Sunteți pe pagina 1din 14

II.

3-Rinitis Non Alergi


.

MODUL UTAMA
ALERGI IMUNOLOGI

MODUL III.3
RINITIS NON ALERGI

EDISI II

0
II.3-Rinitis Non Alergi
.

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015

1
II.3-Rinitis Non Alergi
.

DAFTAR ISI

A. WAKTU ...........................................................................................................2
B. PERSIAPAN SESI............................................................................................2
C. REFERENSI....................................................................................................5
D. KOMPETENSI.................................................................................................5
E. GAMBARAN UMUM ....................................................................................5
F. CONTOH KASUS............................................................................................6
G. TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................................6
H. METODE PEMBELAJARAN.........................................................................6
I. EVALUASI........................................................................................................6
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF...............................7
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR.......................8
L. DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA......................................................11

2
II.3-Rinitis Non Alergi
.

A. WAKTU

Proses pengembangan kompetensi Alokasi waktu


Sesi dalam kelas 9x60 menit (classroom session)
Sesi praktikum 0 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 0 menit (facilitation and assessment)

B. PERSIAPAN SESI

 Materi presentasi: LCD 1 :

Classifica on of Rhini s

Infec ous
• Viral
• Bacteria
• Fungus

Allergic Non allergic


• Intermi ent • Idiopathic
• persistent • NARES
• Hormonal/pregnancy
• Occupa onal
• Elderly, etc

rhini s

Bousquet et all. ARIA 2008 Update. Allergy 2008:63(S86):8-160


Johnson JT, Rosen CA. Bailey’s Head and Neck Surgery Otalaryngology 2014

3
II.3-Rinitis Non Alergi
.

LCD 2 :

NonallergicvsAllergic
NAR DifferencefromAR
Onset Older ages (vs earlier ages/
allergic march)
Structural: deviated septum , turbinate Unilateral
d symptoms, abnormal
hypertrophy, nasal polyps fini ng s
Drugs: aspirin, NSAIDs, an hypertension, Symptoms on exposure only
topical decongestant

Culinary: capsaicin

Emo on: anger

Physical exercise, cold-dry air, temperature


changes
Alcohols

Cocain

Irritant: smoke/fume recurrent


RyanD, Bousquet J, Fokkens W, Wickman M. Primary care : the Cornerstone of diagnosis of AR. Allergy 2008:63;981-989

4
II.3-Rinitis Non Alergi
.

LCD 3 :

LCD 4 :

RyanD, Bousquet J, Fokkens W, Wickman M. Allergy 2008:63;981-989

5
II.3-Rinitis Non Alergi
.

LCD 5. :

Management
• Sub-classifica on
• Aims: symptoms free & improve QOL

Environmental
Pharmacology Surgical
control
• Exposure • Symptoma c • Turbinate
avoidance (decongestant, reduc on
• Self protec on an cholinergic, • Neurectomy
• Preven on nasal douching)
• Causa ve (INS)

. Sarana dan alat bantu latih:

1. Lampu kepala
2. Otoskop
3. Spekulum hidung
4. Spatula lidah
5. Dengan/tanpa Nasoendoskopi
6. Set tes cukit/tusuk kulit

C. REFERENSI:

1. Chan TV. Non allergic rhinitis. In: Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s
Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th edition, Volume one.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014, p. 469-488.
2. Bousquet J, Van Cauwenberge P, Khaltaev N. WHO. Allergic Rhinitis and
its Impact on Asthma. Journal of Allergy Clinical Immunology
2010;108(5 Suppl): S147-334.

D. KOMPETENSI
6
II.3-Rinitis Non Alergi
.

Keterampilan: Tingkat Kemampuan 4

E. GAMBARAN UMUM

Rinitis non alergi adalah kumpulan sindrom dan penyakit yang


berhubungan dengan gejala inflamasi hidung tanpa pemicu alergi yang dapat
teridentifikasi. Pasien rinitis non alergi memperlihatkan gejala kongesti hidung,
rinorea anterior atau posterior, tekanan sinus, hiposmia, gangguan kognitif,
gangguan tidur, dan kelelahan dengan derajat yang bervariasi. Bersin-bersin dan
gatal pada mata, hidung atau palatum dapat pula menyertai, namun lebih jarang
ditemukan dibandingkan pada rinitis alergi. Faktor pemicu adalah iritan
lingkungan, efek samping obat, disfungsi autonomi, penyakit autoimun, dan
pengaruh hormonal.

