Sunteți pe pagina 1din 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik
dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiapindividu membutuhkan jumlah
yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah dan istirahat yang
cukup, kemampuan untuk berkontraksi, membuat keputusan, dan berpatisipasi dalam
aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan intabilitas.
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan
penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur,
maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan
kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan suatu pendekatan individual berdasarkan pada
kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur
mereka. Intervensi keperawaatan dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur
jangka pendek dan jangka panjang.
Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan (Evans dan
French, 1995). Memperoleh kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatan
kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien
yang seringkali mengalami gangguan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang
mengalami masalah tidur karena penyakit atau hospitalisasi. Kadang-kadang, klien
mencari pelayanan kesehatan karena mereka mempunyai masalah tidur yang mungkin
telah hilang tanpa disadari untuk beberapa tahun. Klien yang sakit seringkali
membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat daripada klien yang sehat. Akan tetapi,
sifat alamiah dari penyakit yang mencegah klien u tuk mendapatkan istirahat dan tidur
yang cukup. Lingkungan institusi rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan
aktivitas petugas pelayanan kesehatan dpat menyebabkan sulit tidur.
1.2 TUJUAN
1. Mengidentifikasi konsep induksi tidur (istirahat dan tidur)
2. Mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan gangguan tidur

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP INDUKSI TIDUR (TIDUR DAN ISTIRAHAT)

A. PENGERTIAN INDUKSI TIDUR


Induksi tidur adalah suatu tindakan atau proses untuk menyebabkan tidur.

B. TIDUR DAN ISTIRAHAT


Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikan dengan aktivitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap atimulus eksternal hamper sepertiga dari waktu kita, kita
gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarakan pada keyakinan bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi
stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuaan dan konsentrasi saat
hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Ketika orang sedang beristirahat, biasanya mereka merasa relaks secara mental,
bebas dari kecemasan, dan tenang secara fisik. Istirahat tidak bererti tanpa aktivitas,
meskipun setiap orang sering berpikir tentang hal itu seperti duduk di kursi yang
nyaman atau berbaring di tempat tidur. Ketika orang sedang beristirahat mereka
berada pada keadaan aktivitas mental dan fisik yang meyegarkan mereka kembali,
bergairah kembali, dan siap untuk menyelesaikan aktivitas hari itu. Semua orang
memiliki kebiasaan mereka sendiri untuk memperoleh istirahat dan menemukan cara-
cara untuk menyesuaikan sebaik mungkin dengan lingkungan yang baru atau kondisi
yang mempengaruhi kemampuan beristirahat. Istirahat dapat diperoleh dengan
membaca buku, mempraktikan latihan relaksasi atau berjalan kaki yang jauh.
Perawat seringkali merawat klien yang tirai baring di berbagai tatanan pelayanan
kesehaatan. Pengobatan ini membuat klien terbaring di tempat tidur untuk
mengurangi tuntunan fisik dan psikologis erhadap tubuh. Orang seperti itu tidak
selalu merasa beristirahat. Mereka mungkin tetap merasa cemas secara emosi yang

2
mencegah relaksasi penuh. Sebagai contoh, perhatian terhadap katerbatasan fisik atau
takut tidak dapat kembali ke pola hidup mereka sebelumnya dapat menyebabkan stres
dan tidak mampu untuk relaks.
Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka
merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang
pulih ini menunjukan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya.
Pola istirahat dan tidur yang biasa dari orang yang masuk rumah sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau
rutinitas pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. Keluasan perubahan pola tidur dan
istirahat yang biasa tergantung pada status fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik
klien, seperti kebisingan ruangan dan pola kerja dari pemberi pelayanan. Perawat
harus selalu menyadari kebutuhan klien untuk istirahat. Kurang istirahat selama
periode yang lama menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang ada.
Perawat dapat membantu klien belajar mengenai pentingnya istirahat dan cara-cara
untuk meningkatkan istirahat pada saat di rumah atau dalam lingkungan pelayanan
kesehatan.

Menigkatkan Istirahat

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh istirahat yang


cukup. Dalam kesehatan komunitas dan rumah, perawat membantu klien
mengembangkan perilaku yang kondusif terhadap istirahat dan relaksasi. Hal ini
mencakup saran-saran perubahan lingkungan atau kebiasaan gaya hidup tertentu.
Sebagai contoh, perhatian yang tidak mencukupi terhadap kebutuhan tidur diantara
pekerja dewasa adalah masalah utama di dalam masyarakat kita. Jika dihadapkan
dengan konflik tuntutan yang sering dari pekerjaan dan keluarga, orang dewasa muda
tidak menaruh perhatian yang cukup pada kebutuhan istirahat mereka sendiri dan
menekan waktu yang dialokasikan untuk aktivitas relaksasi mereka sendiri. Orang
dewasa yang dihadapkan dengan situasi ini memerlukan bantuan dalam memeriksa

3
gaya hidup dan memprioritaskan kembali aktivitas sehingga mereka memperoleh
istirahat yang cukup.
Pada tatanan rumah, perawat seringkali merawat klien berpenyakit kronik yang
melemahkan. Rencana asuhan keperawatan termasuk meminta klien menyediakan
waktu sore hari untuk istirahat agar meningkatkan kesehatan yang optimal. Perawat
membantu menyesuaikan jadwal medikasi, menginstrusikan klien untuk berkemih
teratur sebelum istirahat dan menyarankan memutuskan saluran telepon sehingga
tidak mengganggu waktu istirahat. Pada tatanan pelayanan kesehatan perawat
meningkatkan istirahat dengan menggunakan tindakan untuk mengontrol gejala fisik
klien dan mengubah faktor yang membuat stres di lingkungan. Hal ini akan sulit
dilakukan di unit perawatan yang sibuk. Suara yang keras dan tidak dikenal,
kehilangan privasi, dan frekuensi prosedur terapeutik yang sering mempengaruhi
istirahat. Klien yang hospitalisasi untuk pemeriksaan diagnostik yang ekstensif
seringkali sulit beristirahat karena ketidakpastian tentang status kesehatan dan
prosedur yang melelahkan yang mereka alami di lingkungan tersebut. Perawat dapat
meningkatkan istirahat dengan memperbolehkan klien yang menentukan waktu dan
metode pemberian tindakan perawatan dasar. Pemberian informasi tujuan dan
rutinitas semua prosedur juga membantu meningkatkan istirahat. Pemberian kendali
klien terhadap pelayanan kesehatan mereka meminimalkan ketidakpastian dan
kecemasan. Kotak di bawah memuat daftar kondisi yang diperlukan untuk
meningkatkan istirahat yang cukup.

C. FISIOLOGI TIDUR

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode
yang lebih lama dari keteragaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi dan mengatur
fungsi fisiologis dan respons perilaku.

4
Kondisi untuk Istirahat yang Cukup

KENYAMANAN FISIK
1. Eliminasi sumber-sumber yang mengiritasi fisik.
2. Kontrol sumber nyeri.
3. Kontrol suhu ruangan.
4. Pertahankan kesejajaran anatomis yang tepat atau posisi yang sesuai.
5. Pindahkan distraksi lingkungan.
6. Sediakan ventilasi yang cukup.

BEBAS DARI KECEMASAN


1. Buat keputusan sendiri
2. Berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan pribadi.
3. Mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami masalah
dan implikasi kesehatan.
4. Praktikan aktivitas yang mengistirahatkan secara treratur.
5. Mengetahui bahwa lingkungan aman.

TIDUR YANG CUKUP


1. Memperoleh jumlah jam tidur yang dibutuhkan untuk merasa segar
kembali.
2. Ikuti kebiasaan higiene yang baik sebelum tidur

1. Irama Sirkadian

Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka yang
setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24-jam, siang malam yang
dikenal dengan irama diurnal atau sikardian (berasal dari bahasa latin : circa,
“tentang” dan dies, “hari”). Siklus menstruasi wanita adalah sebuah irama
infardian, siklus yang terjadi dalam siklus yang lebih lama dari 24 jam. Siklus
biologis berakhir kurang dari 24 jam disebut irama ultradian. irama sirkadian
mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan

5
prakiraan suhu tubuh, denyut jantung,tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan
sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam.

Irama sirkdian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh


cahaya dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan
rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus
tidur mereka. Beberapa orang dapat tertidur pada pukul 8 malam, sementara yang
lain tidur pada tengah malam atau dini hari. Orang yang berbeda juga berfungsi
terbaik pada waktu yang berbeda dalam satu hari. Horne dan Ostberg (1976)
menguraikan dua kelompok orang, jenis pagi dan malam. Orang pagi menyukai
pergi tidur dan bangun pagi, melakukan kegiatan pada pagi hari adalah paling
baik. Orang malam menyukai tidur dan bangun lambat, paling baik berfungsi pada
malam hari.

Rumah sakit atau fasilitas perawatan-lanjutan biasanya tidak


mengadaptasikan perawatan dengan pilihan untuk siklus tidur-bangun klien.
Rutinitas yang tipikal menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah klien
tertidur pada waktu biasanya. Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah secara
bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaiknya dalam
siklus tidur-bangun seperti tertidur pada siang hari (atau sebaiknya untuk orang
yang kerja pada malam hari) dapat menunjukan penyakit yang serius. Kecemasan,
kurang istirahat, mudah tersinggung dan gangguan penilaian adalah gejala umum
gangguan dalam siklus tidur.

Irama biologis tidur seringkali menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang
lain. Perubahan dalam suhu tubuh, sebagai contoh, berkorelasi dengan pola tidur.
Secara normal, suhu tubuh meningkat memuncak pada siang hari, menurun secara
bertahap, dan kemudian turun secara tajam setelah seseorang tertidur. Jika siklus
tidur-bangun menjadi terganggu (mis. Perputaran dinas kerja), fungsi fisiologis
lain dapat berubah juga. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengalami
penurunan nafsu makan dan kehilangan berat badan. Kegagalan untuk
mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara
berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan orang.

6
2. Pengaturan Tidur

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh


integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan
dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan danmuscular
(Robinson, 1993). Tiap rangkaian di identifikasi dengan respons fisik tertentu dan
pola aktivitas otak . peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur
aktivitaslistrik dalam korteks serebral, elektromigram (EMG) yang mengukur
tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata,
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua


mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak
tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme mnyebabkan
terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.

Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks
serebral (mis. proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar syncronizing region,BSR). Apakah
seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat yang lebih tinggi (mis. pikiran), reseptor sensori perifer (mis.
stimulus bunyi atau cahaya) dan sistem limbik (emosi).

Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
pada posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang,
maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil
alih, yang menyebabkan tidur.

7
3. Tahapan tidur

EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukan perbedaan tingkat


aktivitas yang berbeda dari otak, otot dan mata yang berhubungan dengan tahap
tidur yang berbeda (Sleep Research Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan
dua fase: pergerakan mata yang tidak cepat (tidur nonrapid eye movement, REM).
Selama NREM seorang yang tidur englami kemajuan melalui empat atahpan
selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Kualitas tidut dari tahap 1 sampai tahap
4 bertambah dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap 1 dan
2 seorang lebih mudah terbangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam,
disebut tidur gelombang rendah, dan seorang sulit terbangun. Tidur REM
merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit. Konsolidasi memori (Karni
dkk, 1994) dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini. Faktor yang berbeda
dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda. Perawat
memilih terapi yang membantu tidur atau berusaha mengeliminasi faktor yang
mengganggu.

4. Siklus tidur

Secara normal, ppada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang
bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga
30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung satu jam atau lebih.

Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur


penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur
REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM,
diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari tidur REM.
Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur.

Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan


memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama
akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju

8
ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi
untuk interval pendek antara NREM tingkat 2, 3, dan 4 sebelum masuk tahap
REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke
tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan tidur yang dangkal
cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung
bertahap (Closs 1988). Jumlah siklus tidur tergantung pada jumlah total waktu
yang klien gunakan untuk tidur.

Tahapan Siklus Tidur

TAHAP 1 : NREM
 Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur.
 Tahap berakhir beberapa menit.
 Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme.
 Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
 Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.
TAHAP 2 : NREM
 Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara.
 Kemajuan relaksasi.
 Untuk terbangun masih relatif mudah.
 Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
 Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.
TAHAP 3 : NREM
 Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam.
 Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
 Otot-otot dalam keadaan santai penuh
 Tanda-tanda vita menurun tetapi tetap teratur.
 Tahap berakhir 15 hingga 30 menit.
TAHAP 4 : NREM
 Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam.

9
 Sangat sulit untuk membnagunkan orang yang tidur.
 Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini.
 Tanda-tanda vital menurun secara bermakna sebanding selam jam terjaga.
 Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit.
 Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.
TIDUR REM
 Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
 Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.
 Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah.
 Terjadi tonus otot skelet penurunan.
 Peningkatan sekresi lambung.
 Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur.
 Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

D. FUNGSI TIDUR
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991). Tidur dipercaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988).
Menurut teori tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga
berikutnya. Selam tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal
pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau
lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik ang sempurna. Akan tetapi
selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah.
Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap jam.
Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin.
Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan

10
hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan
khusus seperti sel otak (Horne, 1983 ; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm,
1988). Akan tetapi, Horne (1983) juga berpendapat bahwa peran hormon
pertumbuhan yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas
dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam
amino. Penelitian lain menunjukan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk
pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak
terjadi selama istirahat dan tidur (Oswald, 1984). Tidur NREM menjadi sangat
penting khususnya pada anak-anak yang mengalami lebih banyak tidur tahap 4.

Tahap pratidur

NonREM NonREM NonREM NonREM


Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tidur REM

NonREM NonREM
Tahap 2 Tahap 3

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur.
Otot skeley berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan
energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolic basal lebih jauh
penyimpan persediaan energy tubuh (Anch dkk,1988).
Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM didihubungkan
dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi
yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.

