Sunteți pe pagina 1din 12

LEARNING TO DO TO KNOW TO BE TO LIVE TOGETHER

MAKALAH

Tugas Mata Kuliah Filsafat PTK

Oleh:
[18138028] SARI AZHARIYAH

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, serta dengan izin-Nya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah dengan judul “LEARNING TO DO TO KNOW TO BE
TO LIVE TOGETHER”. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Filsafat PTK pada Program
Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Makalah ini dapat
diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Jalius Jama, M.Ed, selaku dosen pembimbing.


2. Bapak Dr. Muhammad Anwar, M.T, selaku dosen pembimbing.
3. Rekan-rekan mahasiswa program studi PTK Fakultas Teknik Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal shaleh bagi
Bapak dan Ibu serta mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Makalah ini ditulis sesuai dengan ketetapan dan aturan yang ada. Apabila
masih terdapat kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan di kemudian hari. Semoga Allah SWT. menilai ibadah yang
penulis kerjakan dan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Padang, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Learning To Know ............................................................................................... 3
B. Learning To Do .................................................................................................... 4
C. Learning To Live Together ................................................................................. 5
D. Learning To Be ..................................................................................................... 6
E. Learning For Improving to Quality of Worship to Allah SWT ....................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................................... 8
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang
makin mumpuni, tuntutan zaman pun semakin bertambah dimana
hendaknya masyarakat dapat mengembangkan apa yang telah dimiliki
untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dalam menghadapi tantangan
tersebut, seluruh masyarakat yang khususnya masih dalam dunia
pendidikan harus memiliki kualitas yang mendukung.
Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis dalam
pembangunan suatu bangsa karena hanya manusia yang berkualitas saja
yang bisa bertahan hidup di masa depan. Maka pendidikan tersebut
hendaknya memiliki kualitas dan mutu yang baik. Kualitas pendidikan
suatu bangsa tidak dengan sendirinya terwujud begitu saja, namun
diperlukan adanya usaha serta landasan dalam pemwujudannya. Komisi
bidang pendidikan UNESCO (Commision Education for The “21”
Century) merekomendasikan 4 pilar pendidikan yang dapat dijadikan
sebagai landasan pendidikan, namun di Indonesia terdapat tambahan
menjadi 5 pilar pendidikan.
Makalah ini membahas empat pilar pendidikan yang dicanangkan
oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization) yaitu learning to know, learning to do, learning to be,
learning to live together dan satu pilar tambahan learning for improving
to quality of worship to Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna dari 4 pilar pendidikan: learning to know, learning
to do, learning to be, learning to live together dan satu pilar tambahan
learning for improving to quality of worship to Allah SWT?
2. Bagaimana cara menentukan tindakan pendidikan dalam menjawab
tantangan abad 21?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna dari 4 pilar pendidikan: learning to know, learning
to do, learning to be, learning to live together dan satu pilar tambahan
learning for improving to quality of worship to Allah SWT?
2. Mengetahui cara menentukan tindakan pendidikan dalam menjawab
tantangan abad 21?

2
BAB II
PEMBAHASAN

UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural


Organization) yang merupakan badan di bawah PBB yang menaungi bidang
pendidikan di dunia. UNESCO telah membentuk sebuah Komisi Internasional
tentang Pendidikan untuk Abad XXI (The International Commision on Education
for the Twenty-First Century), yang diketuai oleh Jacques Delors. Komisi tersebut
melaporkan hasil karyanya dengan judul Learning: The Treasure Within (1996).
Komisi ini memusatkan pembahasannya pada satu pertanyaan pokok dan
menyeluruh, yaitu: jenis pendidikan apakah yang diperlukan untuk masyarakat
masa depan?.

Untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional


yang hanya mementingkan pengetahuan saja tidak lagi relevan. Melalui pendidikan,
setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat (long
life education) baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh
dengan saling ketergantungan. Untuk itu, UNESCO mencanangkan The four pillars
education (Empat pilar pendidikan) sebagai landasan pendidikan pada era global
yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan satu pilar tambahan
learning for improving to quality of worship to Allah SWT.
A. Learning To Know
Learning to know merupakan pilar yang pertama. Dapat dikatakan
bahwa learning to know adalah proses pembelajaran yang didesain dengan
cara mengintensifkan interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik,
sosial, dan budaya, sehingga siswa mampu membangun pemahaman dan
pengetahuan terhadap dunia di sekitarnya. Pada pilar ini siswa diharapkan
belajar untuk mengetahui dengan cara menggali pengetahuan dari berbagai
informasi.

