Sunteți pe pagina 1din 28

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA Tn “S” KHUSUSNYA An.F


DENGAN DENGUE HAEMOROGIC FEVER
DI PUSKESMAS MEJOBO

Disusun Oleh :
1. Bagus Edi M
2. Dandi Setiono
3. Dwi Laraswati
4. Eka Sri Wahyuningsih
5. Ika Rofik R.

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kab. Kudus
Tahun Akademik 2007 / 2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aigepty (Suriadi, 2001 : 57).
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit demam akut
dengan ciri untuk demam dengan manifestasi perdarahan dan
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan/ mengalami kematian
bagi penderita.
(Mansjoer, 2000 : 419).
Untuk Puskesmas Mejobo Kudus terdapat 6 kasus DBD, dengan
melihat kasus di Puskesmas Mejobo Kudus dan melihat dari/ komplikasi
yang dapat timbul jika tidak diberikan perawatan dini maka perawat sebagai
salah satu tim kesehatan dituntut untuk ikut memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan DB secara promotif, preventif, kuratif dengan
memandang manusia secara holistic sebagai makhluk bio, psiko, sosio,
kultur spiritul.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga Tn “S” dengan DB pada A “F” di Kecamatan
Mejobo Kabupaten Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi, Asuhan Keperawatan pada
keluarga Tn “S” dengan DB pada An ”F” di Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus.
b. Membahas hasil Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn “S” dengan
penyakit pada An “F”
C. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan untuk
Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehata menuju terwujudnya
Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan untuk
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan
nasional misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerja
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep, Kes, RI,
1998).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari setiap anggota.
(Duvall dan logam, 1986)
Bailori dan Maglaya, 1978 mengatakan bahwa keluarga adalah 2
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah perkawinan/ adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya.

2. Karakteristik Keluarga
Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari 2 atau lebih individu yang diikuti oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama/ jika terpisah, mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.

d. Mempunyai tujuan :
1) Meningkatkan perkembangan fisik, psikiologis dan sosial
anggota.
2) Menciptakan dan mempertahankan budaya.

3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui jalur garus ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan suami/ istri.

4. Type Keluarga
a. Type keluarga tradisional, terdiri dari :
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri dan anak (kandung / angkat)
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misal : kakek, nenek, paman
dan bibi.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi disebabkan
oleh perceraian/ kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa.
6) Keluarga usila yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri yang berusia lanjut.

b. Tipe keluarga non tradisional, terdiri dari :


1) Communce family yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan 4 anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3) “Homoseksual” dua individu yang sejenis hidup bersama dalam
satu rumah tangga.

5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga yaitu :
a. Fungsi Afektif
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh
2) Saling menghargai
3) Ikatan dan identifikasi

b. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma, tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

c. Fungsi Reproduksi
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan


1) Mencegah terjadinya gangguan kebutuhan kesehatan
2) Merwat anggota keluarga yang sakit

6. Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 1998 adalah :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga
d. Mempertahankan/ menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.

7. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam melaksanakan Askep kesehatan keluarga yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam
bidang kesehatan meliputi :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi rendah.
2) Keluarga kurang tahu/ tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/ keluarga dengan
penyakit keturunan.
b. Keluarga dengan anak menjadi resiko tinggi karena :
1) Lahir prematur (BBLR)
2) BB sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
c. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil :
1) Umur ibu (16 th/ lebih dari 35 th)
2) Menderita kekurangan gizi (anemia)
3) Menderita hipertensi
4) Primipara dan multipara
5) Riwayat persalinan/ komplikasi
d. Keluarga mempunyai masalah dengan anggota keluarga :
1) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
4) Salah satu anggota (suami/ istri) meninggal, cerai, lari,
meningalkan rumah.
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue (DHF) Arbovirus yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty.
(Suriady, 2001 : 57)
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit demam akut
dengan ciri demam dengan manifestasi perdarahan dan mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
(Mansjoer, 2000 : 419)
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah hari pertama.
(Ngastiyah, 2001 : 120)

