Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
2, Agustus 2015
DOI: 10.26699/jnk.v2i2.ART.p136-143
Abstract: Breast milk is an emulsion of fat in the protein solution, laktosa, and inorganic
salts secreted by the mamary glands of the mother. The oxytocin hormone is a hormone that
affects of lactation process. Oxytocin is up to the alveoli of the mammry myoepithelial cell
contraction causes surrounding the mammary alveoli and lactiferous ducts. Back massage
on cervical 5-6 until the bottom of the shoulder blade stimulate endorphins and oxytocin
secretion and improves blood circulation breast area. The purpose of research to determine
the effect of back massage on milk production an mothers post partum in cempaka’s room
Ngudi Waluyo Wlingi Hospital November 2014. Design Quasi Experimental research with
the design of the Control Group Pre-Test Post-Test Design with Non Random data retrieval
with Consecutive Sampling (1 week) with total 24 population and total sample 20
respondents. Analysis data with two different Test Mean (T Test) Independent by using
Paired Sample Test with H1 is accepted when the value of p < 0,05 and Independent Sample
Test H1 is accepted when the value of p < 0,05. And research result Paired Sample Test the
showed significant values (p) of 0,000 smaller than alpha 0,05. And there is influence of
back massage on milk production before and after treatment. From the reserch result
suggested all post partum mothers to do a back massage.
Abstrak : ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu. Hormon oksitosin adalah hormon yang
mempengaruhi proses laktasi. Oksitosin yang sampai pada alveoli mamae menyebabkan
kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus laktiferus. Pijat
punggung pada cervical 5-6 sampai tulang belikat bagian bawah merangsang pengeluaran
hormon endorfin dan oksitosin maupun meningkatkan sirkulasi darah daerah payudara.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pijat punggung terhadap produksi ASI
ibu post partum di ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi November 2014. Desain
penelitian Quasi Experimental dengan rancangan Control Group Pre-Test Post-Test Design
dengan pengambilan data secara Non Random dengan Consecutive Sampling (1 minggu)
dengan jumlah populasi 24 dan besar sampel 20 responden. Analisis data dengan uji Beda
Dua Mean (T Test) Independent dengan menggunakan uji Paired Sample Test dengan H1
diterima bila nilai p<0,05 dan uji Independent Sample Test H1 diterima bila nilai p<0,05.
Dan hasil penelitian pada uji Paired Sample Test menunjukkan nilai signifikan (p) 0,000
lebih kecil dari alpha 0,05, dan ada pengaruh pijat punggung terhadap produksi ASI sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Dari hasil penelitian disarankan semua ibu post partum
untuk dilakukan pijat punggung.
141
142
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi
lemak dalam larutan protein, laktosa dan Utara sebesar 34,67%.
garam-garam anorganik yang disekresi oleh Data tersebut juga ditunjang dari hasil
kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai studi pendahuluan peneliti di ruang Cempaka
makanan bagi bayinya (Hapsari, 2009). RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal
Tetapi masih banyak didapatkan ibu post 23 September 2014 menunjukkan 90% dari
partum pada hari I-III ASI belum keluar 20 ibu post partum belum keluar pada hari I
sehingga ibu tidak bisa memberikan ASI post partum dan 87% dari 16 ibu post partum
eksklusif kepada bayinya karena ibu akan ASI belum keluar secara efektif pada hari II
memberikan susu formula untuk memenuhi dan III post partum sehingga ibu tidak bisa
kebutuhan bayinya. Menurut Kementrian memberikan ASI yang cukup untuk bayinya
Kesehatan R.I. (2013) cara pemberian dan memberinya susu formula.
