Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen
secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung
darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung
kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan
dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya,
ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan
bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
Penyebab
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang ssecara
darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
Manifestasi Klinik
Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti
gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat
bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral Tanda dominan Meningkatnya volume
intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel
1. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
o Batuk
o Mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
o Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
o Nokturia
Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah-tengah toraks, dan
jantung menempati rongga jantung dan diafragma, beratnya sekitar 300 gram dan dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, dan penyakit jantung. Fungsi jantung
adalah memompa darah kejaringan, menyuplai oksigen, dan zat nutrisi lain sambil
Anatomi
melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Sisi kanan dan kiri jantung
masing-masing tersusun atas atrium dan ventrikel, dipisahkan oleh septum. Ruangan jantung
bagian atas atrium, secara anatomi terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah atau
ventrikel, oleh suatu unulus fibrosus. Keempat katub jantung terletak dalam cincin ini secra
fungsional jantungf dibagi menjadi alat pompa kanan dan kiri, yang memompa darah vena
menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih keperedaran darah sistemik. Pembagian fungsi
ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah, secara anatomi: vena kava, atrium
kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung yang mempunyai kebutuhan
metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi jantung menggunakan 70%-80% oksigen
yang dihantarkan melalui arteri koronaria. Otot jantung adalah jaringan otot khusus yang
menyusun dinding jantung. Otot jantung mirip otot serat lurik (skelet) yang dibawah control
kesadaran, namun secara fungsional otot jantung menyerupai karena sifatnya involunter. Otot
jantung itu sendiri dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium yang berhubungan
langsung dengan darah dinamakan endokardium, dan lapisan sel dibagian luar dinamakan
epikardium.
Katub trikuspidalis terletak diantara atrium dekstra dan ventrikel dekstra. Katub bikuspidalis
terletak diantara atrium sinistra dan ventrikel sinistra. Katub semilunaris arteri pulmonalis
terletak diantara ventrikel dekstra dan arteri pulmonalis.Sirkulasi darah pada peredaran darah
kecil terdiri dari arteri pulmonalis merupakanpembuluh darah yang keluar dari ventrikel
Fisiologi
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium,
kalsium) bergerak menembus membrane sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam
sebuah sel mengakibatkan potensial aksi jantung. Pada keadaan istirahat, otot jantung
terdapat dalam keadaan terpolarisasi, artinya terdapat perbedaan muatan listrik anatar bagian
dalam membrane yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskan impuls
listrik, mulailah fase depolarisasi dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian dalam
sel akan menjadi positif, kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi, sel otot jantung normalnya
terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Otot jantung tidak seperti otot lurik atau otot polos,mempunyai periode refraktori yang
panjang, pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut melindungi
mendadak. Koping elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal, tergantung pada
komposisi cairan intertisial sekitar otot jantung. (Smeltzer & Bare 2001, hal 723).
Patofisiologi
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan
frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung
pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang
menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan
yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu
pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada
besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung
dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir
diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat.
Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada
saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi
sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau
penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung
dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu,
takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-
perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan
cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi,
yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi
peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung iskemik,
yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula
pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula
peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung
selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-
paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi
cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase
limfatik, maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru. Tekana
arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung
kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari
kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional
disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada
orientasi otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang
(smeltzer 2001).
Pathway CHF
Diagnosa Keperawatan
(00030)
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
NOC :
NIC : Cardiac Care
a. Cardiac Pump
a. Evaluasi adanya nyeri dada (
effectiveness
intensitas,lokasi, durasi)
b. Circulation Status
b. Catat adanya disritmia jantung
Penurunan curah
darah
b. Dapat mentoleransi
pengobatan antiaritmia
c. Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada asites j. Atur periode latihan dan istirahat
bandingkan
pernapasan
abnormal
kulit
sistolik)
vital sign
Ketidakefektifan
NOC NIC :
pola nafas
2
berhubungan
a. Respiratory status : a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dengan
hiperventilasi Ventilation ventilasi
(00032)
b. Respiratory status : b. Pasang mayo bila perlu
Airway patency
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Tujuan : suction
b. Menunjukkan jalan
k. Pertahankan jalan nafas yang paten
nafas yang paten (klien tidak
NIC :
NOC :
Airway Management
a. Respiratory Status :
Gangguan
Gas exchange
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
pertukaran gas
lift atau jaw thrust bila perlu
b. Respiratory Status :
berhubungan
ventilation
3. dengan perubahan b. Posisikan pasien untuk
Respiratory Monitoring
stokes, biot
gerakan paradoksis )
tambahan
Acid-Base Managemen
a. Monitor IV line
MAP, PAP)
e. Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
Kelebihan volume
Tujuan : c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
cairan
yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
Hmt , osmolalitas urin )
4.
keperawatan
dengan gangguan
selama….tercapai balance d. Monitor status hemodinamik termasuk
mekanisme
cairan. CVP, MAP, PAP, dan PCWP
regulasi (00026)
leher, asites)
b. Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu g. Kaji lokasi dan luas edema
(+)
i. Monitor status nutrisi
output jantung dan vital sign k. Batasi masukan cairan pada keadaan
mEq/l
e. Terbebas dari kelelahan,
NIC :
NOC :
Kriteria Hasil :
d. Pahami prespektif pasien terhdap
situasi stres
a. Klien mampu
mengidentifikasi dan
e. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan gejala cemas keamanan dan mengurangi takut
teknik relaksasi
kecemasan
pengetahuan
6. a. Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
berhubungan
process
dengan kurang a. Berikan penilaian tentang tingkat
pajanan (000126) b. Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses penyakit
tepat
Kriteria Hasil :
pengobatan
f. Sediakan informasi pada pasien
mampu melaksanakan
g. Hindari harapan yang kosong
prosedur yang dijelaskan
penanganan
tepat
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
2. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na,
2. Penatalaksanaan Medis
farmakologi.
Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
digitalisasi
1. Terapi Farmakologis :
Glikosida jantung.
dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema. Dosis digitalis :
Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
Cara pemberian digitalis Dosis dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya
gagal jantung. Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih
dari 120/menit, biasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagal jantung ringan
diberikan digitalis lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena
paling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan efek
meksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi respone. Dengan pemberian
oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7
hari. Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat, harus dengan hati-
Terapi diuretik. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui
ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
Menurunkan beban jantung Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam,
diuretic (mis : furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator
nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE :
pada asma cardial, tetapi hati-hati depresi pernapasan. Terapi vasodilator dan natrium
Daftar Pustaka
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari – Desember 2006. Semarang:
UNDIP
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
Johnson, Marion.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New
Jakarta : EGC