Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
MANUSIA PURBA
Disusun oleh :
KELOMPOK I
1. SA’ADAH FIDDARAINI
2. DINA FITRIANA
3. SUCI RAHMAWATI
4. DAVID ALDIANSYAH
5. MOCH. ARDHY PAPUANGGI
SMPM 23 KEDUNGPRING
Jl. Pendidikan No. 6 Banjarejo, Kedungpring
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Tahun Pelajaran 2018/2019
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?
b. Bagaimana persebaran manusia purba pada zaman dahulu?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Fosil ini diduga memiliki usia lebih kurang 1 juta tahun,
penemuannya ini, ternyata menggemparkan dunia.
Usaha penggalian yang dilakukan oleh Tjokrohandoyo dan
Dulfies dibawah pimpinan Dulfjes telah menemukan fosil. Fosil-fosil
yang ditemukan di Desa Perning dekat Mojikerto dan Sanggiran
dekat Surakarta itu menjadi sangat penting karena diperkirakan
berasal dari lapisan tanah yang sangat tua (lebih kurang dari dua
juta tahun yang lalu). Fosil ini diberi nama Homo Mojokertensis.
4
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum
tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari
batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat
tersebut adalah :
- Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat
ini biasanya disebut “Chopper” (alat penetak/pemotong)
- Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk
(belati), ujung tombak bergerigi
- Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas
makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil
kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada
umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan
ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya
maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
b. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau
pertengahan.
Zaman ini disebut pula zaman “mengumpulkan makanan (food
gathering) tingkat lanjut”, yang dimulai pada akhir zaman es,
sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan
manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa
Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua,
Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman
palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan
makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka
tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche),
tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan
hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah
berupa alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan
5
coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-
leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm
pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam
berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa
dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil
peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur
kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai
timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan
yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera,
pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan.
c. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda.
Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara
hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami
perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food
producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara
ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah
panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat
lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan
gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa
dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu
menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci.
Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena
menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka
rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak
zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba
Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung
persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di
Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan
dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan
selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di
Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang,
6
kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara,
Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak
persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu
kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara
atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di
Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam
upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan
pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai
bekal kubur.
d. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar.
Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan
terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-
benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam.
Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa
segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat
memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan
manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk
kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan
orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik
sebagai bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam
dan makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-
bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat
rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba,
Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan,
dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu,
punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu
sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk
menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk
7
lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah
lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden
berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat
pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek
pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.
e. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari
logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu
dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan
tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga
disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam ini dibagi atas.
f. Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu
tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu
merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia
(Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk
ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu
karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian
dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara,
penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa
penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan
manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-
alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat
keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak,
pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan
khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota
masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia,
8
berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia
menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam
tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih
menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.
g. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya
untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak
bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul.
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta),
Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
9
- Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
- Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan
kuat.
- Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil
manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan
tegak. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan
bawah dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala,
tetapi makanannya belum dimasak. Terdapat tiga jenis manusia
Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia, yaitu
Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan
Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan pengukuran umur
lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di
Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara
30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa
Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu setengah
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak
dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat.
Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak
manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak
kera hanya 600 cc. (Pithecanthropus erectus)
Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan
Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan
oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa
Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar
5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan
10
tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal
dan tulang pipi yang kuat.
Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah
oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan
Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri Pithecanthropus :
- Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
- Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
- Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
- Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
- Hidung lebar dan tidak berdagu.
- Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
- Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah)
disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni
bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum
mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya
fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman
neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2
zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis
manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia
Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar
tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang
berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki
bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah
memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat
sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens
yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu : Homo Soloensis & Homo
Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang
terbuat dari batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas
dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu:
Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru
(Neolithikum).
3.2 Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud
dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan
tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://renaoktriyani.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/07/makalah
-manusia-purba/
https://www.scribd.com/doc/172608105/makalah-manusia-purba
https://www.academia.edu/37512336/MANUSIA_PURBA.docx?auto=do
wnload
13