makanan pada bayi yang baik dan benar Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak masih rendahnya presentase pemberian ASI
lahir sampai dengan umur 6 bulan dan eksklusif di Indonesia yaitu di bawah target
meneruskan menyusui anak sampai umur 24 nasional sebesar 80% (Depkes, 2006). Hal ini
bulan. ASI merupakan makanan terbaik disebabkan oleh pemasaran susu formula
untuk bayi yang mengandung sel darah putih, yang masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6
protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bulan yang tidak ada masalah medis, masih
bayi serta ASI membantu pertumbuhan dan banyaknya perusahaan yang mempekerjakan
perkembangan anak secara optimal serta perempuan tidak memberi kesempatan bagi
melindungi terhadap penyakit (Kementrian ibu untuk melaksanakan pemberian ASI
Kesehatan R.I. 2013). eksklusif terbukti dengan tidak tersedianya
Di Indonesia masalah pelaksanaan ASI ruang laktasi dan perangkat pendukungnya,
eksklusif masih memprihatinkan. masih banyak tenaga kesehatan ditingkat
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan layanan yang belum peduli atau belum
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2005- berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk
2006 didapatkan hasil bahwa pemberian ASI mendapatkan ASI eksklusif yaitu masih
eksklusif pada bayi dibawah enam bulan di mendorong untuk memberi susu formula
perkotaan berkisar antara 3%-18%, pada bayi 0-6 bulan, masih sangat
sedangkan di pedesaan 6%-19%. Presentasi terbatasnya tenaga konselor ASI, belum
ini menurun seiring dengan bertambahnya maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi,
usia bayi, yaitu 54% pada bayi 2-3 bulan dan advokasi dan kampaye terkait pemberian ASI
19% pada bayi 4-5 bulan, yang lebih dan belum semua rumah sakit melaksanakan
memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
dua bulan telah diberikan susu formula dan (LMKM) Kementrian Kesehatan R.I.(2013)
30% bayi berusia 2-3 bulan telah diberikan serta produksi ASI sedikit, pembengkakan
makanan tambahan. payudara, puting lecet (Bobak, 2004).
Berdasarkan Kementrian Kesehatan Sebagai dampak tidak diberikannya ASI
R.I. (2013) hasil presentasi pemberian ASI eksklusif ini dapat menimbulkan
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia KEP/Malnutrisi, berat badan kurang serta
tahun 2013 sebesar 54%, sedikit meningkat meningkatkan resiko dan infeksi pada bayi
bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar akibat penurunan imun dan hal ini
48,6%. Presentasi pemberian ASI eksklusif merupakan penyebab kematian balita.
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat Faktor penghambat dalam pemberian
sebesar 79,74% Sumatra Selatan sebesar ASI adalah produksi ASI itu sendiri.
74,49% dan Nusa Tenggara Timur sebesar Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar
74,37%. Sedangkan presentasi terendah dapat menyebabkan ibu tidak memberikan
terdapat di propinsi Maluku sebesar 25,21%, ASI pada bayinya dengan cukup. Selain
142
Sriati dan Kartika Sari, Pengaruh pijat punggung......143
hormon prolaktin, proses laktasi juga dengan hasil perhitungan berdasarkan SPSS
bergantung pada hormon oksitosin, yang ditemukan p value 0,000 < P a 0,05
dilepas dari hipofise posterior sebagai reaksi (Rusdiarti, 2014). Penelitian pijat punggung
terhadap pengisapan puting. Oksitosin ini juga dilakukan di ruang rawat inap
mempengaruhi sel – sel mioepitel yang kebidanan dan pediatrik di rumah sakit
mengelilingi alveoli mamae sehingga alveoli Pendidikan Perawatan Tersier di Pusat India
berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang pada Juli 2011 – Oktober 2012 tentang
sudah disekresikan oleh kelenjar mamae pengaruh pijat punggung terhadap produksi
(Farrer, 2001). Reflek oksitosin ini ASI pada post partum sejumlah 220 sampel
dipengaruhi oleh jiwa ibu. Jika ada rasa yang terbagi dalam 2 kelompok (perlakuan
cemas, stress dan ragu yang terjadi, maka dan kontrol). Hasil pada penelitian ini
pengeluaran ASI bisa jadi akan terhambat ditunjukkan dalam perbedaan kuantitas tidur
(Kodrat, 2010). bayi, BAK, BAB, kenaikan berat badan
Salah satu cara untuk menstimulasi perhari dan didapatkan nilai yang signifikan
oksitosin adalah dengan pijat punggung. Pijat p < 0,05 (Patel Umesh, Sharad Gedam,
punggung merupakan cara yang mudah untuk 2013).
