Sunteți pe pagina 1din 28

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

(PUSKESMAS)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5
Keperawatan A

AKMAL HIDAYAT
SUPIANI YAMLEAN
RESKY AULIYAH INSANI B
MEGAWATI YUNUS

SEMESTER 5

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah yang telah dilimpahkan kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik yang membahas tentang KEPERAWATAN KOMUNITAS 1 .
Selanjutnya, salam dan salawat kami sanjungkan kepada Rasulullah saw, beserta
keluarga dan para sahabat beliau yang telah membawa ummat manusia dari alam
kebodohan ke alam penuh ilmu pengetahuan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Dan apabila sekiranya terdapat kesalahan dalam
makalah ini, kami meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
masa depan kami.

Samata, 26 November 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah
yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap
anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota
masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya
menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup
berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari,
kebutuhan bersama itu sering kita artikan sebagai “kebutuhan publik”. Salah
satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan
layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata
penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas.
Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan
yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat,
terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.
Menurut Depkes RI (2004) upaya kesehatan di Indonesia belum
terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Jumlah sarana
dan prasarana kesehatan masih rendah tercatat jumlah Puskesmas untuk seluruh
Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu) 21.267 unit,
Puskesmas Keliling (Pusling) 6.392unit. Penyebaran sarana dan prasarana
kesehatan belum merata. Rasio sarana danprasarana kesehatan terhadap jumlah
penduduk diluar pulau jawa lebih baik dibandingkan dengan pulau jawa hanya
saja keadaan transportasi diluar pulau jawa lebih baik dibandingkan dengan
pulau jawa.
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan salah satu bidang yang
sangat strategis dan berperan aktif dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Namun faktanya perawat kesehatan komunitas yang ada di
Indonesia, khususnya yang ada di Puskesmas, tidak banyak melaksanakan tugas
profesi tersebut dengan berbagai macam alasan dan permasalahan. Mereka
menyadari bahwa mereka adalah perawat yang memiliki kecakapan di
bidangnya akan tetapi tidak melaksanakannya (Swarjana, 2016).
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti
Puskesmas telah terdapat disemua kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh
tiga puskesmas pembantu, namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh
masyarakat. Indonesia masih menghadapi permasalahan pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan,diperkirakan hanya 30% penduduk yang
memanfaatkan pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Depkes RI,
2004).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2007) menunjukkan
sekitar 33% penduduk yang sakit berobat ke Puskesmas, sedangkan layanan
kesehatan lain yang dituju adalah praktik dokter, poliklinik dan rumah sakit
swasta. Rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas tersebut mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur, pengetahuan, status
pendidikan, ekonomi, jarak, waktu tempuh, perilaku petugas kesehatan,
kebutuhan kesehatan dan stigma atau pengaruh luar terhadap pelayanan
Puskesmas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Puskesmas?
2. Sebutkan visi dan misi Puskesmas?
3. Apa peran puskesmas?
4. Apa fungsi puskesmas?
5. Sebutkan struktur puskesmas?
6. Bagaimana Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas?
7. Sebutkan progam pokok puskesmas?
8. Sebutkan Azas Penyelenggaraan Puskesmas?
9.Apa saja masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup
Puskesmas?
10. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di lingkup
Puskesmas?
11. Bagaimana perbedaan kualitas pelayanan puskesmas dulu dan sekarang
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Puskesmas
2. Mengetahui visi dan misi Puskesmas
3. Mengetahui peran puskesmas
4. Mengetahui fungsi puskesmas
5. Mengetahui struktur puskesmas
6. Mengetahui Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
7. Mengetahui progam pokok puskesmas
8. Mengetahui Azas Penyelenggaraan Puskesmas
9. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di
lingkup Puskesmas
10. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-
masalah di lingkup Puskesmas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu
Ridlo, 2008)
Menurut Departemen Kesehatan RI (1981) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada
masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1987)
1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyrakat dalam bentuk
kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu diwilayah kerjanya.
2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara porfesional melakukan
upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat
secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyrakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
B. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi
Menurut (Mubarak, 2014) visi Puskesmas adalah mewujudkan
“Kecamatan Sehat” menuju terwujudnya “Indonesia Sehat” adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Indikator utama “Kecamatan Sehat” (Mubarak, 2014) adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan yang optimal bagi penduduk kecamatan
2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah (Mubarak, 2014) :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dlan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Strategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan (Mubarak,
2014) antara lain :
a) Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh ( comprehensive health care
service).
b) Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh
(holistic approach).
C. Peran dan Fungsi Puskesmas
Menurut mubarak (2014) dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis.
Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan
yang matang dan realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam
pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan
secara komperhensif dan terpadu.
Menurut Mubarak (2014) ada 3 fungsi puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan lintas
sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan penegahan
penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanankan program puskesmas (Mubarak, 2014).
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dillakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala puskesmas adalah penanggung jwab pembangunan kesehatan di
tingakta kecamatan. Kepala puskesmas mempunyai tugas memimpin dan
mengawasi kegiatan puskesmas.
2. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas di bidang kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat serta pencacatan dan pelaporan.
3. Unit I melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, KB, serta
perbaikan gizi.
4. Unit II melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
5. Unit III melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga
kerja, serta kesehatan usia lanjut.
6. Unit IV melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, olahraga,
dll.
7. Unit V melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan dan penyuluhan
kepada masyarakat.
8. Unit VI melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.
9. Unit VII melaksanakan tugas kefarmasian.
E. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian
sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan
keadaan infrastuktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati
setelah mendengar saran tekhnis dari kantor wilayah departemen kesehatan
provinsi (Mubarak, 2014).
F. Fasilitas Penunjang
Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan,
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana, antara lain sebagai berikut (Mubarak, 2014) :
1. Puskesmas pembantu
Puskesmas pembantu yang lebih sering disebut Pustu atau pusBan adalah
unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan
membantu pelaksanaan kegiatan – kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil.
2. Puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor,
peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang
berasal dari puskesmas.
3. Bidan desa
Disetiap desa yng belum memiliki pelayanan kesehatan, bidan desa
ditetapkan untuk tinggal didesa tersebut untuk memberikan pelayanan
kesehatan.bidan desa bertanggung jawab langsung kepada kepala
puskesmas.wilayah kerja bidan desa adalah suatu desa dengan jumlah
penduduk rata – rata 3.000 jiwa.
G. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya antara lain :
1. Sistem kesehatan nasional
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah
sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem pemerintahan daerah
Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit
struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta, seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik
dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagal
sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di
wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos
obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan, berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah
sebagai pembina.(Mubarak, 2014)
H. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia
Sehat. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal).
Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk
mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan,
indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan
Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM
spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan
setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar,
penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan
penyakit menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM
spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standard Pelayanan Minimal.
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN
MINIMAL
Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan a. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan Kesehatan b. Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra
Dasar sekolah
c. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
d. Pelayanan kesehatan usia subur
e. Pelayanan kesehatan usia lanjut
f. Pelayanan imunisasi
g. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
h. Pelayanan pengobatan / perawatan
2. Penyelenggaraan a. Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi
pelayanan kesehatan dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam,
rujukan dan penunjang anak)
b. Pelayanan kesehatan darurat
c. Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan
dan kesehatan masyarakat
d. Penyediaan pembiayaan dan jaminan
kesehatan
3. Penyelenggaraan a. Penyelenggaraan penyelidikan
pemberantasan penyakit epidemiologi dan penanggulangan
menular Kejadian Luar Biasa (KLB)
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
polio
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
TB paru
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
malaria
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
kusta
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
ISPA
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
HIV-AIDS
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
diare
j. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
fliariasis
4. Penyelenggaraan a. Pemantauan pertumbuhan balita
perbaikan gizi b. Pemberian suplemen gizi
masyarakat c. Pelayanan gizi
d. Penyuluhan gizi seimbang
e. Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan promosi a. Penyuluhan prilaku sehat
kesehatan b. Penyuluhan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan a. Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik,
kesehatan lingkungan dan kimia, biologi
sanitasi dasar b. Pengendalian vector
c. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan
penanggulangan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA)
penyalahgunaan yang berbasis masyarakat
narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain
8. Penyelenggaraan a. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
pelayanan kefarmasian untuk pelayanan kesehatan dasar
dan pengamanan sediaan b. Penyediaan dan pemerataan pelayanan
farmasi, alat kesehatan kefarmasian di saranan pelayanan
serta makanan dan kesehatan
minuman c. Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan

I. Program Pokok Puskesmas


Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru, terdapat 20 usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun, pelaksanaannya
sangat bergntung pada faktor tenaga, sarana dan prasarana, biaya tersedia, serta
kemampuan manajemen dari tiap – tiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas
(Mubarak, 2014) antara lain sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna mencegah
gizi buruk.
c. Imunisasi
d. Pemberian pendidikan kesehata tentang perkembangan anak dan cara
menstimulasinya.
2. Upaya Keluarga berencana (KB)
a. Mengadakan kursus Keluarga Berecana untuk para ibu dan calon ibu
yang mengunjungi KIA.
b. Mengadakan khursus keluarga berencana kepada dukun yang akan
bekerja sebagai penggerak calon peserta Keluarga Berencana.
c. Memberikaj pendidikan kesehatan mengenai cara pemasangan IUD,
cara –cara penggunaan pil, kondom, dan alat – alat kontrasepsi
lainnya.
3. Upaya Perbaikan Gizi
a. Mengenali penderita – penderita kekeurangan gizi.
b. Mengenalkan program perbaikan gizi.
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
4. Upaya Kesehatan lingkungan
a. Penyehatan air bersih.
b. Penyehatan pembuangan kotoran.
c. Penyehatan lingkungan perumahan.
d. Penyehatan limbah.
e. Pengawasan sanitasi tempat umum.
f. Penyehatan makanan dan minuman.
g. Pelaksanaan peraturan perundangan.
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.
b. Melaporkan kasus penyakit menular.
c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.
d. Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran
penyakit menular.
e. Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber
infeksi.
f. Memberi imunisasi.
g. Pemberantasan vektor.
h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
6. Upaya pengobatan
a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui : pengumpualan
informasi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan membuat diagnosis.
b. Melaksanakan tindakan pengobatan.
c. Melakukan upaya rujukan.
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik,
rumah , dan kelompok – kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi
di tingkat kabupaten terdapat tenaga – tenaga koordinator penyuluhan
kesehatan.
8. Kesehatan olahraga.
9. Kesehatan masyarakat.
10. Kesehatan kerja.
11. Kesehatan gigi dan mulut.
12. Kesehatan mata.
13. Kesehatan jiwa.
14. Laboratorium sederhana.
15. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan.
16. Kesehatan usia lanjut.
17. Pembinaan pengobatan tradisional.
18. Kesehatan remaja
19. Dana sehat
J. Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling
2. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat
agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun
3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
a. Keterpaduan lintas program
UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro,
Remaja, Kesehatan Jiwa
b. Keterpaduan lintassektoral
1) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK
2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
a. Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
1) rujukan kasus
2) bahan pemeriksaan
3) ilmu pengetahuan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1) rujukan sarana dan logistik
2) rujukan tenaga
3) rujukan operasional
K. Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu
masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun
pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan
pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini
didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap pelayanan
Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya,
artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis
atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari.
Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak
sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.
Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas
Peudada, yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik
oleh para petugas medis yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya
persediaan obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara
pasien terpaksa membeli obat pada apotik. Di samping itu, ketika membawa
salah seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan perkampungan
pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas Peudada,
pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku
telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat
membantu dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas
yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan
tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang
berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai masalah kesehatan
seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau penderita TB. Berarti tugas
ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya promotif.
Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling,
dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat melakukan
pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien
dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut
tidak ada supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam tindakan
pengobatan/medis. Tenaga perawat seolah-olah tidak menghargai kegiatan-
kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini
berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi
menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi
yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah
memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif,
maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit
akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah
Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka
tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian
dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang
kuat dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya
sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan
kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan
dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah
diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di
lingkup puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya
sampai jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas
yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada,
puskesmas belum terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta
kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi dalam
melaksanakan tugas di puskesmas.
L. Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993:
44-46)
a. Faktor Internal
1) Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam
mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana
fungsi manajemen itu untuk planning, organaizing, leading, dan controling.
Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan
sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap
‘baik/sudah biasa’. Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya upaya
pengembangan. Serta tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan kendali
mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya pengetahuan, peralatan, dan
perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat dikatakan bahwa kepala
Puskesmas lebih sibuk pada masalah-masalah manajerial daripada kasus-
kasus klinik. Dapat dikatakan juga bahwa kurangnya pengetahuan para
Kepala Puskesmas dan rendahnya disiplin/etos kerja staff, menjadikan unsur
manajemen ini tidak berjalan. Tentu hal ini menghambat kinerja Puskesmas
untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai
target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada
Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatian oleh pemerintah dengan
alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan
prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat
medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan
yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun
menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
3) Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.
Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah tenaga medis
sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan pegawai
memang hal penting karena berkaitan dengan satu-satunya pendapatan resmi
mereka adalah gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan
di Puskesmas di perlukan pimpinan yang mau memotivasi pegawainya
dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya.
4) Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak
sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya
pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak
sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak
kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas
lebih baik daripada Puskesmas. Adapun sumber-sumber keuangan
Puskesmas sebagai berikut:
a) Pemerintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas
dana pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara
bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
b) Retribusi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang
membiayai upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan
besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
c) PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai
imbal jasa kepada peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
d) PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya
sebagai imbal jasa kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai /
karyawan yang berada dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja.
e) BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat membiayai


