Sunteți pe pagina 1din 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 ).

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran
ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut
sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat
menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada
usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab
pasti belum diketahui

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

2. Tujuan Khusus :

a. agar bisa mengerti dan memahami konsep dasar osteosarkoma

b. agar bisa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan Pada Pasien osteosarkoma

c. agar dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien osteosarkoma

1
C. Sistematika

Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, yang berisikan konsep dasar osteosarkoma

Bab III : konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien osteosarkoma

Bab IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar pustaka

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).

Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan
cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk
tulang. ( Wong. 2003: 616 )

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat


ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering
dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali
berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )

1. Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah :

a. Tumor – tumor jinak ( benigna )

1) Osteoma

Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan tulang
yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak
nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi yang meluas pada
permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa berbatas jelas dengan
tulang.

2) Kondroblastoma

3
Konroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus. Gejala yang
sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.

3) Enkondroma

Enkondroma adalah tumor jinak sel –sel rawan displastik yang timbul pada metafisis tulang
tubular, terutama pada tangan dan kaki.

b. Tumor – tumor ganas ( maligna )

1) Multipel mieloma

Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.

2) Sarkoma osteogenik

Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas

3) Kondrosarkoma

Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang
dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.

B. Etiologi

Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarkoma antara lain:
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya trauma.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang
fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga
merupakan penyebab terjadinya osteosarkoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi
yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-
40 tahun dapat mengakibatkan osteosarkoma.
4
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14 dari
53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma baru dilakukan pada hewan,
sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma manusia tidak
berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarkoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma.
Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya
osteosarkoma selama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon seks penting
walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarkoma.

C. Patofisiologi

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat


ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.

Osteosarkoma paling sering terjadi pada rongga medular daerah metafisis tulang panjang.
Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan bagian atas humerus adalah tempat yang paling sering
terkena. Osteosarkoma jarang terjadi di periosteum (osteosarkoma periosteal) atau pada
permukaan luar (osteosarkoma parosteal).

Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak dengan daerah nekrosis dan
pendarahan. Dapat ditemukan pembentukan tulang dan kartilago. Tulang yang terkena membesar
akibat adanya tumor, yang dapat menginfitrasi rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang.
Secara radiologist, osteosarkoma tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi
menentukan radioopasitas.

Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi secara luas. Metastasis


hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini. Jarang terjadi metastasis limfatik dan
tumor pada kelenjar limfe.

5
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai anaplasia dan laju
mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia, osteosarkoma diklasifikasikan menjadi
derajat I-III; pasien tumor derajat I memiliki daya tahan hidup lebih lama

Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan dapat mengalami
kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang ganas menegakkan diagnosis
osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering terjadi dan dapat luas (osteosarkoma
kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat terlihat banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang
vascular kavernosa mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).

D. Tanda dan Gejala

1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

2. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

3. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

4. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.

2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.

3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi,biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.

4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.

5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.

6
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan
lunak sekitarnya.

7. Scntigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,

F. Komplikasi

1. Akibat langsung : Patah tulang

2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh,
Metastase paru.

3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan
penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas
yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan
dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

1. Tindakan keperawatan

a. Manajemen nyeri

7
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.

d. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi,
program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

( Smeltzer. 2001: 2350 )

8
BAB III

ASUHAN KEPEAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

A. Pengkajian

1. Data biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lain-
lain yang dianggap perlu.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu makan
berkurang dan sakit kepala.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

1) Kemungkinan pernah mengalami fraktur

2) Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal

3) Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,
merokok dan lain-lain

c. Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.

3. Pemeriksaan fisik

a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

c. Adanya tanda-tanda inflamasi

9
d. Pemeriksaan TTV klien

4. Pemeriksaan Diagnostik

lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi)

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal,nyeri dan


amputasi.

3. Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan struktur tubuh/gangguan
fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian tubuh.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

C. Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi)

a. Kriteria hasil

· Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol

§ Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat

§ Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya

b. Intevensi

· Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 010). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.

· Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut)

· Berikan dorongan untuk penggunaan manajemen stres (contoh latihan nafas dalam, visualisasi
dan pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik.

· Tingkatkan aktivitas hiburan.

10
· Berikan analgetik; kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.

Diagnosa 2 : Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan


muskuluskletal,nyeri dan amputasi.

a. Kriteria hasil

· Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan

· Ikut serta dalam program latihan/menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas

· Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas

· Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal

b. Intervensi

· Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

· Bantu dengan dan berikan program latihan yang dipesankan.

· Latihan rentang gerak, ambulasi, perawatan diri, dan AKS sesuai toleransi

· Diskusikan pentingnya membuat waktu instirahat yang sering karena semuanya tidak
menguntungkan.

· Berikan aktivitas hiburan.

· Kaji status neurovaskular; pantau nadi perifer dan periksa warna kulit pada ekstremitas,
kehangatan, sensasi, edema, dan kelemahan setiap 4

jam.

· Bantu dengan dan ajarkan tentang latihan nafas dalam untuk

meningkatkan fungsi pernafasan dan vaskular perifer.

· Bantu latihan rentang gerak khusus area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara dini pada
tahap pasca operasi.

11
· Dorong latihan aktif/isometrik untuk bagian ekstrimitas yang diamputasi

· Berikan perawatan puntung secara teratur.

· Instruksikan pasien untuk tidur denga posis tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari
dengan bantal dibawah abdomen.

· Tunjukan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas seperti walker dan kruk.

· Tingkatkan ambulasi; bantu sesuai kebutuhan.

Diagnosa 3 : Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan struktur
tubuh/gangguan fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian tubuh.

a. Kriteria hasil

· Mengungkapkan perasaan/perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam


mengatasi perubahan citra.

· Membuat rencana nyata untuk adapatsi peran baru/perubahan peran.

· Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diriyang akurat tanpa harga diri
negative

b. Intervensi

· Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi

· Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.

· Perhatikan perilaku menarik diri, membicarkan diri tentang hal negatif,penggunaan


penyangkalan atau terus-menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.

· Berikan waktu dan dorongan untuk mengungkapkan perasaan dan

masalah.

· Tekankan penjelasan dokter tentang proses penyakit, tindakan, dan hasil yang diharapkan;
klarifikasi setiap salah konsep yang terjadi.

12
Diagnosa 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

a. Kriteria Hasil :

· Tidak ada tanda-tanda Infeksi,

· Leukosit dalam batas normal, dan

· Tanda-tanda vital dalam batas normal.

b. Intervensi :

· Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi
laesa.

· Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.

· Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik

· Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada
daerah luka.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada
usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki.

Etiologi dari osteosarkoma adalah : Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan ( genetik
), Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit , Pertumbuhan
tulang yang terlalu cepat, Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.

Tanda dan gejala adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit),
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas, Teraba
massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, Gejala-
gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

B. Saran

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah . Vol 3. Ed 8. EGC.

Jakarta

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Devita T. Vincent, Dkk. 2001. Cancer Principles & Practice Of Oncology. USA: LIPPINCOT

Lewis Dkk. 2007. Medical Surgical Nursing. Vol.2. MOSBY

15

S-ar putea să vă placă și