Sunteți pe pagina 1din 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain.
Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara
18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan
terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk,
fotofobia disertai peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS).
Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga
beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-
minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling
tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi. Oleh karena itu sangat
diperlukan tenaga kesehatan perawat yang kompeten dalam melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan meningitis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan meningitis?
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spiral column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat.
(Suriadi, 2006)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
(NANDA, 2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu
sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan
meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic
meningitis yang disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan
sumsum tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, atau jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan
subarachnoid, kanker dan kondisi lainnya. (WHO, 2014)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan
oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok,
streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter, araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medulla spinalis yang superfisial.
3

2. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat
lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang
mati dan bakteri.
b. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain
seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan
orang dewasa. Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi karena
terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
1. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan
subarahnoid.
2. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
4

3. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
3. Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri
yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
 Haemophillus influenza
 Nesseria meningitides (meningococcal)
 Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
 Streptococcus, grup A
 Staphylococcus aureus
 Escherichia coli
 Klebsiella
 Proteus
 Pseudomonas
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
c. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
d. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat
obat imunosupresi.
f. Faktor resiko terjadinya meningitis :
1) Infeksi sistemik
2) Trauma kepala
5

3) Kelainan anatomis
4. Manifestasi Klinis
a) Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau
diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
b) Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti
dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma,
kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex
fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi
meningococcal).
c) Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun
menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
5. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung
(sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak
dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak
dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang
patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak
dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke
saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan
eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat
menyebabkan hydrocephalus
6

Pathway Miningitis
7

6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah
subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran
LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intrakranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke
otak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat.
e. Epilepsi
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena
meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu
gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan
yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
o Isolasi
o Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
o Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
8

o Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),


terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
o Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
o Mempertahankan ventilasi
o Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
o Penatalaksanaan syok bacterial
o Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
o Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
o Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
o Steroid untuk mengatasi inflamasi
o Antipiretik untuk mengatasi demam
o Antikonvulsant untuk mencegah kejang
o Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
o Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
o Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi.
o Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah
kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada
neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1
tahun 75 mg.
o Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
o Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi.
o Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
9

400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena


dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur
dari pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
c. Penatalaksanaan di Rumah:
- Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup..
- Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernafasan.
- Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak biar dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah
berpindah ke lingkungan.
- Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak).
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1
tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg
yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
- Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian
besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat
dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran
pernafasan.
10

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MENINGITIS

Ny “N” ibu dari An “N”(5thn) datang kerumah sakit, di UGD


,mengeluhkan anaknya mengalami demam, dan kejang selama di rumah. Setelah
dilakukan pemeriksaan,suhu anak – 38 c, kaki kuduk, tampak tidak sadar.
Pemeriksaan darah lemgkap serta dilakukan pemeriksaan lumbal punksi, dokter
menyatakan An “N” mengalami infeksi pada meninges. An “N”saat ditempatkan
di ruang isolasi, untuk mengatasi demam perawat melakukan tepid sponge, dokter
memberikan resep antibiotik, dan antipiretik.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien
Nama : An .”N”
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat :-

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : klien mengeluh nyeri kepala berdenyut.
3. Riwayat Penyakit sekarang : Menurut keluarga Sejak 1 minggu yang
lalu klien sering menangis karena nyeri kepala yang berdenyut hebat, tubuh
terasa panas/demam, dan kaku pada kuduk. Klien belum diperiksakan ke
dokter. Sejak kemarin disertai mual ,muntah bahkan kejang, hingga klien
dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit ini.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Menurut keluarganya Klien belum pernah
mempunyai penyakit TBC tetapi klien pernah menderita influenza. Klien juga
pernah jatuh dari tempat tidur setinggi 1M, tetapi tanpa trauma serius.
11

5. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga mengatakan dalam keluarganya


tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Perubahan ferfusi jaringan
ibu mengatakan anaknya ↓
tidak sadar, merintih dan Proses peradangan
gelisah ↓
perubahan ditemukan sebagian besar
pada dasar otak atau batang otak
DO: ↓
TTV : vasodilatasi
RR : 34 ↓
T : 37,8 penurunan pada kekanan onkotik
Nadi 34 ↓
TD : 140/90 perpindahan cairan dari intrasel ke
Tingkat kesadaran sopor ekstra sel
klien tampak gelisah ↓
GCS : 8, E2, M4, V2 vili arachnoideus