B. Etiologi
Virus Dengue termasuk dalam Arbovirus B dikenal 4 serotipe virus
Dengue yang paling tidak mempunyai imunitas silang. Sabin adalah orang
pertama yang berhasil mengisolasi virus Dengue yaitu darah penderita
sewaktu terjadi epidemi demam dengue, di Hawai dengan di beri nama tipe
I, sedangkan virus dari penderita demam dengue yang berasal dari New
guinea diberi nama tipe II.
Virus Dengue tipe I dan tipe II berhasil diisolasi dengan menyuntik
darah penderita secara intrakutis pada anak tikus putih muda. Dari serum
penderita yang diserang Philipine Haemoragic Fever yang terjadi di Manila
pada tahun 1953 dapat diisolasi virus Dengue baru diberi nama virus
Dengue tipe III dan IV.
(Mansjoer, 2000 : 419)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi tahun 2001, manifestasi klinis DHF adalah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi selama 2-7 hari
2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit
ptechie, ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, melena,
hematuria.
3. Mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
5. Sakit kepala
6. Pembengkakan sekitar mata
7. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
8. Tanda-tanda renjatan (cianosis, kulit lembab dan dingin tekanan darah
menurun, gelisah, refill lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah).
Infeksi virus Dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang
bervariasi, mulai dari asimtomatik penyakit paling ringan dan
(milloundifferentiate dan fibrille uness) demam dengue, demam berdarah
dengue, demam berdarah dengue, sampai sindrom syock dengue, walaupun
secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit
hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan/ berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan,
hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Demam Dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan disertai timbulnya ruam markulo popular, pada anak
besar dan dewasa dikenal syindrom trior berupa demam tinggi mendadak,
nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung dan sendi) timbul
ruam macular popular, tanda lain menyerupai demam dengue yaitu anorexia,
muntah dan nyeri kepala.
(Mansjoer, 2000 : 420)
D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Menurut Waspadji, 1996 klasifikasi demam berdarah Dengue :
Derajat I (ringan) : Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain
dengan manifestasi perdarahan teringan yaitu uji
torniquet (+).
Derajat II (sedang) : Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
Derajat IV : Ditemukan DSS dengan tensi dan nadi yang tidak
teratur
(Waspadji, 1996 : 1423 – 424)

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap : Hemokonstrasi (Hematokrit ↑ 20%/ lebih)
2. Serologi : Uji H1 (hemaaglutination Inhibition Test)
3. Rontgen Thorax : Effusi Pleura
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hitung trombosit, uji serologi H1
(Hemoaglutination Inhibition Antibody) Dengue blot, trombositopenia
ringan bersamaan dengan hemokonsentrasi adalah gejala yang spesifik,
leukosit, normal pada 1 – 3 hari pertama. Penurunan saat akan terjadi syock
dan peningkatan saat syock teratasi.
(Mansjoer, 2000 : 421)

F. Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DHF/ DF sebaiknya dirawat ditempat
terpisah dengan pasien penyakit lain, seyogyanya pada kamar bebas
nyamuk, penatalaksanaan pada DF/ DHF tanpa penyulit adalah :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Jika belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum 1,5 – 2 ltr
dalam 24 jam (susu, air dengan gula/ syrup)/ air tawar ditambah dengan
garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
Untuk hiperpirek dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak
dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asitaminofen, eukinin/
dipiron. Hindari pemakaian asetasol karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila di khawatirkan terdapat infeksi sekunder.

Pasien DHf perlu diobservasi teliti terdapat penemuan dini tanda


renjatan yaitu :
1. Keadaan umum memburuk
2. Hati makin membesar
3. Masa perdarahan memanjang karena trombosit topenia
4. Hematokrit ↑ pada pemeriksaan berkala.

