Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
1. Bagus Edi M
2. Dandi Setiono
3. Dwi Laraswati
4. Eka Sri Wahyuningsih
5. Ika Rofik R.
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aigepty (Suriadi, 2001 : 57).
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit demam akut
dengan ciri untuk demam dengan manifestasi perdarahan dan
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan/ mengalami kematian
bagi penderita.
(Mansjoer, 2000 : 419).
Untuk Puskesmas Mejobo Kudus terdapat 6 kasus DBD, dengan
melihat kasus di Puskesmas Mejobo Kudus dan melihat dari/ komplikasi
yang dapat timbul jika tidak diberikan perawatan dini maka perawat sebagai
salah satu tim kesehatan dituntut untuk ikut memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan DB secara promotif, preventif, kuratif dengan
memandang manusia secara holistic sebagai makhluk bio, psiko, sosio,
kultur spiritul.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga Tn “S” dengan DB pada A “F” di Kecamatan
Mejobo Kabupaten Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi, Asuhan Keperawatan pada
keluarga Tn “S” dengan DB pada An ”F” di Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus.
b. Membahas hasil Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn “S” dengan
penyakit pada An “F”
C. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan untuk
Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehata menuju terwujudnya
Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan untuk
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan
nasional misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerja
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
KONSEP DASAR
2. Karakteristik Keluarga
Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari 2 atau lebih individu yang diikuti oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama/ jika terpisah, mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
d. Mempunyai tujuan :
1) Meningkatkan perkembangan fisik, psikiologis dan sosial
anggota.
2) Menciptakan dan mempertahankan budaya.
3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui jalur garus ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan suami/ istri.
4. Type Keluarga
a. Type keluarga tradisional, terdiri dari :
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri dan anak (kandung / angkat)
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misal : kakek, nenek, paman
dan bibi.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi disebabkan
oleh perceraian/ kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa.
6) Keluarga usila yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri yang berusia lanjut.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga yaitu :
a. Fungsi Afektif
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh
2) Saling menghargai
3) Ikatan dan identifikasi
b. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma, tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
c. Fungsi Reproduksi
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang.
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue (DHF) Arbovirus yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty.
(Suriady, 2001 : 57)
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit demam akut
dengan ciri demam dengan manifestasi perdarahan dan mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
(Mansjoer, 2000 : 419)
Demam Berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah hari pertama.
(Ngastiyah, 2001 : 120)
B. Etiologi
Virus Dengue termasuk dalam Arbovirus B dikenal 4 serotipe virus
Dengue yang paling tidak mempunyai imunitas silang. Sabin adalah orang
pertama yang berhasil mengisolasi virus Dengue yaitu darah penderita
sewaktu terjadi epidemi demam dengue, di Hawai dengan di beri nama tipe
I, sedangkan virus dari penderita demam dengue yang berasal dari New
guinea diberi nama tipe II.
Virus Dengue tipe I dan tipe II berhasil diisolasi dengan menyuntik
darah penderita secara intrakutis pada anak tikus putih muda. Dari serum
penderita yang diserang Philipine Haemoragic Fever yang terjadi di Manila
pada tahun 1953 dapat diisolasi virus Dengue baru diberi nama virus
Dengue tipe III dan IV.
(Mansjoer, 2000 : 419)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi tahun 2001, manifestasi klinis DHF adalah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi selama 2-7 hari
2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit
ptechie, ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, melena,
hematuria.
3. Mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
5. Sakit kepala
6. Pembengkakan sekitar mata
7. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
8. Tanda-tanda renjatan (cianosis, kulit lembab dan dingin tekanan darah
menurun, gelisah, refill lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah).
Infeksi virus Dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang
bervariasi, mulai dari asimtomatik penyakit paling ringan dan
(milloundifferentiate dan fibrille uness) demam dengue, demam berdarah
dengue, demam berdarah dengue, sampai sindrom syock dengue, walaupun
secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit
hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan/ berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan,
hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Demam Dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan disertai timbulnya ruam markulo popular, pada anak
besar dan dewasa dikenal syindrom trior berupa demam tinggi mendadak,
nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung dan sendi) timbul
ruam macular popular, tanda lain menyerupai demam dengue yaitu anorexia,
muntah dan nyeri kepala.
(Mansjoer, 2000 : 420)
D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Menurut Waspadji, 1996 klasifikasi demam berdarah Dengue :
Derajat I (ringan) : Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain
dengan manifestasi perdarahan teringan yaitu uji
torniquet (+).
Derajat II (sedang) : Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
Derajat IV : Ditemukan DSS dengan tensi dan nadi yang tidak
teratur
(Waspadji, 1996 : 1423 – 424)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap : Hemokonstrasi (Hematokrit ↑ 20%/ lebih)
2. Serologi : Uji H1 (hemaaglutination Inhibition Test)
3. Rontgen Thorax : Effusi Pleura
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hitung trombosit, uji serologi H1
(Hemoaglutination Inhibition Antibody) Dengue blot, trombositopenia
ringan bersamaan dengan hemokonsentrasi adalah gejala yang spesifik,
leukosit, normal pada 1 – 3 hari pertama. Penurunan saat akan terjadi syock
dan peningkatan saat syock teratasi.
(Mansjoer, 2000 : 421)
F. Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DHF/ DF sebaiknya dirawat ditempat
terpisah dengan pasien penyakit lain, seyogyanya pada kamar bebas
nyamuk, penatalaksanaan pada DF/ DHF tanpa penyulit adalah :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Jika belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum 1,5 – 2 ltr
dalam 24 jam (susu, air dengan gula/ syrup)/ air tawar ditambah dengan
garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
Untuk hiperpirek dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak
dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asitaminofen, eukinin/
dipiron. Hindari pemakaian asetasol karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila di khawatirkan terdapat infeksi sekunder.