Proses reabsorbsi tertahan
akumulasi cairan terhadap eksudat dan
tuberkel
obstruksi pada sistem basalis

penurunan suplai ke otak dan jaringan

resiko perubahan perfusi jaringan
serebral

2 DS : inflamasi Kerusakan mobilitas fisik


ibu mengatakan bahwa ↓
anaknya dalam aktifitas peradangannpada ruang epidural dan
(mandi, makan) dibantu subdural
oleh ibunya ↓
kerusakan pembuluh darah bersekat
DO : ↓
Kekuatan otot lemah penumpukan darah
rentang gerak : ↓
ekstremitas kaki ektensi tekanan dalam otak meningkat
ekstremitas tangan fleksi ↓
fungsi otak terganggu

penurunan kesadaran

pemasukan O2 tidak adekuat
12


hipoksia jaringan

penurunan metabolisme

penurunan produk energi

kurang energi

mobilitas fisik terganggu
3 19 – 02 – 2007 luka, trauma, kelainan sistem syarap nyeri
DS : Ibu/keluarga klien pusat
mengatakan bahwa ↓
anaknya selalu merintih mikro organisme (bakteri/virus)
nyeri di kepala ↓
DO : melekat pada sel epitel mukosa
Klien gelisah nasofaring
Klien tampak meringis ↓
TTV : TD : 140/90 kolonisasi
mmHg, RR : 34 x/mnt, ↓
Temp : 37,8 o C, Pols : menembus membran mukosa
140 x/mnt ↓
Skala nyeri 5 memperbanyak diri dalam aliran darah

bakterimea

blood brain barier

cairan serebro spinal

inflamasi

pelepasan zat vasoaktif (histamin,
bradikinin, prostaglandin)

hipotalamus

korteks serebri

Nyeri

Invasi bakteri, virus



mekanisme perubahan tubuh
membentuk antobody Hipertermi

antibodi difagosit oleh magrofag

13

sistem imunitas imatur



19-02-07 zat pirogen interleukin 1 & 2
4 DS : ↓
Ibu mengatakan anaknya menstimulasi hipotalamus regio
gelisah, badannya panas anterior
dan susah tidur ↓
DO: Peningkatan suhu tubuh/hipertermi
Kesadaran : Sopor ↓
GCS : 8 (E4, V2, M2) stimulasi pada otak serebrum
Pupil : Isokor ↓
TTV : perubahan elektrolit ion pada neutron
TD : 140/90 mmHg ↓
N : 140 x/mnt - Luka, trauma kepala
RR : 34 x/mnt - Kelainan sistem saraf pusat
Temp : 37.8oC ↓
- Klien tampak rewel mikroorganisme (bakteri, virus) resiko cidera
- Klien tampak gelisah melekat pada sisi epitel mukosa
- Badan teraba panas nasofaring

kolonisasi

5 menembus membran mukosa
19-02-07 ↓
13.00 wib memperbanyak diri dalam aliran darah
DS : ↓
keluarga klien bateriemia
mengatakan anaknya ↓
selalu bergerak yang blood brain barrier
ditakutkan jatuh dari ↓
tempat tidur vairan serebrospinal
DO : ↓
Kesadaran : Sopor inflamasi
GCS : 8 (E2, V2, M4) ↓
Pupil : Isokor perdarahan pada ruang epidural dan
TTV : subdural
TD : 140/90 mmHg ↓
N : 140 x/mnt kerusakan pembuluh darah bersekat
RR : 34 x/mnt ↓
abdomen : datar, lemas, penumpukan darah meningkat
BUN (+) ↓
Temp : 37.8oC fungsi otak terganggu
capila reptil : < 2 dtk ↓
pelepasan listrik mendadak tidak
terkontrol

kejang
14

C. Intervensi Keperawatan
NANDA NOC NIC
Nyeri kepala yang Setelah dilakukan tindakan 1. .Kaji jenis dan tingkat nyeri
berdenyut hebat keperawatan selama 3x24 klien
jam diharapkan nyeri akut 2. Bantu klien untuk
dapat berkurang dengan mendapatkan posisi yang
krteria hasil : nyaman
- skala nyeri 2 3. Anjurkan klien untuk
- klien tampak rileks menggunakan aktivitas
pengalihan untuk mengurangi
nyeri
4. Ajarkan klien teknik relaksasi
dan distraksi untuk
mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
Tidak ada nafsu Setelah dilakukan tindakan 1. .pantau asupan dan haluaran
makan,merasa keperawatan selama 3x24 klien
mual dan muntah jam diharapkan
saat melihat ketidakseimbangan nutrisi 2. kaji dan catat bising usus klien
makanan. Klien kurang dari kebutuhan 3. timbang dan catat BB setiap
juga merasa nyeri tubuh dapat teratasi dengan hari pada jam yg sama
ditenggorokan krteria hasil: 4. berikan makanan lewat selang
-klien tidak menunjukkan
bukti penurunan BB 5. beri perawatan hidung dan
-BB naik 1kg dalam 3 hari ganti balutan selang

