Sunteți pe pagina 1din 6

KESADARAN.

Kesadaran adalah energi cerdas pengerak hidup dan kehidupan


semesta. Ia yg meliputi dan menghidupi, membuat semua organ
hingga setiap sel mahluk dapat hidup. Ia yg mengerakan seluruh
organ tubuh bekerja. Ia yg mengerakan pikiran hidup bekerja. Ia
yg mengerakan batin kita bekerja. Ia energi murni yg dapat
meluas menyatu kembali dgn semesta utk kita mengenali
semesta.

Di dimensi mana energi kesadaran di sadari mengerakan hidup manusia, itulah yg akan
menentukan kualitas hidup manusia.

Ketika hidup manusia hanya menyadari tubuh dan pikiran dengan produk-produknya sebagi
dirinya. Ia manusia yg hidup di tingkat kesadaran pikiran. Kesadaran yg terbatas. Ia hanya mampu
mengakses energi kesadaran yg memberi tubuh dan pikirannya hidup. Dengan badan dan pikiran
inilah ia memciptakan diri-diri persepsi, perasaan, bentukan pikiran yg digerakan oleh kesadaran
yg diperlukan utk kepentingan menjalani kehidupan duniawi. Realitas dunianya adalah sempit,
sebatas keterbatasan pikiran, yg hanya mampu memahami dimensi fisik dan materi duniawi. Inilah
kondisi hidup dalam "kesadaran duniawi".

Hidup di dimensi ini, manusia akan mengagungkan pikiran dan tubuhnya sebagai dirinya.

Dan ketika kesadaran lebih meluas menyatu dengan inti energi kesadaran di dalam hati/batinnya,
inti energi kesadaran yg meluas, akan dapat mengakses energi-energi kesadaran lainya yg
mengerakan keseluruhan bagian tubuh untuk menyadari keutuhan semua bagian diri utk hidup.

Berada dalam kesadaran inti yg disatukan ini, kesadaran akan meluas melampaui tubuh dan
pikiran dan dapat mengawasi pikiran dan produk-produknya serta dapat mengawasi semua
proses batin. Semua gerak kerja diri bentukan pikiran dalam hati/batin akan disadari hanya alat
hidup semata, maka akan mudah dilampaui dimanfaatkan penuh kebijaksanaan sebagai alat hidup
apa adanya. Hidup didimensi ini, pikiran dan badan akan disadari sebagai Ilusi diri palsu yg tidak
kekal, hanya fenomena kontruksi batin semata.

Inilah "kesadaran jiwa" yg melampaui kesadaran duniawi.

Dan ketika energi kesadaran dapat kembali menjadi murni, mendekati sifat asalnya, berada dalam
kekosongan relatif yg meluas dan menyatu dengan semesta, inilah kesadaran yg dapat menyadari
adanya keberadaan Tuhan.

Inilah "kesadaran Illahi"


Ketika kesadaran adalah kesadaran Illahi maka kesadaran tidak dimana-mana lagi. Karena
kesadaran berada dlm kesadaran itu sendiri... dan tidak berinti dan adalah kekosongan yg luas
tanpa batas. Yg dapat menerima semua keberadaan semesta apa adanya.

Inilah kesadaran Ilahi.

Berada di kesadaran ilahi inilah, seseorang secara alamiah akan melampaui kesadaran jiwa,
menyadari dan memahami sifat alamiah jiwa ada bagian 'hasrat karma' yg adalah tidak kekal dan
seharusnya tidak ada. Maka proses hidup di dimensi ini, lebih cendrung pada proses memanfaatkan
kebijaksanaan kesadaran murni alat jiwa utk pembebasan jiwa itu sendiri. Menuju kembali murni
menyatu kembali ke sumber asalnya.

Tetapi ketika kesadaran Illahi dimanifestasikan dalam dimensi dunia maka kesadaran meliputi
semuanya dan berada dimana-mana dan ber-inti-kan dimana ia dimanifestasikan. Maka berada di
kesadaran Ilahi ini, Ia sudah dapat melihat kesatuan (Esa). Dimana-mana adalah manifestasi
Tuhan. Dimana-mana adalah kebenaran dariNya.

Ketika manusia menyadari inti energi kesadaran yg memberinya nyawa dan hidup dalam hatinya.
Ia yg menyadari keutuhan dirinya. Ia adalah yg menyadari Tuhan dalam dirinya. Kesadaran di sini
berintikan jiwa

Ketika kesadaran menyatu dalam inti energi kesadaran dalam hati yg adalah dimensi jiwa, kita
sadar akan adanya unsur jiwa dlm diri kita. Ketika kesadaran dicantolkan pada jiwa. Inilah
kesadaran jiwa yg didalam. Inilah penemuan "jati diri". Kesadaran tingkat ini adalah berintikan jiwa
yang berada dalam dirinya yang berkarma spesifik dirinya disebut ATTA /Diri.

Jiwa adalah diri yg terbentuk karena energi kesadaran murni asal semesta yg terperangkap dalam
hasrat karma spesifik tiap orang. Karena Hasrat karma seseorang, maka jiwa akan bernama diri
dan memiliki kespesifikan diri tiap orang.