operasinal dari program-program Puskesmas. Hal ini diakibatkan oleh
beberapa faktor yaitu, birokratisasi penyaluran keuangan dari pemerintah
sampai ke Puskesmasnya dan rendahnya responsibilitas pengelola
manajemen Puskesmas.
5) Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di
Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal
dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang
asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak
dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk
datang ke Puskesmas.
b) Faktor Eksternal
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau
setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki
keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu
Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga
puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di
dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas.
Hal ini terkait pada dana yang tidak cukup untuk menggunakan alat-alat
transportasi atau memang tempat tinggalnya terpencil sehingga penduduknya
lebih senang tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
2. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman
pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legslatif dan
eksekutif yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai
tulang punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tualng
punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat
sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25
tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan mengembangkan demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan
rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah
mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar
pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.
3. Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya
mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara
Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi
ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang
memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar
retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian
justru enggan datang ke Puskesmas.
4. Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat
pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa
masih rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau
bahkan belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-
sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan
lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat
pendidikan yang rendah yang mana sebagian besar penduduk Indonesia
lulusan SD terutama di daerah pelosok-pelosok Indonesia, sehingga hal
berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya
dekat dengan masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan Rumah Sakit
lebih baik sarana dan prasarananya, padahal Puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan yang paling dasar dalam lingkungan masyarakat setempat.
5. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani
penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan
dengan melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain
pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan
kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu
Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan
terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga
tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.
M. Perbandingan pelayanan puskesmas yang dulu dan sekarang
Perbandingan yang pertama di puskesmas dulu dan sekarang lebih
banyak dilakukan pengobatan, seharusnya yang harus dilakukan di puskesmas
itu lebih berfokus pada promosi kesehatan masyarakat, Promosi yang dilakukan
seperti pencegahan. Adapun perbandingan yang lain Salah satunya perbaikan
mutu pelayanan dan sarana prasarana atau fasilitas kesehatan seperti puskesmas.
Dengan makin lengkapnya pelayanan kesehatan yang disediakan. Saat ini,
puskesmas telah bertransformasi menjadi fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang paling banyak melayani peserta JKN-KIS.
Dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi program Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) secara jangka panjang,
sejumlah pakar dan akademisi berkumpul pada acara The 4th InaHEA Annual
Scientific Meeting and International Seminar di Surabaya untuk membahas hasil
kajian dan penelitian yang telah dilakukan. Ada empat kelompok besar topik
utama yang menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut, yaitu mengenai
sustainibilitas keuangan, kesiapan supply-side, kepesertaan, dan penguatan
sistem kesehatan. Kontribusi peneliti terhadap sustainabilitas program JKN-KIS
sangatlah besar. Berbagai temuan, kajian, dan hasil penelitian tersebut nantinya
dapat digunakan untuk menjadi evaluasi berbagai pihak dalam penyelenggaraan
program JKN-KIS, serta dapat membantu menentukan arah kebijakan ke depan,"
kata Direktur Kepatuhan, Hukum, dan Hubungan Antar Lembaga Bayu
Wahyudi dalam acara InaHEA yang bertema The 4th Year Implementation of
National Health Insurance in Indonesia.
Menurut Bayu, hasil riset yang dilakukan para peneliti dan akademisi
secara signifikan telah membantu mendorong kesejahteraan rakyat Indonesia.
Tak hanya itu, kondisi pelayanan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas pun
turut membaik. Dulu puskesmas dipandang sebelah mata karena seringkali
diidentikan dengan tempat berobat untuk masyarakat kurang mampu, kini
stereotip tersebut perlahan memudar karena baik pelayanan maupun sarana
prasara na di puskesmas sudah membaik. Atas perbaikan kondisi tersebut,
puskesmas pun menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
paling banyak dipilih oleh peserta JKN-KIS. Dalam kesempatan tersebut, Bayu
berharap BPJS Kesehatan dapat didukung oleh para pakar dan akademisi untuk
mengubah pola pikir masyarakat agar mendaftar sebagai peserta JKN-KIS selagi
masih sehat. Ke depannya diharapkan seluruh masyarakat dapat teredukasi dan
tersosialisasi dengan baik mengenai pentingnya memiliki perlindungan jaminan
kesehatan dengan terdaftar sebagai peserta JKN-KIS sedini mungkin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata
masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh
masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang
memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh
karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem
pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas
juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Saran
1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan dan
pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk
mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh masyarakat
Daftar Pustaka
Depkes RI. 1987. Peran Serta Masyarakat. Jakrta : Depkes RI, Pusat Pembinaan dan
Pelatihan Masyarakat.
Depkes RI. 1991. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat
Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit.Jen.Yanmedik.
DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.
Entjang Indan., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.
Nurcahyani ; Dewi, Y., 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan pengobatan di puskesmas. (Working Paper series No.04, Oktober 2008,
first draft).
Alghamdi, Mohammed G. (2016). Nursing Workload: a concept analysis. Journal of
Nursing Management. 24(4). 449-457. doi: 10.1111/jonm.12354
Swarjana, I. K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.

S-ar putea să vă placă și