Sunteți pe pagina 1din 13

I.

PENGERTAN DIABETES
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes
Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes,
2008). Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2005).

II. KLASIFKASI DIABETES


A. Diabetes Tipe 1, DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b
pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--
90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat
terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe
1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan
sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan
sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia
30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
B. Diabetes Tipe 2, DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu
dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada
diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan
perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin
resistan. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.
Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi
ini,yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal,
rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian
insulin.
C. DM Dalam Kehamilan, DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus
- GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistan (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko
GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini
meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus,
polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM
mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan
makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut
meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
D. Diabetes Tipe Lain, Subkelas DM di mana individu mengalami
hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta),
endokrinopati (penyakit
Cushing’s , akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel
beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-
adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik
(Down’s, Klinefelter’s).

III. TERAPI KONVENSIONAL/MEDIS


1. Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam
merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam
amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan
rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat
penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah
membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.
2. Obat Antidiabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis
obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
A. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pancreas oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan
oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Obat golongan
ini merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru dengan berat badan
normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
1. Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme
dalam hati.Masa kerjanya relatif singkat, dengan waktu paruh eliminasi
4-5 jam (Katzung,2002). Dalam darah tolbutamid terikat protein plasma.
Di dalam hati obat ini diubah menjadi karboksitolbutamid dan diekskresi
melalui ginjal (Handoko danSuharto, 1995).
Asektoheksamid dalam tubuh cepat sekali mengalami
biotransformasi, masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi dalam tubuh obat
ini diubah menjadi 1- hidroksilheksamid yang ternyata lebih kuat efek
hipoglikemianya daripada asetoheksamid sendiri. Selain itu itu 1-
hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa paruh yang lebih panjang,
kira-kira 4-5 jam (Handoko dan Suharto, 1995).
Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme di
dalam hati dan metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam darah
terikat albumin, masa paruh kira-kira 36 jam sehingga efeknya masih
terlihat beberapa hari setelah pengobatan dihentikan (Handoko dan
Suharto, 1995).
2. Sulfonilurea generasi kedua
Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira
100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana
obat-obat lain tidak efektif lagi, risiko hipoglikemia juga lebih besar
dan sering terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang
lain yaitu dengan single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi
insulin pada setiap pemasukan glukosa (selama makan) (Tjay dan
Rahardja, 2002). Obat ini dimetabolisme di hati, hanya 21%
metabolit diekresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui
empedu dan ginjal (Handokodan Suharto, 1995).
Glipizid memiliki waktu paruh 2-4 jam, 90% glipizid
dimetabolismdalam hati menjadi produk yang aktif dan 10%
diekskresikan tanpa perubahan melalui ginjal (Katzung, 2002).
Glimepiride dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan
dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal
besar 1 mg terbukti efektif dan dosis harian maksimal yang dianjurkan
adalah 8 mg. Glimepiride mempunya waktu paruh 5 jam dan
dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk yang tidak
aktif (Katzung, 2002).
B. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga
menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga
layak diberikan pada penderita yang overweight (Ditjen Bina Farmasi
dan Alkes, 2005).
C. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas
dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,
sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel β pankreas.
Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
D. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidasealfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose (Tjay dan Rahardja, 2002).