dimengerti dan dipahami, praktis untuk Dari latar belakang di atas, perlu
dikerjakan, dan tidak membutuhkan waktu dibuktikan pengaruh pijat punggung terhadap
yang lama untuk melakukannya serta dapat produksi ASI ibu post partum di ruang
dilakukan oleh siapapun (suami, keluarga, Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
petugas). Pijat punggung pada cervical 5-6 Kabupaten Blitar.
sampai setinggi tulang belikat bagian bawah
menggunakan ibu jari tangan dengan gerakan BAHAN DAN METODE
melingkar kecil pada kedua sisi tulang Desain penelitian yang digunakan adalah
punggung selama 2-3 menit (WHO/UNICEF, quasi experimental dengan control group pre
2008). Pijat punggung adalah sebuah teknik test post test design. Populasinya adalah ibu
akupresur yang telah direkomendasikan oleh post partum di ruang Cempaka RSUD Ngudi
pemimpin La Leche League International Waluyo Wlingi sejumlah 24 orang. Sample
(LLLI) selama bertahun-tahun. Punggung yang dipilih ditetapkan dengan metode
atas adalah titik akupresur digunakan untuk purposive sampling dan didapatkan 20 orang
memperlancar proses laktasi. Saraf yang yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu 10
mempersarafi payudara berasal dari tulang kelompok perlakuan dan 10 kelompok
belakang bagian atas, antara tulang belikat. kontrol. Pengumpulan data dilakukan di
Daerah ini adalah daerah dimana perempuan Ruang Cempaka RSUG Ngudi Waluyo
sering mengalami ketegangan otot. Memijat Wlingi mulai tanggal 17-22 Juni 2015
punggung atas dapat merilekskan bahu dan dengan melakukan wawancara dengan
menstimulasi refleks let-down (Betts, 2009), responden dan melihat serta mengecek
sehingga dengan pijat punggung akan produksi ASI, responden akan menjawab
membuat produksi ASI lancar. kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti
Pijat punggung ini telah dibuktikan dari untuk mengetahui karakteristik responden
hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengetahui produksi ASI. Pengisian
sebelumnya tentang pengaruh pijat oksitosin kuesioner produksi ASI dilakukan oleh
pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI di peneliti berdasarkan hasil wawancara dan
Kabupaten Jember 2014 sejumlah 36 sampel data klinis yang di dapat dari responden.
yang menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI Pada kelompok perlakuan pengisian
pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat kuesioner produksi ASI dilakukan setelah 2
oksitosin sebesar 4,61 hari dan rata-rata jam post partum sebelum dilakukan pijat
pengeluaran ASI pada ibu nifas yang punggung (pre test) dan setelah dilakukan
dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit pijat punggung waktu pasien mau pulang
143
144 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2,Agustus 2015, hlm.141-150
pada hari kedua post partum (post test). Pada Perlakuan Kontrol
Karakteristik
kelompok kontrol pengisian kuesioner F % F %
produksi ASI dilakukan setelah 2 jam post
partum (pre test) dan waktu pasien mau
Pendidikan
pulang pada hari kedua post partum (post -SD 1 10 1 10
test). Untuk menentukan kelompok perlakuan -SMP 2 20 3 30
dan kelompok kontrol peneliti -SMS 7 70 6 60
Pekerjaan
menentukannya secara selang-seling pada -Bekerja 0 0 0 0
responden yang didapat. Pada responden -Tidak bekerja 10 100 10 100
pertama oleh peneliti akan dijadikan Umur
<20 1 10 2 20
kelompok perlakuan, selanjutnya respoden 20-30 7 70 7 70
kedua akan dijadikan kelompok kontrol dan >30 2 20 1 10
