Sunteți pe pagina 1din 32

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

OLEH

Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya hasil KAJIAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DHF dapat diselesaikan pada waktunya. Penulisan ini sebagai bagian dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang peningkatan kualitas pendidikan.
Penulisan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Rektor Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3) Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
4) Rekan-rekan dosen khususnya pada bidang Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK
Unud
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, walaupun penulis berusaha
semaksimal mungkin dan telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, masukkan dari pembaca untuk perbaikan laporan ini akan sangat dihargai dan
penulis tak lupa mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 28 Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Kasus 4

Asuhan Keperawatan 4

Analisis Jurnal dan Jurnal Pendukung 22

Pendidikan Kesehatan 29

3
KASUS

Seorang laki-laki berusia 25 tahun menjalani MRS hari ke-2 diagnosa DHF dengan
keluhan demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing. TD
110/70 mmHg, rentang suhu 38o-39oC sudah terjadi hampir 2 hari SMRS dan saat ini
38,5oC. Uji torniket positif, petekie (+), mual (+), muntah (+), BAB terakhir encer.
Nilai lab: Ht 55,3%, Hb 20g/dL, LED 50mm/jam, Leukosit 5700/µL. Pasien saat ini
merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
 Nama : Tn. A
 Umur : 25 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : .SMA
 Pekerjaan : Pegawai swasta
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar
 Tanggal masuk : 28 Mei 2017
 Tanggal pengkajian : 30 Mei 2017
 Sumber Informasi : pasien dan keluarga
 Diagnosa masuk : .DHF
 Penanggung
 Nama : Ny. K
 Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat keluarga
 Genogram (kalau perlu) :-

4
 Keterangan genogram :-
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): pasien mengeluh demam, nyeri
pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing.
 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini: saat masuk
rumah sakit pasien mengeluh demam, nyeri pada punggung dan tulang
hilang timbul, kepala pusing. Saat ini pasien merasa lemas dan tidak
mampu melakukan aktifitas fisik
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Apakah sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun
panas/parasetamol?
b. Status Kesehatan Masa Lalu
 Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?
 Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat karena penyakit tertentu?
 Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau makanan?
 Apakah sebelumnya pasien pernsh memiliki riwayat tranfusi?
 Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan pengguna
alkohol?
4. Riwayaan Penyakit Keluarga :
 Apakah ada keluarga pasien dalam satu rumah yang saat ini mengalami
DHF?
 Apakah ada tetangga atau keluarga dalam jarak rumah yang berdekatan
saat ini mengalami DHF?
5. Diagnosa Medis dan therapy: DHF
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
 Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugas
kesehatan terdekat?
 Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?
b. Nutrisi/ metabolic:
 Setelah masuk rumah sakit pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)

5
 Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu makan
sebelum dan setelah sakit?
 Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah sakit?
c. Pola eliminasi
Berdasarkan pengkajian pasien mengalami BAB terakhir encer
d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
- Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi, dan
berpindah secara mandiri atau dibantu
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
 Menilai frekuensi dan durasi periode istirahat dan tidur pasien sebelum
dan setelah sakit
 Apakah ada masalah yang dirasakan saat tidur?
f. Pola kognitif-perseptual
Berdasarkan pada kasus Pasien merasa nyeri pada punggung dan tulang
yang hilang timbul
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Menanyakan pada pasien selama sakit apakah ada peruubahan peran, harga
diri, gambaran diri, ideal diri dan identitas diri
h. Pola seksual dan reproduksi
Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual
i. Pola peran-hubungan
Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran sosial
selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik pada
petugas kesehatan maupun keluarga
k. Pola keyakinan-nilai
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama sakit
atau hanya berdoa di tempat tidur

6
7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :  Baik  Sedang  Lemah Kesadaran:
Composmentis
TTV TD: 110/70 Nadi : tidak dikaji
Suhu: 38,5 0 C RR: tidak dikaji
A. Kulit :
- Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan
lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya nyeri
tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau dingin
B. Kepala:
- Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat ada
tidaknya lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema
C. Mata
- Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak, menilai
warna konjuctiva dan sklera
- Palpasi :-
D. Telinga
- Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada tidaknya lesi
- Palpasi :-
E. Hidung
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat sekret,
saat anak bernafas terdapat cuping hidung
- Palpasi :-
F. Mulut
- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah mukosa
mulut lembab atau kering
- Palpasi :-
G. Leher
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid pada
leher

7
- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar limfe
H. Dada
Payudara
- Inspeksi :
Areola : Menilai warna areola
Puting : Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak
- Palpasi :-
Paru-paru
- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
- Auskultasi : Menilai suara nafas klien (suara nafas anak mengi)
Jantung
- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak
- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada suara
tambahan
I. Abdomen
- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak
- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus
J. Sistem gastrointestinal
Pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)
K. Sistem muskuloskeletal
Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot dan punggung hilang timbul
L. Genetalia
- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia
M. Anus dan rektum
- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rektum
N. Muskuloskeletal
- Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela

8
O. Neurologi
- Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
Hematokrit: 55,3% (normal: 35-45%)
HB: 20g/dl. (normal 13-16g/dl)
LED: 50 mm/jam
Leukosit : 5700/uL (normal: 5000-10.000/uL)
Plt: 34.000/uL (normal: 150-400)
b. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
Hasil torniket (+)
9. Analisa Data
No Tgl Data Etiologi Masalah
1. 30 Mei DS: Pasien Gigitan nyamuk aedes Kekurangan
2017 merasa lemas aegypti Volume Cairan
dan tidak
mampu Masuknya virus dengue
melakukan dalam tubuh
aktivitas fisik.
DO: Hasil Kontak dengan antibodi
pemeriksaan lab
yang Virus berekasi dengan
menunjukan: antibodi
- Ht: 55,3%
- Hb: 20 g/dl Terbentuknya kompleks
- LED : virus antibodi
5700/µL
- Plt: 34.000 Aktivasi C3 & C5
/µL
Pelepasan C3a & C5a

Peningkatan permaibilitas

9
dinding pembuluh darah

Perembesan plasma keluar


menuju ekstravaskuler

Kekurangan volume
cairan
2. 30 Mei DS : Pasien Virus masuk sirkulasi Hipertemi
2017 mengeluh
demam
Menempel di sel fagosit
DO : mononuklear
- Suhu tubuh
38,5oC
(normal: 36,5 Masuk & menginfeksi sel
fagosit
– 37,5oC)
- Kulit pasien
terasa panas Virus bereplikasi di dalam
saat disentuh sel fagosit

Aktivasi sel T helper, T


sitotoksis & sistem
komplemen

Merangsang mikrofag
melepaskan IL-1, TNF-α
& IFN-γ (pirogen
endogen)

Aktivasi IL-1 di
hipotalamus

10
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter

Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus

Peningkatan thermostatic
set poin

Peningkatan suhu >


37,5oC

Hipertemi

3. 30 Mei DS : Pasien Virus masuk dan bereaksi Nausea


2017 mengatakan dengan antibodi

lemas dan
merasa mual dan Gangguan endotel
sudah muntah
DO : Pasien
terlihat mual Agregasi trombosit

Mengaktivasi sistem
koagulasi

Pengeluaran ADP
(Adenosin Di Phosphat)

Trombosit melekat satu

11
sama lain

Trombosit dihancurkan
oleh RES

Kerja hati dan linfa


berlebihan untuk
menghancurkan trombosit
yang rusak

Hepatomegali-
Splenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCl

Mual, muntah

Nausea

4. 30 Mei DS: Pasien Peningkatan permeabilitas Nyeri Akut


2017 mengatakan dinding pembuluh darah
nyeri pada
punggung dan
tulang hilang Kebocoran plasma

timbul
DO: - Peningkatan hematokrit

Viskositas darah

12
meningkat

Aliran darah meningkat

Suplai O2 menurun

Penumpukan asam laktat


di sel otot

Nyeri otot dan punggung

Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi
ditandai dengan peningkatan hematokrit.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit panas
ketika disentuh
3. Nausea berhubungan dengan adanya iritasi gastrointestinal ditandai dengan mual
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien
menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul

B. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan Setelah diberikan NIC Label: Fluid Management
volume cairan tindakan keperawatan Fluid Management 1. Untuk mengetahui
berhubungan selama ... di harapkan 1. Memasang kateter jumlah urine yang
dengan cairan tubuh pasien urine pada pasien dapat dihasilkan
penurunan terpenuhi dan sesuai indikasi oleh pasien dan
mekanisme hematokrit menuju 2. Memonitor status terpenuhinya

13
regulasi ditandai rentang normal hydrasi pasien seperti keseimbangan
dengan Dengan kriteria hasil : keadaan membrane cairan (intake
peningkatan NOC Label: mukosa. cairan = output
hematokrit Fluid Balance 3. Memonitor tekanan cairan)
1. Tekanan darah darah pasien. 2. Mukosa yang
pasien dalam rentan 4. Memonitor hasil lab kering terutama
normal yaitu 120/80 terutama adanya mukosa bibir dapat
mmHg. penurunan dari menjadi indikasi
2. Turgor kulit pasien hematocrit pasien dari pasien kekurangan
normal. 55,3% dapat turun cairan.
3. Hematocrit pasien sampai batas normal 3. Memastikan
dalam keadaan yaitu 40 – 48%. tekanan darah
normal yaitu 40 – 5. Memberikan terapi pasien tidak terlalu
48%. cairan intravena pada rendah di bawah
Hydration pasien sesuai normal.
1. Intake cairan pasien kebutuhan. 4. Hematocrit pasien
terpenuhi (intake 6. Memberikan cairan dehidrasi akan
cairan = output melalui oral sesuai mengalami
cairan) kebutuhan. peningkatan, maka
2. Pasien mampu 7. Memberikan makanan perlu mengetahui
menghasilkan urine. atau minuman yang jumlah hematocrit.
3. Bagian membrane mengandung banyak 5. Pasien yang
mukosa tubuh tidak air seperti buah, juice kekurangan cairan
kering (seperti dan minuman berasa. harus mendapatkan
mulut) 8. Memonitor pasien cairan baik oral
4. Pasien tidak merasa yang mendapatkan maupun intravena.
kehausan terapi elektrolit. 6. Menambah cairan
tubuh pasien
7. Makanan atau
minuman yang
mengandung
banyak air