IV. TERAPI KOMPLEMENTER


Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Adapun
pengobatan komplementer/ penunjang dari pengobatan diabetes adalah :
a. Madu
Penggunaan madu pada luka diabetik tergantung dari jumlah cairan
yangkeluar dari luka. Frekuensi penggantian pembalut madu tergantung
dari beberapa cepat madu tercampur dengan cairan yang keluar dari luka.
Luka yang tidakmengeluarkan cairan, penggantian pembalut dapat
dilakukan 3 kali seminggu.Cara pemberian madu yang baik adalah madu
ditaruh dahulu pada pembalut yangdapat menyerap madu, karena apabila
dituangkan langsung, madu akan menyebarkemana-mana dan tidak
mengenai sasaran. Balutan yang digunakan harus yangberpori agar madu
dapatmencapai bagian tubuh yang luka. Pembalut alginateyang diisi madu
dapat juga dipakai sebagai pengganti pembalut dari selulosakarena alginate
akan berubah menjadi gel yang lunak yang mengandung madu.Madu aman
untuk dioleskan langsung ke daerah luka yang terbuka karena madu selalu
larut dalam air dan mudah dibersihkan. Dianjurkan selama
penggunaanmadu ini, pasien tetap dalam pengawasan dokter (Iqbal, 2008)
b. Terapi Reiki
Salah satu terapi yang dapat membantu menurunkan KGDS pasien
DM adalah terapi reiki melalui relaksasi dan meditasi. Pada kondisi rileks
terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke otak dimana aktivasi
menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini menyebabkan perasaan tenang
baik secara fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung,
menurunnya kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah
peningkatan glukosa darah (Guyton, 1996; Smeltzer & Bare, 2002).
c. Terapi akupresure
Akupresur adalah teknik pengobatan alternatif yang melibatkan
pemberian tekanan lembut namun bertenaga pada bagian tertentu pada
tangan dan kaki (terkadang termasuk pergelangan tangan) yang
berhubungan dengan bagian tubuh yang mungkin sakit atau merasa sakit.
Tindakan ini merupakan jenis terapi yang menggunakan titik refleksi
yang berasal dari negara Tiongkok lebih dari 4.500 tahun lalu. Akupresur
sangat cocok bagi orang-orang yang berada di bawah banyak
tekanan/stress. Terapi titik refleksi dapat membantu meredakan
ketegangan otot serta merelaksasikan tubuh, sehingga menurunkan
denyut jantung dan tekanan darah. Akupresur bisa mengaktifkan glucose-
6-phosphate (salah satu enzim metabolisme karbohidrat) dan bisa berefek
pada hipotalamus. Akupresur bekerja pada pankreas untuk meningkatkan
sintesis insulin, meningkatkan salah satu reseptor pada sel target, dan
mempercepat penggunaan glukosa didalam sel, sehingga hasilnya adalah
menurunkan kadar gula yang ada di darah. Sensitifitas insulin akan baik
ditambah dengan meningkatnya GLUT 4 sehingga menyebabkan kapasitas
untuk membawa glukosa serta pemakaian glukosa dalam sel juga akan
semakin meningkat (Patil dan Pardhesi, 2011).
d. Hipnoteraphy
Hypnotherapi adalah teknik relaksasi yang membuat semua system
tubuh tegang atau bersiap untuk melakukan aksi “fight or flight” kembali
menjadi seimbang dengan cara memperdalam pernafasan, mengurangi
produksi hormon stres, menurunkan denyut jantung, dan tekanan darah,
serta merelaksasi otot (Kroger 2007, h 26). Hypnotherapy yang dilakukan
terhadap pasien Diabetes Melitus dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan melalui proses atau tahapan hypnotherapy selama 60 menit.
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
melainkan hanya dapat dikontrol kadar glukosa darahnya. Hypnotherapy
dapat mengontrol kadar glukosa darah, untuk itu pasien Diabetes Melitus
diharapkan melakukan Hypnotherapy agar dapat mengontrol kadar glukosa
darahnya Adanya perubahan glukosa darah setelah dilakukan hypnotherapy
terjadi karena pasien mengalami relaksasi sehingga terjadi respon melawan
mass discharge (pelepasan impuls secara missal), pada respon stress dari
system syaraf simpatis. Kondisi ini menurunkan tekanan perifer total akibat
tonus vesokonstriksi arteriol. Penurunan vasokontriksi arteriol memberi
pengaruh pada perlambatan alirah darah yang melewati arteriol dan kapiler,
sehingga mempunyai waktu untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke
sel terutama jaringan otak atau jatung dan menyebabkan metabolisme sel
menjadi lebih baik karena produksi ATP meningkat, dan karena produksi
ATP yang meningkat kondisi tubuh akan menjadi lebih stabil, sehingga
fikiran menjadi rileks kondisi rileks ini berpengaruh terhadap penurunan
glukosa darah (Soewondo 2009) . Terapi ini juga dapat dianjurkan bagi
mereka yang memiliki sirkulasi darah yang buruk. Seringnya,
ekstremitas, terutama pada kaki, mungkin juga terasa dingin bahkan
pada suhu normal. Penekanan dapat meningkatkan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh
e. Terapi Tertawa
Sebuah study yang melibatkan 19 orang dengan diabetes menunjukkan
hubungan antara tertawa dengan kadar gula darah. Setelah makan,
partisipan diarahkan untuk melakukan banyak aktifitas harian yang relatif
monoton seperti mendengarkan ceramah yang membosankan. Di hari
berikutnya, partisipan makan makanan yang sama lalu menonton acara
komedi. Setelah acara komedi selesai, kadar gula darah para
partisipan mengalami penurunan dibanding hari sebelumnya.