Dalam hal ini ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus


disiapkan dan terpasang pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap
jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan,
serta Hb dan Ht setiap 4 – 6 jam pada hari-hari pertama pengamatan,
selanjutnya tiap 24 jam. Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk
mengembalikan volume cairan intravaskuler ketingkat yang (N). Dalam hal
ini dapat berupa Nacl foali, laktat ringer/ jika terdapat renjatan yang berat
dapat dipakai plasma/ ekspander plasma. Jumlah cairan dan kecepatan
pemberian cairan disesuaikan dengan perkambangan klinis.
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20ml/kg BB dan bila renjatan
telah diatasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Pada
kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur dan bila
tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma/ ekspander/ dextran/
preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kg BB. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan nabikarbonat.
Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan volum intravaskular,
pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma
dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
Transfusi darah dilakukan pada :
1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematomesis dan
melena)
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala menunjukkan penurunan
kadara Bb + Ht.
(Waspadji, 1996 : 424 – 425)

G. Patofisiologi
Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan terlepas, C3 dan C5 dua
peptida yang bedanya melepaskan tamin dan mediator kuat sebagai faktor
yang meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut.
Terjadinya trombositopeni meningkatnya fungsi trombosit dan
penurunan faktor koagulasi merupakan terjadinya perdarahan saluran
gastrointestinal.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah turunnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma terjadi hipotensi,
trombositopeni dan diasetesis haemoragig terjadi akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksi jaringan,
asidosis metabolik dan kematian (Suriadi, 2001 : 57 – 58).
Dalam referensi lain dijelaskan bahwa setelah virus Dengue masuk
kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia,
seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DF disebabkan kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningkatnya permeabilitias dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotinin serta
aktivisistem kali krein yang berakibat ekstravasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat mengurangnya volum plasma, terjadinya hipotensi, hemokonstrasi,
hipoproteinomia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari saat permulaan demam mencapai puncaknya pada saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volum plasma dapat menurun
sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma kedaerah ektravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu peritoneum, pleura dan
perikardium yang pada autopsi terjadi melebihi jumlah cairan yang telah
diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat
anoxia jaringan asidosis metabolik dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah
pemberian plasma/ eksponder plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi
tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang desktruktif/ akibat
radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding
pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja
singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat yang
biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopeni,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopeni yang dihubungkan dengan meningkatnya
megakariosit dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya dektruksi trombosit. Penyidikan dengan
radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi dalam
sistem retikuloendetelial.
Fungsi agregitasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imonulogis, terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam perdarahan
darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang terbukti dengan terganggu oleh aktivasi sistem
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC (Disseminted Intravaskular
Ciagulation) pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan.
Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada
pasien DhF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHf, peran DIC tidak
menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit
memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan
memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
(Waspadji, 1996 : 420)
H. Pathway

Gigitan nyamuk

Virus masuk dalam tubuh


Demam
Virus bereaksi dengan antibody
Hipertermi
Komplek virus antibody

Mengaktivasi system komplemen

Pelepasan zat antilaktasi

Meningkatkan permeabilitas
dinding kapiler
Ekstravasi cairan
intravaskuler Kebocoran plasma darah

Hemokonsentrasi Kurangnya volume plasma


darah – Hb menurun
Kekurangan cairan O2
Hipoproteinemia
Perfusi O2 kejaringan
Malaise
berkurang
Anoreksia Ketidakseimbangan
kebutuhan O2
Intake nutrisi kurang
Intoleran aktivitas
Gangguan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

(Waspadji, 1996 : 420)


I. Pencegahan
Cara paling efektif adalah dengan menggunakan cara 3M yaitu :
1. Menguras bak mandi
Menguras bak mandi tiap 1 minggu sekali
2. Menutup tempat penampungan air
Tutup rapat-rapat tempat penampungan air, antara lain : ember, gentong,
dll
3. Mengubur barang-barang bekas
- Jika barang-barang bekas dibuat plastik lebih baik segera dibakar
- Jika barang-barang bekas terbuat bukan dari bahan plastik, dapat
dikubur, misal : botol kecap, syrup bekas, kaleng susu, dll

