Sunteți pe pagina 1din 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD
DI RUANG IGD RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun Oleh:
TATIK YTAMI N
201410461011003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ASUHAN KEPERAWATAN CKD

A. PENGERTIAN
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan
ginjal yang progresif dan irreversibel di mana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Luckman,2002).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)


merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Sudoyo, 2006).

Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus


secara tiba-tiba, sering kali dengan oliguri, peningkatan
kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic
dan hiperkalemia (Hudak, 2000)

B. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal, kreatinin
serum dan kadar BUN normal, asimptomatik, tes
beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal, kadar BUN
meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet),
kadar kreatinin serum meningkat, nokturia dan poliuri
(karena kegagalan pemekatan). Ada 3 derajat
insufisiensi ginjal:
a. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan
normal
b. Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia,
kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat, ginjal
sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan
elektrolit, air kemih/urin isoosmotis dengan plasma,
dengan BJ 1,010 (Smeltzer,2001).
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan
albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>
90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria
persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG <
15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT
(Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus
:
Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur) x berat
badan (kg) 72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Sta kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
ge
1 Normal atau elevated ≥ 90
GFR
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in 30-59
GFR
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15

C. ETIOLOGI

1. Pre renal
a. Hipoperfusi
b. Hipovolemia : perdarahan hebat, diare, muntah,
diurisis
c. Hipotensia : shock, AMI luas, anestesia.
2. Renal (intrinsik): kerusakan struktur & fungsi ginjal
a. Hipoperfusi berkepanjangan
b. Nekrosis tubular akut akibat
c. Hipotensi : pasca bedah
d. Hipovolemik dan infeksi : luka bakar
e. Hipotensi akibat trauma berat
f. Infeksi, nefrotoksis, penyakit parenkim ginjal
(pielonefritis akut, glomerulonefritis akut)
3. Post renal (obstruktif).
a. Endapan asam urat, kristal sulfat.
b. Obstruksi : batu KK, hipertrofiprostat, cancer kolon,
cancer servik & uterus.
c. Pembedahan ureter.
d. Obstruksi uretra : striktura uretra

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara


lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).

2. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah


sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat
perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung
dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum
kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan
dengan metabolisme protein dalam usus,
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi
dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakan), burning feet syndrom (rasa
kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki),
tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot –
otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning –
kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal
akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi
menurun, gangguan menstruasi dan aminore.
Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic
lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam
dan basa.
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga
terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi.
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

E. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri
dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. (Smeltzer, 2001).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein


(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya.
Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu
makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan
akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.

Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron


telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan
kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau
kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN
akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai
penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena
kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-
mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang
tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-
gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi
setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia
mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal
atau dialisi (Sudoyo, 2006)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT (renal fungsi test)
ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA

2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO

4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG (retio pielografi)

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD
dibagi tiga yaitu :

1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan :
 AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
 Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
4. Intervensi diit.
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan
menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi
harus bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di
mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino
untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah
kelemahan dari karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin
juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan
vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
5. Hipertensi
Ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema
pulmoner perlu pembatasan cairan, diit rendah natrium,
diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis
metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan
tidak perlu penanganan, namun suplemen natrium
bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk
mengoreksi asidosis.
H. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis
metabolik, katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal, sepsis,
neuropati perifer, hiperuremi, anemia akibat penurunan
eritropoetin,
3. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung
akibat produk sampah uremik dan dialisis yang tidak
adekuat,

4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta


malfungsi sistem renin-angiotensin-aldosteron.

I. PENGKAJIAN

a. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise,
gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat,
palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum
dan pitting pada kaki, telapak,tangan, disritmia
jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan
perdarahan.
3. Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan
dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria,
abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, cokelat,berawan, oliguria, dapat
menjadi anuria.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema),
penuruna berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri
ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di
mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretik.
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,,
perubahan turgor kulit / kelembaban, edema
(umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi /
lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri
kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala : napas pendek , dispnea nocturnal
paroksimal , batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi /
kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk produktif
dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda: Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjdai
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, petechie.
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido: amenorea, infertilitas.
11. Interaksi social
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak
mampu bekerja, mempertahankn fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh
toksin, contoh, obat, racun lingkungan (Smeltzer,
2001).

