Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH:
SUSI FEBRINA
10.030
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri. Tujuan
dibuatnya Laporan Praktek Kerja Industri ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional serta melatih siswa/siswi membiasakan diri
untuk memahami keadaan lingkungan di luar sekolah. Saya berharap dengan diselesaikannya
laporan ini, dapat mengetahui lebih dalam mengenai dunia kerja/industri yaitu di tempat prakerin
di RSUD Cibinong, dalam pembahasan yang saya akan ulas tentang Asuhan Keperawatan pada
1. Orang tua kami yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami dalam menjalani
2. Direktur RSUD Cibinong yang telah mempercayai SMK Kesehatan LOGOS untuk
3. Wahyu Budi S,SKM selaku kepala sekolah yang telah membimbing kami dalam belajar selama
4. Nawangsih, S.Pd selaku wakil kepala sekolah yang juga telah memberikan pengarahan kepada
5. Dra. Hj. Ida Faridah sebagai wali kelas kami yang telah memberikan dukungan dan semangat
Keperawatan.
7. Endri Wahyuni, S.Kep selaku pembimbing I dalam tehnik penulisan karya tulis ilmiah.
8. Lilik Suryani, S.Kep selaku pembimbing II kami dalam tehnik penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Para instansi di RSUD Cibinong khususnya di Teratai atas dan Melati yang telah memberikan
10. Dan semua instansi yang terkait di sekolah SMK Kesehatan LOGOS untuk adikku, dan teman-
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, nama dan
gelar, serta hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis ilmiah. Untuk itu,
saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan agar menjadi acuan di
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ................................. 8
B. Etiologi ................................. 10
C. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3. Komplikasi ..................... 14
D. Penatalaksanaan ..................... 15
1. Terapi ..................... 15
A. Pengkajian ...................... 26
B. Diagnosa ...................... 44
C. Perencanaan ...................... 45
D. Pelaksanaan ...................... 48
E. Evaluasi ...................... 50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................. 59
B. Diagnosa .................................. 60
C. Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
D. Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
E. Evaluasi .................................. 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
B. Saran .................................. 67
Lampiran .................................. 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan kehidupan
manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga
pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan
peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita penyakit bedah. Salah satunya adalah
penyakit Hernia yang paling sering ditemui di RSUD Cibinong. Hernia adalah tonjolan yang
timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak
menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian skrotum
ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis menduduki peringkat
pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh ahli bedah Amerika pada
tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001). Penelitian terhadap 2.538 veteran
pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada tahun 1966-1980 memperlihatkan 57%
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000 anak
menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-
Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-
Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang
dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah dari
kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5 tahun. Hernia
pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan sekitar 29 % pasien menderita
Hernia Bilateral.
Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada juga
resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh,
kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,
maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan anestesi spinal.
Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat terganggu.
Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan yang tepat agar dapat
mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada pasien dengan post
Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara
nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis.
Dengan mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post
operasi Hernia Inguinalis di RSUD Cibinong dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia
Inguinalis.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post
D. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. T dengan Hernia di RSUD Cibinong yang dilaksanakan dari
tanggal 17 Juni sampai dengan 19 Juni 2012 di ruang melati bedah di RSUD Cibinong.
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana
penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat
dalam penyusunan laporan inti ini maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yaitu :
1. TEKNIK WAWANCARA: Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat
ruangan
3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-
5. STUDI DOKUMENTASI: Dengan mempelajari dokumentasi pasien yang terdapat dalam status
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Ruang lingkup
e. Sistematika penulisan.
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi,
d. Manifestasi klinik
e. Komplikasi
f. Klasifikasi
g. Konsep hospitalisasi
h. Pengkajian
i. Diagnosa keperawatan
j. Rencana keperawatan
k. Implementasi dan
l. Evaluasi.
Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang membahas kasus pasien meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi.
Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi dan
e. Evaluasi.
a. Kesimpulan
b. Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut.
Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung, dan yang
mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Faktor yang
terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan berkepanjangan
EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau
struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati beberapa
defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya
di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding otot perut
atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di
rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin
menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah obstruksi,
Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper, Dirksen.
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth
Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong,
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia. (Syamsul
Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
B. ETIOLOGI
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia diklasifikasikan
menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini
juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis
indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect
disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum
sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui
cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke
dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali
tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal
posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin
femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan fisik
rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama
dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau
rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat
dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik secara
spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan
tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak
dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia
yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan
meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen
usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari
sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan perforasi
dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk
terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam
Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering
terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es
akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996)
2. MANIFESTASI KLINIK
a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul bila terjadi
peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis. Jika pasien tenang
atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila tidak
dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh
Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah
dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasus Hernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual. Bila
terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala
sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
2. KOMPLIKASI
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Residip,
4. KLASIFIKASI
a. Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia Femoralis dan sebagainya.
c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia serofalis dan sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi, Hernia
Obturatoria).
f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia inkarserata, Hernia skrotalis dan
Hernia strangulata.