6. ajarkan klien dan anggota


keluarga prosedur pemberian
makan melalui selang
Badan panas, Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau dan catat denyut dan
demam,merasa keperawatan selama 2x24 irama nadi,tekanan darah,
tidak nyaman jam diharapkan hipertermi frekuensi nafas.
dapat teratasi dengan krteria 2. Ukur suhu tubuh klien setiap 4
hasil: jam sekali.
-suhu tetap normal 36-37̊c 3. Turunkan panas yang
-keseimbangan cairan tetap berlebihan dengan melepas
stabil selimut dan pasang kain
-klien menyatakan sebatas pinggang pada klien.
kenyamanannya 4. Berikan kompres dingin pada
-Kejang dapat tertangani aksila dan lipatan paha, seka
dengan air hangat.
5. Berikan antipiretik sesuai
anjuran
15

D. Implementasi Dan Evaluasi

No. Tgl/Waktu Implementasi Evaluasi


1 20-02-07 1. memberi 2 bantal di bawah kepala S: ibu mengatakan bahwa anaknya
12.00 klien belum sadar
2. memposisikan kepala lurus dengan O GCS : 8 E2, M4, V2
badan : TTV :
3. masase pada punggung, dengan TD : 140/90, RR : 34 x/mnt, P :
mengoleskan minyak kayu putih, 120 x/mnt, T : 37.6oC
memberi lingkungan yang tenang, O2 nasal erpasang : 2l/mnt
penerangan yang cukup masalah belum teratasi
4. mengukur suhu: 37.60 c nadi: 128 A intervensi mempertahankan
x/m dan respirasi: 30 x/m : kepala dan leher
P: pantau TTV

2 20-02-07 1. memonitor frekuensi pola napas


12.30 RR: 30x/m dan irama S: ibu mengatakan bahwa anaknya
pernapasan:vesikuler gelisah susah bernafas
2. Mengobservasi kulit dalam keadaan O O2 nasal terpasang : 2 l/mnt
pucat, dan membran mukosa mulut : RR : 34 x/mnt
keri ng HR : 120 x/mnt
3. Terpasangnya oksigen dengan Masalah belum teratasi
menggunakan nasal sebanyak 2 A Intervensi dilanjutkan
liter : berikan O2, pantau TTV,
4. Menggubah posisi klien dengan P: observasi kulit kuku, membran
memberikan handuk dikedua mukosa
lengan klien

3 21-02-07 1. Mengukur skala nyeri skala nyeri = S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 5 Intensitas nyeri = sedang selalu merintik kesakitan
lokasi nyeri = dikepala Skala nyeri 5
2. membantu klien berbaring ditempat O Klien tampak meringis kesakitan
tidur dan membantu perawatan diri : TTV: TD :140/90 mmhg, RR 34
klien dengan menggunakan air x/menit, temp 37,8 o C
hangat Masalah belum teratasi
3. kolaborasi pemberian obat A Intervensi dilanjutkan
analgetik :- kolaborasi dengan dokter
4. mengukur suhu tubuh klien dangn P:
- monitor skala nyri
temperatur klien 37,6 0 c - Pantau TTV
16

4 22-02-07 1. menggunakan pakaian yang S: Ibu Klien Mengatakan Badan


12.00 tipis/kaos tipis Anaknya Panas Dan Gelisah
2. Memberi kompres hangat pada O T : 37.8oc
daerah frontal dan aksila : - Badan Terasa Panas
3. melakukan rentang gerak sendi, - Klien Tampak Gelisah Dan
pergerakan kaki dan tangan Rewel
4. melakukan perawatan kulit di A Masalah Belum Teratasi
daerah belakang punggung : Intervensi Dilanjutkan
P:
- Pantau suhu tubuh
- Kompres air hangat

S: Ibu mengatakan bahwa anaknya


dalam aktivitas (mandi, makan)
masih dibantu oleh ibunya
O- Klien tampak lemah
:- Mandi dibantu oleh ibunya
- Makan menggunakan melalui
selang NGT
A Masalah belum teratasi
: Intervensi dilanjutkan
P:
- Lakukan rentang pergerakan
sendi
- Berikan lingkungan yang
nyaman

