Sunteți pe pagina 1din 20

LP GASTRITIS

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

Konsep Dasar Medis

Latar Belakang

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis.

Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan
resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan
dapat segera membaik dengan pengobatan.

Peran perawat pada pasien gastritis yaitu dengan cara:

Melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan secara tuntas melalui pengkajian
keperawatan, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan
evaluasi, baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada Klien/Pasien yang mempunyai
masalah keperawatan dasar sesuai batas kewenangan, tanggung jawab, dan kemampuannya serta
berlandaskan etika profesi keperawatan.

Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara sistematis dan memanfaatkannya dalam upaya


meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Bekerjasama dengan anggota tenaga kesehatan lain dan berbagai bidang terkait dalam menerapkan
prinsip manejemen, menyelesaikan masalah kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan dan asuhan
keperawatan.

Melaksanakan sistem rujukan keperawatan dan kesehatan.


Pengertian Gastritis

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (J. Reves, 1999).

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan
oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

Etiologi & Faktor Resiko

Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

Infeksi bakteri

Bakteri masuk melalui makanan/udara/zat zat lain yang terkontaminasi oleh bakteri H.Pylori melalui
mulut sampai ke lambung (gaster) bakteri tersebut hidup dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung, bakteri tersebut akan merusak lapisan pelindung dinding lambung sehingga terjadi athropi
gastritis, dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak yang menjadi tingkat
asam lambung rendah yang dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat
bahaya) dari kanker lambung.

Bakteri ini juga sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan tersering sebagai penyebab
gastritis.

Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen masuk ke dalam
lambung → obat bereaksi mengurangi prostaglandin (fungsi prostaglandin yaitu melindungi dinding
lambung) → infiltrasi sel-sel radang → atrofi progresif sel epitel kelenjar mukosa → kehilangan sel
parietal & chief sel → dinding lambung menipis → peradangan. Pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol masuk ke dalam lambung → dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal
sehingga terjadi peradangan pada lambung.

Penggunaan kokain

Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.

Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan
gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.

Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang
berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi
faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12,
akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang
tua.
Crohn's disease

Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun
kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena
penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak
lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

Radiasi dan kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada
dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

Penyakit bile reflux

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi
oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.
Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

Faktor-faktor lain.

Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit,
dan gagal hati atau ginjal.

Apabila disimpulkan dari penyebab diatas maka semua itu termasuk dari faktor :
Faktor imunologi

Faktor bakteriologi

Faktor lain seperti : NSAID (aspirin), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk usus-lambung,
bahan kimia.

Patofisiologi Gastritis

Alkohol,Makan makanan yang mengan dung asam,pedas,bakteri,dll

Peningkatan Asam Lambung

Merangsang keluarnya Histamin, serotonin, Dopamin, Asatilkolin

↙↘

Nyeri Epigastrium Peningkatan permeabilitas Kapiler dan Fasodilatasi

↓↓

Atropi tunika Mukosa

↙ ↘ Edema Pada Sel Lambung,Erosi superfisial

Sel parietal ↓produksi Hcl ↓

↓ ↓ Mual dan muntah

Atropi dan infiltrasi sel gangguan digesti

↓↓

Malabsorbsi Vitamin B12 Sisa makanan didigesti bakteri colon

↓↓

anemia pernisiosa Pembentukan Gas


↓↓

Penurunan Hb Darah Kembung, rasa begah, mual dan muntah

Manifestasi Klinis

Gastritis akut :

Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie

Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)

Muntah serta cegukan

Dapat terjadi kolik dan diare

Peningkatan Suhu Tubuh

Takikardi

Gastritis kronis :

Tipe A : Asimtomatis

Tipe B :

Mengeluh anoreksia

Sakit ulu hati setelah makan

Bersendawa

Rasa pahit dalam mulut

Mual dan muntah


Komplikasi

Gastritis Akut

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

Gastritis Kronis

Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin
B12.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.

Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

Penatalaksanaan Gastritis

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan
sebagai berikut :

Gastritis Akut :

Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak
mengiritasi.

Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi pada saluran
gastrointestinal bagian atas.

Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan
antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di
encerkan.

Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
Gastritis Kronis :

Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth
(pepto bismol)

Farmakologi

Terapi terhadap asam lambung

Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan
peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan
obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :

Antasida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan
obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan
dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.

Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk
mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.

Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan
cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton
mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.

Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang
melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. pylori.

Terapi terhadap H. Pylori

Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi
untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.

Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya
lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2
minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.

Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang
sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan
hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri
tersebut sudah hilang.

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

Pengkajian

Riwayat atau adanya faktor resiko.

Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis

Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung

Perokok berat
Pemajanan pada stres emosi kronis

Pengkajian fisik

Nyeri epigastrik.

Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah.

Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan
dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.

Penurunan berat badan

Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat.

Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit.

Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik,
dan tindakan perawatan diri preventif.

Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi tentang dampak
penyakit pada gaya hidup.

Analisa Data

No

Data

Etiologi
Masalah

1.

DS :

Klien menyatakan nyeri pada ulu hati.

DO :

Klien tampak meringis dan memegang daerah ulu hati.

Peradangan

Meningkatnya HCL

Lambung →bradikinin , histamine dan sel

Hipotalamus

Nyeri

Nyeri

2.
DS :

Klien mengatakan badannya panas

DO :

Suhu tubuh :37,7°C

RR : 21x/mnt

Nadi : 112x/mnt

Konjungtiva anemis

TD : 100/60 mmHg

Hb : 9,6 gr%

Peradangan mukosa lambung

Pengeluaran pirogen endogen

Hipotalamus(termoregulator)

Hipertermi
Hipertermi

3.

DS :

Klien mengatakan tidak nafsu makan.

Klien mengatakan ada mual dan muntah.

DO :

Porsi makan sedikit

Klien terlihat lemas

Peradangan mukosa lambung

Asam lambung meningkat

Merangsang medulla vomiting center

Intake nutrisi menurun


Gangguan pemenuhan nutrisi

Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman : nyeri sehubungan dengan adanya peradangan pada mukosa lambung.

Potensial terjadinya gangguan keseimbangan suhu tubuh : hipertermi sehubungan dengan adanya
proses infeksi pada mukosa lambung.

Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake yang kurang akibat peningkatan asam
lambung.

Asuhan Keperawatan

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Nyeri yang berhubungan dengan peradangan mukosa lambung

Do :

klien tampak meringis dan memegang ulu hati


Ds :

-Nyeri epigastrium pada saat di tekan

-panas didaerah ulu hati

Tupan:

Dalam 3 hari rasa nyeri hilang dengan kriteria:

Skala nyeri 0

Pasin tampak nyeri dan tenang

Tupen:

Daklam 1x 24 jam nyeri klien berkurang dan klien tampak tenang dan nyaman

Catat keluhan nyeri,termasuk lokasi,waktu atau lamanya,intensitas (skala 0-10)

Anjukan klien untuk distraksi

Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik(aspires dan ibufrofen)

Dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.

Meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan klien.

Asam lambung meningkat menyebabkan pengeluaran bradikinin, histamine, merangsang thalamus


menimbulkan respon nyeri.
Dapat menghilangkan rasa nyeri akut atau kronis dan menurunkan aktvitas-aktivitas peristaltik

2.

Hipertermi berhubungan dengan peradangan

Do:

Suhu tubuh 37,7˚C

Ds :

klien mengatakan badannya panas

Tupan :

dalam waktu3 hari suhu kembali normal dengan kriteria:

-suhu 36,5˚C-37˚C

-klien dapat tidur dengan nyenyak

Tupen :

Dalam waktu 1 x 24 jam suhu kembali normal

Observasi TTV setiap 24 jam sekali

Anjurkan klien untuk banyak minum

Berikan kompres hangat

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipereptik


Dengan dilakukan observasi TTV menunjukan suhu tubuh normal atau tidak

Minum dapat memenuhi kebutuhan dalam elektrolit

Kompres hangat dapat meningkatkan proses vasodilatasi

Antiperetik dapat menurunkan panas

3.

Nutrisi kurang dari kebutujhan berhubungan dengan nutrisi berkurang atau output yang berlebih

Do :

-Klien tampak lemas

-berat badan menurun

-porsi makan tidak habis

Ds :

-klien mengatakan mual dan muntah

-klien mengatakan tidak nafsu makan (anoreksia)

Tupan:

Dalam waktu 3 hari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria:

berat badan meningkat

porsi makan habis

mual dan muntah hilang


Tupen :

dalam waktu 1 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Timbang berat badan dengan teratur

Catat adanya muntah dan diare

Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering

Kolaborasi dengan ahli gizi

kehilangan atau peningkatkan dini menunjukan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada
devisit nutrisi

jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah atau diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan
evaluasi lanjut

sering makan mempertahankan netralisasi Hcl,melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam
mukosa lambung dan makan sedikit mencegah distensi gaster yang berlebihan

perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; buku saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Ed. 2, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC,
Jakarta.

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/gastritis-pada-lansia.html

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2008/12/askep-gastritis.html

http://nunuborneo.blogspot.com/2008/09/blog-post.html

http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125

http://keperawatan-gun.blogspot.com/

http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/01/gastritis-maag.html

S-ar putea să vă placă și