V. PENGOBATAN TRADISIONAL
1. Pare
Pare banyak digunakan sebagai obat di berbagai negara berkembang
seperti Brazil, Cina, Kolombia, Kuba, Ghana, Haiti, India, Panama dan
Peru. Penggunaan pare yang paling umum pada negara-negara tersebut
adalah sebagai obat penyakit diebetes, jantung, dan sakit perut. Buah Pare
ini dapat tumbuh subur di negara beriklim tropis seperti Indonesia sehingga
mudah di temukan dan dibudidayakan. Di daerah tropis, pare di gunakan
sebagai pengobatan luka, di gunakan sebagai obat luar atau diminum untuk
menghindari infeksi dari cacing ataupun parasit. Pare juga digunakan
sebagai emenog, antiviral untuk campak dan hepatitis. Kandungan pare
yang telah diketahui adalah momordisin, momordin, karantin, asam
trikosanik, resin, asam resinat, polifenol, saponin, flavonoid, vitamin A dan
C, serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat
dan L-olestearat (Soeryoko, 2011). Kandungan utama yang diduga dapat
untuk menurunkan glukosa darah adalah momordisi, flavonoid, alkaloid,
saponin, karantin, polifenol (Subahar, 2004). Bagian tanaman pare yang
biasa digunakan sebagai obat adalah daun, buah, biji, bunga, dan akar.
Cara penggunaan buah pare untuk obat diabetes :
a. Cara pertama : Bersihkan 1 buah pare ukuran sedang, lumatkan lalu
tambahkan setengah gelas air bersih. Aduk dan peras. Minum sekali 2
hari sebanyak 1 ramuan. Diulang selama minimal 2 minggu
b. Cara kedua : Sediakan 200 gram biji pare, kemudian biji pare di sangrai
sampai kering dan ditumbuk halus. Setelah dingin disimpan dalam
toples. Cara pemakainnya seduh 10 gram bubuk biji pare dengan air
matang untuk diminum 2 kali sehari.
2. Bawang Putih (Allium Sativum)
Bawang putih adalah salah satu dari tanaman obat yang banyak
manfaatnya, sehingga dijuluki “umbi seribu khasiat”. Hingga di India,
bawang putih seringkali disebut sebagai umbi dewa. Sedangkan di dalam
resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep
untuk diet. Bawang putih mengandung minyak atsiri, flavonoids, peptides,
phenols, terpenoids, dan steroids. Bawang putih diperkirakan memiliki sifat
antioksidan, antimikroba, antibiotik, antifungal, antikolesterol, antiviral
aktivis, dan efek sirkulasi mikro. Dan beberapa studi telah dilakukan terkait
bawang putih dengan tingkat insulin dan glukosa darah, hasilnya adalah
positif. Bawang putih dapat menyebabkan penurunan glukosa darah,
meningkatkan sekresi dan memperlambat degradasi insulin.
Ketika bawang putih dimemarkan/dihaluskan, zat aliin yang
sebenarnya tidak berbau akan terurai. Dengan dorongan enzim alinase, aliin
terpecah menjadi alisin, amonia, dan asam piruvat. Bau tajam alisin
disebabkan karena kandungan zat belerang. Aroma khas ini bertambah
menyengat ketika zat belerang (sulfur) dalam alisin diterbangkan ammonia
ke udara, sebab ammonia mudah menguap. Senyawa alisin berkhasiat
menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi
gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah. Selain alisin, bawang putih
juga memiliki senyawa lain yang berkhasiat obat, yaitu alil. Senyawa alil
paling banyak terdapat dalam bentuk dialil-trisulfida yang berkhasiat
memerangi penyakit-penyakit degeneratif dan mengaktifkan pertumbuhan
sel-sel baru.
Contoh pemakaian : Sebagai obat diabetes, bawang putih bisa dikonsumsi
setiap hari sesudah makan. Pagi, siang, dan malam masing-masing dua atau
tiga siung sekali makan. Dari pengalaman, mereka yang bobot badannya di
bawah 60 kg dianjurkan menggunakan dosis dua suing bawang atau setara
dengan tujuh gram sekali makan. Sedang bagi mereka yang berbobot lebih
dari 60 kg dengan dosis tiga suing bawang atau setara dengan sepuluh gram.
Cara penggunaannya bisa dibuat sambal kecap dengan diiris-iris bersama
bawang merah dan cabe untuk teman makan nasi. Bisa juga dimemarkan
kemudian diseduh dengan air panas sebanyak setengah gelas dan selanjutnya
diblender atau dijus.
Cara lain lagi adalah bawang diparut, kemudian diseduh air panas lalu diminum
setelah hangat berikut ampas-ampasnya.
Bagi penderita diabetes, sebaiknya periksa laboratorium dulu sebelum
menggunakan resep ini. Setelah menggunakan resep ini selama seminggu
sebaiknya cek lagi di laboratorium. Apabila terjadi penurunan kadar gula darah
cukup banyak, dosis sebaiknya diturunkan. Apabila kadar gula dalam darah
mendekati normal, kurangi lagi konsumsi bawang putihnya.
3. Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers)