Dalam sebuah referensi dijelaskan cara yang paling efektif adalah


dengan rincian sebagai berikut :
1. Menggunakan inteksida
 Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida) cara
penggunaan dengan pengasapan (thermal fogging)/ pengabutan (cold
fogging) untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai
jenis inteksida yang disemprotkan di dalam kamar/ ruangan, misal :
golongan organofosfas karbonat/ pyrethroid).
 Themepos (abate) utnuk membunuh jentik (larvasida) cara
penggunaan dengan pasir abate kedalam sarang nyamuk Aedes yaitu
bejana tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan ialah
IPPN/ 1 grabate 56% per 10ltr air.

2. Tanpa Inteksida
Caranya :
 Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 kali seminggu
 Menutup tempat penampungan air
 Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng/ botol-botol bekas
 Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan pada
orang lain.
 Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat gosok/ dengan
menggunakan kelambu.
 Imunisasi maupun pemberian antivitas dalam usaha memutuskan
rantai penularan (masalah dalam penelitian).
(Waspadji, 1996 : 425 – 426)
BAB IV
PENGKAJIAN KELUARGA

Pengakajian dilakukan pada tanggal 25 Februari 2008 jam 12.00 WIB.


A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. S
2. Umur KK : 49 th
3. Alamat : Golantepus Rt. 4/ IV
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri
5. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
6. Susunan Anggota Keluarga :
Sex
No Nama Umur Tgl Lahir Pendidikan Pekerjaan Hubungan
(L/P)
1. Tn. S 49 th L 07-12-1950 Sarjana Pegawai Negeri Suami
2. Ny. M 40 th P 10-11-1958 Sarjana Pegawai Negeri Istri
3. An. L 12 th P 07-03-1996 SD Pelajar Anak
4. An. F 10 th P 21-10-1998 SD Pelajar Anak
5. An. A 8 th P 28-08-2000 SD Pelajar Anak

Genogram
Tn. K N.P
Keterangan

Ny.M Tn.S : Laki-laki


Ny.L Tn.S

: Perempuan

: Menikah

: Penderita

: Tinggal Seruma
An.L An.F An.A An.B An.T
7. Type Keluarga
Tn. S mengatakan termasuk keluarga inti (nuclear family) yaitu
keluarga yang terdiri dari atas ayah, ibu dan anak-anak.

8. Suku Bangsa
a. Suami : Suami berasal dari daerah yang sama dengan Ny. N yakni
keduanya berasal dari desa Golantepus, lahir di
Golantepus dan dibesarkan di Golantepus.
b. Bahasa yang digunakan bahasa Jawa / Indonesia.
c. Pantangan : Ny.M mengatakan tidak ada pantangan dalam keluarga.

9. Agama
Keluarga Tn.S beragama Islam
a. Kegiatan beragama (Ibadah) rutin di rumah, sholat 5 kali sehari.
b. Kegiatan keagamaan rutin di masyarakat, mengikuti pengajian.
c. Menurut keluarga kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.

10. Status Sosial Ekonomi Keluarga


a. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
b. Pekerjaan anggota keluarga : Tn.S bekerja sebagai Pegawai Negeri
Konsultan.
c. Penghasilan anggota keluarga : Ny.M mengatakan penghasilan suami
lebih dari Rp. 1.000.000,-
d. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari : Ny.M mengatakan kebutuhan
hidup sehari-hari, yaitu untuk belanja Rp.500.000/bulan, untuk listrik
Rp. 100.000/bulan dan untuk kebutuhan uang saku anak Rp.
300.000, untuk bensin/transport Rp. 200.000/bulan kebutuhan lain-
lain Rp. 100.000, dan untuk
e. Tabungan/Asuransi : Ny.M mengatakan kebiasaan menabung dalam
keluarganya sebulan Rp. 100.000,-
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga
a. Rekreasi yang dilakukan di luar rumah : yang sifatnya formal pergi
ke suatu tempat wisata dilakukan 1 bulan sekali.
b. Rekreasi yang dilakukan dalam rumah : nonton TV,
bercanda/berkumpul bersama keluarga.