Diri ini terbentuk sebagai alat manusia mengalami hasrat karmanya dalam dunia fisik. Karena
hanya alat hidup, diri/atta adalah tidak kekal, ia dapat menjadi musnah/tidak ada, jika seluruh
'hasrat karma' dapat selesai genap dialami hingga tuntas. Jika yg membelenggu jadi hilang, energi
kesadaran murni akan kembali ke sifat asalnya, tanpa diri dan nama, maka ia akan dapat menyatu
kembali ke asalnya maka diri ini menjadi tidak ada (Anatta). Pembebasan demikian justru terjadi
setelah melalui pengalaman mengalami tuntas dalam diri/atta ini. Bahkan seorang calon Buddha
harus lahir terakhir, hanya lahir sebagai manusia baru dapat menuntaskan diri/attanya mencapai
ke-Buddha-an.
Didalam jiwa terdiri dari:

~ Unsur "Energi Kesadaran Murni"; energi cerdas semesta yg asalnya dari semesta itu sendiri;-
energi Tuhan yg sama dalam diri tiap orang. Maka siapapun yg dapat mengakses inti kesadaran di
hatinya, disebut ia yg menemukan jati dirinya. Yg dapat hidup dalam dimensi kesadaran jiwa ini
akan memiliki kecerdasan alamiah semesta. Jejak hukum alam ada di dalamnya, maka akan ada
kebijaksanaan di dalamnya.

Pembelajaran dalam dimensi kesadaran jiwa adalah terbebaskannya atau terlampauinya hati dari
produk-produk pikiran. Dalam kemurnianya kembali ia akan mengingat kembali semua jejak-jejak
kecerdasan hukum alam yg ada di dalamnya.

Maka pembelajaran Dharma sesungguhnya adalah melepas genggaman hasil pemikiran dan
pembelajaran produk-produk duniawi, agar ada ruang kekosongan utk ingat kembali apa yg telah
diketahui sebenarnya dari energi kesadaran asal semesta.

Dharma sesungguhnya ada dalam diri tiap orang.

~ Unsur "Hasrat Karma": adalah kristalisasi karma spisifik tiap orang. Inilah akar yg membelenggu
"energi kesadaran murni" menjadi diri/atta. Inilah bahan bakar jiwa itu eksis. Jika "Hasrat Karma"
lenyap, lenyaplah diri/atta ini. Maka dikatakan diri/atta ini seharusnya tak ada, dapat dilenyapkan,
tidak kekal.

Hidup dalam kesadaran jiwa membuat seseorang memiliki: ~Kebijaksanaan alamiah selaras
hukum-hukum alam yg berasal dari inti energi kesadaran yg relatif dimurnikan. Dengan mudah
kesadaran jiwa akan mengingat kembali ajaran-ajaran Dharma, hingga dapat hidup tertuntun
dalam "Dharma Hidup" dalam hatinya. Maka hidup akan tertuntun jiwa utk dapat hidup dalam
keselarasan dengan hukum semesta.

~Kesadaran akan "Hasrat Karmanya" yg membentuk jiwa. Unsur jiwa inilah yg paham hukum
karma yg sesuai dirinya utk diselesaikan. Dengan berada dalam tingkat "kesadaran jiwa yang di
dalam”, maka hidup ini akan dituntun terarah oleh “jiwa di dalam” sesuai dgn hasrat karma yg
membelenggunya utk di selesaikan lapis demi lapis. Diri sejati akan menuntun pada penyelesaian
karma spesifik dirinya-.

Maka yg dapat hidup dalam dimensi kesadaran jiwa ini berarti ia yg menemukan "guru sejati". Hidup
di tingkat kesadaran ini akan penuh keselaras, dengan hukum-hukum alam yg sesuai, dengan
"Dharma Hidup" hasrat karma dapat secara tepat, cepat, terarah fokus utk diselesaikan.
Hidup demikian maka "cobaan" sebagai pembelajaran karma akan tertranformasi menjadi berkah
pembelajaran utk kemurnian jiwa itu sendiri. Tahap demi tahap melalui kebijaksanaan kesadaran
yg tepat, karma yg sesuai lapis demi lapis akan terbebaskan.

Hidup dalam dimensi kesadaran jiwa ini akan penuh perayaan akan pembelajaran hidup
sesungguhnya.

Berada dalam kesadaran “jiwa didalam” inilah tujuan hidup secara spiritual. Hidup dalam
kesadaran ini, manusia menemukan “jati dirinya” yang mulia adanya. Maka dalam bimbingan guru
sejati dalam dirnya, manusia bertahap menuju kemuliaan dirinya. Dalam kualitas kemuliaan
dirinyalah karma2 jelek masa lalu diselesaikan dlm kesadaran penuh, dan karma2 baik diciptakan
dgn sepenuh hati...dari sinilah kerinduan dan cita2 menyatu kembali dgn kesadaran Ilahi timbul dan
tumbuh. Selangkah demi selangkah hasrat karma di lepas menuju ke tujuan: kesadaran Ilahi,
kekosongan, Anatta, kesunyataan

Tetapi jika seseorang hidup hanya bisa menyatu dengan kesadaran yg mengerakan pikiran, maka
kesadarannya akan di-irama-kan dgn fungsi pikiran. Inilah tingkat kesadaran pikiran. Kualitasnya
berada dalam kualitas pikiran yg melekat padanya.