S: ibu mengatakan anaknya mulai


sadar

O GCS : 10 E4, M4, V2


: TTV :
TD : 140/80, RR : 36 x/mnt, P :
122 x/mnt, T : 37.2oC
- Ekstremitas hangat
- Klien tampak tenang
A Masalah teratasi sebagian
: Intervensi Dilanjutkan
P:
- Memantau tanda vital
17

S: ibu mengatakan bahwa anaknya


susah bernafas
O O2 nasal terpasang : 2 l/mnt
: RR : 34 x/mnt
HR : 120 x/mnt
A Masalah belum teratasi
: Intervensi dilanjutkan
P: berikan O2, pantau TTV,
observasi kulit kuku, membran
mukosa

S: Ibu klien mengatakan anaknya


O tampak tenang
: Skala nyeri 3
Klien tidak lagi begitu meringis
klien mulai bisa tidur dimalam
hari
TD : 140/80, RR : 36 x/mnt, P :
A 122 x/mnt, T : 37.2oC
: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Pantau skala nyeri
- Pantau TTV

S: Ibu klien mengatakan tidak lagi


panas
O Palpasi badan terasa dingin suhu
: 37.2oC
klien tampak tenang
A klien bisa tidur
: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

S: ibu mengatakan bahwa anaknya


dalam beraktivitas (mnakan,
minum ) masih dibantu oleh
ibunya
O ROM
: TTV : TD : 140/80, RR : 36
x/mnt, P : 122 x/mnt, T : 37.2oC
Masalah belum teratasi
A intervensi dilanjutkan
: - Lakukan rentang pergerakan
P: sendi
18

S: ibu mengatakan anaknya mulai


O sadar
: GCS : 10 E4, M4, V2
TTV :
TD : 140/80, RR : 36 x/mnt, P :
122 x/mnt, T : 37.2oC
O2 nasal erpasang : 2l/mnt

A- Ekstremitas hangat
:- Klien tampak tenang
P: Masalah teratasi sebagian
Intervensi Dilanjutkan
- Memantau tanda vital

S: ibu mengatakan bahwa anaknya


O susah bernafas
: O2 nasal terpasang : 2 l/mnt
RR : 34 x/mnt
HR : 120 x/mnt
A Masalah belum teratasi
: Intervensi dilanjutkan
P: berikan O2, pantau TTV,
observasi kulit kuku, membran
mukosa

S: ibu mengatakan bahwa anaknya


dalam beraktivitas (mnakan,
minum ) masih dibantu oleh
ibunya
O ROM
: TTV : TD : 140/80, RR : 36
x/mnt, P : 122 x/mnt, T : 37.2oC
Masalah belum teratasi
A intervensi dilanjutkan
: - Lakukan rentang pergerakan
P: sendi

S: ibu mengatakan anaknya mulai


O sadar
: GCS : 10 E4, M4, V2
TTV :
TD : 130/90, RR : 30 x/mnt, P :
A 124 x/mnt, T : 37oC
: O2 nasal erpasang : 2l/mnt
P:
- Ekstremitas hangat
- Klien tampak tenang
Masalah teratasi sebagian
19

Intervensi Dilanjutkan
- Memantau tanda vital

S: ibu mengatakan bahwa anaknya


O susah bernafas
: O2 nasal terpasang : 2 l/mnt
RR : 30 x/mnt
HR : 124 x/mnt
A Masalah belum teratasi
: Intervensi dilanjutkan
P: berikan O2, pantau TTV,
observasi kulit kuku, membran
mukosa
ibu mengatakan bahwa anaknya
dalam beraktivitas (mnakan,
minum ) masih dibantu oleh
ibunya
ROM
TD : 130/90, RR : 30 x/mnt, P :
124 x/mnt, T : 37oC
Masalah belum teratasi
intervensi dilanjutkan
- Lakukan rentang pergerakan
sendi
20

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit


ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi
virus.

Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini


hampir sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu
penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non
farmakologi.
21

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
22

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Fungsi Sistem Neurologi Dengan


Etiologi Infeksi Meningitis

Disusun Oleh :

\
Kelompok : 3
1.Pujari
2.Hilda rahmadani
3.Widya kartika
4.Yuslina helmi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018
23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya
berhasil menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Fungsi Sistem Neurologi Dengan Etiologi Infeksi Meningitis”. Penulis
menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, September 2018


Penulis

i
24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Epidemologi ................................................................................. 3
C. Etiologi ......................................................................................... 3
D. Klasifikasi .................................................................................... 4
E. Patofisiologi ................................................................................. 5
F. Penatalaksanaan .......................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 9

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 22


A. Kesimpulan .................................................................................. 22
B. Saran ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

ii
25

S-ar putea să vă placă și