Secara umum rinitis dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu alergi, non
alergi, dan infeksi. Rinitis non alergi dapat berupa rinitis idiopatik, rinitis non
alergi dengan sindrom eosinofilia (NARES), rinitis autonomik (vasomotor), rinitis
akibat kerja, rinitis akibat obat, rinitis hormonal, rinitis atrofi, dan rinitis yang
disebabkan penyakit sistemik. Secara umum rinitis non alergi sering ditemukan
pada usia di atas 20 tahun dan pada wanita. Pasien cederung memiliki sensitifitas
yang tinggi terhadap iritan. Gejala lebih sering menetap sepanjang tahun dan 33%
pasien memperlihatkan eosinofilia mukosa hidung.

F. CONTOH KASUS:

Wanita usia 39 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering pilek sejak 2
tahun terakhir. Pasien mengatakan mudah bersin dan beringus encer bila di dalam
ruangan AC dan terkena asap rokok. Pada malam hari kadang hidung terasa
tersumbat sehingga sulit untuk memulai tidur. Pusing dan demam disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan.

G. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Mampu menangani kasus rinitis non alergi secara komprehensif dan holistik

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mampu menjelaskan anatomi, topografi, dan fisiologi hidung


2. Mampu menjelaskan klasifikasi dan patofisiologi rinitis non alergi.
7
II.3-Rinitis Non Alergi
.

3. Mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan menegakkan


diagnosis kasus rinitis non alergi.
4. Mampu membuat perencanaan tatalaksana penderita rinitis non alergi,
mencakup usaha preventif, kuratif dan promotif
5. Mampu melakukan tindakan pembedahan pada rinitis non alergi

H. METODE PEMBELAJARAN

1. Diskusi interaktif
2. Praktik poliklinik
3. Belajar mandiri

I. EVALUASI

1. Ujian tulis esai


2. Ujian ketrampilan (Direct Observation of Procedural Skills)

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

Contoh soal:
Jelaskan apa yang anda ketahui tentang klasifikasi rinitis non alergi dan
patofisiologinya!

Kemampuan 0 1 2 3
Menjelaskan Tidak Hanya mampu Hanya hampu Mampu
klasifikasi mampu menjelaskan 2-3 menjelaskan menjelaskan
dan klasifikasi 4-5 klasifikasi seluruh klasifikasi
patofisiologi rinitis non alergi rinitis non rinitis non alergi
rinitis non sbb: alergi sbb: sbb:
alergi - rinitis - rinitis - rinitis
idiopatik idiopatik idiopatik
- NARES - NARES - NARES
- rinitis akibat - rinitis - rinitis akibat
kerja akibat kerja kerja
- drug induced - drug - drug induced
rhinitis induced rhinitis

8
II.3-Rinitis Non Alergi
.

- rinitis rhinitis - rinitis


hormonal/ke - rinitis hormonal/keh
hamilan hormonal/k amilan
- rinitis ehamilan - rinitis
autonomik(v - rinitis autonomik(vas
asomotor) autonomik( omotor)
- rinitis vasomotor) - rinitis
atrofi/usia - rinitis atrofi/usia
lanjut atrofi/usia lanjut
beserta lanjut beserta
patofisiologi beserta patofisiologin
nya patofisiolog ya
inya

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR TES ALERGI

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

Nama Peserta ........................... Tanggal : ..........................

9
II.3-Rinitis Non Alergi
.

KEGIATAN KASUS

 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan

II. PERSIAPAN PROSEDUR TES ALERGI

 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan


obat-obatan esensial untuk prosedur TES
ALERGI yang telah tersedia dan lengkap,
yaitu :
1. Emergensi kit ( epineprin, seteroid,
antihistamin, spuit disposibel 1cc
tuberkulin), tensimeter, stetoskup,
Oksigen.
2. Ekstrak alergen dan jarum disposibel
( no 26 ) atau lanset darah disposibel.
3. Formulir hasil tes kulit dan inform
consent.
4. Pastikan penderita tidak mengkonsumsi
obat anti alergi atau obat yang menekan
reaksi histamin selama 3 hari
sebelumnya
5. Pastikan penderita tidak mengalami
serangan aleregi berat pada malam hari
atau sehari sebelumnya.