11
Kegunaan tidur pada prilaku sering kali tidak diketahui sampai seseorang
mengalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM dapat
mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak ada hubungan sebab dan akibat
yang jelas keberadaannya antara kehilangan tidur dan disfungsi tubuh yang
spesifik(Webster dan Thompson, 1986). Akan tetapi, berbagai fungsi tubuh (mis,
penampilan motorik, memori, dan keseimbangan) dapat berubah ketika terjadi
kehilangan tidur yang memanjang. Beberapa kecelakaan industry akhir-akhir ini,
seperti tergelincir minyak Valdez di Alaska dan kecelakaan nuklir di Chernobyl,
dihubungkan dengan kesalahan manusia yang dikaitkan deprivasi tidur. Kecelakaan
jalan raya,rumah, dan yang berhubungan dengan pekerjaan karena jatuh tertidur telah
diperkirakan menghabiskan biaya milyaran dolar setiap tahun di Amerika Serikat.
Karena perhatian terhadap peningkatan insiden terhadap kecelakaan mobil, enam
negara bagian di Amerika Serikat telah mengimplementasi pedoman pengaturan hak-
hak istimewa mengemudi dari orang yang narkolepsi dan/atau apnea tidur, gangguan
yang menyebabkan mengantuk yang berlebihan dan mempengaruhi penampilan
pengemudi(Pakola, Dinges, dan Pack,1995).
1. MIMPI
meskipun mimpi terjadi selama tidur baik NREM maupun REM, mimpi dari
tidur REM lebih nyata dan rumit serta diyakini penting secara fungsional untuk
konsolidasi memori jangka panjang. Mimpi REM dapat berkembang dalam isi
sepanjang malam dari mimpi tentang kejadian terbaru sampai mimpi emosi masa
anak-anak atau masa lampau. Kepribadian mempengaruhi kualitas mimpi; sebagai
contoh, seseorang yang kreatif dapat memiliki mimpi yang kreatif, dan seseorang
yang depresi dapat bermimpi tidak berdaya.
Kebanyakan orang mimpi tentang masalah terbaru seperti argumentasi dengan
pasangan, rencana pernikahan,atau kecemasan terhadap pekerjaan. Kadang-
kadang seseorang tidak sadar ketakutan ditampilkan dalam mimpi buruk. Orang
yang lulus dari pendidikan di bidang psikologi akan mencoba menganalisis sifat
simbolik tidur. Sebagai contoh, sebuah apel menampilkan sebuah benda yang
dilarang atau seekor singa menyimbolkan kemarahan. Kemampuan untuk

12
menguraikan mimpi dan menginterpretasi maknanya dapat membantu mengatasi
perhatian atau ketakutan seseorang.
Teori lain menyatakan bahwa mimpi menghapus fantasi tertentu atau memori
yang nonesensial. Karena kebanyakan mimpi terlupakan, banyak orang
mempunyai ingatan mimpi yang sedikit dan tidak percaya mimpi sama sekali.
Untuk mengingat mimpi, seseorang harus secara sadar berpikir mimpi itu ketika
terjaga. Orang yang mengingat mimpi secara jelas biasanya terjaga segera setelah
periode tidur REM.

2. KEBUTUHAN DAN POLA TIDUR NORMAL


Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara
yang lain membutuhkan 10 jam.
a. NEONATUS
Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari.
Bayi yang lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga. Mata
terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar satu jam bayi baru lahir
menjadi diam dan kurang responsive terhadap stimulus internal dan eksternal.
Periode tidur terakhir beberapa menit dan 2 sampai 4 jam
setelahnya(Wong,1995). Kemudian bayi terbangun lagi dan seringkali
menjadi terlalu responsive terhadap stimulus. Stimulus lapar,nyeri,dingin, atau
yang sering kali menyebabkan tangisan. Pada minggu pertama, bayi baru lahir
tidur dengan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang
menstimulasi pusat otak tertinggi. Hal ini dianggap esensial bagi
perkembangan karena neonatus tidak terjaga cukup lama untuk stimulasi
eksternal yang bermakna.
b. BAYI
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur malam hari pada usia 3
bulan. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur rata-
rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Sekitar 30% dari waktu tidur
dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya terjadi di pagi hari, meskipun

13
tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama malam hari. Jika bangun selama
malam hari menjadi rutin, masalahnya pada diet karena lapar seringkali
membangunkan anak. Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode
yang lebih pendek, dengan lebih sering terbangun, daripada bayi yang minum
susu botol(Wong,1995). Bayi yang lebih besar tidur lebih lama daripada bayi
yang lebih kecil karena kapasitas lambungnya yang lebih besar. Seorang bayi
antara usia 1 bulan sampai 1 tahun tidur kira-kira14 jam perhari.
Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar,tidur aktif(REM)
membentuk proporsi tidur yang lebih besar. Sebaliknya pada bayi baru lahir
yang tidur dan bangun bergantian sepanjang periode 24 jam, setelah usia 3
bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari.

Keadaan Tidur Dan Terjaga Penuh Pada Bayi Baru Lahir

Keadaan Perilaku

Tidur aktif (AS-REM) Terdapat gerakan menghisap

Sentakan halus hampir selalu diikuti oleh


beberapa kali gerakan otot yang jelas

Terdapat mimik wajah yang berubah, tersenyum


dan tremor

Terdapat pergerakan ekstremitas dan peregangan


Tidur lelap (QS- tubuh
NREM)
Pergerakan mata fisik dan pernafasan yang tidak
teratur terjadi bersamaan

Tidur yang tidak dapat Pergerakan minimal


ditetapkan terjaga
Tonus otot meningkat dibandingkan tidur aktif

Pernafasan =25 kali/menit atau kurang

14
Kriteria jelas untuk AS ataupun QS tidak
ditemukan

Tonus otot terus menerus terjadi dengan aktifitas


yang jelas

Mata terbuka

Pernafasan lebih dari 45 kali/menit

Suara terdengar vokal

Pergerakan motorik kasar terus menerus terjadi

c. TODDLER
Pada usia 2 tahun, anak-anak tidur sepanjang malam dan tidur siang
setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat hilang pada
usia 3 tahun. Hal yang umum bagi toddler terbangun pada malam hari.
Presentase tidur REM berlanjut menurun. Selama periode ini toddler tidak
ingin tidur pada malam hari. Ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan
kebutuhan untuk otonomi, atau takut perpisahan. Toddler mempunyai
kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan keingintahuannya, yang
dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk menunda
waktu tidur.
d. PRASEKOLAH
Rata-rata tidur anak usia prasekolah sekitar 12 jam semalam(sekitar
20% adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak prasekolah jarang tidur siang
(Wong,1995). Kecuali pada kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak
usia prasekolah juga mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur,
terjaga pada malam hari, atau mimpi buruk.
e. ANAK USIA SEKOLAH
Jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual
dikarenakan status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia

15
sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur
malam rata-rata 11 sampai 12 jam; sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar
9 sampai 10 jam(Wong,1995). Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat
dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan aktivitas yang tenang.
Anak yang lebih tua seringkali menolak tidur karena ketidaksadaran terhadap
kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia sekolah akan menjadi lelah pada
hari berikutnya jika diizinkan untuk tinggal lebih lama dari biasanya. Anak
yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai suatu symbol
dominan dari anak yang lebih muda. Orang tua biasanya berhasil membuat
anak yang lebih tua untuk tidur dengan menggunakan pendekatan tegas dan
konsisten. Anak usia sekolah yang lebih tua diperbolehkan tidur lebih larut.
Tetapi hak istimewa ini tergantung pada anak untuk tidur segera tanpa
keluhan.
f. REMAJA
Remaja memperoleh sekitar 7½ jam untuk tidur setiap
malam(Carskadon,1990). Pada saat kebutuhan tidur yang actual meningkat,
remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi
waktu tidur. Tuntutan sekolah, kegiatan social setelah sekolah, dan pekerjaan
paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur. Harapan social yang
umum adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada praremaja.
Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai
kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan
praremaja. Karena tuntutan gaya hidup yang memperpendek waktu yang
tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja
seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari(Excessive Daytime
Sleepiness,EDS).
g. DEWASA MUDA
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 sampai 8½ jam,
tetapi hal ini bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang lebih
20% waktu tidur yang dihabiskan yaitu tidur REM, yang tetap konsisten
sepanjang hidup. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk

16
berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas yang mengisi hari-hari mereka. Akan
tetapi, adalah hal yang umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu
pola tidur yang umum. Stress pekerjaan, hubungan keluarga, dan aktivitas
social dapat mengarah pada insomnia(mis. Kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur) dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan
jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tdur dan
memperburuk masalah insomnia.
h. DEWASA TENGAH
Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan untuk tidur
malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu
penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia. Gangguan tidur
seringkali mulai didiagnosa di antara orang-orang pada rentang usia ini
bahkan ketika gejala dari gangguan yang telah ada untuk beberapa tahun.
Insomnia terutama lazim terjadi, mungkin disebabkan oleh perubahan dan
stress usia menengah. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh kecemasan,
depresi, atau penyakit fisik ringan tertentu. Wanita yang mengalami gejala
menopause dapat mengalami insomnia. Anggota kelompok usia ini dapat
tergantung pada obat tidur.
i. LANSIA
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi,
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode
tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada
tahap tidur NREM 3dan 4: beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4,
atau tidur yang dalam. Seseorang lansia yang terbangun lebih sering di malam
hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi, pada
lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis
dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan
dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda(Reynolds dkk,1993).
Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan tentang
kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara lansia, seringkali
akibat keberadaan penyakit kronik yang lain. Sebagai contoh, seorang lansia

17
yang mengalami artritis mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi.
Kecenderungan untuk tidur siang kelihatannya meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk
tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan
dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai
tidur turun sejam atau lebih.
Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan SSP yang
mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan,
dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan irama
sirkandian.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI TIDUR


Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor
tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis,dan
lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
1. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik( mis.
kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi,
dapatb menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu
mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tidur. Penyakit juga dapat
memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang aneh saat tangan atau lengan
diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
Penyakit pernafasan sering kali mempengaruhi tidur. Klien yang
berpenyakit paru kronik seperti emfisema dengan nafas pendek dan seringkali
tidak dapat tidur tanpa dua atau tiga bantal untuk meninggikan kepala mereka.
Seorang yang pilek mengalami kongesti nasal, drainase sinus, dan sakit
tenggorokan, yang mengganggu pernafasan dan kemampuan beristirahat.
Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikan dengan episode nyeri
dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur. Klien yang berpenyakit
ini sering kali mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan
selama tidur(mis.sering berpindah dari tahap 3 dan 4 ke tidur tahap 2 yang

18
dangkal) seperti perubahan yang bermakna dalam semua tahap tidur, sebagai
contoh, supresi tidur REM dan tahap 3 dan 4(Landis,1988).
Hipertensi seringkali menyebabkan terbangun pada pagi hari dan
kelemahan. Hipotiroidisme menurunkan tahap 4, sebaliknya hipertiroidisme
menyebabkan seseorang perlu waktu yang banyak untuk tidur.
Nokturia, atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan
sirkulasi tidur. Kondisi ini yang paling umum pada lansia dengan penurunan tonus
kandung kemih atau orang yang berpenyakit jantung,diabetes, uretritis, atau
penyakit prostat. Setelah seseorang berulang kaliterbangun untuk berkemih,
menyebakan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit.
Lansia seringkali mengalami “Sindrom kaki tak berdaya”, yang terjadi
pada saat sebelum tidur. Mereka mengalami berulang kali kambuh, gerakan
berirama pada kaki dan tungkai. Sensasi gatal sangat dirasakan di otot. Berkurang
hanya dengan menggerakkan kaki, yang mencegah relaksasi dan tidur
selanjutnya. Tergantung seberapa berat tidur terganggu, maka sindrom kaki yang
tak berdaya menjadi suatu kondisi yang relatif. Sebaliknya, orang yang
mengalami kram kaki pada malam hari bermasalah pada sirkulasi arteri.
2. Obat-obatan dan Substansi

Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas
menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia,
dan 281 mrnyebabkan kelelahan(Buysse,1991). Mengantuk dan deprivasi tidur
adalah efek samping mediksi yang umum (lihat kotak di atas). medikasi yang
diresepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah daripada keuntungan.
Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk
mengatasi stresor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat
untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari
beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein
alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging dapat membantu
orang tidur.

19
Obat-obatan dan pengaruh pada tidur
HIPNOTIK
1. Muengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam
2. Memberikan hanya peningkatan kualitas tidur sementara (1-minggu)
3. Seringkali menyebabkan “rasa mengambang” sepanjang siang hari
perasaan mengantuk yang berlebihan, bingung, penurunan energi.
4. Memperburuk apnea tidur pada lansia.
DIURETIK
1. Menyebabkan nokturia
ANTIDEPRESAN DAN STIMULAN
1. Menekan tidur REM
2. Menurunkan total waktu tidur
ALKOHOL
1. Mempercepat mulainya tidur
2. Mengganggu tidur REM
3. Membangunkan seseorang pada malam hari dan menyebabkan kesulitan
untuk kembali tidur.
KAFEIN
1. Mencegah seseorang tertidur.
2. Dapat menyebabkan seseorang terbangun di malam hari.
PENYEKAT-BETA
1. Menyebabkan mimpi buruk
2. Menyebabkan insomnia
3. Menyebabkan terbangun dari tidur
BENZODIAZEPIN
1. Meningkatkan waktu tidur
2. Meningkatkan kantuk d siang hari.
NARKOTIKA (MORFIN/DEMEROL)
1. Menekan tidur REM
2. Menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang hari.

20
3. Gaya hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang


bekerja bergantian berputar (mis. 2 minggu siang diikuti oleh 1 minngu malam)
seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam
internal tubuh di atur pukul 22, tetapi sebaiknya jadwal kerja memaksa untuk
tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4
jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan
aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan
penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu
kerja pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat
menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur
meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas sosial pada larut-
malam, dan perubahan waktu makan malam.

4. Pola tidur yang biasanya dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari
(EDS)

Pada abad lampau jumlah tidur yang diperoleh pada malam hari oleh
penduduk AS telah menurun lebih dari 20% (National Commission on Sleep
Disorder Research,1993), menunjukan bahwa banyak orang Amerika kehilangan
tidur dan mengalami mengantuk yang berlebihan pada siang hari. EDS seringkali
menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang
buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan, dan masalah
perilaku atau emosional. Perasaan mengantuk biasanya sering intens saat
terbangun dari, atau sesaat sebelum pergi, tidur dan sekitar 12 jam setelah periode
tengah tidur.