Kesadaran pikiran bersifat kongkrit dan relalistik. Mengutamakan fakta fisik yg nampak, Ia hanya
menerima apa yg mungkin dilogikannya. Energi kesadaran jiwa yg non abstrak bahkan tak akan di
akuinya apalagi yg Ilahi.

Kesadaran ini timbul tengelam. Tdk kekal dan ber-inti-kan pikiran. Maka terikat dengan hukum
dimensi pikiran dan produk-produknya yang sifatnya materialistik, egosentrik, dualistik dan tidak
kekal. Dan terikat dengan nilai-nilai kebenaran berupa persepsi, ide, gagasan, konsep, dogma hasil
produk pikiran manusia yg membentuk diri-diri palsu utk menjalani kehidupan duniawi .

Inilah kesadaran duniawi.

secara keseluruhan umat manusia secara rata-rata masih terbelenggu dalam tingkat kesadaran
pikiran. Maka realitas karya cipta manusia zaman ini adalah materi semata dan terjebak dalam
dimensi zaman materi ini.

Maka pikiran mereka materi melulu. Tanpa "uang" atau yg sejenisnya, mereka merasa tak dapat
berbuat apa-apa. Akibatnya banyak yang demi materi harga diri kemuliaan manusianya sering
digadaikan.

Tak terkecuali di bidang agama yang seharusnya mengantarkan manusia ke tingkat kesadaran
lebih tinggi, terjebak dalam zaman materi ini. Sehingga yang terjadi hanya perlombaan
pembangunan fisik rumah ibadah yang luar biasa, patung berlomba besar dan menara lomba
tinggi. Dan berlomba menambah jumlah umat dibawah naungannya sebanyak mungkin. Semua
mengejar kemajuan kwantitas semata. Sedangkan jiwa manusia terkurung logika kering
didalamnya. Pertumbuhan kualistas jiwa manusia terabaikan.

Akibatnya bidang kehidupan manusia yg dikembangkan tanpa kemuliaan kesadaran jiwa hanyalah
bersifat fisik dan meteri semata. Keadilan hanya slogan. Hukum dapat dibarter dengan materi.
Politik menjadi alat kekuasaan memarginalkan yang lemah. Hidup sosial-budaya terkotak-kotak
dalam ego kelompok. Agama malah menjadi sumber konflik kemanusiaan.

Sebagian agama justru mendoktrin kemultlakan kebenaran logika pikiran, mengkakukan hati
umatnya penuh fanatisme.

Sebagian agama justru kehilangan jiwa, tak percaya jiwa, maka yg tingal pikiran logika semata utk
memahami ajarannya, yg justru menjadi proses doktrin alamiah yg terjadi tanpa sadar.

Mendoktrin dan meniadakan "jiwa", dua proses yg berbeda tapi efeknya sama. Tumbuh
kembangnya ajaran terbaik dan tertinggi hanya di pikiran semata. Maka akan terjadi banyak
perbedaan yg dipilah, dihakimi oleh dualitas pikiran. Dimana-mana terlihat tembok2 perbedaan yg
saling bertentangan.

Inilah zaman edan.

Zaman manusia terjebak dalam dimensi kesadaran yang ber-inti-kan dimensi pikiran yg penuh
egosentrik , materislistik dan dualistik.

Zaman manusia menanamkan kebenaran demi kebenaran ke hatinya atas sebuat nama yg
diagungkan ego pikiran.

Akibat konsep, dogma yang relatif kebenarannya di multlakkan. Terjadi ego kelompok.

Manusia berhadapan manusia mempertahankan kebenaran yang dimultlakkan.

Picuan setan kecil cukup menimbulkan perselihan antar lembaga yg membakar dunia.

Bencana zaman modren yg segera datang. Manusia akan makan manusia. Lembaga menyerang
lembaga. Kebenaran lawan kebenaran atas nama kebenaran tertinggi dan tuhan logika manusia.

Bencana yg tak terhindarkan dan akan segera datang dengan matangnya karma kolektif manusia
ini. Seruan alam akan menguncang jiwa manusia utk bangun dan sadar.
Hiruk-pikuk isu kiamat dan semua gejala alam yang murka dan tingkah manusia yang edan. Apakah
ini petanda sebentar lagi manusia akan dipaksa dengan bahasa alam utk meningkatkan
kesadaranya ke tinggkat kesadaran yg lebih tinggi ?

Maka bumi perlu dipersiapkan dengan gerakan pemurnian untuk menjemput kelahiran "zaman
jiwa manusia terbangkitkan"; zaman kesadaran ?

Hanya mereka yg berada dalam kesadaran Ilahi yg akan memahami ini.

December,2018

S-ar putea să vă placă și