Sunteți pe pagina 1din 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria,

disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut atau pun kronik,

sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan

primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga

gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes

mellitus merupakan penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan

absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001: 543).

Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and

Kidney Disease, diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui

menderita diabetes, dan jutaan diantaranya beresiko untuk menderita

diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes, 15% menderita ulkus di

kaki, dan 12-14% dari yang menderita ulkus di kaki memerlukan

amputasi. Separu lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari

komplikasi ulkus diabetes, dan disertai dengan tingginya angka

mortalitas, reamputasi dan amputasi kaki kontra lateral. Bahkan setelah

hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka kekambuhan


diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai

12%.2,6 Komunitas Latin di Amerika (Hispanik), Afro Amerika dan Native

Amerika mempunyai angka prevalensi diabetes tertinggi didunia,

dimungkinkan berkembangnya ulkus diabetes.

Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya

adalah penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10

tahun setelah menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus

diabetes dapat terjadi setelah waktu itu. Menurut survei yang dilakukan oleh

organisasi kesehatan dunia World Health Organizafion (WHO), jumlah

penderita DM di Indonesia pada tahun 2004 terdapat 8,4 juta orang, jumlah

tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya

adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta).

Jumlah penderita DM tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4

juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020

menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (WHO, 2004).

Hasil penelitian sebelumnya di daerah Jakarta menunjukkan angka prevalensi

yang meningkat tajam mulai dari prevalensi DM sebesar 1,7 % di daerah urban

menjadi 5,7 % pada tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8 % pada tahun 2001

(PERKENI, 2006).

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes

Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan

penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan


penting untuk terjadinya Ulkus diabetik melalui pembentukan plak

atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005). Ulkus

merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus juga merupakan kematian jaringan yang luas dan disertai

invasif kuman saprofit. Jika adanya kuman saprofit tersebut

menyebabkan ulkus berbau dan Faktor yang biasa mempengaruhi

ulkus diabetik adalah angipati, neuropati dan infeksi yang merupakan

komplikasi dari ulkus diabetik . infeksi merupakan komplikasi yang

menyertai pada Ulkus Diabetik akibat berkurangnya aliran darah atau

neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap

penyembuhan Ulkus Diabetik. (Askandar 2001). ulkus diabetikum

juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM

dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Penelitian yang

dilakukan oleh Tiwari et al. (2012) menunjukkan hasil yang berbeda,

dari 62 kasus infeksi ulkus diabetikum diperoleh hasil bahwa infeksi

lebih banyak disebabkan oleh monomikroba (43,5%) sedangkan

polimikroba (35,5%), serta perolehan isolat bakteri Gram negatif

sebanyak 68% dan Gram positif 32%.

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh

atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Sebagai makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh

yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir,


tumbuh kembang, hingga meninggal. Sebagai makhluk psikologis,

manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai

manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir serta kecerdasan.

Sebagai makhluk sosial, manusia perlu hidup bersama orang lain,

saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup,

mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku

sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai makhluk

spiritual, manusia memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan

dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya.

Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali.

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori

hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),

keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Patricia,

2002).

Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut

didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan

(deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan atau

perkembangan (growth motivation). Manusia mempunyai kebutuhan

yang beragam. Namun, pada hakikatnya setiap manusia mempunyai

kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan tersebut bersifat manusiawi

dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Siapapun


orangnya pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar (Asmadi,

2008). Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen.

Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan

tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut

pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia

menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal

memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan

bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat, 2000).

Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat adalah adanya

kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja,

makan dan minum, personal hygiene, rekreasi dan lain lain. Jika

seseorang sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan

aktivitas menurun. Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah

personal hygiene kurang mendapatkan perhatian, hal ini bisa

berpengaruh pada masalah kesehatan seseorang. Akibat yang dapat

di timbulkan jika personal hygiene tidak terpenuhi diantaranya adalah

gangguan membrane mukosa mulut, integritas kulit, rabut, mata,

kuku dan kelamin. Selain menimbulkan dampak fisik, gangguan

personal hygiene dapat pula berdampak pada gangguan pemenuhan

kebutuhan psikososial dan nyaman.