Mengantuk menjadi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu


individu harus atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur
sementara karena kegiatan sosial malam yang aktif atau jadwal kerja yang
memanjang memanjang biasanya akan merasa mengantuk pada hari berikutnya.

21
Akan tetapi, mereka dapat mengatasi perasaan ini meskipun mengalami kesulitan
melakukan tugas dan tetap perhatian. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius
daripada kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan perubahan serius
dalam kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. EDS cenderung menjadi
paling sulit diatasi selama tugas yang menetap. Sebagai contoh, kecelakaan
kendaraan tunggal yang berhubungan dengan jatuh tertidur pengemudi
dikendaraan paling sering terjadi diantara tengah malam dan pukul 4 yang
disebabkan mengantuk yaitu terjadi ketika orang terjaga selama waktu yang
merupakan periode normal tidur mereka (Mitler dkk,1998; Leger, 1994).

5. Stres Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.


Stres emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah frustasi apabila apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang
mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur atau
terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk. Seringkali klien lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada
stres emosional. Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan
kehilangan keamanan ekonomi merupakan contoh situasi yang mempredisposisi
lansia untuk cemas dan depresi. Lansia, dan juga seperti individu lain yang
mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk
jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga peningkatan
total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat (Bliwise,
1993).

6. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada


kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial
untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat t idur
mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras
daripada dirumah. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur

22
sendiri menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya, tidur tidur tanpa ketenangan atau
teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur.

Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk


membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster dan Thompson,
1986).suara lebih rendah sering membangunkan seorang dari tidur tahap 1,
sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4.
Beberapa orang membutuhkan ketenangan untuk tidur, sementara yang lain lebih
menyukai suara sebagai latar belakang seperti musik lembut atau televisi.

Dirumah sakit dan vasilitas rawat inap lainnya, suara menciptakan


masalah bagi klien, suara dirumah sakit biasanya baru atau asing. Sehingga klien
menjadi terbangun. Masalah ini adalah yang terbesar pada malam pertama
hospitalisasi, ketika kalien sering mengalami peningkatan total waktu terjaga,
peningkatan terjaga dan penurunan tidur REM dan total waktu tidur (Agnew
dkk,1966). Tingkat suara dirumah sakit dapat menjadi sangat keras. Percakapan
normal mengukur sekitar 50 desibel. Hilton (1987) menemukan bahwa alarm-
pengontrol intravena menciptakan 44 sampai 80 desibel, pembilasan toilet 44
sampai 76 desibel dan penyobekan tisu 41 sampai 81 desibel. Suara menjadi
berisik pada 35 sampai 40 desibel. Suara yang disebabkan orang (misal aktivitas
keperawatan) adalah sumber tingkat suara yang meningkat. Unit perawatan
intensif merupakan sumber untuk tingkat kebisingan yang tinggi. Kedekatan yang
rapat dari klien, suara dari klien yang bingung dan sakit, dan deringan sistem
alarm dan telepon, dan gangguan yang disebabkan oleh kegawatdaruratan
membuat lingkungan tidak menyenangkan. Strategi untuk mengontrol kebisingan
lingkungan atau menggunakan suara yang menyenangkan untuk menutupi suara
yang mengganggu telah diuraikan.

Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa


klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain, seperti anak-anak atau
lansia, menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga
mungkin bermasalah tidur karena suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau
terlalu dingin seringkali menyebabkan klien gelisah.

23
7. Latihan fisik dan kelelahan

Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh


tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau
latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur
membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang
meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan
dari kerja yang meletihkan atau penuh stres membuat sulit tidur. Hal ini dapat
menjadi masalah yang umum bagi anak sekolah dan remaja.

8. Asupan makanan dan kalori

Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan
yang baik adalah penting untu kesehatan yang tepat dan tisur (Hauri dan Linde,
1990). Makan besar, berat dan atau berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat dicerna yang mengganggu tidur. Kafein dan alkohol
yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia sehingga
mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi penting
yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan
insomnia. Pada bayi, terbangun pada malam hari dan menangis atau kolik dapat
disebabkan alergi susu yang membutuhkan penggunaan ASI ibu atau formula
bukan susu. Selain susu, makanan lain yang sering menyebabkan alergi penghasil
insomnia diantara anak-anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-
kacangan, cokelat, telur, ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning,
dan ragi (Hauri dan Linde, 1990). Perbaikan tidur yang normal memerlukan
waktu sampai 2 minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan masalah telah
dihilangkan dari diet.

Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur.


Ketika sesorang bertambah berat badannya, maka periode tidur akan menjadi
lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan
menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat

24
dihasikan dari diet semipuasa (semistarvation) yang popular di dalam kelompok
masyarakat yang sadar-berat badan.

F. GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut : insomnia; gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau
ketiga terjaga di tengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari
(Naylor dan Aldrich, 1994). Banyak orang dewasa di amerika serikat memiliki hutang
tidur yang signifikan karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas
tidur malamnya dan mengalami hipersomnolen di siang hari selama melaksanakan
aktivitas sehari-hari (National Commission on Sleep Disorders Research, 1993).
Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thropy, 1994).
(lihat kotak di bawah).

Klasifikasi gangguan tidur


DISOMNIA
Gangguan tidur intrinsiik
1. Insomnia psikofisiologis
2. Narkolepsi
3. Sindrom apnea tidur obstruktif
4. Gangguan gerakan ekstremitas periodik
Gangguan tidur ekstrinsik
1. Higiene tidur yang tidak adekuat
2. Sindrom tidur yang tidak adekuat
3. Gangguan tidur tergantung hipnotik
4. Gangguan tidur tergantung alkohol
Gangguan tidur irama sirkadian
1. Sindrom perubahan waktu tidur (jet lag)
2. Gangguan tidur karena jam kerja
3. Sindrom fase tidur tertunda
PARASOMNIA

25
Gangguan terjaga
1. Berjalan dalam tidur
2. Teror tidur
Gangguan transisi tidur bangun
1. Berbicara dalam tidur
2. Kram tungkai nokturnal
Parasomnia biasanya berkaitan dengan tidur REM
1. Mimpi buruk
2. Gangguan prilaku tidur REM
Parasomnia yang lain
1. Brukisme tidur (menggerakan gigi)
2. Enuresis tidur (ngompol)
3. Sindrom kematian bayi mendadak
GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
MEDIS/PSIKIATRIK
1. Gangguan alam perasaan
2. Gangguan kecemasan
Berhubungan dengan gangguan neorologis
1. Demensia
2. Parkinsonisme
Berhubungan dengan gangguan medis lainnya
Iskemia jantung nokturnal
1. Penyakit paru obstruktif menahun
GANGGUAN TIDUR YANG MASIH DI USULKAN
1. Gangguan tidur yang berhubungan dengan menstruasi
2. Sindrom terdesak sewaktu tidur

1. Disomnia

Disomnia (bagian 1 ) adalah gangguan primer yang berasal dari sistem


tubuh yang berbeda dan dibagi lagi menjadi tiga kelompok besar. Gangguan tidur

26
instrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan mempertahankan tidur, yaitu
berbagai bentuk insomnia dan gangguan rasa kantuk yang berlebihan seperti
narkolepsi dan apnea tidur obstruktif. Gangguan tidur enstrinsik terjadi akibat
beberapa faktor eksternal, yang jika dihilangkan menyebabkan hilangnya
gangguan tidur. Gangguan irama sikardian sewaktu tidur terjadi karena
ketidaksejajaran antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh individu atau
norma sosial. Parasomnia adalah prilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama
pada saat tidur: gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam
siklus tidur atau dari tidur ke terbangun. Banyak gangguan tidur medis dan
psikiatrik, neurologik, atau gangguan medis lainnya. Gangguan tidur yang masih
bersifat usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi
yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut.

Riwayat kesehatan sosial, keluarga dan tidur yang lengkap dan cermat
harus diperoleh untuk mendapatkan informasi rinci tentang keluhan tidur (Naylor
Aldrich, 1994). Kajian laboratorium tentang tidur seringkali digunakan untuk
mendiagnosa gangguan tidur, termasuk penggunaan polisomnogram (PSG) di
malam hari dan Multiple Sleep Latency (MSLT) (Carskadon, 1994). PSG
melibatkan penggunaan EEG,EMG dan EOG untuk memantau tahap tidur dan
bangun selama tidur malam. MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan
aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat individu
tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari. Episode REM
awitan tidur juga dicatat karena abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa
gangguan tidur.

2. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan
kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur singkat atau tidur
nonrestoratif (Zorick, 1994). Penderita insomnia mengeluhakan rasa kantuk yang
berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Namun
seringkali klien tidur lebih dari yang disadarinya. Insomnia dapat menandakan
adanya gangguan fisik atau psikologis.

27
Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stres situasional
seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan
orang yang dicinta. Insomnia dapat terjadi berulang tetapi diantara episode
tersebut klien dapat tidur dengan baik. Namun kasus insomnia temporer akibat
situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang
cukup, mungkin disebabkan oleh kekawatiran dan kecemasan yang terjadi untuk
mendapatkan tidur yang adekuat tersebut.

Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila


kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat cukup menyebabkan
keterjagaan. Disiang hari, seseorang dengan insomnia kronik dapat merasa
mengantuk, letih diapresi dan cemas.

Karena terdapat banyak penyebab insomia, penatalaksanaan melibatkan


beberapa pendekatan (Walsh, Hartman dan Kowall, 1994). Sangat penting untuk
menangani dengan tepat masalah-masalah emosional atau medis yang mungkin
menyebabkan masalah tidur ini. Terapi dapat juga bersifat simtomatik, termasuk
memperbaiki tindakan higiene tidur, umpan balik biologis, teknik kognitif dan
teknik relaksasi. Apabila insomnia akibat sekunder dari prilaku sehat yang tidak
tepat maka terapi diarahkan pada perubahan prilaku tersebut. Misalnya, pada
insomnia bergantung obat, klien tidak dapat tidur karena penggunaan obat
hipnotik yang berlebihan. Klien ini biasanya akan sangat terbantu dengan
menghentikan pemberian hipnotik tersebut secara bertahap.

3. Apnea tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran


udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur. Ada 3 jenis apnea tidur : apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang
mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif.

Bentuk yang paling namyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstruktif sleep
apnea OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok
rilleks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau

28
seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hiponea) atau berhenti
(apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). Individu masih berusaha untuk
bernafas karena gerakan dada dan abdomen terus terjadi, yang seringkali
menyebabkan bunyi dengkuran atau dengusan yang keras. Pada saat napas hilang
sebagian atau seluruhnya, setiap gerakan diafragma yang berhasil dilakukan
menjadi lebih kuat sampai obstruksi tersebut berkurang. Abnormalitas struktural
seperti deviasi sputum, polip hidung atau pembesaran tonsil dapat menyebabkan
klien mengalami apnea obstruktif. Upaya untuk bernafas selama tidur
menyebabkan seseorang terbangun dari tidur dalam ke siklus tidur tahap 2. Pada
kasus-kasus berat ratusa episode hipopnea/apnea dapat terjadi setiap jam sehingga
menyebabkan gangguan yang parah pada tidur dalam. Rasa kantuk yang
berlebihan di siang hari merupakan keluhan pertama penderita OSA. The National
Commission on Sleep Disorders Research (1993) memperkirakan bahwa 18 juta
orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA.

Apneaa obstruktif menyebabkan penurunan kadar oksigen arteri yang


serius (lihat bab 44). Klien beresiko mengalami disritmia jantung, gagal jantung
kanan, hipertensi pulmonal, serangan angina, stroke dan hipertensi. Pria usia
pertengahan biasanya dianggap lebih sering terkena, terutama jika mereka
obesitas. Namun, penemuan terbaru menunjukkan bahwa wanita pascamonopause
juga relatif sering mengalami apnea tidur obstruktif yang berkaitan erat dengan
hipertensi (Gislason et al,1993). Waktu tersering terjadinya kematian yang
tampak terjadi secara alami atau malah tidak dapat dijelaskan adalah antara pukul
4 dan 6. Beberapa peneliti meyakini bahwa apnea tidur merupakan penyebab dari
berbagai jenis kematian ini (Berman et al, 1990).

Apnea tidur sentral (central sleep apnea, CSA) melibatkan disfungsi pada
pusat pengendalian pernapasan di otak. Impuls untuk bernapas sementara terhenti,
dan aliran udara pada hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti. Saturasi
oksigen dalam darah menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yang mengalami
cedera batang otak, distrofi otot, dan ensefalitis dan juga pada orang yang
bernapas normal di siang hari. Kurang dari 10% apnea tidur berasal dari sentral.

29
Individu dengan CSA cenderung terbangun di waktu tidur dan oleh karena itu, ia
mengeluh insomnia dan EDS. Klien juga mengalami dengkuran yang ringan dan
intermiten.

Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam
yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang
berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan
menurunnya gairah seksual. Pengobatannya mencakup terapi untuk komplikasi
jantung dan pernapasan yang utama dan terapi untuk masalah emosional yang
muncul akibat gejala dari gangguan ini. Higiene tidur dan program penurunan BB
juga dapat membantu. Salah satu terapi yang paling efektif adalah penggunaan
alat penekan jalan napas positif yang kontinu di dalam hidung (continous
possitive airway pressure, CPAP) di malam hari. Klien yang menggunakan CPAP
harus memakai masker pada hidungnya. Udara ruangan dialirkan melalui masker
pada tekanan yang tinggi. Tekanan udara mencegah kolapsnya jalan napas. Alat
CPAP bersifat portabel dan efektif terutama untuk apnea obstruktif. Pada kasus-
kasus apnea tidur yang parah, tonsil, uvula atau bagian dari pallatum mole dapat
diangkat melalui pembedahan. Keberhasilan prosedur bedah sangat bervariasi.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun


dan tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan dengan
gangguan ini. Di siang hari seseorang dapat merasakan kantuk berlebihan yang
datang secra mendadak dan jatuh tertidur. Tidur REM dapat terjadi dalam 15
menit sewaktu tertidur. Katapleksi, atau kelemahan otot yang tiba-tiba disaat
emosi sedang kuat seperti marah, sedih, atau tertawa, dapat terjadi kapan sja di
siang hari. Apabila serangan kata-pleksi parah, klien dapat kehilangan kontrol otot
volunter dan jatuh ke lantai. Individu yang menderita narkolepsi dpat mengalami
mimpi hidup, yang terjadi pada saat orang tersebut tidur, mimpi yang sulit di
bedakan dengan realita (disebut halusinasi hipnogik). Paralisis tidur, atau
perasaan tidak mampu bergerak atau berbicara tepat sebelum terbangun atau

30
tertidur, merupakan gejala yang lain. Penelitian terahir menunjukkan adanya
hubungan genetik untuk narkolepsi (Mitler et al, 1990; Aldrich, 1992).