G. Patofisiologi
Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan terlepas, C3 dan C5 dua
peptida yang bedanya melepaskan tamin dan mediator kuat sebagai faktor
yang meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut.
Terjadinya trombositopeni meningkatnya fungsi trombosit dan
penurunan faktor koagulasi merupakan terjadinya perdarahan saluran
gastrointestinal.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah turunnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma terjadi hipotensi,
trombositopeni dan diasetesis haemoragig terjadi akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksi jaringan,
asidosis metabolik dan kematian (Suriadi, 2001 : 57 – 58).
Dalam referensi lain dijelaskan bahwa setelah virus Dengue masuk
kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia,
seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DF disebabkan kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningkatnya permeabilitias dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotinin serta
aktivisistem kali krein yang berakibat ekstravasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat mengurangnya volum plasma, terjadinya hipotensi, hemokonstrasi,
hipoproteinomia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari saat permulaan demam mencapai puncaknya pada saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volum plasma dapat menurun
sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma kedaerah ektravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu peritoneum, pleura dan
perikardium yang pada autopsi terjadi melebihi jumlah cairan yang telah
diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat
anoxia jaringan asidosis metabolik dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah
pemberian plasma/ eksponder plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi
tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang desktruktif/ akibat
radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding
pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja
singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat yang
biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopeni,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopeni yang dihubungkan dengan meningkatnya
megakariosit dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya dektruksi trombosit. Penyidikan dengan
radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi dalam
sistem retikuloendetelial.
Fungsi agregitasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imonulogis, terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam perdarahan
darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang terbukti dengan terganggu oleh aktivasi sistem
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC (Disseminted Intravaskular
Ciagulation) pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan.
Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada
pasien DhF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHf, peran DIC tidak
menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit
memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan
memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
(Waspadji, 1996 : 420)
H. Pathway
Gigitan nyamuk
Meningkatkan permeabilitas
dinding kapiler
Ekstravasi cairan
intravaskuler Kebocoran plasma darah
2. Tanpa Inteksida
Caranya :
Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 kali seminggu
Menutup tempat penampungan air
Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng/ botol-botol bekas
Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan pada
orang lain.
Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat gosok/ dengan
menggunakan kelambu.
Imunisasi maupun pemberian antivitas dalam usaha memutuskan
rantai penularan (masalah dalam penelitian).
(Waspadji, 1996 : 425 – 426)
BAB IV
PENGKAJIAN KELUARGA
Genogram
Tn. K N.P
Keterangan
: Perempuan
: Menikah
: Penderita
: Tinggal Seruma
An.L An.F An.A An.B An.T
7. Type Keluarga
Tn. S mengatakan termasuk keluarga inti (nuclear family) yaitu
keluarga yang terdiri dari atas ayah, ibu dan anak-anak.
8. Suku Bangsa
a. Suami : Suami berasal dari daerah yang sama dengan Ny. N yakni
keduanya berasal dari desa Golantepus, lahir di
Golantepus dan dibesarkan di Golantepus.
b. Bahasa yang digunakan bahasa Jawa / Indonesia.
c. Pantangan : Ny.M mengatakan tidak ada pantangan dalam keluarga.
9. Agama
Keluarga Tn.S beragama Islam
a. Kegiatan beragama (Ibadah) rutin di rumah, sholat 5 kali sehari.
b. Kegiatan keagamaan rutin di masyarakat, mengikuti pengajian.
c. Menurut keluarga kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.
C. LINGKUNGAN
16. Karakteristik rumah
a. Status rumah : milik sendiri, luas rumah sekitar 70 m 2 type rumah
permanen, jumlah ruangan 13 ruangan terdiri dari 4 kamar tidur, 1
ruang tamu, 3 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang makan, 1 ruang tamu,
tidak ada genteng kaca dan memiliki 5 jendela, 1 gudang, 1 tempat
sholat.
b. Keadaan rumah bersih dan rapi.
c. Penggunaan jamban, jenis dan jarak dengan sumber air : jenisnya
WC.
d. Kondisi air, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa, air
yang digunakan air ledeng.
e. Sistem pembuangan sampah : sampah dibuang di lubang sampah
belakang, lalu dibakar.
DENAH RUMAH
2 9 3 4 5 6
10 7
8 12 13
11
1
Keterangan :
2, 3, 4, 5 : Kamar
1 : Ruang tamu
6 : Ruang sholat
7 : Ruang makan
8 : Ruang keluarga
9 : Gudang
11, 13 : Kamar mandi
10 : Dapur
11 : Kamar mandi
D. STRUKTUR KELUARGA
21. Pola Komunikasi
a. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny.M mengatakan dalam
mengambil keputusan dilakukan dengan diskusi dan Tn.S selalu
Kepala Keluarga mempunyai peran yang besar dalam proses diskusi.
b. Masalah komunikasi yang dihadapi keluarga saat ini, Ny.M
mengatakan selama ini hubungan keluarga kami baik-baik saja dan
saya rasa kami tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi.
E. FUNGSI KELUARGA
25. Fungsi afektif
Ny.M mengatakan keluarga kami sangat rukun, antar anggota keluarga
saling memiliki, saling membantu dan saling mendukung dalam segala
hal yang positif. Masing-masing merasa sangat akrab, sangat dekat dan
merasa saling membutuhkan.