demikian seterusnya sampai batas waktu
yang telah ditentukan. Pada kelompok pijat Hasil Pre Test Produksi ASI Ibu Post
Partum pada kelompok perlakuan digambarkan
punggung, peneliti menjelaskan kepada ibu
pada Tabel 2
segala sesuatu tentang pijat punggung dan
prosedur pijat punggung. Pijat punggung bisa Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pre Test
dilakukan setiap pagi ,siang , sore atau Produksi ASI Ibu Post
malam hari dengan durasi 2-3 menit dimulai partumTerhadap Responden
dari setelah 2 jam post partum dengan Kelompok Perlakuan Di Ruang
frekuensi 6 kali selama dirawat di ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo
Cempaka RSUD Wlingi.Peneliti hanya Wlingi Bulan Juni 2015
melakukan pijat punggung sekali untuk
selanjutnya pijat punggung akan dilakukan Kelompok Perlakuan
oleh enomerator yaitu mahasiswa Akademi Kriteria Pre Test
Kebidanan semester V dan mahasiswa S-I Jumlah %
Keperawatan semester VII serta Baik 0 0
suami/keluarga yang sebelumnya telah
Cukup 0 0
diajari/dilatih oleh peneliti. Evaluasi
Kurang 10 100
dilakukan setelah dilakukan pijat punggung 6 10 100
Total
kali untuk melihat adakah perubahan
produksi ASI. Pada kelompok kontrol, Hasil Post Test Produksi ASI Ibu Post
peneliti menjelaskan tujuan dan maksud tidak Partum pada kelompok perlakuan digambarkan
dilakukannya pijat punggung, tetapi akan pada Tabel 3
melakukan evaluasi produksi ASI waktu
pasien mau pulang pada hari kedua, Tabel 3 Distribusi Frekuensi Post Test
selanjutnya akan melakukan dan mengajari Produksi ASI Ibu Post
pijat punggung setelah proses penelitian partumTerhadap Responden
selesai. Analisis data menggunakan Kelompok Perlakuan Di Ruang
Independent dan Paired T-Test Cempaka RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi Bulan Juni 2015
HASIL PENELITIAN
Secara umum ibu post partum di Ruang Kelompok Perlakuan
Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kriteria Post Test
seperti dalam tabel 1 di bawah ini Jumlah %
Baik 0 0
Tabel 1 Karakteristik ibu post partum di Cukup 10 100
Ruang Cempaka RSUD Ngudi Kurang 0 0
Waluyo Wlingi Juni 2015 (n=20) Total 10 100
Sriati dan Kartika Sari, Pengaruh pijat punggung......145
Dengan tidak dilakukannya pijat anaknya serta dengan rawat gabung membuat
punggung akan menghambat dalam ibu mempunyai banyak kesempatan untuk
pengeluaran ASI dan produksi ASI meskipun menyusui sehingga dengan ibu memegang
pada dasarnya menurut (Suhardjo, 2010) bayinya, melihat bayinya dan sentuhan kulit
pada keadaan normal sekitar 100 ml tersedia ibu dan anak saat menyusui (WHO/UNICEF,
pada hari kedua. Dengan demikian agar 2008) merupakan salah satu cara untuk
pelepasan ASI lancar dan produksi ASI menstimulasi reflek oksitosin agar
meningkat sangat diperlukan rangsangan pengeluaran ASI lancar. Dengan demikian
atau stimulasi sejak awal post partum tanpa disarankan perawatan payudara dapat
menunggu adanya masalah pengeluaran ASI dilakukan sejak kehamilan trimester akhir
sehingga tidak terjadi permasalahan dalam usia kehamilan 32-34 minggu, melakukan
pengeluaran ASI dan produksi ASI lancar. penyusuan minimal 8 kali/hari, makan
Sedangkanberdasarkan tabel 3 makanan yang cukup dan bergisi
mayoritas produksi ASI post test 2 orang mengandung 4 sehat 5 sempurna dan
(20%) ASI kriteria cukup, 1 orang (10%) seimbang serta minum 3 liter/ hari pada ibu
ASI kriteria baik.Hal ini dimungkinkan post partumagar pengeluaran ASI lancar dan
disebabkan oleh perawatan payudara yang produksi ASI meningkat.