14
membantu dalam
penambahan cairan
pada tubuh pasien
8. Agar dapat
menentukkan
tindakan yang perlu
dilakukan
2. Hipertermi Setelah diberikan NIC: Fever Treatment
berhubungan tindakan keperawatan Fever Treatment 1. Agar mengetahui
dengan penyakit selama ... di harapkan 1. Memonitor perubahan suhu
DHF ditandai suhu tubuh pasien temperatur pasien yang dialami
dengan kulit menuju normal paling sedikit setiap 2 pasien dan jika
panas ketika Dengan kriteria hasil : jam tidak ada
disentuh NOC: 2. Monitor frekuensi perubahan atau ke
Thermoregulation pernafasan, nadi dan arah yang lebih
1. Terjadi penurunan tekanan darah pasien buruk dapat
pada suhu kulit agar tetap dalam diberikan
pasien yaitu saat rentang normal medikasi yang
disentuh tidak terasa 3. Monitor intake dan sesuai
panas output pasien sesuai 2. Untuk mengetahui
2. Warna kulit pasien dengan kebutuhan perubahan yang
kembali ke warna 4. Berikan cairan terjadi pada
aslinya melalui IV dengan pernafasan, nadi
3. Pasien tidak jumlah sesuai anjuran dan tekanan darah
mengalami 5. Berikan obat anti pasien dan dapat
dehidrasi selama piretik dengan dosis diberikan
hipertermi sesuai anjuran dokter medikasi yang
Vital signs 6. Berikan kompres sesuai
1. Suhu tubuh stabil hangat pada lipat paha 3. Agar terjadi
stabil dan menuju dan aksila pasien keseimbangan
rentang normal 7. Monitor komplikasi antara intake dan
yaitu 36,50C - terkait demam output serta

15
37,50C. (kejang, penurunan menghindari
2. Frekuensi kesadaran, status dehidrasi yang
pernafasan (16- ketidakabnormalan mungkin terjadi
20x/menit), tekanan elektrolit, pada pasien
darah ketidakseimbangan 4. Mempertahankan
(120/80mmHg) dan asam basa) kebutuhan cairan
nadi (60- 8. Fasilitasi konsumsi pasien sehingga
100x/menit) pasien cairan sesuai anjuran mencegah
dalam rentang dan kebutuhan pasien terjadinya
normal dehidrasi
5. Untuk
menurunkan panas
pasien dari 38,5oC
6. Dengan kompres
hangat pembuluh
darah melebar
sehingga pori-pori
kulit terbukan dan
membuat panas
yang terperangkap
dalam tubuh bisa
mnguap keluar
selain itu saat
kompres hangat
membuat
hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga
panas tubuh harus
diturunkan
7. Untuk mengetahui

16
komplikasi yang
dapat terjadi dan
menentukkan
tindakan yang
harus dilakukan
8. Konsumsi cairan
dapat mencegah
dehidrasi pada
pasien
3. Nausea Setelah diberikan NIC : NIC:
berhubungan tindakan keperawatan Nausea management Nausea Management
dengan adanya selama ... di harapkan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi
iritasi mual muntah pasien mual secara lengkap secara lengkap
gastrointestinal berkurang termasuk frekuensi, frekuensi , tingkat,
ditandai dengan Dengan kriteria hasil : durasi, tingkat mual, durasi dan faktor
mual NOC : dan faktor penyebab penyebab mual
Nausea & Vomiting mual. 2. Memenuhi
Control 2. Evaluasi efek mual kebutuhan nutrisi
1. Pasien dapat terhadap nafsu pasien dan
mengetahui dan makan, aktivitas mencegah mual
menghindari sehari-hari dan tidur 3. Mengidentifikasi
penyebab mual pasien pengaruh mual
2. Meggunakan obat 3. Berikan istirahat dan terhadap kualitas
antiemetik tidur yang adekuat hidup pasien dan
Nausea & Vomiting untuk mengurangi tidur pasien.
Severity mual 4. Mengurangi mual
1. Frekuensi mual 4. Kolaborasi pemberian dengan aksi
pasien berkurang obat antiemetik: sentralnya pada
2. Intensitas mual Metoclopramide 0,5 hipotalamus
pasien berkurang mg/berat badan 5. Untuk menghindari
3. Frekuensi muntah sebanyak 3xsehari terjadinya mual
pasien berkurang 5. Anjurkan makan namun nutrisi tetap