III. PROSEDUR TES ALERGI

1. Desinfeksi daerah volar lengan bawah ,


jika perlu cuci dulu dengan sabun ( jika
sebelumnya pasien mengenakan body
lotion)
2. Teteskan larutan kontrol positif ( histamin)
dan kontrol negatif ( phenol/ bufer fosfat,
saline) dari KIT tes alergi yang tersedia
pada bagian proksimal lengan bawah

10
II.3-Rinitis Non Alergi
.

dengan jarak minimal 2 cm. Biasakan


daerah ulnar kontrol (+) histamin dan
daerah radial kontrol (-) larutan saline.
Tusuk dengan jarum disposibel ukuran 26
G atau lanset darah atau alat tes kulit yang
lain intra kutan/ dengan tusukan superfisial
tanpa mengeluarkan darah.
3. Tunggu kurang lebih 5-10 menit, dan baca
hasilnya. Beri tanda dan ukur bentol pada
histamin dan pada kontrol.
4. Jika terdapat bentol diameter minimal 3
mm pada histamin dan negatif pada
saline, lanjutkan dengan teteskan jenis
alergen yang tersedia dengan jarak tetesan
minimal 2 cm dan lakukan tusukan yang
sama. Hasilnya ditunggu paling lama 15
menit.
5. Ukur bentol yang terjadi pada masing-
masing jenis alergen dan bandingkan
dengan besar bentol dari kontrol histamin.
Jika sama atau lebih besar dari kontrol
histamin dinilai positip ( +++).
6. Selama tes kulit perhatikan penampilan
pasien dan tanyakan jika terdapat keluhan,
ngantuk, lemes atau terasa mual karena
keadaan tersebut dapat merupakan petanda
reaksi sistemik. Jika terdapat gejala
tersebut, segera pasien dibaringkan tanpa
bantal, ukur tensi dan nadi. Meskipun
belum selesai penilaian, bila ada ancaman
reaksi sistemik berupa shock segera
berikan adrenalin sub kutan dan tes alergi
dihentikan dan dapat diulang lain kali
dengan persiapan pengobatan sebelumnya .

11
II.3-Rinitis Non Alergi
.

L. DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR TES ALERGI

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan


oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan
seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _________________________ TANGGAL :______________

KEGIATAN NILAI
I. PERSIAPAN TES KULIT TUSUK
1. Menyiapkan alat dan ekstrak alergen untuk tes alergi
2. Periksa obat emergensi untuk mengatasi jika terjadi
reaksi sistemik/ anafilaksi
3. Menyiapkan posisi pasien
4. Melakukan tindakan desinfeksi pada lokasi tes alergi
5. Menyiapkan formulir hasil dan inform consent
II. PROSEDUR TES KULIT TUSUK
1. Desinfeksi daerah volar lengan bawah , jika perlu cuci
dulu dengan sabun ( jika sebelumnya pasien
mengenakan body lotion)
2. Teteskan larutan kontrol positif ( histamin) dan kontrol
negatif ( phenol/ bufer fosfat, saline pada bagian
proksimal lengan bawah dengan jarak minimal 2 cm.
3. Daerah ulnar kontrol (+) histamin dan daerah radial
kontrol (-) larutan saline.
4. Tusuk dengan jarum disposibel ukuran 26 G atau lanset
darah atau alat tes kulit yang lain intra kutan/ dengan
tusukan superfisial tanpa mengeluarkan darah.
5. Tunggu kurang lebih 5-10 menit, dan baca hasilnya.

12
II.3-Rinitis Non Alergi
.

KEGIATAN NILAI
Beri tanda dan ukur bentol pada histamin dan pada
kontrol.
6. Jika terdapat bentol diameter minimal 3 mm pada
histamin dan negatif pada saline, lanjutkan dengan
teteskan jenis alergen yang tersedia dengan jarak tetesan
minimal 2 cm dan lakukan tusukan yang sama. Hasilnya
ditunggu paling lama 15 menit.
7. Ukur bentol yang terjadi pada masing-masing jenis
alergen dan bandingkan dengan besar bentol dari kontrol
histamin. Jika sama atau lebih besar dari kontrol
histamin dinilai positip.
8. Selama tes kulit perhatikan penampilan pasien dan
tanyakan jika terdapat keluhan, ngantuk, lemes atau
terasa mual karena keadaan tersebut dapat merupakan
petanda reaksi sistemik.
9. Jika terdapat gejala reaksi sistemik, segera pasien
dibaringkan tanpa bantal, ukur tensi dan nadi.
10. Meskipun belum selesai penilaian, bila ada ancaman
reaksi sistemik berupa shock segera berikan adrenalin
sub kutan dan tes alergi dihentikan dan dapat diulang lain
kali dengan persiapan pengobatan sebelumnya

13

S-ar putea să vă placă și