D. PENATALAKSANAAN
a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi terdiri
atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa
juga dengan pendekatan krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum
mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan
disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan intra
1. TERAPI
a. Pra Operasi:
b. Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
3. Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis,2004)
a. Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
a. Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c. Persiapan
d. Stressor
1. Stressor Fisik
b. Immobilisasi.
c. Kurang tidur.
2. Stressor di lingkungan.
3. Stressor Psikologis
a. Kurang privacy
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan
sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika ada
sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus memeriksa perut
ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan, Herniasi akan menghilang
ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan regangan pasien, untuk mengamati
bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wong’s nursing care of infant and children. St.
Louis,2003)
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising
usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia, dokter
atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di cincin dan
mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa pasien Hernia
untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya
usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993). Berikut,
1. Pemeriksaan Fisik
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di daerah
Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien memutar
kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan
Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan
impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada Hernia,
akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia,
suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan
dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini
tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan. Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta :
EGC,2000)
Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk
memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya,
suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
b. Elektromiograf
c. Venogram epidural
d. Scan CT
e. MRI
f. Mielogram
g. Kolaborative Care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial pasien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal itu
terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat harus
memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan atau
Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti isi
kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi, yaitu
perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam mempersiapkan
pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan dasar, perawat harus
membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk perjalanan pulang dan rumah
perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang menjalani operasi Hernia
diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk meninggikan daerah skrotum dengan
bantal yang lembut dan istirahat akan membantu mengontrol pembengkakan. Jika tidak
kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-kondisi yang ada, ini akan meningkatkan
kenyamanan dan rasa kesejahteraan. (Lewis,etc. Medical Surgical Nursing: Assessment and
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana
perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan
intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar implementasi
perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC,2002)
Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,
2005)
J. EVALUASI KEPERAWATAN
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil
Menurut John L. Cameron. Current Surgical Therapy. (Jakarta: Binarupa Aksara. 1997).
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang
tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses
keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan
status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan
sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien dan membandingkannya dengan
Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat
sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana
asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi
dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau
BAB III
HERNIA
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2012
Ruang/Kelas : Melati/III
Lateral Skrotalis
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Usia : 69 Tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Cibinong, Bogor
2. Resume
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Bertahap
c) Lamanya : 1 tahun
berkurang/hilang.
2. Riwayat Alergi:
benar-benar membutuhkan.
generasi):
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
pertama
mencari nafkah.
(√) Makan
(√) Tidur
masalah tersebut.
seperti biasa.
kesehatan:
dilakukan:
Allat SWT.
Sebelum di RS Di RS
1. Pola Nutrisi
Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual
a. B.a.k :
b. B.A.B
a. Mandi
1) Frekuensi :…..X/hari
1) Frekuensi :….X/hari
2) Waktu :pagi/siang/sore
7-8jam/hari 5jam/hari
a.Merokok : Ya/Tidak
ji
1) Frekuensi : ……..
2) Jumlah : …….. Ya -
an
3) Lama pemakaian :……… 3x/hari -
6batang/hari -
Fi
b.Minuman Keras/Nabza : Ya/Tidak 50 tahun -
1) Frekuensi :…..
si
2) Jumlah :…..
3) Lama Pemakaian : - -
k
- -
- -
a.
72 kg)
(√) Tidak
b. Sistem Penglihatan:
Asimetris
Ptosis
3) Pergerakan bola mata : (√) Normal
( ) Abnormal
Anemis
Keruh/Berkabut
Anikterik
Anisokor
kelainan
9) Fungsi penglihatan : (√) Baik ()
Kabur
( ) Ya
( ) Ya
c. Sistem Pendengaran:
Tidak
2) Karakteristik serumen :
a. Warna : Kuning muda
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
Kemerahan
Ada
Ada
6) Tinitus : ( ) Ya (√)
Tidak
7) Fungsi pendengaran : ( ) Normal (√)
Kurang
( ) Ya
( ) Ya
Tidak
e. Sistem Pernafasan:
Sumbatan
2) Pernafasan : (√) Tidak sesak ( )
Sesak
(√) Tidak
4) Frekuensi : 30 x/menit
Teratur
Dangkal
Putih
Kental
Tidak
normal
tanda nyeri
Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya (√)
Tidak
( ) Ya
f. Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi Peripher
( ) Tidak Teratur
Ya
Kiri : ( ) Tidak (√) Ya
Dingin
Kemerahan
2) Sirkulasi Jantung
Teratur
c). Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
g. Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
) Apatis
M: 6
4). Tanda-tanda peningkatan TIK : (√)
Tidak ( ) Ya
ada
Tidak
Ya
i. Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
1). Gigi : (√) Caries ( )
Tidak
(√) Tidak
Tidak
Tidak
( ) Abnormal
luka post-op
Kanan Bawah
Ya
Ya, 2 hari.