Seseorang dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan

hal yang sangat penting dan harus terpenuhi karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan psikologis. aktivitas pemenuhan

kebersihan sangat dipengaruhi oleh budaya, sosial-ekonomi, status

kesehatan, pengetahuan dan lain-lain. Jika seseorang sakit, biasanya

masalah kebersihan kurang mendapatkan perhatian. Perawat dalam

membantu pasien memelihara personal hygiene merupakan salah

satu kesempatan bagi perawat untuk mengenal pasien. Perawat

dapat dengan leluasa mengkaji keadaan fisik dan emosional pasien,

dan mengimplementasi proses perawatan bagi kesehatan total

pasien (Potter, 2005). Namun, pada kenyataannya perawat kurang

memperhatikan hal tersebut, ini dapat terlihat karena masih banyak

pasien yang mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh

perawat. Kondisi ini terjadi salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya

reward atau rendahnya kesejahteraan yang diterima perawat

sehingga pelayanan yang diberikan tidak optimal seperti tidak

terlaksananya prosedur personal hygiene dengan baik dan benar

kepada pasien. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Sukatemin di RSU Kota Yogyakarta diperoleh

hasil untuk pelaksanaan personal hygiene yang dilakukan oleh

perawat dari 57 responden yang diteliti sebanyak 31 pasien

mengatakan pelaksanaannya sangat buruk dan 11 pasien

mengatakan buruk (Pertiwi, 2002).


Dalam pengalaman peneliti yang beberapa kali praktikum di

beberapa rumah sakit di provinsi Maluku khususnya RSUD Masohi

terdapat beberapa pasien dengan kasus ulkus diabetik maupun

penyakit lainnya yang kebutuhan personal hygienenya terganggu

atau masalah kebersihan tidak mendapat perhatian dari keluarga

maupun perawat. Hal ini bisa terjadi karena kita menganggap bahwa

masalah kebersihan adalah masalah yang tidak penting, padahal

masalah kebersihan apabila dibiarkan dapat mempengaruhi

kesehatan secara umum.

Sehingga dengan latar belakang diatas, peneliti mengambil judul

asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene ini guna dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan

personal hygiene pasien untuk mencegah kerusakan membrane

mukosa mulut, integritas kulit, rabut, mata, kuku dan kelamin.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang diatas maka Rumusan Masalah penelitian ini

adalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene untuk mencegah komplikasi pada pasien

ulkus diabetik.
C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan Asuhan Keperawatan

dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene untuk mencegah

komplikasi pada pasien dengan ulkus diabetik dan dapat

menaplikasikan ke pasien dan keluarga.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi

1. Klien dan Keluarga :

Menambah pengetahuan Klien dan Keluarga tentang bagaimana

upaya meningkatkan derajat kesehatan, rasa nyaman dan

meningkatkan percaya diri klien, serta mencegah penyakit pada diri

sendiri maupun pada orang lain.

2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan :

Menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan

melalui Asuhan Keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene untuk mencegah komplikasi pada pasien ulkus

diabetik.

3. Bagi Penulis :

Menambah ilmu dan memperoleh pengalaman dalam bidang

keperawatan dengan memberikan Asuhan Keperawatan dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene untuk mencegah komplikasi

pada pasien ulkus diabetik.