3
Menurut Soedijarat (2010) siswa diharapkan terus belajar dan
mampu memperoleh pengetahuan baru dan tidak hanya memperoleh
pengetahuan hasil penelitian orang lain. Karena hakekat “Learning to
Know” adalah proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai
teknik memperoleh pengetahuan dan bukan semata-mata memperoleh
pengetahuan saja.

Pengetahuan merupakan hasil dari pembelajaran. Menurut Abu


Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam Laksana (2016) belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Purwanto dalam Laksana (2016) belajar merupakan
proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Dari pendapat diatas menunjukkan bahwa belajar dapat terjadi


melalui interaksi dengan lingkungan dan belajar merupakan proses
bagaimana cara siswa memperoleh pengetahuan. Learning to know juga
mengajarkan tentang live long of education atau yang disebut dengan
belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long life
education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu
menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Jadi learning
to know bukan sekedar mempelajari materi pembelajaran, tetapi yang
lebih penting adalah mengenal cara memahami dan
mengkomunikasikannya kapanpun dan dimanapun.

B. Learning To Do
Learning to do merupakan pilar yang kedua. Dapat dikatakan
bahwa learning to do pembelajaran yang diupayakan untuk
memberdayakan peserta didik agar bersedia dan mampu memperkaya
pengalaman belajarnya. Belajar disini bukanlah sekedar mendengar dan
melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk

4
melakukan sesuatu yang diperlukan dalam menghadapi tantangan
kehidupan kedepan.

Menurut Soedijarat (2010) pada pilar pertama ”learning to know”,


sasarannya adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga tercapai keseimbangan dalam penguasaan IPTEK antara negara
di dunia dan tidak lagi dibagi antara negara uatara-selatan. Selanjutnya
pada pilar kedua “learning to do”, sasarannya adalah kemampuan kerja
generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri. Dalam
masyarakat industri atau ekonomi industri tuntutan tidak lagi cukup
dengan penguasaan ketrampilan motorik yang kaku melainkan diperlukan
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti
“controlling, monitoring, maintaning, designing, organizing, yang dengan
kemajuan teknologi pekerjaan yang sifatnya fisik telah diganti dengan
mesin.
Maka pada learning to do, belajar dilakukan untuk melakukan
suatu tindakan atau mengemukakan ide-ide sebagai jawaban dari sebuah
masalah. Dimana siswa dapat melakukan sesuatu dalam situasi yang
konkrit yang tidak hanya terbatas kepada penguasaan ketrampilan yang
mekanistis melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dengan orang lain, mengelola dan mengatasi konflik, menjadi penting.

C. Learning To Live Together


Learning to live together merupakan pilar yang ketiga. Dapat
dikatakan bahwa learning to live together adalah pembelajaran yang lebih
diarahkan pada upaya membentuk kepribadian untuk memahami dan
mengenai keanekaragaman, sehingga melahirkan sikap dan perilaku
positif dalam melakukan respon terhadap perbedaan atau
keanekaragaman.

Menurut Soedijarat (2010) pendidikan tidak hanya membekali


siswa untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta
memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup bersama

5
dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, pengertian, dan
tanpa prasangka. Dalam kaitan ini, tugas pendidikan pada saat yang
bersamaan setiap siswa memperoleh pengetahuan dan memiliki kesadaran
bahwa hakekat manusia adalah beragam, tetapi dalam keragaman tersebut
terdapat persamaan.
Dengan demikian, kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari
proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan
dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu
menempatkan diri sesuai dengan perannya. Konsep learning to live
together tumbuh karena perlunya kerjasama dalam menyelesaikan proyek-
proyek kolaboratif. Maka diharapkan dapat menjadi cara yang efektif
untuk mencegah munculnya suatu konflik. Tugas pendidik terkait dengan
pilar ini adalah menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang peran diri
sendiri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