Masalah signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah


bahwa orang tersebut jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak
tepat. Serangan tidur dapat dengan mudah disalahartikan dengan kemalasan,
kurangnya minat terhadap aktivitas, atau mabuk kecuali jika gangguan ini
dipahami. Umumnya, gejala pertama mulai muncul pada remaja dan dapat
disalahartikan dengan EDS yang juga banyak terjadi pada remaja. Penderita
narkolepsi diobati dengan stimulan yang hanya dapat meningkatkan sebagian
kesiagaan dan menguragi serangan tidur, serta obat yang menekan katapleksi dan
gejala lain yang terkait dengan REM. Tidur siang singkat tidak lebih dari 20 menit
dapat m,embantu mengurangi perasaan mengnatuk yang subjektif. Faktor-faktor
yang meningkatkan rasa kantuk pada klien narkolepsi (mis., alkohol atau aktivitas
yang melelahkan ) harus dihindari.

5. Deprivasi tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai


akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit ( mis., demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stres emosional, obat-obatan , gangguan lingkungan (mis.,
asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan keanekaragaman waktu tidur
yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami
deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas. Gold et al
(1992) menemukan bahwa perawat yang bekerja dalam jam dinas yang dirotasi
melaporkan bahwa waktu tidurnya kurang dan secara signifikan cenderung
banyak melaporkan kecelakaan atau kesalahan dibandingkan dengan perawat
yang bekerja suatu hari langsung atau dinas malam.

Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien rentan


terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian (Wood, 1992). Deprivasi tidur
melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidakkonsistenan waktu

31
tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi
perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif.

Respons seseorang terhadap deprivasi tidur sangat bervariasi. Klien dapat


mengalami berbagai gejala fisiologis dan psikologis. Keparahan gejala sering
berhubungan dengan durasi deprivasi tidur. Terapi yang paling efektif untuk
deprivasi tidur adalah menghilangkan atau memperbaiki faktor-faktor yang
mengganggu pola tidur. Perawat dapat memainkan peranan penting dalam
mengidentifikasi masalah-masalah deprivasi tidur yang dapat diobati.

6. Parasomnia

Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-
anak daripada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant
death syndrome, SIDS) dihipotesis berkaitang dengan apnea, hipoksia, dan
aritmia jantung yang disebakan oleh abnormalitas dalam sistem saraf otonom
yang dimanifestasikan selama tidur (Gilis dan Flemons, 1994). Baru-baru ini, the
American Academy of Pediatrics menganjurkan agar bayi yang sehat ditempatkan
pada posisi miring atau terlentang di saat tidur karena adanya hubungan antara
posisi telungkup dengan terjadinya SIDS (Long dan Barron, 1992).

Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi somnambulisme


(berjalan dalm tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nokturnal (ngompol),
dan menggeretakkan gig( brukisme) (Mindell, 1993). Apabila orang dewasa
mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan gangguan yang lebih
serius. Terapi khusus untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam semua kasus
yang terpenting adalah mendukung klien dan mempertahankan
keamanannya.misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari
lingkungan disekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh
sangatlah besar. Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan
tidur tetapi membangunkan dengan lembut dan membimbingnya kemblai ke
tempat tidur.

32
Gejala Deprivasi Tidur
GEJALA FISIOLOGIS
 Ptosis, penglihatan kabur
 Kekakuan motorik halus
 Penurunan reflek
 Waktu respon melambat
 Rasionalisasi dan penilaian menurun
 Kewaspadaan pendengaran dan penglihatan menurun
 Aritmia jantung
GEJALA PSIKOLOGIS
 Bingung (konfusi) dan disorientasi
 Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
 Iritabel, menarik diri, apatis
 Rasa kantuk berlebihan
 Agitasi
 Hiperaktif
 Penurunan motivasi

33
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TIDUR
A. PENGKAJIAN
Untuk meningkatkan tidur nyenyak yang normal bagi klien, perawat mengkaji
pola tidur mereka dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan
informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tidur. Apabila klien menganggap
bahwa tidur sudah adekuat, maka riwayat keperawatan tersebut dapat dipersingkat.
Tidur adalah pengalaman subjektif. Hanya klien yang dapat melaporkan apakah
tidurnya cukup dan nyenyak atau tidak. Apabila klien merasa puas dengan kuantitas
dan kualitas tidur yang dialaminya, hal tersebut dpat dianggap normal. (Closs,1988).
Apabila klien mengaku, atau perawat mencurigai adanya masalah tidur, diperlukan
riwayat yang lebih rinci.
1. PENGKAJIAN TIDUR
Kebanyakan individu dapat memberi perkiraan yang akurat dan beralasan
tentang pola tidur mereka, terutama jika terjadi suatu perubahan. Salah satu
metode yang singkat an efektif untuk mengkaji kualitas tidur adalah dengan
menggunakan skala analog visual (Closs,1988). Perawat membuat sebuah garis
horizontal sepanjang kira-kira 10 cm. Tulis pernyataan-pernyataan yang
berlawanan seperti “ tidur malam terbaik” dan “tidur malam terburuk” pada setiap
ujung garis. Klien diminta untuk memberi tanda titik pada garis yang menandakan
persepsi mereka terhadap tidur malam. Jarak tanda tersebut dapat diukur dengan
milimeter dan diberi nilai angka untuk kepuasan terhadap tidur. Skala ini
diberikan berulang-ulang untuk menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu.
Pengkajian ditujukan pada pemahan karakteristik suatu masalah tidur dan
kebiasaan tidur klien yang biasa sehingga cara unutk meningkatkan tidur dapat
diintegrasikan ke dalam asuhan keperawatan. Misalnya, jika riwayat keperawatan
menunjukkan bahwa klien selalu membaca sebelum tidur maka akan sangat
masuk akal jika perawat menawarkan bahan bacaan menjelang tidur.
Sumber untuk Pengkajian tidur. Biasanya klien merupakan sumber
terbaik untuk menggambarkan masalah tidur dan sampai sejauh mana masalh
tersebut mengubah pola tidur dan bangun mereka yang biasa. Seringkali klien

34
mengetahui penyebab masalah tidur tersebut, seperti kebisingan lingkungan atau
kekhawatiran akan suatu hubungan.
Selain itu, pasangan tidur juga dapat memberi informasi tentang pola tidur
klien yang dapat mengungkapkan sifat gangguan tidur tertentu. Misalnya,
pasangan klien yang mengalami apnea tidur sering mengeluh bahwa tidur mereka
terganggu oleh dengkuran klien. Seringkali pasangan harus tidur di tempat tidur
atau ruang yang berbeda supaya mendapatkan tidur yang adekuat. Perawat harus
menanyakan pada pasangan tidur klien apakah klien pernah mengalami henti
napas ketika tidur dan seberapa sering serangan apnea terjadi. Beberapa pasangan
mengatakan bahwa mereka menjadi sangat ketakutan ketika klien tampak berhenti
bernapas selama beberapa periode di saat tidur.
Pada saat merawat anak-anak perawat perlu mencari informasi tentang
pola tidur dari orangtua karena biasanya mereka adalah sumber informasi yang
baik tentang mengapa anak mereka mengalami masalah tidur. Beberapa orang tua
mungkin tidak menyadari bahwa terdapat berbagai pola tidur bayi dan mungkin
perlu ditenangkan jika bayi merka tampaknya kurang tidur dibandingkan bayi
yang lain dan sebaliknya jika bayi merka sehat dan tumbuh dengan baik
(Parkinson, 1994). Rasa lapar, rasa hangat yang berlebihan, dan kecemasaan
akibat perpisahan adalah faktor-faktor yang dpat menyebabkan bayi sulit tertidur
atau sering terbangun di malam hari. Anak-anak yang lebih besar seringkali
mampu menghubungkan ketakutan atau kekhawatiran yang menghalangi
kemampuan mereka untuk tidur. Apabila anak sering terbangun di tengah-tengah
mimpi buruk orangtua dapat mengindetifikasi maslah tetapi mungkin tidak
memahami makna dari mimpi tersebut. Orang tua juga dapat menggambarkan
pola prilaku khas yang membantu atau mengganggu tidur. Misalnya, stimulasi
berlebihan dari bermain aktif atau mengunjungi teman kemungkinan dapat
mengganggu tidur. Pada maslah tidur kronik orang tua dapat menghubungkan
durasi masalh, perkembangannya, dan respon anak. Orang tua bayi mungkin perlu
mencatat prilaku bayi selama 24 jam disaat tidur dan terjaga selama beberapa hari
untuk menentukana apa yang trjadi menyebabkan maslah tidur. Pola makan dan
lingkungan tidur bayi juga perlu digambarkan karen dapat mempengaruhi tidur.

35
2. RIWAYAT TIDUR
Klien dapat melaporkan bahwa mereka dapat emnikmati tidur yang
adekuta. Pada situasi ini riwayat tidur dapat dipersingkat. Penentuan waktu tidur
yang biasa, ritual tidur normal, lingkungan yang disukai untuk tidur, dan pukul
berapa biasanya klien bangun, memberikan informasi kepada perawat untuk
merencanakan asuhan yang berhubungan dengan tidur. Saat mencurigai adanya
masalah tidur perawat mengkaji kualitas dan karakteristik tidur di kedalaman
yang luas.
Diskripsi masalah tidur. Pada saat klien mengakui dan perawat
mencurigai adnaya masalah tidur, riwayat keperawatan harus dibuat terperinci
agar asuahan yang terapeutik dapat diberikan. Pertanyaan terbuka dapat
membantu klien menggambarkana masalah tersebut dengan lengkap. Diskripsi
umu tentang maslaah yang diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terfokus biasanaya mengungkapkan karakteristik spesifik yang dapat digunakan
dalam merencanakan terapi.
Komponen Riwayat Tidur
1. Deskripsi masalah tidur klien
2. Pola tidur biasa
3. Perubahan pola tidur terakhir
4. Rutinitas menjelang tidur dan lingkungan tidur
5. Penggunaan oabt tidur dan obat-obatan yang telah diresepkan lainnya serta
obat-obatan bebas.
6. Pola asupan diet dan jumlah zat (mis., alkohol) yang mempengaruhi tidur
7. Gejala yang dialami selama terbangun
8. Penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan
9. Peristiwa dalam kehidupan yang terjadi saat ini
10. Status emosional dan mental saat ini

Untuk memulai, perawat perlu terlebih dahulu memahami sifat dari


amslah tidur, tanda dan gejlanaya, awitan dan durasinya, keparahannhya, dan

36
adanya faktor pencetus atau penyebab-penyebabnya, serta efek secara umum
kepada klien. Pertanyaan-pertanyaan pengkajian anatara lain mencakup :
1. Sifat dari masalah : Beritahu saya jenis maslah tidur apa yang Anda alami.
Beritahu saya mengapa Anda beranggapan bahwa tidur anda tidak adekuat.
Jelaskan pada saya tentang karakteristik tidur malam anda. Seberapa jauh
perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu ?
2. Tanda dan gejala : apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur,
atau untuk bangun ? pernahkah anda diberitahu bahwa anda mendengkur
denagn keras ? apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun ? apakah
anak anda terbangun karena mimpi buruk ?
3. Awitan dan durasi : kapan pertama kali anda menyadari maslah ini ? sudah
berapa lama maslah ini terjadi ?
4. Keparahan : berapa lama waktu yang anda buthkan untuk tertidur ? Seberapa
sering dalam seminggu anda mengalami kesulitan utnuk tidur ? Beritahu say
berapa jam tidur malam yang anda lakukan minggu ini; bandingkan dengan
tidur malam anda yang biasa. Apa yang anda lakukan saat terbangun di malam
hari atau terbangun terlalu dini di pagi hari ?
5. Faktor pencetus : beritahu saya apa yang and a lakuakn saat sebelum tidur.
Apakah baru-baru ini anda mengalami perubahan di tempat kerja atau di
rumah ? bagaimana alam perasaan anda dan apakah anda menyadari adanya
perubahan baru-baru ini ? obat apa atau obat rekreasional (obat yang kadang
di konsumsi untuk kesenangan ). Apa yang anda gunakan secara teratur ?
apakah anda minum obat dari resep yang baru atau yang bebas ? sudah berapa
lama anda menggunakan obat tersebut ? apakah anda memakan makanan
(mis., makanan pedas atau berminyak) atau zat minuman (mis., minuman
beralkohol atau berkafein yang dpat mengganggu tidur anda). Apkah annda
menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda ?
6. Efek pada klien : bagaimanan pengaruh kurang tidur ini pada anda ? (tanyakan
pada pasangan atau teman : apakah anada merasa aada perubahan pada prilaku
klien sejak massalah tidur ini terjadi?) apakah anda merasa kantulk yang
berlebihan, sensitif, atau kesulitan berkonsentrasi selama terjaga. Apakah anda

37
merasa kesulitan untuk tetap terjaga atau pernahkah anda tertidur di saat yang
tidask tepat, mis., ketika mengemudi, duduk tenang di sebuah pertemuan, atau
menonton TV.

Pertanyaan yang tepat membantu perawat menentukan jenis gangguan


tidur dan sifast masalah.