17
4. Intensitas muntah sedikit tapi sering dan terpenuhi
pasien berkurang dalam keadaan hangat 6. Untuk menghindari
5. Tidak ada 6. Anjurkan pasien rutin dehidrasi
peningkatan sekresi minum air putih Vomiting
air liur sesuai anjuran Management
Nutritional Status : Vomiting Management 1. Mengidentifikasi
Food & Fluin Intake 1. Lakukan pengkajian muntah dari warna,
1. Pemasukan muntah dari warna, konsistensi, darah
makanan dan konsistensi, ada dan kekuatan
minuman secara oral tidaknya darah, waktu muntah
kedalam tubuh dan kekuatan 2. Mengidentifikasi
terpenuhi sesuai muntahnya. volume muntah
dengan indikasi 2. Mengukur volume 3. Untuk mengurangi
2. Terpenuhinya muntah pasien bau tidak sedap
pemasukan nutrisi 3. Mempertahankan dimulut, dan
lewat parenteral jika kebersihan mulut memudahkan
tidak dapat lewat pasien dengan tetap pasien untuk
oral menggosok gigi makan
selama sakit dan 4. Menghilangkan
berkumur setelah bau tidak sedap
muntah yang bisa
4. Membersikan setelah menyebabkan
pasien muntah untuk muntah berulang
menghilangkan bau 5. Untuk membantu
dari muntahan dengan pasien lebih rileks
berkumur 6. Untuk mengurangi
5. Ajari menggunakan mual muntah pada
tehnik non pasien
farmakologi seperti Nutritonal
relaksasi dan Monitoring
mendengarkan musik 1. Menjaga agar tidak
untuk pengalih terjadi turgor kulit

18
perhatian terhadap dan melakukan
mual muntah pasien mobilitas secara
6. Menganjurkan mandiri
menghirup wangi 2. Mengurangi mual
aromateraphy untuk muntah pasien
menangani muntah. 3. Memenuhi
Nutritional Monitoring kebutuhan asupan
1. Memantau turgor kalori dan
kulit dan mobilitas makanan pasien
pasien 4. Mencegah
2. Memantau mual dan perubahan selera
muntah setiap hari makan dan
3. Memantau asupan aktivitas pasien
kalori dan makanan 5. Memenuhi
pasien sesuai dengan kebutuhan makan
anjuran sesuai faktor
4. Mengidentifikasi penentu pola
perubahan selera makan
makan dan aktivitas 6. Menjaga uji lab
pasien pasien dalam
5. Memantau faktor keadaan normal
penentu pola makanan
seperti makanan yang
disuka, makanan dan
yang tidak disuka
namun tidak
bertentangan dengan
penyakitnya (seperti
makanan pedas,
makanan berlemak)
6. Melakukan
pemantauan uji lab

19
seperti hematokrit,
hemoglobin, leukosit,
trombosit dan LED
4. Nyeri akut Setelah diberikan NIC: Pain Management
berhubungan tindakan keperawatan Pain Management 1. Penanganan nyeri
dengan agen selama ... di harapkan 1. Lakukan pengkajian tidak dapat
biological nyeri yang dirasakan nyeri secara disamakan pada
ditandai dengan pasien berkurang komprehensif masing - masing
pasien Dengan kriteria hasil : termasuk lokasi, individu dan
menyatakan NOC: karakteristik, durasi, kelompok umur
nyeri pada Pain Control frekuensi, kualitas karena
punggung dan 1. Pasien dapat dan faktor presipitasi. penanganan nyeri
tulang hilang menggunakan teknik 2. Kaji tipe dan sumber yang baik
timbul non farmakologi nyeri untuk memerlukan
untuk menurunkan menentukan perhatian khusus
rasa nyeri intervensi yang tepat. terhadap
2. Menggunakan obat 3. Observasi reaksi fisiologi,
non-analgesik sesuai nonverbal dari anatomi, dan
anjuran ketidaknyamanan. karakteristik
Pain Level 4. Gunakan teknik farmakologi.
1. Pasien dapat komunikasi terapeutik 2. Penanganan nyeri
menyampaikan untuk mengetahui akan lebih tepat
nyeri yang pengalaman nyeri sasaran apabila
dirasakan. klien. sumber dari nyeri
2. Durasi nyeri yang 5. Evaluasi bersama telah
dirasakan pasien klien dan tim terindentifikasi
dapat berkurang. kesehatan lain tingkat dengan jelas.
3. Skala nyeri yang pengontrolan nyeri 3. Untuk
dirasakan pasien yang dilakukan mengetahui
berkurang 6. Bantu klien untuk tingkat
4. Pasien dapat memaksimalkan ketidaknyamanan
mengekpresikan dukungan dari yang dirasakan

