Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain.
Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara
18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan
terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk,
fotofobia disertai peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS).
Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga
beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-
minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling
tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi. Oleh karena itu sangat
diperlukan tenaga kesehatan perawat yang kompeten dalam melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan meningitis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan meningitis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat
lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang
mati dan bakteri.
b. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain
seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan
orang dewasa. Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi karena
terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
1. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan
subarahnoid.
2. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
4
3. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
3. Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri
yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
Haemophillus influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
c. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
d. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat
obat imunosupresi.
f. Faktor resiko terjadinya meningitis :
1) Infeksi sistemik
2) Trauma kepala
5
3) Kelainan anatomis
4. Manifestasi Klinis
a) Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau
diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
b) Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti
dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma,
kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex
fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi
meningococcal).
c) Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun
menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
5. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung
(sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak
dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak
dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang
patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak
dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke
saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan
eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat
menyebabkan hydrocephalus
6
Pathway Miningitis
7
6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah
subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran
LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intrakranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke
otak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat.
e. Epilepsi
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena
meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu
gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan
yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
o Isolasi
o Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
o Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien
Nama : An .”N”
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat :-
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : klien mengeluh nyeri kepala berdenyut.
3. Riwayat Penyakit sekarang : Menurut keluarga Sejak 1 minggu yang
lalu klien sering menangis karena nyeri kepala yang berdenyut hebat, tubuh
terasa panas/demam, dan kaku pada kuduk. Klien belum diperiksakan ke
dokter. Sejak kemarin disertai mual ,muntah bahkan kejang, hingga klien
dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit ini.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Menurut keluarganya Klien belum pernah
mempunyai penyakit TBC tetapi klien pernah menderita influenza. Klien juga
pernah jatuh dari tempat tidur setinggi 1M, tetapi tanpa trauma serius.
11
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Perubahan ferfusi jaringan
ibu mengatakan anaknya ↓
tidak sadar, merintih dan Proses peradangan
gelisah ↓
perubahan ditemukan sebagian besar
pada dasar otak atau batang otak
DO: ↓
TTV : vasodilatasi
RR : 34 ↓
T : 37,8 penurunan pada kekanan onkotik
Nadi 34 ↓
TD : 140/90 perpindahan cairan dari intrasel ke
Tingkat kesadaran sopor ekstra sel
klien tampak gelisah ↓
GCS : 8, E2, M4, V2 vili arachnoideus
↓
Proses reabsorbsi tertahan
akumulasi cairan terhadap eksudat dan
tuberkel
obstruksi pada sistem basalis
↓
penurunan suplai ke otak dan jaringan
↓
resiko perubahan perfusi jaringan
serebral
↓
hipoksia jaringan
↓
penurunan metabolisme
↓
penurunan produk energi
↓
kurang energi
↓
mobilitas fisik terganggu
3 19 – 02 – 2007 luka, trauma, kelainan sistem syarap nyeri
DS : Ibu/keluarga klien pusat
mengatakan bahwa ↓
anaknya selalu merintih mikro organisme (bakteri/virus)
nyeri di kepala ↓
DO : melekat pada sel epitel mukosa
Klien gelisah nasofaring
Klien tampak meringis ↓
TTV : TD : 140/90 kolonisasi
mmHg, RR : 34 x/mnt, ↓
Temp : 37,8 o C, Pols : menembus membran mukosa
140 x/mnt ↓
Skala nyeri 5 memperbanyak diri dalam aliran darah
↓
bakterimea
↓
blood brain barier
↓
cairan serebro spinal
↓
inflamasi
↓
pelepasan zat vasoaktif (histamin,
bradikinin, prostaglandin)
↓
hipotalamus
↓
korteks serebri
↓
Nyeri
C. Intervensi Keperawatan
NANDA NOC NIC
Nyeri kepala yang Setelah dilakukan tindakan 1. .Kaji jenis dan tingkat nyeri
berdenyut hebat keperawatan selama 3x24 klien
jam diharapkan nyeri akut 2. Bantu klien untuk
dapat berkurang dengan mendapatkan posisi yang
krteria hasil : nyaman
- skala nyeri 2 3. Anjurkan klien untuk
- klien tampak rileks menggunakan aktivitas
pengalihan untuk mengurangi
nyeri
4. Ajarkan klien teknik relaksasi
dan distraksi untuk
mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
Tidak ada nafsu Setelah dilakukan tindakan 1. .pantau asupan dan haluaran
makan,merasa keperawatan selama 3x24 klien
mual dan muntah jam diharapkan
saat melihat ketidakseimbangan nutrisi 2. kaji dan catat bising usus klien
makanan. Klien kurang dari kebutuhan 3. timbang dan catat BB setiap
juga merasa nyeri tubuh dapat teratasi dengan hari pada jam yg sama
ditenggorokan krteria hasil: 4. berikan makanan lewat selang
-klien tidak menunjukkan
bukti penurunan BB 5. beri perawatan hidung dan
-BB naik 1kg dalam 3 hari ganti balutan selang
3 21-02-07 1. Mengukur skala nyeri skala nyeri = S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 5 Intensitas nyeri = sedang selalu merintik kesakitan
lokasi nyeri = dikepala Skala nyeri 5
2. membantu klien berbaring ditempat O Klien tampak meringis kesakitan
tidur dan membantu perawatan diri : TTV: TD :140/90 mmhg, RR 34
klien dengan menggunakan air x/menit, temp 37,8 o C
hangat Masalah belum teratasi
3. kolaborasi pemberian obat A Intervensi dilanjutkan
analgetik :- kolaborasi dengan dokter
4. mengukur suhu tubuh klien dangn P:
- monitor skala nyri
temperatur klien 37,6 0 c - Pantau TTV
16
A- Ekstremitas hangat
:- Klien tampak tenang
P: Masalah teratasi sebagian
Intervensi Dilanjutkan
- Memantau tanda vital
Intervensi Dilanjutkan
- Memantau tanda vital
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
\
Kelompok : 3
1.Pujari
2.Hilda rahmadani
3.Widya kartika
4.Yuslina helmi
KATA PENGANTAR
i
24
DAFTAR ISI
ii
25