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


12. Tahap perkembangan keluarga
Keluarga Tn.S mempunyai 3 orang anak. Anak yang No. 1 masih
sekolah demikian juga No. 2,3 juga masih sekolah.

13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga: pada
keluarga Tn.S semua tahapan keluarga terpenuhi.

14. Riwayat keluarga inti


Tn.S, Ny.M berasal dari wilayah yang sama, lalu berkeluarga dan
memiliki 3 orang anak yang saling menyayangi, tidak ada anggota
keluarga yang pernah dirawat di Rumah Sakit.

15. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.M mengatakan dalam riwayat keluarga (orang tuanya Ny.M) dan
keluarga Tn.S ada yang menderita penyakit menular.

C. LINGKUNGAN
16. Karakteristik rumah
a. Status rumah : milik sendiri, luas rumah sekitar 70 m 2 type rumah
permanen, jumlah ruangan 13 ruangan terdiri dari 4 kamar tidur, 1
ruang tamu, 3 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang makan, 1 ruang tamu,
tidak ada genteng kaca dan memiliki 5 jendela, 1 gudang, 1 tempat
sholat.
b. Keadaan rumah bersih dan rapi.
c. Penggunaan jamban, jenis dan jarak dengan sumber air : jenisnya
WC.
d. Kondisi air, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa, air
yang digunakan air ledeng.
e. Sistem pembuangan sampah : sampah dibuang di lubang sampah
belakang, lalu dibakar.

DENAH RUMAH

2 9 3 4 5 6
10 7

8 12 13
11
1

Keterangan :
2, 3, 4, 5 : Kamar
1 : Ruang tamu
6 : Ruang sholat
7 : Ruang makan
8 : Ruang keluarga
9 : Gudang
11, 13 : Kamar mandi
10 : Dapur
11 : Kamar mandi

17. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a. Adat dan kebiasaan komunitas sekitar : mengadakan “selamatan”
untuk bayi baru lahir, ketika ada yang meninggal/sedang hajatan dan
juga diadakan pengajian seperti tahlil dan yasinan pada malam-
malam tertentu.
b. Pola pergaulan keluarga : Ny.M mengatakan masyarakat lingkungan
sekitar rumahnya akrab dengan tetangga sekitarnya.
c. Persepsi keluarga terhadap komunitas : Ny.M mengatakan
masyarakat menurut kami sangat perlu dan besar pengaruhnya,
terutama bila ada yang mengetahui sesuatu bisa saling memberi
informasi. Apabila ada yang sakit baik di rumah maupun di rumah
sakit tetangga saling menjenguk.
d. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan yang berkaitan
dengan komunitas : Ny.M mengatakan tidak ada masalah kesehatan
berarti yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.
e. Karakteristik masyarakatnya termasuk masyarakat dengan hubungan
sosial yang erat dan menjunjung tinggi kegiatan gotong royong
dalam suasana kekeluargaan yang kental.
f. Fasilitas kesehatan terdekat adalah puskesmas, yang dapat dijangkau
dengan kendaraan roda dua / roda empat.

18. Mobilitas geografis keluarga


a. Tn.S dan Ny.M berasal dari wilayah yang sama.
b. Alat transportasi di daerah : Ny.M mengatakan alat transportasi disini
dengan angkutan umum.
c. Alat transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga Tn.S adalah
sepeda motor.

