Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
CKD
DI RUANG IGD RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN
Disusun Oleh:
TATIK YTAMI N
201410461011003
A. PENGERTIAN
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan
ginjal yang progresif dan irreversibel di mana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Luckman,2002).
B. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal, kreatinin
serum dan kadar BUN normal, asimptomatik, tes
beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal, kadar BUN
meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet),
kadar kreatinin serum meningkat, nokturia dan poliuri
(karena kegagalan pemekatan). Ada 3 derajat
insufisiensi ginjal:
a. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan
normal
b. Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia,
kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat, ginjal
sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan
elektrolit, air kemih/urin isoosmotis dengan plasma,
dengan BJ 1,010 (Smeltzer,2001).
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan
albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>
90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria
persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG <
15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT
(Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus
:
Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur) x berat
badan (kg) 72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Sta kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
ge
1 Normal atau elevated ≥ 90
GFR
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in 30-59
GFR
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15
C. ETIOLOGI
1. Pre renal
a. Hipoperfusi
b. Hipovolemia : perdarahan hebat, diare, muntah,
diurisis
c. Hipotensia : shock, AMI luas, anestesia.
2. Renal (intrinsik): kerusakan struktur & fungsi ginjal
a. Hipoperfusi berkepanjangan
b. Nekrosis tubular akut akibat
c. Hipotensi : pasca bedah
d. Hipovolemik dan infeksi : luka bakar
e. Hipotensi akibat trauma berat
f. Infeksi, nefrotoksis, penyakit parenkim ginjal
(pielonefritis akut, glomerulonefritis akut)
3. Post renal (obstruktif).
a. Endapan asam urat, kristal sulfat.
b. Obstruksi : batu KK, hipertrofiprostat, cancer kolon,
cancer servik & uterus.
c. Pembedahan ureter.
d. Obstruksi uretra : striktura uretra
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri
dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. (Smeltzer, 2001).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT (renal fungsi test)
ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG (retio pielografi)
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD
dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
4. Intervensi diit.
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan
menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi
harus bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di
mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino
untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah
kelemahan dari karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin
juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan
vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
5. Hipertensi
Ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema
pulmoner perlu pembatasan cairan, diit rendah natrium,
diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis
metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan
tidak perlu penanganan, namun suplemen natrium
bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk
mengoreksi asidosis.
H. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis
metabolik, katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal, sepsis,
neuropati perifer, hiperuremi, anemia akibat penurunan
eritropoetin,
3. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung
akibat produk sampah uremik dan dialisis yang tidak
adekuat,
I. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise,
gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat,
palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum
dan pitting pada kaki, telapak,tangan, disritmia
jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan
perdarahan.
3. Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan
dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria,
abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, cokelat,berawan, oliguria, dapat
menjadi anuria.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema),
penuruna berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri
ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di
mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretik.
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,,
perubahan turgor kulit / kelembaban, edema
(umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi /
lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri
kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala : napas pendek , dispnea nocturnal
paroksimal , batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi /
kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk produktif
dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda: Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjdai
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, petechie.
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido: amenorea, infertilitas.
11. Interaksi social
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak
mampu bekerja, mempertahankn fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh
toksin, contoh, obat, racun lingkungan (Smeltzer,
2001).
b. Pengkajian persistem
1. Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki,
tangan, sacrum). Edema periorbital, fiction rub
pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal
jantung, perikardtis takikardia dan disritmia.
2. Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu – abu mengkilat,
kulit kering bersisik, pruritus, echimosis, kulit tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit
buruk, dan gatal – gatal pada kulit.
3. Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal,
pernafasan kusmaul, udem paru, gangguan
pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas
berbau amoniak, sesak nafas.
4. Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi
dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari
saluran gastrointestinal, atitis dan pankreatitis.
5. Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan,
konfusi, disorientasi, kejang, penurunan konsentrasi,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, dan perubahan perilaku, malaise serta
penurunan kesadaran.
6. Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang,
fraktur tulang, foot drop, osteosklerosis, dan
osteomalasia.
7. Sistem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi
renl, hematuria, proteinuria, anuria, abdomen
kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan
asidosis metabolik.
8. Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler,
penurunan libido, infertilitas.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin,
retensi cairan dan natrium.
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload dan
preload
3. Pola nafas tidak efektif b/d edema paru, asidosis
metabolic, pneumonitis, perikarditis
4. Gangguan Perfusi jaringan b/d perubahan ikatan O2
dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake makanan yang inadekuat (mual,
muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialysis .
(Carpenito, 2000).
K. PERENCANAAN