Sunteți pe pagina 1din 4

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PENYAKIT THYPOID
Posted on September 1, 2018 by samoke2012

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit thypoid merupakan masalah kesehatan yang cukup sering terjadi di Indonesia.
Thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella para typhi. Demam typoid biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala yang umum yaitu gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
penyakit demam typoid bersifat endemic dan merupakan salah satu penyakit menular yang
tersebar hampir di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia dan menjadi
masalah yang sangat penting (Wijaya A. S., 2013, p. 175)

WHO memperkirakan jumlah kasus demam typoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus
dema typoid. Data surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600.000-1,3 juta kasus
demam typoid tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di Indonesia orang
yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus demam typoid
(Muttaqin & Sari, 2011, p. 489).

Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel
fagosit ketika masuik melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam lamina propia.
Sebagian dari Salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi
ke jaringan limfoid usus halus. Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu
pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada
malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi
local intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih
rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus-menerus (demam kontinu), lidah kotor,
penurunan peristaltic, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan
pasien merasa tidak nyaman (Wijaya A. S., 2013, p. 176)

Ada beberapa upaya untuk mengatasi penyakit thypoid yaitu istirahat dan diet dan terapi obat
seperti Tiampenisol dengan dosis 4x 500mg diberikan sampai hari ke 5 dan 6 bebas
demam.Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan.Pasien harus istirahat absolut minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
14 hari. Diet dan terapi penunjang dilakukan dengan cara pasien diberikan bubur saring
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien (Wijaya
A. S., 2013, p. 178)

1. Batasan Masalah
Masalah pada pembahasan ini dibatasai pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan klien yang mengalami demam thypoid

1. Rumusan Masalah
2. Apa pengertian demam thypoid ?
3. Bagaimana etiologi demam thypoid?
4. Bagaimana tanda dan gejala demam thypoid?
5. Apa saja klasifikasi penyakit thypoid?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit thypoid?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada demam thypoid?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit demam thypoid?

8. Tujuan
9. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta


mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

2. Tujuan khusus :
3. Mahasiswa mengetahui pengertian demam thypoid
4. Mahasiswa dapat memahami etiologi demam thypoid
5. Mahasiswa mengetahui bagaimana tanda dan gejala demam thypoid
6. Mahasiswa mengetahui klasifikasi penyakit thypoid
7. Mahasiswa mengetahui patofisiologi penyakit thypoid
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada demam thypoid
9. Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
demam thypoid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Penyakit Thypoid
2. Definisi

Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa
keterlibatan struktur edhothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan
dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 178)

Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella thypi. Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran
pencernaan (Wijaya A. S., 2013, p. 175)

Thypoid merupakan penyakit disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypi yang menyerang
sistem pencernaan khusunya usus halus. Ditandai dengan adanya demam dan mual muntah
pada penderita.

2. Etiologi

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai
antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin.Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 178).

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 178).

1. Gejala pada anak : Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegaly, splenomegali, meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.

4. Patofisiologi

Patofisiologi menurut (Muttaqin & Sari, 2011, p. 489).

Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel
fagosit ketika masuik melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam lamina propia.
Sebagian dari Salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi
ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian
Salmonella typhi masuki melalui folikel limpa ke saluran limfatik dan sirkulasi darah
sistemik sehingga terjadi bacteremia. Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo
endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang kemduian selanjutnya mengenai seluruh
organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus halus dan
kolon proksimal juga dihinggapi.Pada mulanya, plakat player penuh dengan fagosit,
membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrat atau hyperplasia di mukosa usus. Pada
akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar di ileum
daripada dikolon sesuai dengan ukuran plak pyer yang ada disana.Kebanyakan tukaknya
dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada
tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa
meninggalkan jaringan parut dan fibrosis

Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala
suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun
menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu
yang tinggi, naik-turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Di samping itu peningkatan
suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan mobilitas suhu, namun hal
ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal
intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang
sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegaly,
dan hepatomegali

Pada minggu selanjutnya dimana infeksi local intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu
tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung
terus-menerus (demam kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltic,
gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak
nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda
distensi abdomen berat, peristaltic menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan
kesadaran.

S-ar putea să vă placă și