Sunteți pe pagina 1din 18

KONSEP KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Purwati

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya, shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada nabi besar kita
nabi Muhammad Saw.
Penyusun mengangkat masalah mengenai Konsep keseimbangan suhu
tubuh, Asuhan Keperawatan Hipertermia. Penyusun mengharapkan penulisan
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta informasi bagi pembaca
mengenai judul tersebut.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen pembimbing,
teman-teman, unit perpustakan kampus, serta seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen KMB yang telah
memberikan pengarahan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan, maka dari itu kritik serta saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.

Bandung, 01 Desember 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………......i


Daftar Isi ………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………..….….. .2
C. Tujuan …………………………………………………………….... 2
D. Sistematika…………………………………………………………....3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian……………………………………………………………6
B. Etiologi………..……………………………………………………..6
C. Manifestasi…………………………………………………………..6
D. Proses terjadi…………………………………………………………7
E. Komplikasi……………………………………………………...........8
F. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………..…9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian…………………………………………………………...10
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………...11
C. Intervensi…………………………………........................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..14
B. Saran…………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA

BAB
ii I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan pada anak merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi
dalam bidang kesehatan. Dalam profil pengendalian penyakit di Amerika
Serikat melaporkan ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi febris akut dalam dua
tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006).
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal (Avin, 2007). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38oC. Namun
demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5oC, dan
dari meningkatnya suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang
berlebih yaitu di atas kisaran suhu tubuh normal (Purwanti, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah
kasus demam diseluruh dunia mencapai 18-34 juta jiwa, anak merupakan
paling rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih
ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah, insiden demam banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak
disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph,
2006). Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%,
sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolic, 11-
12% dengan penyakit lain (Avin2007).
Menurut Purwanti (2008) demam dapat mengakibatkan dehidrasi
berat bahkan bisa meninggal karena pada saat demam, terjadi peningkatan
pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi serta
mengakibatkan kejang demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas dapat

1
2

dilihat bahwa jika demam tidak segera ditangani bisa mengakibatkan hal
yang tidak diinginkan, sehingga perawat mempunyai peran penting dalam
mengatasi demam misalnya dengan melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri dan pasien dengan demam juga memerlukan pemantauan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto (2005) yaitu
dengan cara memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun panas
jika suhu badan anak lebih dari 39oC, mengompres menggunakan air
hangat, menghindari membangunkan anak yang sedang tidur untuk
memberi obat karena tidur sangat dibutuhkan bagi anak untuk
mengumpulkan energi yang bertujuan untuk melawan infeksi. Pertolongan
pertama yang aman bisa dilakukan oleh ibu dirumah ketika anaknya
demam yaitu dengan cara kompres hangat untuk meurunkan suhu tubuh,
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohamad, (2011)
yang menunjukan hasil bahwa kompres air hangat dapat menurunkan suhu
tubuh secara efektif. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
perlu adanya pembahasan tentang demam dalam proses pemenuhan
kebutuhan termoregulasi.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Apa Definisi dari Hipertermi?
2. Apa Etiologi dari Hipertermia?
3. Bagaimana Patofisiologia dari Hipertermia?
4. Manifestasi Klinis dari Hipertermia?

C. Tujuan
Tujuan umum : Mahasiswa mampu memberikan penjelasan asuhan
keperawatan yang diberikan pada Klien dengan masalah perlindungan
termoregulasi (Hipertermia)
3

Tujuan khusus :
1. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus masalah keperawatan
perlindungan termoregulasi (hipertermia)
2. Memaparkan hasil analisa data dan diagnosa yang muncul pada kasus
masalah keperawatan perlindungan termoregulasi (hipertermia)
3. Memaparkan intervensi keperawatan pada kasus masalah keperawatan
perlindungan termoregulasi (hipertermia)

A. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku
panduan keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri
dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II berisi pembahasan dan Bab III terdiri dari Asuhan
Keperawatan, Bab IV terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih
tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan
kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall Corpenito)
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
(NANDA, 2012). Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang
meningkat diatas rentang normalnya (NIC NOC, 2007).
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan
mekanisme termoregulasi (Ensiklopedia Keperawatan). Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal (Doenges
Marilynn E.).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi
adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis
sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.
Mekanise kehilangan panas
1. Radiasi
a. Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas
inframerah (panjang gelombang 5 – 20 mm), tanpa adanya kontak
langsung
b. Mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60% )
c. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara
bila suhu udara lebih dingin dari kulit
2. Konduksi
a. Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda –
benda yg ada disekitar tubuh

4
5

b. Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil


sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak
dapat terjadi secara efektif terus menerus
c. Perpindahan langsung dari badan ke obyek tanpa gerakan : kompres
3. Evaporasi
a. Perpindahan panas dengan penguapan
b. Selama suhu kulit >> tinggi suhu lingkungan panas hilang melalui
radiasi & konduksi, tetapi ketika suhu lingkungan >> tinggi suhu
kulit, tubuh melepaskan panas dengan evaporasi
c. @ 1 gram air yg mengalami evaporasi kehilangan panas tubuh sebesar
0,58 kilo kalori
d. Kondisi tidak berkeringat, evaporasi berlangsung 450 – 600 ml/hari
kehilangan panas terus menerus dgn kec. 12 – 16 kalori/jam
e. Evaporasi tidak dapat dikendalikan oleh karena terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit & sistem pernafasan
(IWL)
4. Konveksi
a. Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau
cairan.
b. Kehilangan panas melalui konveksi sekitar 15%
c. Melalui sirkulasi : kipas angina

Macam-macam Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada mlam hari dan turun kembali ketingkat yang diatas
normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
6

2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang
dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus
tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari ayng diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

B. Etiologi
1. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan
trauma lahir dan obat-obatan
2. Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.
3. Peradangan
4. Ketidak efektifan suhu sekunder pada usia lanjut
5. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu
febris.

C. Manifestasi Klinis
1. Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F)
7

2. Taki kardia
3. Kulit kemerahan
4. Hangat pada sentuhan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

D. Proses Terjadi
1. Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
e. Merasakan sensasi dingin
f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
g. Rambut kulit berdiri
h. Pengeluaran keringat berlebihan
i. Peningkatan suhu tubuh
2. Fase II: proses demam
a. Proses menggigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas atau dingin
d. Peningkatan nadi dan laju pernafasan
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi ringan hingga berat
g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
h. Lesi mulut herpetik
i. Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )
j. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme
protein
8

3. Fase III: pemulihan


a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Menggigil ringanKemungkinan mengalami dehidrasi

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia
bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan
interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. suhu tinggi (demam) juga
berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B terhadap organisme
pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah
pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan
metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan
cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa
metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan
kejang.

E. Komplikasi
Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak adalah meningkatkan
permeabilitas yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit
dalam terjadinya edema serebral (Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia
meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat
kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral
(Reith, et al, 1996). Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100
gram/ menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat
reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui edema serebral memperbesar
volume otak dan meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak
cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena resistensi serebral
meninggi. Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa
terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat
bertambah (Hucke, et al, 1991).
9

Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat


sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara
pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada
dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik
sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat
diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat
yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al,
1991).
Apabila sirkulasi kolateral tidak dimanfaatkan untuk menolong daerah
perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya yang sudah nekrotik akan
meluas, sehingga lesi irreversible mencakup juga daerah yang sebelumnya
hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang
menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase
akut stroke berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral
yang berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional (Hucke, et al,
1991).