Selain tentang riwayat tidur, klien dan pasangan tidur diminta untuk tetap
mencatat aktivitas tidur-bangun selama 1-2 mingggu (Douglas, Carskadon, dan
Houser, 1990). Catatan tiudr- bangun tersebut harus diisi dengan lengkap untuk
memberi informasi tentang variasi pola tidur dari hari ke hari dalam waktu yang
lama. Data dalam catatan tersebut mencakup informasi 24 jam tentang berbagai
perilaku bangun dan tidur sperti aktivitas fisik, waktu makan, jenis dan jumlah
asupan (alkohol dan kafein), waktu dan lamanya tidur siang, rutinitas di malam
hari dan menjelang tidur, waktu klien berusaha unutk tidur, terbangun di malam
hari, dan waktu terbangun di malam hari. Pasanagan dapat membantu mencacat
perkiraan waktu klien tertidur atau terbangun. Karena pencatatnan ini sangat
bermanfaat, klien harus termotivasi utnuk berpartisipasi dalam pencatatan
tersebut. Biasanya catatan tersebut tidak di gunakan un utk klien yang menderita
penyakit akut yang hanya di rawat sebentar di rumah skit.

Pola tidur biasa. Tidur normal sulit untuk didefinisikan karena snagat
bervariasi dalma hal kuantitas dan kualitas yang dirasa adekuat pada setiap orang.
Namun, meminta klien menjelaskan pola tidur mereka yang Biasa merupakan hal
yang sangat penting,karena berguna untuk mennentukan signifikansi perubahan
yang ditimbulkan oleh gangguan tidur. Mengetahui pola tidur klien yang biasa
dan disukai memungkinkan perawat untuk mencoba menyesuaikan kondisi tidur
dilingkungan layanan kesehatan dengan konsdisi tidur di rumah. Untuk
menentukan pola tidur klien perawat mengajukan pertanyaan-pertnyaan berikut :

1. Pukul berapa biasanya anda naik ke tempat tidur setiap malam?


2. Pukul berapa biasanya anda tertidur ? apakah anda melakukan sesuatu yang
khusus untuk membantu anda tertidur?

38
3. Berapa kali anda terbangun dimalam hari? Mengapa anda beranggapan bahwa
anda terbangun? Apa yang anda lakukan terhadap hal yang membuat anda
bangun tersebut?
4. Pukul berapa biasanya anda terbangun di pagi hari ?
5. Berapa jam rata-rata anda tertidur di setiap malam?

Tabel Pertanyaan yang diajukan untuk mengkaji gangguan tidur


42-2
PERTANYAAN PENGKAJIAN
INSOMNIA
Seberapa mudah anda tertidur ?
Apakah anda tertidur dan mengalami kesulitan untuk tetap tertidur ? berapa kali
anda terbangun ?
Apakah anda terbangun lebih awal ?
Apa yang anda lakukan untuk mempersiapkan tidur ? untuk memperbaiki tidur
anda ?
Apa yang anda pikirkan pada saat anda berusaha untuk tidur ?
Seberapa sering anda mengalami kesulitan tidur ?

APNEA TIDUR
Apakah anda mendengkur dengan keras ?
Pernahkah seseorang memberitahu bahwa anda sering berhenti bernapas sejenak
ketika tidur ? (pasangan atau teman tidur/ rekan sekamar dapat melaporkan hal
ini)
Apakah anda mengalami sakit kepala setelah bangun ?
Apakah anda mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari ?

NARKOLEPSI
Apakah anda kelelahan di siang hari ?
Apakah anda tertidur di saat yang tidak tepat ? ( teman / kerabat dapat
melaporkan hal ini)

39
Apakah anda mengalami episode kehilangan kontrol otot atau terjatuh ke lantai ?
Pernahkah anda merasa tidak mampu untuk bergerak atau berbicara sesaat
sebelum tidur ?
Apakah anda pernah mengalami mimpi hidup pada saat akan tidur atau terjaga ?

Perawat membandingkan data-data tersebut dengan pola predominan yang


biasa ditemukan pada klien lain dengan usia yang sama. Berdasarkan
perbandingan ini, perawat mulai mengkaji adanya pola yang dapat diidentifikasi
seperti insomnia.
Kilen yang memiliki masalah tidur dapat menunjukan pola yang sangat
berbeda dengan yang biasa,atau perubahan relatif kecil. Klien yang dirawat di
rumah sakit biasanya memerlukan atau ingin lebih banyak tidur sebagai akibat
penyakit. Namun,beberapa klien mungkin membutuhkan tidur yang lebih sedikit
karena mereka kurang aktif. Klien yang sakit dapat beranggapan bahwa penting
bagi mereka untuk mencoba tidur lebih banyak dari biasanya,tetapi akhirnya
malah membuat tidur itu sulit dilakukan. The St. Mary’s Hospital Sleep
Questionaire (kuesioner rumah sakit St. Mary tentang tidur) merupakan
instrumen singkat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tidur klien di
lingkungan perawatan esehatan (Gbr.42-5).(Leigh et al,1988). Kuesioner ini
mudah dinilai dan memberikan informasi tentang proses dan kecepatan tidur serta
persepsi terhadap kualitas tidur.
Penyakit fisik. Perawat menentukan apakah klien menderita masalah
kesehatan yang sudah ada sebelumnya,yang mungkin saja dapat mengganggu
tidur. Riwayat masalah psikiatri juga dapat menimbulkan perbedaan . klien
depresi seringkali mengalami jumlah tidur yang tidak adekuat ,yang terputus-
putus. Penyakit kronik seperti penyakit paru obstruksi menahun dan gangguan
nyeri seperti artritis juga mengganggu tidur anak-anak yang mengalami
hiperaktifvitas yang kurang mendapat perhatian dapat mengalami kesulitan untuk
mendapatkan tidur malam yang adekuat. Perawat juga mengkaji riwayat medis
klien ,termasuk deskripsi penggunaan obat-obatan bebas dan obat-obatan yang
diresepkan. Apabila klien meminum obat untuk membantu tidur,perawat

40
mengumpulkan informasi tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan. Perwat
juga dapat mengkaji asupan kafein sehari-hari.
Jika klien baru saja mengalami pembedahan perawat dapat
memperkirakan bahwa klien akan mengalami gangguan tidur. Efek tidur
bergantung pada keparahan nyeri yang dialami setelah pembedahan (Closs,1992).
Klien dapat sering terbangun selama malam pertama setelah pembedahan dan
hanya mendapat sedikit tidur dalam atau tidur REM. Bergantung pada jenis
pembedahan,mungkin diperlukan waktu beberapa hari sampai siklus tidur
kembali normal.
Peristiwa hidup yang baru terjadi. Perawat mempelajari apakah klien
mengalami suatu perubahan gaya hidup yang menggangu tidur. Pekerjaan
seseorang yang dapat memberikan petunjuk tentang sifat masalah tidur.
Perubahan tanggung jawab pekerjaan,rotasi jam dinas,atau kerja dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan gangguan tidur. Pertanyaan tentang aktivitas
sosial,tamasya terakhir,atau jadwal waktu makan membantu mengklarifikasi
pengkajian tidur.
Status ekonomidan mental. Apabila klien merasa cemas,sensitif,atau
marah yang menarik perhatian mental dapat mengganggu tidur secara serius.
Klien dapat mengalami stres emosional yang berhubungan dengan penyakit atau
krisis situasional seperti kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai. Oleh
karena itu emosi klien dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien
dengan gangguan psikiatri dapat memerlukan obat penenang ringan untuk
istirahat yang adekuat. Perawat mengkaji efektivitas medikasi dan efeknya pada
fungsi di siang hari.
Rutinitas menjelang tidur. Perawat menanyakan tentang apa yang klien
lakukan untuk bersiap-siap tidur. Misalnya,klien meminum segelas
susu,mengkonsumsi pil tidur,memakan makanan ringan atau menonton televisi .
perawat mengkaji kebiasaan yang menguntungkan dibandingkan dengan
kebiasaan yang mengganggu tidur.tidak semua klien sama. Menonton televisi
dapat meningkatkan tidur seseorang,sedangkan bagi orang lain hal tersebut dapat
menstimulasi untuk tetap terjaga. Terkadang mengatakan bahwa kebiasaan

41
tertentu mengganggu tidur dapat membantu klien menemukan cara-cara untuk
mengubah atau menghilangkan kebiasaan yang mengganggu tidur.
Perawat harus memberi perahatian khusus pada perhatian khusus pada
ritual tidur seorang anak. Orang tua dapat melaporkan apakah hal tersebut
diperlukan,misalnya,membacakan cerita menjelang tidur,menimang anak sampai
tidur,atau melakukan permainan yang sangat santai.
Lingkungan tidur. Perawat meminta klien untuk menjelaskan kondisi
kamar tidur yang diinginkan. Kamar tidur dapat gelap atau trang dan pintu kamar
dapat dibuka atau di tutup. Klien dapat mendengarkan radio atau menonton
televisi ,atau memilih lingkungan yang tenang karena lingkungan yang bising
dapat mencegah klien untuk tertidur. Perawat juga mengobservasi tempat tidur
dan matras yang di sukai (mis empuk ). Selain itu,seorang anak mungkin perlu
ditemani orang tua agar bisa tidur. Perawat mempelajari bahwa perubahan-
perubahan di lingkungan rumah atau institusi mungkin diperlukan untuk
meningkatkan tidur. Di lingkungan pelayanan kesehatan mungkin terdapat
distraksi lingkungan yang dapat mengganggu tidur seperti televisi
dikamar,monitor elektronik di koridor,pos pesawat berisik,atau klien lain yang
menangis pada malam hari. Perawat mengidentifikasi faktor-faktor yangdapat
dikurangi atau dikendalikan.
Perilaku deprivasi tidur. Beberapa klien mungkin tidak menyadari
bagaimana masalah tidur mempengaruhi perilaku mereka . perawat mengobsevasi
perilaku seperti mudah marah (iritabilitas),disorientasi (serupa prilaku
mabuk),dan bicara tidak jelas . apabila deprivasi tidak berlangsung lama,dapat
terjadi perilaku psikotik seperti delusi dan paranoia. Misalnya,klien dapat
melaporkan melihat benda-benda aneh atau warna-warna di dalam ruangan. Klien
dapat bersikap ketakutan pada saat perawat memasuki ruangan.
Klien yang dirawat di unit perawatan intensif untuk waktu yang lama
dapat menunjukan “sindrom UPI” dari deprivasi tidur (Kido,1992). Stimulus
lingkungan yang konstan di UPI ,seperti suara-suara aneh dari
peralatan,pemantauan yang sering dan asuhan yang diberikan oleh perawat,dan
cahaya-cahaya yang selalu ada,dapat membingungkan klien. Segera sesudah

42
itu,klien tidak dapat membedakan siang dan malam. Stimulus lingkungan yang
berulang dan status fisik klien yang buruk dapat menyebabkan deprivasi tidur
(Ricchards dan Barnsfather,1988).

THE SMH SLEEP QUESTIONNAIRE


This questionnaire refers to your sleep over the past 24 hours. Please try to answer
every question.
Name :
Today’s date :
Age : Yrs.
Sex :male/female (delete whichever inapplicable).
At what time did you :
1. Settle down for the night ? ..... Hrs.....Mins
2. Faal asleep last night ? ..... Hrs.....Mins
3. Finally wakethis morning? ..... Hrs.....Mins
4. Get up this morning ? ..... Hrs.....Mins
5. Was your sleep tick below )
1. Very light ........
2. Light ......
3. Fairly light ....
4. Light average ....
5. Deep average ....
6. Fairly deep .....
7. Deep ....
8. Very deep .....
6. How many times did you wake up ? (tick below )
0. Not at all .....
1. Once ...
2. Twice...
3. Three time ..
4. Four time ....

43
5. Five time ....
6. Six time ..
7. More than sixtime ...
How much sleep did you have :
7.Last night ? ..... Hrs.....Mins
8. during the day ,yesterday? ..... Hrs.....Mins
9. how well did you sleep last night ? (tick below)
1. very badly...
2. badly ....
3. fairly badly ....
4. fairly well ...
5. well ...
6. very well ....
If not well,what was the trouble ?(e,g,restless,etc)
1.....................................................................
2. ...................................................................
3. ...................................................................
10. how clear headed did you fell after getting up this morning ? (tick bellow )
1.still very drowsy indeed .................
2. still moderately drowsy .................
3. still slightly unsatisfied ...................
4.. fairly satisfied ..........................
5. alert ...............
6. very alert ........
11. how statified were you with last night’s sleep ?(tick below )
1. very unsatisfied ....
2. moderately unsatisfied .....
3. slightly unsatistied .....
4. fairly satisfied ......
5. complete statisfied ....
12. were you trouble by waking early and being unable to get to sleep again ? (tick

44
below )
1. no ...
2. yes ...
13. how much difficulty did you have in getting to sleep last night ? (ick below )
1. none or very littel ....
2. some ....
3. a lot ....
4. extreme dificulty ....
14. how long did it take you to fall asleep last night ?
..... Hrs.....Mins

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengkajian mengungkapkan sekumpulan data yang mencangkup karakteristik
penentu pada masalah tidur ( Cohen dan Merritt,1992). Apabila gangguan pola tidur
diidentifikasi,perawat menjelaskan tentang kondisinya yang spesifik(lihat kotak
diagnosa keperawatan di atas). Dengan menjelaskan sifat dari gangguan tidur
,perawat dapat merancang intervensi yang lebih efektif. Misalnya,perawat
menggunakan terapi yang spesifik untuk membantu klien yang tidak dapat tertidur
dan klien yang mengalami apnea tidur. Kotak proses diagnosa di kanan menunjukan
tentang bagaimana mengidentifikasi karakterisktik penentu dapat memastikan
diagnosa keperawatan yang akurat.
Pengkajian juga harus mengidentifikasi kemungkinan penyebab gangguan
tidur,seperti lingkungan yang bising,asupan tinggi minuman berkafein dimalam
hari,atau stres yang melibatkan hubungan perkawinan. Penyebab-penyebab ini
menjadi fokus intervensi untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah tersebut.
Misalnya, jika klien mengalami insomnia akibat lingkungan layanan kesehatan yang
bising ,perawat dapat menawarkan beberapa rekomendasi dasar atau untuk membantu
tidur seperti mengendalikan kebisingan peralatan rumah sakit,mengurangi gangguan
atau menjaga agar pintu tetap tertutup. Apabila insomnia berkaitan dengan

45
kekhawatiran tentang perpisaahan pernikahan,tindakan perawat melibatkan
pengenalan strategi koping dan kreasi lingkungan untuk tidur. Apabila kemungkinan
penyebab atau faktor-faktor terkait tidak didefinisikan dengan benar,klien tidak dapat
merasakan manfaat dari asuhan.
Masalah tidur daat mempengaruhi klien dengan cara lain. Misalnya,perawat dapat
menemukan bahwa klien dengan apnea tidur memiliki masalah dengan pasangan
yang kelelahan dan frustasi karena dengkuran klien. Selain itu, pasangan
mengkhawatirkan bahwa klien tidak bernafas dengan semestinya dan dengan
demikian klien berada dalam bahaya. Diagnosa keperawatan dari koping keluarga
dalam bahaya. Diagnosa keperawatan dari koping keluarga yang tidak efektif
mengidentifikasi bahwa perawat harus memberi dukungan pada klien dan pasagan
sehingga mereka dapat memahami tentang apnea tidur dan mendapatkan pengobatan
medis yang diperlukan.

Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk gangguan tidur

Gangguan pola tidur (sulit tidur ) yang berhubungan dengan :


 Kebisingann lingkungan
 Nyeri artritis
Gangguan pola tidur ( sering bangun ) yang berhubungan dengan :
 Kekhawatiran kehilangan pekerjaan
 Ketergantungan terhadap obat-obatan barbiturat
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
 Serangan berjalan dalm tidur
Koping keluarga tidak efektif : ketidak mampuan yang berhubungan dengan :
 pemahaman pasangan tentang narkolepsi
Gangguan harga diri yang berhubungan dengan :
 Terjadinya mengompol.
Gangguan pertukaran gas selama tidur yang berhubungan dengan :
 Perubahan suplai oksigen
Pola napas tidak efektf berhubungan dengan :

46
 Obstruksi trakeobronkial

Contoh proses diagnostik keperawatan untuk gangguan tidur


AKTIVITAS BATASAN DIAGNOSA
PENGKAJIAN KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
1. Minta klien 1. Klien melaporkan 1. Gangguan pola
menjelaskan adanya kesulitan tidur,kesulitan
sifat dari tertidur,memerlukan tertidur dan /tetap
masalah tidur. wakt sampai lebih tertidur yang
dari satu jam. berhubungan
dengan
2. Klien melaporkan kekhawatiran akan
terbangun dua kehilangan
sampai tiga kali pekerjaan.
setiap
malam,disertai
kesulitan untuk
kembali tidur.

2. Observasi 3. Klien mengaku


perilaku klien tidak merasa
dan tanyakan beristirahat dengan
pada pasangan baik.
tidur apakah
telah terjadi
perubahan
perilaku.

3. Tentukan 4. Pasangan
apakah klien melaporkan bahwa

47
baru saja klien baru saja
mengalami kehilangan
perubahan gaya pekerjaan ; memiliki
hidup. kekhawatiran untuk
mencari posisi baru.

4. Minta klien dan 5. Klien melaporkan 2. Koping keluarga


pasangan rasa kantuk tidak efektif
menjelaskan berlebihan di siang ketidakmampuan
sifat dari hari disertai sakit yang berhubungan
masalah tidur. kepala dipagi hari. dengan pemahaman
6. Pasangan klien dan pasangan
melaporkan bahwa yang buruk tentang
klien mendengkur apnea tidur.
dengan keras dan
sering tampak
berhenti bernapas
selama beberapa
detik.

5. Tanyakan pada 7. Klien mengaku


klien dan mengalami
pasangan penurunan gairah
tentang apakah seksual mengatakan
masalah tidur bahwa pasangan
tersebut tidak mengerti
mempengaruhi
hubungan 8. Pasangan
mereka. melaporkan bahwa
klien ttidak mau

48
membicarakan
tentang masalah
tersebut ataupun
mencari bantuan.

6. Buat catatan 9. Catatan tersebut


tIdur-bangun menunujukan bahwa
selama klien sering
seminggu. terbangun dari tidur
,pasangan pindah ke
kamar tidur lain
pada hari keempat
karena dengkuran
klien keras.

C. PERENCANAAN
Setelah mengidentifikasi setiap diagnosa keperawatan,perawat membuat
rencana asuhan (lihat rencana asuhan pada hlm.1490). rencana asuhan individual
hanyadapat dibuat setelah perawat memahami pola tidur klien yang terakhir
(berdasarkan data objektif),persepsi klien tentang pola tidur tersebut,dan faktor-faktor
yang mengganggu tidur.perawat dan klien bersama-sama membuat intervensi yang
realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur baik di rumah maupun di lingkungan
pelayanan kesehatan. Pasangan tidur klien juga dapat memberikan saran yang
bermanfaat.
Penting bagi rencana asuhan untuk memasukkan strategi-stategi yang tepat
untuk lingkungan dan gaya hidup klien. Rencana yang efektif mencakup hasil yang
akan dicapai dalam waktu yangrealistik yang berfokus pada tujuan perbaikan kualitas
tidur di rumah. Jenis perencanaan ini memerlukan waktu beberapa minggu untuk

49
selesai. Perawat bermitra erat dengan klien dan orang dekat laiinya untuk memastikan
bahwa terapi seperti perubahan jadwal tidur atau perubahan lingkungan
kamartidur,merupakan hal yang realistik dan dapat dicapai.
Di lingkungan layana kesehatan perawat merencanakan tindakan atau rutinitas
sedemikian rupa agar klien dapat beristirahat. Misalnya, di unit perawatan
intensif,perawat memeriksa monitor elektronik yang ada untuk mengikuti
kecendrungan tanda-tanda vital tanpa membangunkan klien setiap jam. Anggota staf
yang lain harus diberitahukan tentang rencana asuhan tersebut sehingga mereka dapat
mengumpulkan aktivitas-aktivitas pada waktu-waktuu tertentu untuk mengurangi
membangunkan klien. Di rumah perawatan fokus dari perencanaanperiode istirahat
yang lebih baik di antara aktivitas-aktivitas residen lain. Seringkali jadwal satu teman
sekamar tidak bertepatan dengan jadwal yang lain.
Sifat dari gangguan tidur menentukan apakah rujukan ke pemberian layanan
kesehatan tambahan perlu dilakukan atau tidak. Misalnya, jika pola tidur
berhubungan dengan krisis situasional atau masalah emosional,perawat dapat
merujuk klien ke perawat spesialis klinis psikiatrik,atau psikologis klinis untuk
konseling. Apabila yang menjadi masalah adalah insomnia kronik,rujukan medis atau
rujukan ke pusat tidur dapat dilakukan. Apabila perawat bekerja di tempat pasien dan
klien menerima rujukan untuk mendapat asuhan lanjutan setelah
pemulangan,menawarkan informasi tentang masalah tidur akan bermanfaat bagi
perawat kesehatan di rumah.
Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai
dengan gaya hidupklien dan sifat dari gagguan tidur. Tujuan dari rencana asuhan
keperawatan bagi klien yang memerlukan tidur atau istirahat adalah sebagai berikut :
1. Klien mendapatkan perasaan segar setelah tidur.
2. Klien mendapat pola tidur yang sehat.
3. Klien memahami faktor-faktor yang meningkatkan atau mengganggu tidur.
4. Klien melakukan perilaku perawatan diri untuk menghilangkan faktor-faktor yang
menyebabkan ganggguan tidur.

50
Contoh rencana asuhan keperawatan untuk gangguan pola tidur

Diagnose keperawatan : gangguan pola tidur (sulit tertidur) yang berhubungan dengan
khawatir akan kehilangan pekerjaan.
Definisi : gangguan pola tidur adalah gangguan waktu tidur yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau memperngaruhi hasrat gaya hidup.
Tujuan Hasil yang Intervensi Rasional
diharapkan
Klien melaporkan Klien tertidur dalam Anjurkan klien agar Kafein dan alcohol
bahwa pola tidur 30 menit setelah kafein dan alcohol mengganggu siklus
yang biasa telah naik ke tempat tidur dihilangkan dari tidur.
terbentuk kembali diet klien di malam
dalam 1 bulan hari.
Minta klien Susu mengandung
mengikuti ritual L-triptofan, asam
tidur ,naik ke amino alami yang
tempat tidur pada merangsang tidur
jam yang sama
setiap malam,
Klien menggunakan meminum segelas
terapi relaksasi susu. Efek dari relaksasi
setiap malam memerlukan
sebelum tidur. Tentukan waktu penelitian lebih
sebelum klien pergi lanjut. Klien
tidur untuk latihan insomnia dapat
relaksasi yang mengalami
tenang, mandi atau peningkatan tonus
latihan relaksasi simpatik dan
progresif. relaksasi dapat
membantu
Klien melaporkan menguranginya.

51
perasaan segar
disaat terbangun Suara yang keras
dipagi hari Kendalikan dapat mengganggu
sumber-sumber mempengaruhi
kebisingan istirahat.
dilingkungan dan
pastikan bahwa
kamar tidur sudah
digelapkan dan
memiliki ventilasi
yang baik.

Prinsip gerontologis untuk meningkatkan tidur

Pola tidur-bangun
1. Pertahankan waktu bangun tidur yang teratur
2. Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dari
jadwal
3. Apabila melakukan tidur siang, batasi sampai 20 menit atau kurang dari dua
kali sehari.
4. Hindari tidur yang ekstrem, yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan di
akhir pekan
5. Pergi tidur disaat mengantuk
6. Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur
7. Jika tidak tidur dalam 15-30 menit turun dari tempat tidur
Lingkungan
1. Tidurlah ditempat anda paling baik dapat tertidur
2. Jaga agar kebisingan tetap minimum, jika perlu gunakan music yang lembut
untuk menyamarkan bising
3. Gunakan lampu tidur dan jaga agar jalur ke kamar mandi bebas dari
hambatan

52
4. Atur temperature kamar sesuai keinginan, gunakan selimut dan kaos kaki
untuk meningkatkan kehangatan
Medikasi
1. Gunakan sedative dan hipnotik sebagai upaya terakhir dan hanya boleh
dalam jangka pendek jika sangat diperlukan
2. Sesuaikan medikasi yang diperlukan untuk kondisi lain dan cari tahu tentang
interaksi obat yang dapat menyebabkan insomnia atau EDS.
Diet
1. Batasi alcohol, kafein, dan nikotin di sore dan malam hari
2. Konsumsi karbohidrat atau susu sebagai makanan ringan sebelum tidur
3. Kurangi asupan cairan 2-4 jam sebelum tidur.
Factor fisiologis/penyakit
1. Tinggikan kepala tempat tidur dan berikan bantal tambahan sesuai keinginan
2. Gubakan analgesic 30 menit sebelum tidur untuk mengurangi sakit dan nyeri
3. Gunakan terapeutik untuk mengendalikan gejala kondisi kronik sesuai resep.

D. IMPLEMENTASI

Intervensi keperawatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas tidur


individu sangat berfokus pada promosi kesehatan. Klien memerlukan tidur dan
istirahat yang adekuat untuk mempertahankan gaya hidup yang aktif dan produktif.
Di saat sakit, peningkatan tidur merupakan hal yang penting untuk pemulihan dari
penyakit fisik. Asuhan keperawatan di lingkungan perawatan akut berbeda dari yang
diberikan di rumah klien. Perbedaan utama adalah pada lingkungan dan kemapuan
perawat untuk mendukung kebiasaan tidur yang normal. Usaha klien juga
mempengaruhi jenis terapi yang paing efektif. Selain penyebab atau factor-faktor
yang terkait dengan masalah tidur, perawat melakukan intervensi spesifik yang
meningkatkan pola tidur normal.

53
1. Kontrol lingkungan

Semua klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperature ruangan


yang nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat tidur
yang nyaman, dan pencahayaan yang tepat. Bayi paling baik tertidur pada
temperature ruangan 18oC – 21oC di malam hari. Tempat tidur bayi harus
diposisikan jauh dari jendela atau draff yang terbuka. Bayi diselimuti dengan
selimut ringan dan hangat. Anak-anak dan orang dewasa bervariasi dalam hal
temperature ruangan yang nyaman. Beberapa diantaranya memilih tidur tanpa
selimut. Lansia sering memerlukan selimut atau penutup tambahan. Banyak lansia
yang memakai kaos kaki.

Suara yang mendistraksi perlu dihilangkan sedemikian rupa agar kamar


tidur setenang mungkin. Di rumah TV atau suara jam dinding dapat mengganggu
tidur klien. Keluarga menjadi bagian penting dalam pendekatan perawat, terutama
jika terdapat beberapa anggota keluarga dengan berbagai jadwal tidur yang
berbeda. Di rumah diperlukan kerja sama dari beberapa orang yang tinggal
bersama klien untuk mengurangi kebisingan. Penting juga untuk mengingat
bahwa beberapa klien terbiasa tidur dengan kebisingan di dalam seperti
dengungan kipas angin.

Di rumah sakit perawat dapat mengendalikan kebisingan dengan beberapa


cara. Selain itu, perawat harus berpartisipasi dalam peninjauan dan pemilihan
produk (missal : pompa intravena ) untuk membantu pabrik peralatan untuk
menyadari perlunya ketenangan dalam rancangan produk di masa yang akan
datang.

Tempat tidur dan matras harus memberi topangan dan kekerasan yang
nyaman. Papan tempat tidur dapat diletakan di bawah matras untuk menambah
topangan. Beberapa bantal ekstra penting untuk membantu memposisikan
seseorang dengan nyaman di tempat tidur. Posisi tempat tidur di ruangan juga
membuat perbedaan bagi beberapa klien.

54
Tempat tidur bayi harus aman. Untuk mengurangi kemungkinan asfiksia,
bantal atau ujung selimut yang longgar tidak boleh diletakkan di dalam tempat
tidur. Penutup matras plastic yang longgar tidak boleh digunakan karena bayi
dapat menariknya kewajah mereka dan mengalami asfiksia. Bayi biasanya
ditempatkan pada posisi terlentang untuk mencegah asfiksia atau miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung.

