MFS Khusus apabila pada pemantau SKD bulanan ada kecenderungan kenaikan
penderita. Penemuan Penderita di Wilayah yang belum mampu melakukan
pemeriksaan laboratorium.
d. Malariometrik Survey
Malariometrik survey (MS) adalah suatu kegiatan pemeriksaan sediaan darah jari
pada kelompok usia 0 – 9 tahun dan limpa pada kelompok usia penduduk 2 – 9
tahun untuk mengetahui tingkat tendensitas dan prevalensi malaria suatu wilayah.
Indikator yang dihasilkan adalah Parasite Rate (PR). Ada 2 jenis MS yaitu
Malariometrik Survey Dasar (MSD) dan Malariometrik Survey Evaluasi (MSE) :
1) Survey Malariometrik Survey Dasar (MSD)
Bertujuan mengukur tingkat endemisitas dan prevalensi malaria disuatu
bagian wilayah/stratum epidemiologis yang belum tercakup oleh kegiatan
pemberantasan vector
Sasaran pengambilan SD anak umur 0 – 9 tahun dan pemeriksaan limpa
untuk anak umur 2 – 9 tahun yang ada dilokasi index yang terletak didesa index
yang terpilih mewakili suatu stratum epidemiologi, pelaksana dari kegiatan ini
adalah petugas puskesmas dan petugas dari Kabupaten yang telah terlatih
mikroskopis..
5. Surveilance malaria
Kegiatan surveilans malaria terbagi 3 periode (Ditjen PPM & PL Depkes R.I, 2007)
adalah sebagai berikut :
a. Surveilans Periode Peringatan Dini (PPD)
Adalah suatu kegiatan untuk memantau secara teratur perkembangan penyakit
malaria disuatu wilayah dan mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah
timbulnya kejadian luar biasa (KLB)
Kegiatan surveilans periode peringatan dini :
1) Pengumpulan data kasus masing-masing jenjang
Jenis data kasus malarria yang dikumpulkan disetiap jenjang baik tingkat
Puskesmas, Kabupaten dan Pusat merupakan data situasi malaria yang secara
umum.
a) Tingkat puskesmas
Data yang dikumpulkan dan dianalisa berupa data kasus, data uaya
pemberantasan vektor, data vektor, data logistik, data demografi dan data
lingkungan.
b) Tingkat Kabupaten
Data yang dikumpulkan dan dianalisa berupa data kematian, data kasus
perdesa perbulan, data cakupan pengobatan, data upaya pemberantasan
vektor, data laboratorium, data demografi, data logistik, data lingkungan dan
data sosial budaya.
c) Tingkat Propinsi yang dikumpulkan dan diolah adalah data kematian, data
kasus per puskesmas per bulan, data cakupan pengobatan, data vektor, data
demografi dan data logistik.
2) Pengolahan dan analisa data
Data kasus malaria dan yang berhubungan dengan kasus tersebut diolah dan
dianalisa dengan memperhatikan variabel-variabel sebagai berikut:
a) Indikasi situasi malaria
b) Indikasi perubahan lingkungan
c) Tingkat reseptivitas daerah
d) Situasi Lingkungan
3) Visualisasi data
Untuk memudahkan pengamatan, maka semua data disajikan atau
divisualisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami.
4) Tindak lanjut
Bila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria dilakukan ipaya
penanggulangan sebagai berikut :
a) MFS
b) Pengamatan vektor
c) Pemberantasan Vektor