b. Pengkajian persistem
1. Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki,
tangan, sacrum). Edema periorbital, fiction rub
pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal
jantung, perikardtis takikardia dan disritmia.
2. Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu – abu mengkilat,
kulit kering bersisik, pruritus, echimosis, kulit tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit
buruk, dan gatal – gatal pada kulit.
3. Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal,
pernafasan kusmaul, udem paru, gangguan
pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas
berbau amoniak, sesak nafas.
4. Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi
dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari
saluran gastrointestinal, atitis dan pankreatitis.
5. Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan,
konfusi, disorientasi, kejang, penurunan konsentrasi,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, dan perubahan perilaku, malaise serta
penurunan kesadaran.
6. Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang,
fraktur tulang, foot drop, osteosklerosis, dan
osteomalasia.
7. Sistem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi
renl, hematuria, proteinuria, anuria, abdomen
kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan
asidosis metabolik.
8. Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler,
penurunan libido, infertilitas.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin,
retensi cairan dan natrium.
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload dan
preload
3. Pola nafas tidak efektif b/d edema paru, asidosis
metabolic, pneumonitis, perikarditis
4. Gangguan Perfusi jaringan b/d perubahan ikatan O2
dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake makanan yang inadekuat (mual,
muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialysis .
(Carpenito, 2000).

K. PERENCANAAN

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin,


retensi cairan dan natrium.

NOC : Fluid Balance:


a. Terbebas dari edema,efusi,anasarka
b. Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea
c. Terbebas dari distensi vena jugularis
d. Memilihara tekanan vena sentral,tekanan kapiler
paru,aoutput jantung dan vital sign DBN

NIC : Fluid Management :


a. Kaji status cairan ; timbang berat
badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema
R/ pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan
untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi.
b. Batasi masukan cairan
R/ pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh
ideal, haluaran urin,dan respon terhadap terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan
R/ sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui
dapat diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
pembatasan cairan
R/pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.
e. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi
R/ mempercepat pengurangan kelebihan cairan

2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload dan


preload

NOC : Cardiac Pump Effectiveness


a. mempertahankan curah jantung dengan bukti
tekanan darah
b. frekuensi jantung dalam batas normal
c. nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler

NIC : Cardiac Care


a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R/ Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R/ Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada
sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan
oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi,
rediasi, beratnya (skala 0-10)
R/ HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R/ Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

3. Pola nafas tidak efektif b/d edema paru, asidosis


metabolic, pneumonitis, perikarditis
NOC :
a. Tidak ada dispnea
b. Kedalaman nafas normal
c. Tidak ada retraksi dada / penggunaan otot bantuan
pernafasan

NIC : Oxygen Therapy


a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan
aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah
terjadinya sesak atau hipoksia
e. Kolaborasi pemberian oksigen
R/ mengurangi sesak

4. Gangguan Perfusi jaringan b/d perubahan ikatan O2


dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
NOC: Perfusi jaringan adekuat
a. Membran mukosa merah muda
b. Conjunctiva tidak anemis
c. Akral hangat
d. TTV dalam batas norma

NIC : Perawatan sirkulasi :


a. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
refil, temperatur ekstremitas).
b. Kaji nyeri
c. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
d. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah
untuk memperbaiki sirkulasi.
e. Monitor status cairan intake dan output
f. Evaluasi nadi, oedema
g. Berikan therapi antikoagulan.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh b.d intake makanan yang inadekuat (mual,
muntah, anoreksia dll).
NOC : status nutrisi adekuat
a. Nafsu makan meningkat
b. Tidak terjadi penurunan BB
c. Masukan nutrisi adekuat
d. Menghabiskan porsi makan
e. Hasil lab normal (albumin, kalium)

NIC : Nutrision management


a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen
yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan
dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
makanan
d. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral
dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
sesuai terapi
R/ memenuhi nutrisi pasien secara adekuat

6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia,


retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
NOC : Toleransi terhadap aktivitas
a. Klien mampu beraktivitas minimal
b. Kemampuan aktivitas meningkat secara bertahap
c. Tidak ada keluhan sesak nafas dan lelah selama dan
setelah aktivits minimal

NIC : Terapi aktivitas


a. Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
b. Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
c. Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/ meningktkan
aktivitas
d. Tetap sertakan oksigen saat aktivitas (NANDA,
2009).

7. Gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkus


NOC : Respiratory Status : Gas exchange
a. Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b. Bebas dari tanda tanda distress pernafasan
c. Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
d. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NOC : Respiratory Monitoring


a. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
b. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes
d. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
e. Pantau hasil BGA
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa


Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hudak, Gallo. 2000. Critical Care Nursing. Philadelphia.


JB. Lippincot Company

Luckman & Sorenson. 2002. Medical Surgical Nursing.


Philadelphia : W.B. Saunders Company.

NANDA. 2009. Nursing Diagnoses-Definitions &


Classificaions. Philadelphia : Mosby Company

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta :EGC

Sudoyo. W. Aru,et,al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam


.Jakarta. FKUI.

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

S-ar putea să vă placă și