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu: Beri obat penurun panas
seperti paracetamol, asetaminofen.
b. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:
 Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi
pada waktu menderita panas. Minum air membuat mereka merasa
lebih baik dan mencegah dehidrasi.
 Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi
tubuh seminimal mungkin.
 Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher belakang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas :
pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, anilsa masalah.
1. Data Subjektif
a. Pasien mengeluh panas
b. Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2. Data Objektif
a. Suhu tubuh >37oC
b. Takikardia
c. Mukosa bibir kering
3. Keadaan umum
a. Menggigil.
b. Kulit pecah.
c. Pengeluaran keringat berebihan.
d. Tampak lemah.
e. Bibir kering.
f. Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.
GCS: mata = 4
Verbal =5
Motorik =6
4. Tanda-tanda vital
a. Tensi : 105/65 mmHg–125 /80 mmHg dibawah / diatas normal.
b. Nadi : 70-110 x/menit dibawah/ diatas normal.
c. Respirasi : 19-23 x/menit.
d. Suhu : > 370C
Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit

10
11

klien menglami kehilangan penurunan berat badan,asupan nutrisi yang


tidak adekuat ataupun reaksi psikologis.

5. Pemeriksaan sistem chepalocaudal


a. Pemeriksaan Kepala
Bibir : mukosa bibir kering,tidak ada cyanosis.
Lidah: tampak kotor dan berwarna putih.
b. Pemeriksaan Ekstrimitas
Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan / tampak pucat
Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.
c. Pemeriksaan Intugmen
Kulit tampak kemerahan
Akral hangat – panas
Turgor baik
Terjadi kelembapan kulit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, takikardia, dan
nafas cepat.
2. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan
pusing.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas
yang berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien
panas, dehidrasi dan mukosa bibir kering.

C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan
tujuan , tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien
12

berdasarkan analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/


keperawatannya (Azis, 2004).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah
berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
1. Prioritas masalah
a. Hipertermi
2. Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah hipertermi teratasi
3. Kriteria hasil
a. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
b. Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c. Pasien tampak tidak lemas
d. Mukosa bibir lembab
4. Rencana Tindakan
NO INTERVENSI NO RASIONAL
1 Observasi keadaan umum pasien 1 Mengetahui perkembangan
keadaan umum dari pasien
2 Observasi tanda-tanda vital pasien 2 Mengetahui perubahan tanda-
tanda vital pasien
3 Anjurkan pasien untuk banyak 3 Mencegah terjadinya
minum dehidrasi sewaktu panas
4 4 Meminimalisir produksi
Anjurkan pasien untuk banyak panas yang diproduksi oleh
5 istirahat 5 tubuh
Membantu mempermudah
6 Anjurkan pasien untuk memakai 6 penguapan panas
pakaian yang tipis Mempercepat dalam
7 Beri kompres hangat di beberapa 7 penurunan produksi panas
bagian tubuh Meningkatkan pengetahuan
Beri Health Education ke pasien dan pemahaman dari pasien
13

dan keluarganya mengenai dan keluarganya


8 pengertian, penanganan, dan terapi 8
yang diberikan tentang penyakitnya Membantu dalam penurunan
Kolaborasi/ delegatif dalam panas
pemberian obat sesuai indikasi,
contohnya : paracetamol
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah diberikan (A. Aziz Alimul H. 2006).

E. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, yaitu :
1) Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-
37,4oC)
2) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
3) Pasien tampak tidak lemas
4) Mukosa bibir lembab
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
(NANDA, 2012). Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-
menerus lebih tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall
Corpenito), dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah keadaan dimana suhu
inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga menyebabkan peningkatan
suhu tubuh dari individu.
Terdapat macam-macam jenis demam yaitu: Demam Septik, Demam
Remiten. Demam Intermiten. Demam Kontinyu dan Demam Siklik. Pada
mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia
bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan
interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. suhu tinggi (demam) juga
berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B terhadap organisme
pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah
pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan
metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan
cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa
metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan
kejang.

B. Saran
Memerlukan penanganan yang lebih intenshif dalam asuhan keperawatan
pada pasien dengan hipertermia, guna mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang optimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

S-ar putea să vă placă și