D. Learning To Be
Learning to be merupakan pilar yang terakhir. Dapat dikatakan
bahwa learning to be adalah proses pembelajaran di mana siswa
diharapkan mampu membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya.
Pengetahuan dan kepercayaan diri itu diperoleh setelah anak aktif
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Soedijarat (2010) tiga pilar sebelumnya ditujukan bagi
lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi dan menemukan
ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan
masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap
perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan, maka akan
menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik
dan hasil akhirnya adalah manusia yang mampu mengenal dirinya.
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,
perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal :
bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi

6
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang
pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah
sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini berarti bahwa
pendidikan harus memfasilitasi peserta didik untuk belajar lebih bebas dan
mempunyai pandangan sendiri yang disertai dengan rasa tanggung jawab
pribadi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan hidup pribadinya atau
tujuan bersama sebagai anggota masysrakat.

E. Learning For Improving to Quality of Worship to Allah SWT


Belajar meningkatkan kualitas untuk beribadah kepada Allah
SWT, apa yang termuat dalam surat berikut:
 Al Faatihah: 2 “Tuhan sebagai Penguasa/Pendidik alam semesta”.
 Al Baqarah: 29-33 “Bumi diciptakan oleh Allah SWT untuk
manusia.”, “Manusia diciptakan sebagai khalifah Tuhan di muka
bumi.”, “Manusia dikaruniai potensi yang dapat dikembangkan
hingga hampir tak terbatas, yang membuat semua makhluk lain,
kecuali iblis, tunduk kepada manusia.”
 Az Zukhruf: 32 “Manusia diciptakan sebagai makhluk bhinneka agar
dapat saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan.”
 Al Maidah: 2 dan 48 “Bertolong-tolonganlah dalam berbuat kebajikan
(interaksi koperatif)” dan “Berlomba-lombalah dalam berbuat
kebajikan (interaksi kompetitif).”

Dengan penerapan keempat pilar tersebut upaya menghadapi tantangan abad


21 melalui pengembangan kemampuan dan pembentuk watak akan dapat secara
efektif berhasil.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. UNESCO merumuskan 4 (empat) pilar pendidikan yaitu learning to
know, learning to do, learning to be, learning to live together dan satu
pilar tambahan learning for improving to quality of worship to Allah
SWT.
2. Keempat pilar pendidikan memiliki tujuan yang berbeda-beda namun
memiliki keterkaitan antar satu dengan yang lainnya.
3. Learning to know yaitu belajar mengetahui. Learning to do yaitu
belajar bekerja. Learning to be yaitu belajar menjadi diri sendiri.
Learning to live together yaitu belajar hidup bersama. dan satu pilar
tambahan learning for improving to quality of worship to Allah SWT
merupakan belajar meningkatkan kualitas untuk beribadah kepada
Allah SWT.

B. Saran
Adapun saran dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang
4 pilar pendidikan: learning to know, learning to do, learning to be,
learning to live together dan satu pilar tambahan learning for
improving to quality of worship to Allah SWT.
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan
tindakan pendidikan dalam menjawab tantangan abad 21.

8
DAFTAR RUJUKAN

Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.


Hidayatulloh, M. Agung, Ismail SM. 2014. Learning to Live Together: Penanaman
Karakter Pada Anak Usia Dini di Lembaga PAUD Islam pada IAIN Sultan
Amai Gorontalo. Volume 14, No 1, Juni 2014: 229-246. Jurnal. Al-Ulum
(AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Laksana, Sigit Dwi. 2016. Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga
Pilar Pendidikan Islam. Article. Universitas Muhamadiyah Ponogoro.
Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soedijarat. (2010). Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Jaman.
(online) tersedia: www.ilmupendidikan.net (28 September 2018)
Sudarisman, Suciati. 2015. Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran
Biologi Dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi
Implementasi Kurikulum 2013. Volume 2, No 1, April 2015: 29-35. Jurnal
Florea.

S-ar putea să vă placă și