20
rasa nyerinya. sumber-sumber yang oleh pasien
klien miliki seperti 4. Komunikasi
keluarga, teman dan terapeutik yang
orang-orang disekitar terstrukur akan
klien. memperjelas hal
7. Kontrol lingkungan yang dikaji,
yang dapat dilakukan dan
mempengaruhi nyeri dievaluasi.
seperti suhu ruangan, 5. Untuk
pencahayaan, mengetahui
kebisingan, dsb. apakah terjadi
8. Kurangi faktor penurunan rasa
presipitasi nyeri klien nyeri yang
(seperti ketakutan dirasakan pasien
yang dirasakan pasien atau sebaliknya
mengenai 6. Dengan adanya
penyakitnya) dukungan dari
9. Pilih dan lakukan orang-orang
penanganan nyeri terdekat
baik secara diharapkan dapat
farmakologi sedikit tidaknya
(analgesik) dan non menurunkan rasa
farmakologi. nyeri yang
10. Ajarkan klien tentang dirasakan pasien
pengendalian nyeri 7. Lingkungan yang
dengan cara non tidak nyaman
farmakologi seperti akan
teknik relaksasi, memperparah
distraksi, dsb. rasa nyeri yang
dirasakan.
8. Agar rasa nyeri
pasien dapat

21
berkurang
9. Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan pasien
10. Agar pasien dapat
mengaplikasikan
teknik non-
farmakologi
dalam menangani
nyeri yang
dirasakan.

ANALISIS JURNAL DAN JURNAL PENDUKUNG

Pada kasus dikatakan bahwa jumlah platelet (trombosit) pasien yaitu 34.000
sel/mm3, sedangkan rentang nilai normal platelet pada orang dewasa yaitu 150.000-
450.000sel/mm3 (Kusuma & Nurarif, 2014). Sehingga dari data tersebut dapat
diketahui bahwa pasien mengalami trombositopenia. Trombositopenia adalah suatu
keadaan dimana jumlah trombosit dalam tubuh menurun atau berkurang dari jumlah
normalnya (Henilayati, 2015). Sehingga untuk menangani kondisi tersebut,
intervensi jurnal yang diambil adalah hasil jurnal penelitian dari Subenthiran et al.
(2013), dengan judul, “Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the
Rate of Increase in Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue
Haemorrhagic Fever”.
Penelitian dalam jurnal tersebut dilakukan pada 145 pasien yang mengalami
DHF di Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah, Klang, Selangor, Malaysia dengan
rentang umur 18 sampai 60 tahun. Pasien-pasien tersebut nantinya dibagi ke dalam
dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Untuk kelompok
intervensi, disamping mendapatkan perawatan standar manajemen DHF diberikan
pula intervensi pemberian jus segar dari daun papaya (carica papaya), yang dibuat

22
dari 50 gram daun papaya. Nantinya jus tersebut diberikan selama 3 hari berturut-
turut dengan frekuensi pemberian satu kali sehari, yang diberikan 15 menit setelah
sarapan. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya mendapatkan standar
manajemen penanganan DHF yang standar.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan yang signifikan dalam jumlah trombosit rata-rata 40 jam setelah
pemberian jus dari daun papaya (carica papaya) dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang hanya mendapatkan manajemen standar penanganan DHF tanpa
adanya intervensi tambahan.
Hasil yang didapatkan dari jurnal utama yang dianalisis tersebut juga
didukung oleh hasil penelitian dari Kasture et al. (2016), dengan judul, “A Multi-
centric, Double-blind, Placebo-controlled, Randomized, Prospective Study to
Evaluate the Efficacy and Safety of Carica papaya Leaf Extract, as Empirical
Therapy for Thrombocytopenia associated with Dengue Fever”, yang dilakukan
pada 300 pasien di 5 pusat, untuk mengevaluasi khasiat dan keamanan ekstrak daun
papaya carica sebagai terapi empiris untuk trombositopenia yang terkait dengan
demam berdarah. Seluruh subyek yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan
intervensi tersebut diikuti perkembangannya selama 5 hari. Hasilnya setelah
perawatan pada akhir hari ke-5, jumlah rata-rata trombosit dan nilai WBC
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelompok intervensi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ching
et al. (2016), dengan judul “Complementary Alternative Medicine Use Among
Patients With Dengue Fever in the Hospital Setting: a Cross-Sectional Study in
Malaysia”, menyatakan bahwa dari hasil studi cross-sectional pasien dengan DHF
yang berkunjung ke 3 klinik berbeda di rumah sakit yang terletak di Selangor,
Malaysia, mendapatkan hasil bahwa penggunaan complementary alternative
medicine (CAM) total pada pasien dengan DHF adalah sebanyak 85,3% (N=261),
dengan jenis CAM yang paling popular dan banyak digunakan adalah salah satunya
ekstrak daun papaya (22,2%). Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa
sepertiga pasien dengan DHF menggunakan CAM sebagai salah satu pengobatan
dikarenakan mereka memiliki kesan yang baik terhadap CAM yaitu mempercayai
bahwa CAM dapat meredakan gejala penyakitnya, lebih aman dan membantu