dilakukan oleh ibu post partum sejak Berdasarkan tabel 4 dan hasil ujiPaired
kehamilan trimester akhir (usia kehamilan 8 Sample Test menunjukkan nilai signifikan (p)
bulan) hal ini merupakan salah satu cara sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05
untuk menstimulasi reflek oksitosin menurut sehingga H1 diterima. Dengan demikian
WHO/UNICEF (2008) agar pengeluaran ASI dapat dikatakan bahwa ada pengaruh
lancar dan frekuensi penyusuan bayi yang produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan
dilakukan oleh ibu post partumsebab perlakuan pijat punggung.Hal ini disebabkan
frekuensi menyusui minimal 8 kali berkaitan pijat punggung pada cervical 5-6 sampai
dengan kemampuan stimulasi hormon dalam setinggi tulang belikat bagian bawah
kelenjar payudara (Kodrat, 2010) yang menggunakan ibu-ibu jari tangan dengan
mempengaruhi produksi ASI, serta asupan membuat gerakan melingkar kecil pada
nutrisi yang cukup karena nutrisi dan gizi kedua sisi tulang punggung selama 2-3 menit
serta minum 3 liter perhari memegang (WHO/UNICEF, 2008). Saat
peranan penting dalam hal menunjang dipijat(rangsangan taktil), saraf punggung
produksi ASI yang maksimal (Kodrat, 2010). akan mengirimkan sinyal ke
Juga berdasarkan tabel 1 mayoritas otak(neuroendokrin) untuk mengeluarkan
60% tingkat pendidikan yang tidak rendah oksitosin (Cooper, Bart, 2005). Oksitosin
membuat ibu post partum menyadari dan yang sampai pada alveoli mamaeakan
merasa membutuhkan pentingnya ASI, menyebabkan kontraksi sel–sel khusus (sel
berdasarkan tabel 1 mayoritas 70% umur mioepitel) yang mengelilingi alveolus
yang sudah dewasa (20-30 tahun) mamae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel–
menunjukkan kematangan hormonal yang sel khusus ini mendorong ASI keluar dari
dapat mempengaruhi proses laktasi alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke
sertaberdasarkan tabel 1 mayoritas 100% sinus laktiferus untuk disimpan.Pada saat
tidak bekerjanya responden membuat banyak bayi mengisap, puting, ASI di dalam sinus
kesempatan untuk melakukan perawatan tertekan dan keluar ke mulut bayi.Gerakan
payudara selama kehamilan. ASI dari sinus ini dinamakan let down atau
Selain itu anak pertama merupakan pelepasan (Bahiyatun, 2009).
anak yang di idam-idamkan oleh kedua orang Reflek turunnya susu (let-down reflex)
tuanya maupun keluarga, hal ini dilihat dari penting dalam menjaga kestabilan produksi
keceriaan kedua orang tua bayi dan ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu
dukungan keluarga untuk segera menyusui mengalami stres, kecemasan atau
147
148 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2,Agustus 2015, hlm.141-150
ketegangan. yang akan meningkatkan rumah sakit yang sebelumnya telah diajari
epinefrin atau norepinefrin dan akan dan dilatih malakukan pijat punggung.