()Tidak Teraba
14). Abdomen : ( ) Distensi
(√) Kembung
j. Sistem Endokrin:
Ya
k. Sistem Urogenital:
500 ml
( ) Dysuria
c. B.a.k : (√) Kuning Jernih ()
Putih
(√) Tidak
Tidak
f. Skala nyeri :0
l. Sistem Integumen
(√)Dingin
c. Warna kulit : (√) Pucat ( )
Cyanosis
Lesi
daerah skrotum.
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam bergerak : (√) Ya,
Ada
Ada
5. Data Penunjang
a. Laboratorium:
Hari/
f. Basofil 0 0–1% nt
g. Eosinofil 0 1–3%
h. Batang 0 3–6% g
i. Segmen 60 50 – 70 %
j. Limfosit 40 20 – 40 %
e
k. Monosit 0 2-8 %
2. Masa pendarahan
3. Masa pembekuan
n:
1 – 3 mnt
4. Gol. Darah 2 9 – 15 mnt
11 -
H
Diabetes:
6. Penatalaksanaan
Tanggal Waktu Jenis Dosis Cara Pemberian
7.
06.00 Infus RL 500 cc 20 tts/mnt
22.00 Ceftriaxone 1 gr IV s
T Da D
Selasa 06.00 Ketorolac 1 amp IV
a ta at
19-06-12 06.00 Ceftriaxone 1 gr IV
n Su a
06.00 Infus RL 500cc IV
g bj O
g ek bj
al tif ek
tif
M Pa Pa
in sie sie
g n n
gu mengatakan
Jam 16.55
Senin Pasien me
Jam 14.45
Selasa Pasien me
meringis kesakitan,
kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt
120/90 mmHg,
oedeme (+)
2. DS: Pasien mengeluh Nyeri berhubungan Terputusnya kontuinitas
kesadaran CM,
pasien tampak
meringis kesakitan,
bergerak.
S: 36°C , N: 80
dan lemas.
lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg,
kuning jernih.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
mengurangi rasa
sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
18 Juni 2. Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri a. Mengkaji
relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Memperlihatkan b. Meningkatkan
d. Memotivasi
peningkatan dan
beri penghargaan
pada kemajuan
nama jelas
Hasil:
Hasil:
a. Skala nyeri sedang 4-5
tenang.
kondisi.
dicapai.
Hasil:
sendiri.
c. Keluhan nyeri 0.
PENGEMBANGAN)
No.DK Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan Nama
jelas
P:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
2012 post-op.
P:
dialami.
kuning jernih.
op.
P:
sesuai kondisi.
bertahap.
jadwal.
TINJAUAN KASUS
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
oedeme (+)
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
Pelaksanaan:
Evaluasi:
Perencanaan:
dengan:
Data Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian
luka post-op.
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan
Pelaksanaan:
cairan infus.
Evaluasi:
post-op.
Perencanaan:
dengan:
mual.
terhadap aktifitas.
Rencana Tindakan:
dengan kondisi.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni 2012
Perencanaan:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi.
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada kasus
Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan pada saat
pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh dan sistem
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati
struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital
atau didapat.
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital, Obesitas
Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
Komplikasi yang disebabkan dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan
pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes
urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. (Oswari
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,
2005)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai dengan
Diagnosa keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan penyakit
berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu terlaksananya
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik relaksasi,
memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit,
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri
yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi,
meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan penulis
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi sebagian,
karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan. Hasil
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi
kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan
nyeri 0.
BAB V
EVALUASI
A. KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong.
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan pada
pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka
pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin
dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi dini
untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan atau
Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit
yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai
hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding
abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan
diafragmatik Hernia.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang penulis
sampaikan adalah:
a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga
berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat
dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat
membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari
perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
c. Bagi siswa:
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat menimbulkan
Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
SaundersCompany.
LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in ClientCare.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management
EGC.
EGC
Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis.
Poskan Komentar
Fish
Fish
Fish
Entri Populer
a. Dengan metode bioteknologi Prinsip pembuatan keju adalah fermentasi asam laktat
yang terdapat dalam susu. Berikut adalah tahap...
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka
konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara ...
Arsip Blog
► 2014 (9)
▼ 2013 (7)
o ▼ Oktober (7)
ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST HERNIA INGUINALIS
PENGARUH APLIKASI KOMPUTER DALAM KEHIDUPAN
MASYARA...
IPS - KEBUDAYAAN JAWA BARAT
LINGKUNGAN DI RSUD CIBINONG
CARA PENGHITUNGAN INFUS
RUANG LINGKUP TENAGA KESEHATAN DALAM PROSPEK
DUNIA...
KESEHATAN LINGKUNGAN - PENCEMARAN LINGKUNGAN
Mengenai Saya
Susi Febrina
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.