23
mereka pulih lebih cepat dari kondisi DHF tersebut. Dalam studi in vitro oleh
Dhara et al. (2016), ekstrak daun papaya terbukti berhubungan dengan adanya
peningkatan stabilisasi membran eritrosit. Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak
daun papaya dapat menghambat protease yang terlibat dalam perakitan virus. Selain
itu, ekstrak daun papaya juga memiliki antioksidan dan penghambat radikal bebas
yang dapat membantu dalam pencegahan hemolisis dan perdarahan.
Untuk mengetahui kemungkinan penerapan dari intervensi jurnal utama
tersebut, maka dilakukan metode analisis dengan SWOT yang mendapatkan hasil
sebagai berikut :

STRENGHT (Kekuatan)
No. Faktor Kekuatan Skor Bobot Total
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 3 0,3 0,9
pemberian jus dari daun papaya (carica papaya)
terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
jumlah trombosit pada pasien yang mendapatkan
intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
2. Intervensi dengan pemberian jus dari daun papaya 2 0,1 0,2
(carica papaya) aman untuk dikonsumsi karena
daun yang digunakan bebas dari herbisida dan
pestisida. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak
adanya pasien yang mengundurkan diri dari
penelitian karena efek samping yang ditimbulkan
dari pemberian jus daun papaya (carica papaya)
tersebut.
3. Bahan untuk pembuatan jus dari daun papaya 3 0,3 0,9
(carica papaya) mudah untuk didapatkan karena
dapat dibudidayakan sendiri.
4. Pembuatannya jus dari daun papaya (carica papaya) 3 0,3 0,9
tidak terlalu susah karena pada jurnal sudah
dijelaskan cara dan takaran pembuatannya

24
Total Kekuatan - 1 2,9

WEAKNESS (Kelemahan)
No. Faktor Kelemahan Skor Bobot Total
1. Proses pembuatan jus dari daun papaya (carica 2 1 2
papaya) harus benar karena, apabila terdapat
kesalahan selama proses pembuatan dapat
menyebabkan senyawa atau kandungan yang
terdapat pada daun tersebut hilang atau berkurang
khasiatnya.
Total Kelemahan - 1 2

OPPORTUNITIES (Peluang)
No. Faktor Peluang Skor Bobot Total
1. Mudah diterima oleh masyarakat karena pada 2 0,2 0,4
dasarnya masyarakat Indonesia senang dengan obat
tradisional.

2. Penelitian jurnal dilakukan di negara Malaysia, 2 0,2 0,4


dimana Malaysia juga tropis serta memiliki
prevalensi kasus DHF yang termasuk tinggi.
3. Pemberian jus dari daun papaya (carica papaya) 3 0,3 0,9
termasuk kedalam salah satu penerapan dari terapi
alternatif dan komplementer. Penerapan dari terapi
alternatif dan komplementer tersebut telah tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 103
tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan
tradisional, yang dalam pasal 12 ayat 2 tercantum
pemberian terapi alternatif komplementer.
4. Adanya jurnal-jurnal hasil penelitian lainnya yang 3 0,3 0,9
telah membuktikan tentang keefektivan dari daun

25
papaya (carica papaya) dalam menangani DHF
utamanya dalam mengatasi kondisi
trombositopenia.
Total Peluang - 1 2,6

THREAT (Ancaman)
No. Faktor Ancaman Skor Bobot Total
1. Apabila penggunaan pohon carica tersebut tidak 2 1 2
bijak maka akan mengurangin jumlah dari pohon
tersebut karena di Indonesia pohon ini baru di
budidayakan.
Total Ancaman - 2

Analisis SWOT:

K.3 (strategi WO atau K.1 (strategi SO atau


ubah strategi) progresif)
(-,+) (+,+)

K.4 (strategi WT atau K.2 (strategi ST atau


bertahan) diversifikasi)
(-,-) (+,-)

1. Selisih total kekuatan - total kelemahan = S – W = X (2,9 – 2 = 0,9)


2. Selisih total peluang - total ancaman = O – T = Y (2,6 – 2 = 0,6)

Jadi, nilai x dan y adalah 0,9 dan 0,6. Berdasarkan analisis SWOT yang telah
dilakukan, jurnal ini berada pada kuadran 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan intervensi jurnal penelitian dari Subenthiran et al. (2013), dengan judul,
“Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in

26
Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever”,
sangat mungkin untuk diterapkan.