Untuk klien yang cenderung mengalami konvusi atau jatuh, keselamatan


merupakan hal yang sangat penting. Di rumah lampu kecil dapat membantuk
klien dalam mengorientasikan lingkungan kamar sebelum pergi ke kamar mandi.
Tempat tidur yang diatur dalam posisi lebih rendah ke lantai dalam mengurangi
kesempatan jatuh pada saat orang tersebut berdiri. Barang-barang yang berserakan
harus disingkirkan dari jalur yang klien gunakan untuk berjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi. Apabila klien memerlukan bantuan dalam berambulasi dari
tempat tidur ke kamar mandi, bel kecil yang diletakkan disamping tempat tidur
dapat digunakan untuk memanggil anggota keluarga. Di lingkungan layanan
kesehatan, lampu panggil harus selalu diletakkan ditempat yang sudah dijangkau
klien. Perawat harus memastikan bahwa klien mengetahui bagaimana cara
menyalakan lampu tersebut dengan benar. Beberapa tempat tidur rumah sakit
dilengkapi dengan alarm yang akan mati jika klien yang berisiko jatuh turun dari
tempat tidur.

Klien bervariasi dalam hal jumlah cahaya yang mereka sukai di malam
hari. Bayi dan lansia akan tidur dengan baik dalam ruangan yang bercahaya
lembut. Cahaya tidak boleh langsung menyinari mata. Lampu meja kecil
mencegah kegelapan yang menyeluruh. Bagi lansia, hal ini mengurangi
kesempatan konfusi dalam mencegah jatuh pada saat berjalan ke kamar mandi.
Apabila lampu jalan menerobos masuk melalui jendela atau jika klien tidur di
siang hari, tempat tidur, selimut, atau tirai akan dapat membantu. Perawat harus
menutup tirai di antara klien di ruangan semiprivate. Cahaya di unit perawatan
rumah sakit dapat dikecilkan pada malam hari.

55
Control suara di rumah sakit
1. Tutup pintu kamar klien jika mungkin.
2. Jaga agar pintu area kerja di unit tersebut ditutup ketika sedang
digunakan
3. Kurangi volume telepon yang terdekat dan peralatan yang berbunyi
4. Gunakan sepatu beralas karet. Hindari pemakaian sepatu beralas kayu
5. Matikan oksigen di samping tempat tidur dan peralatan lain yang tidak
digunakan
6. Matikan alarm dan bunyi pada alat monitor di samping tempat tidur
7. Matikan TV dan radio dalam kamar kecuali jika klien menyukai music
yang lembut
8. Hindari bunyi keras yang tiba-tiba seperti menyiram toilet atau
menggeser tempat tidur
9. Lakukan percakapan yang diperlukan dengan suara rendah, terutama di
malam hari
10. Lakukan percakapan dan pelap]oran di ruangan khusus yang jauh dari
kamar klien

2. Meningkatkan rutinitas menjelang tidur

Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan untuk tidur.


Penting bagi seseorang untuk pergi tidur pada saat mereka merasa letih atau
mengantuk. Pergi tidur pada saat terjaga penuh danberfikir tentang hal lain dapat
menyebabkan insomnia dan terganggu dengan tempat tidur sebagai stimulus
untuk tidur.

Bayi baru lahir dan bayi banyak tidur sepanjang hari sehingga rutinitas
spesifik hampir tidak diperlukan. Tetapi, aktivitas tenang, seperti
menggendongnya dalam selimut, menyanyi atau berbicara dengan lembut,
menimang dengan lembut, membantu bayi tertidur.

56
Rutinitas menjelang tidur (mis, waktu yang sama untuk tidur, kudapan
atau aktivitas tenang) yang digunakan secara konsisten membantu anak kecil
untuk tidak menunda tidur. Toddler dan anak prasekolah terlalu bergembira dan
penuh energy untuk pergi tidur. Pola persiapan menjelang tidur perlu diperkuat.
Membaca cerita, membiarkan anak untuk tidur dipankuan orang tua sambil
mendengarkan music, atau mendengarkan do’a merupakan rutinitas yang dapat
dihubungkan dengan persiapan untuk tidur. Aktivitas-aktivitas tenang seperti
mewarnai dan membaca sangat membantu pada anak usia sekolah.

Orang dewasa perlu menghindari stimulasi mental berlebihan sesaat


menjelang tidur. Membaca novel ringan, menonton program TV yang
merilekskan, atau mendengarkan music membantu seseorang untuk rileks.
Latihan relaksasi dapat bermanfaat pada saat menjelang tidur. Pernafasan yang
lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit memberikan ketenangan. Kontraksi dan
relaksasi otot berirama mengurangi ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk
beristirahat. Imaginasi terbimbing dan berdo’a juga dapat meningkatkan tidur.

Di rumah klien tidak boleh mencoba menyelesaikan pekerjaan kantor atau


menyelesaikan masalah keluarga sebelum tidur. Kamar tidur tidak boleh
digunakan sebagai tempat kerja dan harus selalu berhubungan dengan tidur.
Bekerja dengan waktu yang konsisten untuk tidur membantu klien mendapatkan
pola tidur dan memperkuat irama siklus tidur bangun.

3. Meningkatkan kenyamanan

Seseorang akan tertidur hanya jika ia lelah merasa nyaman dan rileks.
Perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk
meningkatkan rasa nyaman. Iritan minor dapat membuat klien tetap terjaga.
Popok harus diganti sebelum menempatkan bayi di tempat tidur. Pakaian tidur
katun yang halus menjaga bayi atau anak kecil tetap hangat dan nyaman. Selimut
tambahan dapat menjadi satu-satunya yang diperlukan untuk mencegah seseorang
dari kedinginan dan tidak dapat tidur.

57
Tindakan kenyamanan untuk meningkatkan tidur
1. Lakukan tindakan hyegiene bagi klien yang tirah baring
2. Anjurkan klien untuk memakai pakaian malam yang longgar
3. Singkirkan atau ganti adanya iritan pada kulit klien seperti balutan yang
lembab atau selang drainase
4. Posisikan dan topang bagian tubuh yang menggantung untuk melindungi
titik tekan dan membantu relaksasi otot
5. Berikan topi dan kaos kaki untuk klien lansia dank lien yang cendrung
kedinginan
6. Anjurkan klien untuk berkemih sebelum tidur
7. Berikan analgesic atau sedative sekitar 30 menit sebelum tidur
8. Berikan masase tepat sesaat sebelum klien pergi tidur
9. Berikan matras yang nyaman dan jaga agar tempat tidur tetap bersih dan
kering

Dibandingkan dengan tempat tidur di rumah, tempat tidur rumah sakit


sering kali lebih keras dan berbeda tinggi, panjang, atau lebarnya. Menjaga tempat
tidur agar tetap bersih dan kering dan member posisi yang nyaman dapat
membantu klien rileks. Beberapa klien menderita penyakit yang menimbulkan
nyeri membutuhkan tindakan kenyaman khusus seperti member panas kering atau
panas lembab, menggunankan balutan penyangga atau belat, dan member posisi
yang tepat sebelum istirahat.

Memberikan hyegiene pribadi akan meningkatkan rasa nyaman. Mandi air


hangat sebelum tidur dapat merilekskan klien. Klien harus berkemih sebelum
tidur sehingga mereka tidak terbangun karena kandung kemih yang penuh. Klien
tirah baring harus ditawarkan kesempatan untuk membasuh wajah dan tangan
mereka. Menyikat gigi dan perawatan gigi palsu juga membantu menyiapkan
klien untuk tidur.

58
4. Menetapkan periode istirahat dan tidur

Di rumah hal ini dapat membantu klien untuk tetap aktif secara fisik di
samping hari sehingga mereka cenderung tidur di malam hari. Meningkatkan
aktivitas di siang hari mengurangi masalah tidur. Latihan keras harus selalu di
rencanakan sedikitnya selama beberapa jam menjelang tidur.

Lansia sering mengalami kurang tidur di malam hari, karena beberapa di


antaranya tidur disiang hari. Perubahan pola yang berkaitan dengan penuaan ini
bukan berarti terjadi penurunan kebutuhan tidur tetapi adanya restribusi perilau
tidur selama periode 24 jam. Tidur siang harus selalu dilakukan pada waktu yang
sama setiap hari untuk mempertahankan jadwal yang konsisten.

Di rumah sakit atau lingkungan perawatan menyediakan waktu istirahat


dan tidur untuk klien merupakan hal yang sulit dilakukan. Tetapi ,perawat
membuat rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untuk tugas-tugas yang
tidak penting. Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal pengkajian,
pengobatan, prosedur, dan rutinitas disaat klien terjaga. Sebagai contoh jika
kondisi fisik klien sudah stabil, perawat tidak boleh membangunkan klien untuk
memeriksa tanda-tanda vital. Darah harus diambil pada saat terjaga. Kecuali jika
mempertahankan kadar darah terapeutik suatu obat merupakan hal yang sangat
penting, obat harus diberikan selama jam-jam terjaga. Perawat harus bekerja sama
dengan bagian radiologi dan layanan pendukung lainnya untuk menjadwalkan
terapi pada interval yang memungkinkan klien untuk beristirahat.

Jika kondisi klien membutuhkan pemantauan yang lebih sering, perawat


dapat merencanakan aktivitas yang memungkinkan periode instirahat yang lebih
lama. Hal ini berarti merencanakan aktivitas-aktivitas sedemikian rupa agar
perawat tidak bolak-balik masuk ke kamar klien setiap menit, sehingga klien
dapat beristirahat dengan tenang selama 1 jam lebih. Sebagai contoh, jika klien
memerlukan pergantian balutan yang sering menerima terapi intravena, dan
memakai selang drainase di beberapa tempat, perawat tidak boleh balak-balik ke
kamar klien hanya untuk memeriksa satu masalah. Perawat harus menggunakan

59
satu kali masuk ke kamar klien untuk mengganti balutan, mengatur system
intravena, dan mengosongkan selama drainase. Perawat dapat menjadi pembela
klien untuk meningkatkan tidur yang optimal. Hal ini dapat berarti menjadi
menjaga untuk menunda dan menjadwalkan kembali waktu untuk kunjungan
keluarga, meminta konsultan untuk menjadwalkan kembali waktu berkunjung,
atau menanyakan frekuensi prosedur tertentu.

5. Pengendalian gangguan fisiologis

Untuk klien dengan penyakit fisik, perawat dapat membantu


mengendalikan gejala-gejala yang mengganggu tidur. Sebagai contoh, klien
dengan abnormalitas pernafasan harus tidur dengan dua bantal atau dengan posisi
semi duduk untuk mempermudah pernafasan. Klien dapat diberikan bronkodilator
yang diresepkan sebelum tidur untuk mencegah obstruksi jalan nafas. Klien
dengan hernia hiatal juga memerlukan perawatan khusus. Setelah makan klien
dapat mengalami rasa terbakar akibat refluks lambung. Untuk mencegah
gangguan tidur, klien harus memakan makanan kecil beberapa jam sebelum tidur
dan tidur dengan posisi semi duduk. Klien dengan nyeri, mual, atau gejala
kambuhan lainnya harus mendapatkan obat pengurang gejala sehingga obat
tersebut dapat efektif pada waktu tidur.

6. Pengurangan stress

Stress emosional dapat mengganggu tidur. Ketidakmampuan untuk tidur


juga dapat seseorang peka dan tegang. Apabila seseorang mengalami kekacauan
emosional, mereka harus dianjurkan agar tidak memaksakan tidur. Sebaliknya,
insomnia sering terjadi, dan kemudian waktu tidur berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk rileks. Klien yang mengalami kesulitan tertidur dapat
dibantu dengan bangun dan melakukan aktivitas yang merilekskan, seperti
menjahit atau membaca, bukan tetap berada di tempat tidur dan berfikir tentang
tidur.

Dilingkungan pelayanaan kesehatan perawat dinas malam harus


meluangkan waktu untuk duduk dan berbicara dengan klien yang tidak dapat

60
tidur.Hal ini membantu perawat menentukan faktor-faktor yang membuat klien
tetap terjaga.Menjelaskan prosedur dan sumber-sumber kebisingan atau
menjawab pertanyaan dapat memberi klien sedikit keinginan untuk tidur.Usapan
punggung (lihat bab 40) juga dapat digunakan untuk membantu klien rileks
apabila sedatif di indikasikan,perawat mengkompirmasikan terlebih dahulu
dengan dokter untuk memastikan bahwa dosis yang paling rendah yang harus
digunakan di awal.Menghentikan sedatif sesegera mungkin untuk mencegah
ketergantungan dapat mengganggu siklus tidur normal secara serius.Lansia rentan
terhadap efeksamping dari sidatif,hipnotik,atau analgesik karena obat tersebut
dimetabolisme secara lambat.

Anak-anak sering mengalami masalah pergi tidur dan tertidur.Todler


sering mengalami ketakutan karena berpisah dari orang tua.Anak prasekolah
sering mengalami sulit tidur karena banyak aktivitas dan stimulus di siang
hari(Wong,1995).Anak prasekolah juga mengalami ketakutan di waktu tidur(takut
terhadap gelap dan suara-suara aneh),terbangun di malam hari atau mimpi
buruk.Setelah mimpi buruk,perwat atau orang tua harus segera masuk ke kamar
anak dan bicara dengan singkat pada mereka tentang ketakuta tersebut untuk
menenangkannya.Satu pendekatan untuk menenangkan anak dan meninggalkan
mereka ditempat tidurnya sendiri sehingga ketakutan mereka itu tidak digunakan
sebagai alasan untuk menunda tidur.Tradisi budaya menyebabkan keluarga
melakukan pendekatan tidur yang berbeda(Lihat kotak dihalaman 1493).Perwat
harus menghormati perbedaan-perbedanan tersebut.

ASPEK BUDAYA DALAM PERAWAT

Secara tradisional, para ahli merekomendasikan untuk menidurkan bayi dan


anak-anak di tempat tidurnya sendiri. Cosleeping, ketika anak-anak dibiarkan
tidur bersama orang tua atau saudara kandungnya, merupakan hal yang banyak
dilakukan oleh keluarga orang kulit hitam, Hispanik dan Asia. Pendekatan ini
mengurangi kecemasan anak dan memperkuat rasa aman.