menghambat transportasi oksitosin (Farrer, Berdasarkan tabel 5 dan hasil uji
2001). IndependentSample T-test menunjukkan nilai
Dengan pijat punggungakan signifikan (p) sebesar 0,032 yang lebih kecil
memberikan kenyamanan dan membuat dari alpha 0,05 sehingga H1 diterima, dan
rileks ibu karena pijatpunggung dapat dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
merangsang pengeluaran hormon endorfin produksi ASI antara kelompok kontrol dan
serta dapat menstimulasi refleks oksitosin kelompok perlakuan.Perbedaan yang terjadi
(Spatafora, 2009). Punggung adalah daerah pada kelompok kontrol, hal ini disebabkan
di mana wanita paling sering mengalami pada kelompok kontrol tidak dilakukan pijat
ketegangan.Punggung merupakan titik punggungyang akan memberikan
akupresur untuk memperlancar proses kenyamanan dan membuat rileks ibu karena
laktasi. Pijat punggung juga akan pijatpunggung dapat merangsang
meningkatkan sirkulasi darah pada daerah pengeluaran hormon endorfin serta dapat
payudara (Hormann, 2007) sehingga akan menstimulasi refleks oksitosinyang berfungsi
memperlancar pelepasan ASI dan produksi dalam pelepasan ASI dalam proses laktasi
ASI meningkat. (Spatafora, 2009),pijat punggung juga akan
Selain pijat punggung juga meningkatkan sirkulasi darah pada daerah
dimungkinkan disebabkan berdasarkan tabel payudara (Hormann, 2007) sehingga akan
1 mayoritas 70% tingkat pendidikan yang memperlancar pelepasan ASI dan produksi
tidak rendah membuat ibu post partum ASI meningkat. Dengan tidak dilakukannya
menyadari dan merasa membutuhkan pijat punggung akan menghambat dalam
pentingnya pijat punggung untuk pengeluaran ASI dan produksi ASI meskipun
merangsang ASI keluar dan produksi ASI pada dasarnya menurut (Suhardjo, 2010)
meningkat. Berdasarkan tabel 1 70% umur pada keadaan normal sekitar 100 ml tersedia
yang sudah dewasa (20-30 tahun) pada hari kedua. Adanya produksi ASI yang
menunjukkan kematangan hormonal yang cukup dan baik hal ini dimungkinkan
dapat mempengaruhi proses laktasi. disebabkan karena faktor lain yaitu asupan
Juga dimungkinkan disebabkan anak nutrisi, frekuensi penyusuan, perawatan
pertama merupakan anak yang di idam- payudara sejak kehamilan 32-34 minggu,
idamkan oleh kedua orang tuanya maupun tingkat kecemasan, umur yang sudah dewasa,
keluarga, hal ini dilihat dari keceriaan kedua tingkat pendidikan, pekerjaan, dukungan
orang tua bayi dan dukungan keluarga untuk maupun motivasi ibu dan keluarga serta
segera memberikan ASI kepada anaknya dan harapan orang tua terhadap anak, yang mana
keinginan serta motivasi ibu post partum dan hal tersebut tidak termasuk (tidak dianalisa)
keluarga untuk mengetahui cara untuk dalam penelitian ini.
melancarkan produksi ASI, hal ini juga dapat Sedangkan perbedaan yang terjadi pada
dilihat dari semangat ibu post partum untuk kelompok perlakuan, hal ini disebabkan
dilakukan pijat punggung dan kenyamanan karenapada kelompok perlakuan, dengan
yang dirasakan saat ataupun setelah dilakukan pijat punggung akan memberikan
dilakukan pijat punggung serta semangat kenyamanan dan membuat rileks ibu karena
keluarga untuk diajari dan mau melakukan pijatpunggung dapat merangsang
pijat punggung. pengeluaran hormon endorfin serta dapat
Dengan demikian pijat punggung ini menstimulasi refleks oksitosinyang berfungsi
bisa dilakukan untuk semua ibu post partum dalam pelepasan ASI dalam proses laktasi
dan dapat dilakukan oleh siapapun termasuk (Spatafora, 2009), pijat punggung juga akan
keluarga di rumah / setelah pulang dari meningkatkan sirkulasi darah pada daerah
payudara (Hormann, 2007) sehingga akan
Sriati dan Kartika Sari, Pengaruh pijat punggung......149