Kemungkinan Penerapan Intervensi Jurnal dalam Tatanan Keperawatan di


Indonesia
Penerapan intervensi jurnal penelitian Subenthiran et al. (2013), dengan judul,
“Carica papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in
Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic
Fever” mungkin diterapkan di Indonesia melihat analisis SWOT yang telah
dilakukan diatas. Selain itu terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda
dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan terapi komplementer adalah
praktik kesehatan dengan pendekatan pengetahuan dan keyakinan tentang
pengelolaan tanaman, hewan, mineral, dan spritual yang dikombinasi untuk
mempertahankan kesejahteraan dan mencegah penyakit (Setyaningsih, 2012).
Keterbatasan pengobatan konvensional menjadi salah satu alasan terapi
komplementer dan alternatif berupa pengobatan herbal, menjadi salah satu pilihan
yang semakin dipertimbangkan oleh masyarakat Indonesia. Pengembangan terapi
komplementer dan alternatif harus menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan
khususnya perawat.
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik
Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat
berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan kompelementer dan alternatif”.
Dalam penjelasannya pasal 30 ayat (2) huruf m tersebut adalah “melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan bagian dari
penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukan/mengintegrasikan terapi
komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan” (Kemenkes,
2014).
Wewenang perawat dalam memberikan terapi komplementer dan alternatif
tentu tidak terlepas dari kultur (budaya) dan Sumber Daya Alam (SDM) Negara

27
Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan serta ribuan tanaman obat herbal
yang biasa digunakan dalam pengobatan alternatif dimasyarakat secara turun
temurun. Kekayaan alam dan budaya masyarakat Indonesia harus bisa dimanfaatkan
sebaik-baiknya khususnya dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah
pemanfaatan daun pepaya (carica papaya) untuk mengatasi Dengue Hemorraghic
Fever (DHF). Di Indonesia, telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan terkait
dengan pengaruh pemberian ekstrak daun papaya sebagai obat herbal untuk demam
berdarah. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Runadi dkk (2016), yang
menyatakan bahwa ekstrak air daun pepaya terbukti mampu meningkatkan jumlah
trombosit dan menurunkan waktu pembekuan darah pada trombositopenia. Daun
pepaya mengandung alkaloid termasuk karpain, pseudocarpain, dan dehidrokarpain I
dan II yang mana dapat beraksi pada sumsum tulang sehingga mencegah
penghancurannya dan meningkatkan produksi platelet (trombosit). Peningkatan dari
jumlah trombosit ini memicu berkurangnya juga kejadian pendarahan sehingga dapat
menghindari keparahan demam berdarah. Daun pepaya dalam bentuk jus juga
memicu meningkatnya kecepatan produksi trombosit yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah trombosit setelah 40 dan 48 jam konsumsi jus daun papaya
(Runadi dkk, 2016).
Perawat memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan tersebut,
karena profesi perawat berinteraksi selama 24 jam dengan pasien. Hal tersebut
menjadikan alasan mengapa terapi komplementer menjadi bagian dari praktik
keperawatan (asuhan keperawatan) dikarenakan perawat merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan upaya
kesehatan di masyarakat. Hampir dipastikan seluruh penyelenggaraan pelayanan
kesehatan memiliki tenaga perawat baik itu di rumah sakit, puskesmas, atau di
fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Sehingga peran perawat sangatlah penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Sary, 2013).

28
PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan
untuk perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Pendidikan
kesehatan bertujuan untuk mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada kasus DHF sangat penting untuk pasien dan
keluarga agar dalam menjalani proses penyembuhan dan pemulihan anatara keluarga
dan tenaga kesehatan serta pasien dapat bekerjasama secara kooperatif untuk
mencapai kesembuhan pasien. (Shidiq,Pasidi,2010)
Adapun pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat kepada pasien adalah :

a. Menjelaskan pada pada pasien untuk melakukan teknik distraksi untuk


mengurangi nyeri punggung dan pusing seperti mendengarkan musik kesukaan
pasien agar pasien merasa lebih tenang.
b. Memberitahu pasien untuk kooperatif dengan semua tindakan yang dilakukan
oleh perawat
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa tanda dan gejala yang dirasakan pasien saat
ini merupakan tanda gejala dari penyakit yang masih bisa diobati dan dapat
sembuh dengan mengikuti segala tindakan atau arahan yang diberikan dokter,
perawat maupun tenaga kesehatan lainnya
Adapun pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawata kepada keluarga pasien
adalah:
a. Memberitahu keluarga untuk menjaga agar side bed tetap terpasang untuk
mengurangi risiko jatuh karena pasien mengalami kelemahan.
b. Memberitahu keluarga untuk membantu mengingat berapa kali pasien pergi ke
kamar mandi untuk BAB dan dengan konsistensi yang seperti apa untuk
memudahkan perawat mengitung balance cairan.
c. Menyarankan keluarga membantu pasien ke kamar mandi atau menggunakan
yang tersedia untuk membantu pasien melakukan eliminasi karena pasien masih
merasa lemah dan belum mampu beraktifitas sendiri
d. Memberikan penjelasan tentang fase – fase pada DHF agar keluarga mengerti
dengan fase yang di lalui oleh pasien sehingga keluarga tidak merasa cemas dan