61
7. Kudapan menjelang tidur
Beberapa orang menyukai kudapan menjelang tidur ,sedangkan yang lain
tidak dapat tidur setelah makan.Kudapan produk susu seperti susu atu coklat
hangat yang mengandung L-triptofan dapat membantu meningkatkan
tidur.Makan besar sebelum tidur dapat menyebabkan gangguan gastriointestinal
dan mengganggu kemampuan untuk tidur.
Perawat harus menganjurkan klien untuk mencoba menahan diri dari
minum atau mengkonsumsi kafein sebelum tidur.Kopi,teh,kola,dan cokelat
bekerja sebagai stimulan,menyebabkan seseorang tetap terjaga atau terbanggun
sepanjang malam.Alkohol dapat mengganggu siklus tidur dan mengurangi
jumlah tidur dalam.Kopi,teh ,kola,dan alkohol bekerja sebagai deuretik dan dapat
menyebabkan seseorang terbangun di malam hari untuk berkemih.
Bayi memerlukan tindakan-tindakan khusus untuk meminimalkan
terbangun di malam hari karena lapar.Anak-anak sering memerlukan susu atau
ASI di tengah malam,Wong(1995) menganjurkan untuk memberi makanan
terakhir semlam mungkin.Hal tersebut akhirnya dapat mengurangi secara
bertahap jumlah formula atau durasi pemberian ASI.Bayi tidak boleh di beri susu
botol titempat tidur
8. Pendekatan farmakologis untuk meningkatkan tidur
Penggunan obat-obatan untuk melaksanakan gejala merupakan hal yang
banyak dilakukan di Amerika.Ada obat-obatan yang banyak digunakan yang
berhubungan dengan insomnia.Stimulan sistem saraf pusat seperti
amfetamin,nikotin,terbutalin,teofilin,dan pemolin(Cylert),harus digunakan secara
terpisah dan dibawah penatalaksanaan medis (McKEnry dan salerno,1995).Selai
itu,penghentian depresan SSP,seperti alkohol,barbiturat,antidepresan
risiklik(amitriptilin,imipramin,dan doksepin ,serta triazolam (Halcon),dapat
menyebabkan insomnia dan harus diatur dengan cermat.
Obat tidur dapat membantu klien jika digunakan dengan
benar.Tetapi,penggunaan agens antiansietas,sedatif ,atau hipnotik janka panjang
dan dapat mengganggu tidur dan menyebabkan masalah yang lebih serius.Satu
kelompok obat yang di anggap relatif aman adalah benzodiazepin(Tabel 42-

62
3).Obat ini tidak dapat menyebabkan depresi SSP umum seperti sedatif atau
hipnotik.Benzodiazepin menimbulkan efek relaksasi,antiansietas,dan hipnotik
dengan dengan memfalisitasi kerja neuron di SSP yang menekan responsivitas
terhadap stimulus,sehingga dapat mengurangi terjaga (Trevor dan
Way,1995).Dokter meresepkan kelompok ini karena efek antiansietas terjadi pada
dosis aman dan nontoksik.Benzodiazepin harus digunakan dengan sangat hati-hati
pada anak-anak dibawah usia 12 tahun dan dikontraindikasikan pada bayi berusia
kurang dari 6 bulan.
Klien yang sedang hamil harus menghindari benzodiazepin karena
penggunaannya berhubungan dengan anomali kongenital.Ibu menyusui tidak
boleh menerima obat tersebut karena diekskresikan di dalam ASI.Lansia rentan
terhadap efek samping agens antiansietas atu sedatif karena adanya perubahan
fisologis dalam metabolisme.Benzodiazepin aksi singkat seperti oksazepam
,lorazepam,temazepam,alprazolam,dan triazolam biasanya di anjurkan untuk
digunakan (Davison,1994).Dosis awal harus kecil,dan peningkatan harus di
berikan secara bertahap,berdasarkan respon klien,untuk prioede waktu yang
terbatas.Apabila klien lansia yang tadinya kontinen,ambulasi,dan sadar,menjadi
inkontinen,konfusi,dan/atau menunjukkan gangguan mobilitas,maka penggunaan
benzodiazepin harus dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab.
Pengguaan obat tidur tanpa resep tidak dianjurkan.Kita harus mempelajari
resiko-resiko dari obat-obat semacam itu,terutama bahwa,setelah priode
lama,obat-obat tersebut bahkan akan menyebabkan gangguan tidur lebih lanjut
walaupun pada awalnya tampak efektif.perawat dapat membantu klien
menggunakan prilaku dan tindakan higien tidur yang tepat untuk membuat pola
tidur yang tidak memerlukan penggunaan obat.
Penggunaan obat tidur yang teratur dapat menyebabkan toleransi dan
penghentiannya dapat menyebabkan insomnia kambuhan.Obat tidur yang di
berikan dengan segera pada saat klien yang dihospitalisasi mengeluh tidak dapat
tidur lebih menibulkan bahaya daripada manfaat.Harus dipertimbangkan
pendekatan-pendekatan alternatif.Semua klien harus memahami kemungkinan

63
efek samping dari obat tidur.Pemantauan rutin respon klien terhadap obat tidur
merupakan hal yang sangat penting.

TABEL 42-3 FARMAKOLOGI AGENS ANTIINSOMNIA

NAMA NAMA AWITAN DOSIS INDIKASI


GENERIK DAGANG KERJA ORAL(MG)
(DALAM
MENIT)
Alprazolam Xanax 15-60 0,25-0,5(3 kali Ansietas
sehari)
Diazepam Valium 15-45 5-10 Gangguan
menjelang tidur
Flurazepam Dalmane 15-45 tidur
Apo- 15-30 Gangguan
Lorazepam Flurazepam 15-60 menjelang tidur
Ativan tidur
1-4 menjelang Ansietas
Oksazepam Apo- 45-90 tidur
Lorazepam Gangguan
Serax 10-30(3-4 kali tidur
Temazepam 25-27 sehari) Ansietas
Zapex
Triazolam Restoril 15-30 15-30
menjelang Gangguan
Zolpidem Halcion 15-45 tidur tidur
0,125-0,25
Ambien menjelang Gangguan
tidur tidur
10-20
menjelang Gngguan
tidur tidur

64
9. Promosi kesehatan melalui penyuluhan klien

Untuk membentuk kebiasaan tidur yang baik di rumah,klien dan oasangan


tidurnya harus mempelajari teknik- teknik yang meningkatkan tidur dan kondisi-
kondisi yang menggangu tidur(Zarcone,1994) (Lihat kotak di
halaman.1496).Orang tua juga harus mempelajari bagaimana meningkatkan
kebiasaan tidur yang baik pada anak-anak mereka.

Intruksi-intruksi berdasarkan informasi tetang rumah dan gaya hidup


klien merupakan hal yang bermanfaat bagi klien.Klien cendrung akan
menerapkan informasi yang bermafaat dan berharga.Misalnya,jika klien yang
tinggal di bandara yang sibuk,pengguanaan suara lembut dan menonton dapat
membantu menghambat bunyi lalu lintas udara.Klien yang bekerja sore hari
harus meluangkan waktu untuk rileks setelah kembali kerumah dan tidak merasa
tertekan untuk harus tidur seperti yang di lakukan anggota keluarga
lainnya.Saran-saran untuk aktifitas menjelang tidur yang membuat rileks harus
mencakup aktivitas-aktivitas yang di sukai klien.

Klien yang mengkonsumsi obat tidur harus mengetahui tentang


penggunaannya yang tepat dan resiko serta kemungkin efeksampingnya.Bahaya
kebiasaan menggunakan obat tidur seperti toleransi obat dan insomnia
bergantung obat perlu di tekankan sehingga efeksamping tersebut dapat di
hindari.Perawat harus memberi tahu klien agar tidak meminum benzodiazepin
yang di campur dengan minumn beralkohol,analegsik opioid,atau inti depresan
MAO dan trisiklik karena dapat terjadi depresi SSP.Perawat juga harus
memperingatkan klien untuk tidak meminum obat lebih dari yang di resepkan
terutama jika obat tersebut tampak kurang efektif setelah pengguaan awal .

Klien juga harus mempelajari efek dari penyakit terhadap


tidur.Misalnya,klien yang menderita hernia hiatal harus belajar menghindari
makanan besar sebelum tidur.Hal ini mencegah regurgitasi makanan kedalam
esofagus yanh mengiritasi ,yang dapat menyebabkan rasa terbakar dan membuat

65
orang tersebut tidak dapat tidur.Klien harus mempelajari tentang tindakan
alternatif untuk meningkatkan tidur (mis.,relaksasi dan mandi air hangat).

E. EVALUASI
Setiap klien memiliki kebutuhan tidur dan istirahat yang unik.Oleh karena
itu,evaluasi terapi yang dirancang untuk meningkatkan tidur dan istirahat harus
bersifat individual.Klien yang relatif sehat tidak memerlukan penyesuaian pola tidur
atau tidur sebanyak klien yang kondisi fisiknya buruk.

PENYULUHAN KLIEN TENTANG KEBIASAAN HIGIENE TIDUR

Objektif
 klien akan mengikuti kebiasaan higiene tidur yang epat dirumah
Strategi Penyuluhan
1. Instruksi kan klien untuk mencoba berlatih setiap hari (mis ., berjalan,
berenang, bersepeda), lebih baik jika dilakukan di pagi atau sore hari dan
hindari latihan yang berlebihan di malam hari, dalam 2 jam menjelang tidur.
2. Peringatkan klien untuk tidak tidur sepanjang hari di akhir pekan atau hari
libur untuk mencegah gangguan siklus tidur-bangun yang normal.
3. Jelaskan bahwa jika memungkinkan, kamar tidur tidak boleh digunakan untuk
belajar, memakan makanan ringan, menonton TV, atau aktivitas- aktivitas lain
yang bukan tidur, selain seks.
4. Jelaskan bahwa klien harus mencoba menghindari pemikiran yang
mengkhawatirkan pada saat pergi tidur dan harus menggunakan latihan
relaksasi.
5. Jika klien mengalami sulit tidur, anjurkan untuk turun dari tempat tidur dan
melakukan beberapa akiivitas tenang sampai merasa cukup mengantuk untuk
kembali ke tempat tidur.
6. Anjurkan klien untuk membatasi kafein kopi di pagi hari dan asupan alkohol
(lebih dari 1 atau 2 kali minum dapat menyebabkan gangguan siklus tidur).
7. Minta klien untuk memeriksa lingkungan; menggelapkan kamar, ruangan
berventilasi baik, tenang dan suhu yang nyaman, Instruksikan bahwa

66
penggunaan penyumbat teinga dan penutup mata boleh dilakukan.
8. Instruksikan klien untuk menghindari makanan berat selama 3 jam sebelum
tidur, makanan ringan mungkin dapat memebantu.

Evaluasi
1. Minta klien membuat catatan tidur-bangun selama 1 minggu, dan
membandingkannya dengan catatan tidur-bangun sebelumnya.
2. Minta klien untuk secara periodik menyelesaikan skala analogi visual untuk
persepsi tentang kualitas tidur.

Perawat menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi atau tidak
(lihat kotak evaluasi di hlm. 1497). Tindakan evaluasi dapat dilakukan sesaat setelah
terapi dicoba (mis., mengobservasi apakah klien tertidur setelah terbangun dari tidur (
mis., meminta klien menjelaskan jumlah terbangun pada malam sebelumnya). Klien
dan pasangan tidur biasanya dapat memberi informasi evaluasi yang akurat. Setelah
beberapa lama, perawat dapat menggunakan alat pengkajian seperti skala analog
visual untuk menentukan apakah tidur telah membaik atau berubah.Perawat juga
mengkaji pemahaman yang diperoleh klien atau anggota keluarga setelah menerima
instruksi tentang kebiasaan tidur. Kepatuhan terhadap hal-hal tersebut dapat di ukur
ketika melakukan kunjungan rumah, pada saat lingkungan dapat di observasi.
Jika hasil yang diharapkan tidak terpenuhi, perawat merevisi tindakan keperawatan
berdasarkan kebutuhan dan pilihan klien. Menemukan terapi yang efektif bergantung
pada gangguan tidur klien, usia dan pola tidur normal. Perawat mendokumentasikan
respons klien terhadap terapi tidur sehingga asuhan yang kontinu dapat
dipertahankan. Perawat disebut efektif dalam meningkatkan tidur dan istirahat jika
tujuanasuhantercapai.

67
Contoh Evaluasi Intervensi untuk Gangguan Tidur

TUJUAN TINDAKAN EVALUATIF HASIL YANG


DIHARAPKAN
1. Klien 1) Observasi klien 30-60 1. Klien tertidur dalam
melapork menit setelah waktu 30 menit pada waktu
an bahwa tidur (jika berada di tidur.
pola tidur institusi pelayanan 2. Klien menggunakan
yang kesehatan). terapi relaksasi setiap
teratur 2) Minta klien malam sebelum pergi
telah di melaporkan tidur.
dapatkan keberhasilan tertidur 3. Klien melaporkan
kembali dan tetap tidur. perasaan nyaman
dalam 1 setelah terbangun di
bulan pagi hari.

2. Rasa 3) Minta klien 4. Klien


kantuk menjelaskan perilaku menggambarkan
klien di terjaga pad saat episode EDS yang
siang hari ditempat kerja atau di lebih sedikit dalam 2
berkuran rumah pada siang minggu
g dalam 1 hari. 5. Klien melaporkan
bulan 4) Observasi ekspresi dapat menyelesaikan
dan perilaku tanggung jawab
nonverbal pada saat pekerjaan dalam 4
klien terjaga. minggu.

68
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan
status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur
yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa
perasaan tenaga yang pulih ini menunjukan tidur memberikan waktu untuk perbaikan
dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya.

1.2 SARAN
1) Diharapkan dengan tersusunya makalah ini mahasiswa dapat memahami tentang
induksi tidur (istirahat dan tidur) dan dalam melakukan prosedur keperawatan,
mahasiswa harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien.
2) Dan kepada perawat diharapkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan
bagi pasien dengan baik dan benar.

69
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2006.Fundamental Keperawatan,Ed.4,Vol.2.Jakarta : EGC

Wahit & Nurul.2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : EGC

70

S-ar putea să vă placă și