19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


a. Peran serta keluarga dalam perkumpulan di masyarakat : Ny.M
mengatakan saya tidak mengikuti arisan di wilayah saya.
b. Persepsi keluarga mengenai perkumpulan di masyarakat : Ny.M
mengatakan dengan mengikuti perkumpulan di masyarakat,
keakraban dan kerukunan antar anggota masyarakat sehingga
informasi mudah didapat. Oleh karena itu keluarga kami merasa
perlu untuk mengikuti perkumpulan masyarakat di daerah kami.
20. Sistem pendukung keluarga
a. Sistem pendukung di dalam keluarga : Ny.M mengatakan keluarga
semua sehat, kecuali An.F yang saat ini sedang sakit. Keluarga tidak
memiliki tanaman obat untuk keluarga (TOGO)
b. Sistem pendukung dikomunitas : Ny.M mengatakan sistem
pendukung yang ada adalah Posyandu Balita di wilayah Rwnya
setiap bulan sekali dengan didatangi petugas kesehatan dari
Puskesmas.
c. Persepsi keluarga mengenai pentingnya sistem pendukung, keluarga
mempersiapkan positif terhadap kedua sistem pendukung di atas baik
sistem pendukung dalam keluarga maupun yang terdekat dalam
komunitas.

D. STRUKTUR KELUARGA
21. Pola Komunikasi
a. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny.M mengatakan dalam
mengambil keputusan dilakukan dengan diskusi dan Tn.S selalu
Kepala Keluarga mempunyai peran yang besar dalam proses diskusi.
b. Masalah komunikasi yang dihadapi keluarga saat ini, Ny.M
mengatakan selama ini hubungan keluarga kami baik-baik saja dan
saya rasa kami tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

22. Struktur kekuatan keluarga


a. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny.M mengatakan dalam
pengambilan keputusan dengan diskusi dan Tn.S selaku Kepala
Keluarga mempunyai peran yang besar dalam proses diskusi.
b. Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan : Ny.M
mengatakan dalam pengambilan keputusan semua keluarga ikut
berperan. Tapi Tn.S sebagai kepala keluarga memiliki peran paling
utama dalam mengambil suatu keputusan.
23. Struktur peran
Tn.S sebagai Kepala Keluarga dan Ny.M sebagai ibu rumah tangga.
An.L dan An.F dan An.A masih sekolah.
24. Nilai dan norma keluarga
Nilai budaya yang dianut keluarga : Ny.M mengatakan keluarga
mengantu budaya Jawa Tengah.
Kebiasaan keluarga masih menganut adat Jawa Tengah, hal ini bisa
dicontohkan dengan hal sebagai berikut :
- Makan 3x sehari, saat makan dilarang berbicara.
- Pamali makan sambil berdiri.
- Pamali menyapu rumah pada malam hari.

E. FUNGSI KELUARGA
25. Fungsi afektif
Ny.M mengatakan keluarga kami sangat rukun, antar anggota keluarga
saling memiliki, saling membantu dan saling mendukung dalam segala
hal yang positif. Masing-masing merasa sangat akrab, sangat dekat dan
merasa saling membutuhkan.

26. Fungsi sosial


Ny.M mengatakan keluarga kami akrab satu sama lain. Keluarga kami
menjalankan kewajiban sesuai dengan perannya masing-masing kecuali
anak No. 3 (An.A) terkadang masih sering bermanja-manja dan belum
bisa melakukan segalanya secara mandiri.

27. Fungsi Perawatan Kesehatan


 Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Masalah :
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
1. Masalah DHF/DB
- Ny.M mengatakan sering mendengar istilah DB, penyebabnya
adalah gigitan nyamuk DB tetapi Ny.M tidak tahu pasti
bagaimana bentuk DB tapi Ny.M tidak tahu pasti bagaimana
bentuk dan perbedaan nyamuk DB dengan nyamuk biasa.
Selain itu, Ny.M juga tidak tahu pasti tanda dan gejala DB yang
Ny.M ketahui jika terkena DB panas tubuh tinggi dan muncul
bintik-bintik merah pada kulit.
- Ny.M mengatakan : tidak mengerti kalau anaknya mengalami
panas tinggi karena DB, Ny.M kira anaknya hanya demam
biasa. Setelah mendapat dan perawat berdasarkan hasil
pemeriksaan perawat, ternyata anak saya terkena DB.

2. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan masalah DHF


Ny.M mengatakan “karena anaknya sakit kemudian di bawa ke
mantri, tapi setelah minum obat dan tidak ada perubahan maka
dibawa anaknya ke puskesmas Mejobo”.
Ny.M mengatakan kadang-kadang anak saya demam tapi saya
tidak pernah menyangka kalau anak saya DB + 5 hari.

3. Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit.


- Ny.M mengatakan di dalam merawat anaknya kalau sakit,
selalu diperiksakan anaknya ke Puskesmas, kemudian obatnya
diberikan sesuai dengan anjuran dokter.
Kemampuan keluarga memelihara lingkungan.
- Ny. M mengatakan untuk merawat kesehatan kebersihan dan
kerapian lingkungan, tidak diperhatikan, karena anak Ny.M
sekolah sampai sore jadi kadang rumah tak terurus. Tapi untuk
menguras kamar mandi biasanya dilakukan seminggu sekali,
Cuma untuk urusan baju anak memang Ny. M suka
menggantung baju.
4. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Ny.M
mengatakan jika anak Ny.M sakit, biasanya di periksakan ke
Puskesmas Mejobo.

 Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan


yang tepat.
1. Keluarga Tn.S hanya tahu mengenai penyakit anaknya tersebut
melalui pengetahuan saja.
2. keluarga Tn.S mengatakan apabila ada salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit segera di bawa ke puskesmas/mantri
terdekat.
3. Keluarga Tn.S mengatakan tidak pernah menyerah/maen-maen
terhadap penyakit apapun itu.
4. Ny.M menghatakan merasa takut akan tindakan penyakit
terutama yang membahayakan.
5. Kemampuan Tn.S dalam menanggapi sikap terhadap masalah
kesehatan selalu serius dan untuk bersikap negatif tipis
kemungkinan karena dia percaya akan adanya balai pengobatan
dan rumah sakit.
6. keluarga Tn.S dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
7. Keluarga Tn.S sangat percaya terhadap tenaha kesehatan yang
ada.
8. Keluarga Tn.S meminimalkan terhadap tindakan kesalahan dalam
mengatasi masalah.

28. Fungsi reproduksi


Ny.M mengatakan kami dikaruniai 3 orang anak, mempunyai 3 anak
perempuan semua. Sejak kelahiran anak pertama saya sudah mengikuti
program KB, tapi waktu saya menggunakan alat kontrasepsi pil, sejak
anak ke 3 saya menggunakan alat kontrasepsi suntik.
29. Fungsi Ekonomi
Ny.M mengatakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sandang pangan
disesuaikan dengan penghasilan.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


30. Stressor jangka pendek
Ny.M mengatakan tidak ada stres yang berarti dalam keluarga kami, jika
terjadi konflik dalam keluarga dapat kami selesaikan dengan diskusi.

31. Kemampuan keluarga merespon terhadap situasi/stressor


Ny.M mengatakan tidak terganggu dengan masalah yang kadang timbul
pada keluarganya.

32. Strategi koping yang digunakan.


Ny.M mengatakan dengan kedatangan perawat di wilayah kami, semoga
anak-anak kami menjadi sehat dan banyak memberi informasi pada kami
tentang lingkungan dan tentang kesehatan anak kami.

33. Harapan keluarga pada perawat


Ny.M mengatakan dengan kedatangan perawat di wilayah kami, semoga
anak-anak kami menjadi sehat dan banyak memberi informasi pada kami
tentang lingkungan dan tentang kesehatan anak kami.

34. Persepsi keluarga terhadap perawat


Ny.M mengatakan perawat adalah orang yang merawat pasien.

35. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang


dihadapi.
Ny.M mengataka saya ingin diberi penjelasan lebih rinci tentang DBD,
tanda dan gejala dari DBD.

S-ar putea să vă placă și