29
mampu bekerjasama dengan perawat. DHF terdiri dari tiga fase yang harus
diketahui oleh keluarga pasien yaitu fase febris yang biasanya demam
mendadak tinggi 2 – 7 hari disertai muka kemerahan, kemerahan kulit, nyeri
seluruh tubuh, sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok,
infeksi faring dan konjungtiva, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula
ditemukan tanda perdarahan seperti petekie (bintik merah keunguan kecil dan
bulat pada kulit), perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi
perdarahan pervagina dan perdarahan gastrointestina. Fase kedua adalah fase
kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam.. Pada fase ini dapat terjadi syok. Fase
terakhir adalah fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi
pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada
48– 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih
kembali, aliran darah stabil dan diuresis membaik. (Sudjana, 2010)
e. Memberikan penjelasan tanda - tanda shock agar keluarga dapat segera
mengenali dan melaporkan pada perawat. Keluarga perlu mengetahui adanya
tanda shock seperti progresif, takhikardi, ekstremitas yang dingin, Adanya
perdarahan yang signifikan, gangguan kesadaran, muntah berkelanjutan, nyeri
abdomen yang hebat atau bertambah. ( Wahyono, dkk, 2010)
f. Memberitahu keluarga untuk menjaga kesehatan keluarga lain agar selalu fit dan
terhindar dari penyakit yang sama dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk
dengan pakaian yang dimodifikasi maupun lotion anti nyamuk.
g. Saat persiapan pulang keluarga diberikan penjalasan mengenai cara hidup lebih
sehat dan menghindari perkembangan vektor nyamuk dirumah agar tidak
mengalami penyakit DHF berulang dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih
dan terhindar dari sarang nyamuk maupun dengan melakukan proteksi pada diri.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Sixth Edition. America: Elsevier
Ching, S., Ramachandran, V., Gew, L.T., Lim, S.M., & et al. (2016).. Complementary
Alternative Medicine Use Among Patients With Dengue Fever in the Hospital Setting: a
Cross-Sectional Study in Malaysia. BMC Complementary and Alternative Medicine,vol.
16(37), p.2-7.
Dhara, R., Rubeena, A., Shweta, N., Bhavisva, P., & Kinjal, B. (2016). About Dengue Fever
And Carica Papaya, A Leaf Extract Of Papaya Is Use To Treat Dengue Fever:-A Review.
Indo American Journal of Pharmaceutical Research, vol. 6(8).
Henilayati, N.P.N. (2015). Tinjauan Pustaka. Retrieved from :
http://eprints.undip.ac.id/46793/3/Ni_Putu_Nova_Henilayati_22010111120039_Lap.KTI
_BAB_2.pdf diakses pada 30 Mei 2017
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification, 2015-2017. 10th ed. Oxford : Wiley Blackwell
Kasture, P.N., Nagabushan, K.H. & Umar, A. (2016). A Multi-centric, Double-blind, Placebo-
controlled, Randomized, Prospective Study to Evaluate the Efficacy and Safety of Carica
papaya Leaf Extract,as Empirical Therapy for Thrombocytopenia associated with
Dengue Fever. Journal of The Association of Physicians of India, vol. 64, p.15-20.
Kemenkes RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kusuma, H. & Nurarif, A.H. (2014). Handbook for Health Student. Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth Edition. America:
Elsevier
Runadi, D., Ferdiansyah, F., Halimah, E., Wicaksono, A.D. & Ardhya, D. (2016). Potensi Daun
Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Obat Herbal untuk Demam Berdarah. Farmaka, vol.
14(2), p. 1-17.

31
Sary, R.A.N. (2013). BAB I Pendahuluan. Retrieved from:
http://eprints.undip.ac.id/44125/3/RinnaAyuNovita_G2A009097_BAB1KTI.pdf diakses
pada 30 Mei 2017.
Setyaningsih, Y. (2012). Tinjauan Pustaka. Retrieved from :
http://eprints.ums.ac.id/24121/2/04._BAB_II.pdf diakses pada 30 Mei 2017.
Shidiq, P. (2010). Keefektifan Penyuluhan Keluarga Terhadap Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue Di Kabupaten Bondowoso. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Subenthiran, S., Choon, T.C., Cheong, K.C., Thayan, R. & et al. (2013). Carica papaya Leaves
Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in Platelet Count among Patients with
Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, p.1-7.
Sudjana, P. (2010). Diagnosis Dini Penderita Dengue Dewasa. Buletin Jendela Epidemiologi
Volume 2 Kementrian Kesehatan RI
Wahyono, T. (2010). Demam Berdarah Dan Upaya Penanggulangannya. Buletin Jendela
Epidemiologi Volume 2 Kementrian Kesehatan RI.

32

S-ar putea să vă placă și