Bungur adalah salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia. Tanaman
ini banyak di jumpai sebagai peneduh jalan, akan tetapi tanaman ini bisa
digunakan untuk obat diabetes melitus. Dalam pengobatan tradisional sebagai
obat diabetes, tanaman bungur biasanya digunakan dalam bentuk rebusan.
Daun bungur memiliki kandungan kimia seperti saponin, flavonoid dan tanin
sedangkan pada kulit batang bungur mengandung flavonoid dan tanin.

Pengujian ini telah di lakukan pada kelinci mampu menurunkan kadar gula
darah sebesar 85,97 % dan 96,27%. Hayashi (2001), telah meniliti tentang
elagitanin pada fraksi aseton daun bungur yang dapat menurunkan kadar gula
darah.
Cara membuatnya adalah 30 gram daun bungur tua yang masih segar dari
bungur bunga ungu di rebus dengan 150 ml air selama kurang lesebih satu jam.
Hasil rebusan dibagi menjadi tiga bagian yang sama dan diminum tiga kali
sehari. Ramuan ini diminum satu jam sebelum makan dan diminum sampai
diabetes melitus sembuh.

4. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)


Sambiloto merupakan tanaman terna semusim yang masuk ke dalam familia
Achanthaceae. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat diabetes adalah
daun. Hasil penelitian yang di lakukan Suryadhana (UNIKA Widya Mandala
Surabaya), dengan menggunakan binatang percobaan tikus dinyatakan, bahwa
ekstrak daun sambiloto dengan dosis 0,5 g/kg bb, 1 g/kg bb dan 1,5 g/kg bb
dapat menghambat kanaikan kadar glukosa darah tikus normal.
Caranya : ambil sambiloto sebanyak kira-kira 5 gram daun segar, seduh dengan
1 gelas air panas (matang), setelah dingin lalu disaring. Hasil saringan
kemudian diminum 2 kali sehari sama banyak, pagi dan sore setelah makan.

5. Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Milleer)


Berdasarkan dokumen Mesir, tertulis berbagai kegunaan lidah buaya
sebagai bahan obat dan pengobatan. Demikian pula hampir semua dokumen
sejarah obat alami di berbagai negara mengungkapkan mengenai keunggulan
lidah buaya atau yang dikenal dengan bahasa latin aloe vera tersebut. Tanaman
lidah buaya di ketahui mempunyai banyak kegunaan seperti antiinflamasi,
antijamur, antibakteri, dan regenerasi sel juga dapat berfungsi untuk
menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes. Bagian tanaman
yang digunakan untuk pengobatan DM adalah daunnya.
Cara meracik : 1 pelapah lidah buaya ukuran besar (kira-kira seukuran telapak
tangan) kupas kulit dan durinya, kemudian cuci. Rendam kurang lebihnya 30
menit dalam air garam. Remas sebentar lalu bilas di bawah air yang mengalir.
Rebus dengan air hingga mendidih. Dinginkan. Minum per 1/2 gelas, 2 sampai
3 kali sehari

6. Kumis Kucing (Orthosiphon Spicatus)


Daun pada saat tanaman mulai keluar kuncup bunganya mengandung
mineral, flavonoid glikosida turunan dari asam kafeat, inositol, fitosterol,
saponin dan minyak atsiri. Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan
sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering di pakai sebagai obat
yang memeperlancar pengeluaran air kemih untuk tujuan menurunkan kadar
glukosa darah atau untuk pengobatan alternatif pada penderita DM.
Caranya : untuk obat diabetes, ambil kira-kira 25 gram daun segar, cuci dan
rebus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Hasil rebusan diminum dua kali
sehari, pagi dan sore. Setiap kali minum setengah gelas.
7. Buncis (Phaseolus vulgaris)
Buncis adalah salah satu jenis sayuran yang sudah di kenal oleh masyarakat
sejak berabad-abad lamanya. Bincis setiap 100 gr hanya mempunyai 33 kalori.
Buncis juga mengandung banyak protein dan serat dan juga lemak rendah.
Sayuran ini juga mengandung banak vitamin dan mineral penting seperti asam
folat, besi, potasium (kalium) dan seng.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa
efek hipoglikemia pada kelinci diebetes yang diinduksi aloksan menunjukkan
bahwa ekstrak kasar buncis mampu menurunkan kadar glukosa darah sampai
30 %

8. Mahkota dewa (Phaleria Papuana)


Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman asli indonesia yang saat ini
banyak digunakan sebagai tanaman obat. Senyawa flavonoid yang dimiliki
buah mahkota dewa termasuk antioksidan sekunder (contoh yang populer: vit
E, vit C, dll) yang merupakan senyaawa yang berfungsi menetralisir redikal
bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Selain itu juga terdapat senyawa saponin yang
dapat membantumenguangi kadar glukosa darah di tubuh karena dapat
memebentuk suatu lapisan membran pada permukaan usus halus sehingga
dapat menghambat absorbsi glukosa.
Penelitian yang dilakukan menggunakan bahan tumbuhan mahkota dewa
berwarna merah yang telah dibuang bijinya dan pelarut-pelarut organik yang
telah didestilasi ulang. Untuk hewan percobaan digunakan tikus putih (Rattus
norvegicus) dan mencit putih (Mus muculus). Hasil pengujian menunjukkan
bahwa buah mahkota dewa mengandung senyawa antihiperglikemia dengan
mekanisme penghambatan alfa-glukosidase yaitu asam palmitat.
Cara meramu : Iris mahkota dewa 5-6 buah, rebus dengan air sebanyak 5 gelas.
Rebus hingga tinggal 3 gelas, saring. Minum 3 x sehari, tiap minum 1 gelas.

S-ar putea să vă placă și