4. Bagi Rumah Sakit :

Menambah referensi untuk rumah sakit dalam memberikan asuhan

keperawatan tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene untuk

mencegah komplikasi infeksi pada pasien ulkus diabetik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Personal Hygiene

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal

dari proses keperawatan secara keseluruhan dengan

mengumpulkan data yang sistematis untuk mengidentifikasi

semua masalah kesehatan yang aktual, resiko, potensial

maupun sejahtera. Pada tahap ini semua data atau informasi

tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa

untuk menentukan diagnosa keperawatan (Smeltzer & Bare,

2001)

a. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat

pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.

b. Keluhan utama

Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif

yang paling menonjol yang dialami oleh klien (Smeltzer &

Bare, 2001). Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan

nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar

sembuh
c. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari

keluhan utama. keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas

bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola

mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah,

kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan

bingung.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor resiko

penyebab masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit

dan kesehatan masa lalu.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang

penyakit yang menular atau penyakit menurun yang ada dalam

keluarga.

f. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Pada pola ini pasien dikaji mengenai arti sehat dan sakit

bagi pasien, Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini,

Perlindungan terhadap kesehatan seperti program skrining,

kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, diet, latihan dan

olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi. Pemeriksaan diri

sendiri misalnya payudara, riwayat medis keluarga,


pengobatan yang sudah dilakukan, dan Perilaku untuk

mengatasi masalah kesehatan atau data pemeriksaan fisik

yang berkaitan.

g. Pola nutrisi metabolik

Pola ini dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi

makan, pantangan makanan, alergi terhadap makanan dan

nafsu makan. Akibat produksi insulin tidak adekuat atau

adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat

dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,

banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan

mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat

mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus,

berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

h. Pola eleminasi

Pada pola eliminasi yang harus dikaji meliputi frekuensi

buang air besar, konsistensinya dan keluhan selama buang air

besar. Frekuensi buang air kecil, warna, jumlah urine tiap

buang air kecil. Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya

diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing


(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).

Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

i. Pola aktivitas dan latihan

Pada pola aktivitas dan latihan meliputi kebiasaan

aktivitas sehari-hari. Pada klien dengan ulkus diabetik

biasanya ditemukan keterbatasan gerak akibat nyeri dan

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan

istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan

aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka

gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah

menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas

sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami

kelelahan.

j. Pola kognitif dan persepsi

Pada pola kongnitif dan persepsi ini pasien dikaji

mengenai Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan,

penciuman, pendengar, perasa, peraba), Penggunaan alat

bantu indra dan Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian

nyeri secara komprehensif) serta Keyakinan budaya terhadap

nyeri. Biasanya Pasien dengan gangren cenderung mengalami

neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap


adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan

penglihatan .

k. Pola persepsi konsep diri


Pada pola ini pasien dikaji mengenai adanya perubahan

fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar

sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan

pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan

gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

l. Pola tidur dan istirahat

Pada pola istirahat tidur yang harus dikaji adalah lama

tidur dalam sehari, kebiasaan pada waktu tidur. Biasanya

pasien istirahat tidak efektif karena adanya poliuri, nyeri pada

kaki yang luka , sehingga klien mengalami kesulitan tidur.

m. Pola peran hubungan

Pada pola peran hubungan yang harus dikaji adalah

Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman,

kerja, Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran, Efek

terhadap status kesehatan, Pentingnya keluarga, Struktur dan

dukungan keluarga, Proses pengambilan keputusan keluarga,

Pola membersarkan anak, Hubungan dengan orang lain,


Orang terdekat dengan klien dan Data pemeriksaan fisik yang

berkaitan.

n. Pola seksual reproduksi


Pada pola ini pasien dikaji mengenai Masalah atau

perhatian seksual Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri,

Gambaran perilaku seksual(perilaku sesksual yang aman,

pelukan, sentuhan dll) dan Pengetahuan yang berhubungan

dengan seksualitas dan reproduksi.

o. Pola toleransi stress koping


Pada pola ini pasien dikaji mengenai Masalah Sifat

pencetus stress yang dirasakan, Tingkat stress yang

dirasakan, gambaran respons umum dan khusus terhadap

stress, Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan

keefektifannya, Strategi koping yang biasa digunakan dan

pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress serta

hubungan antara manajemen stress dengan keluarga.

p. Pola nilai kepercayaan

Pada pola nilai kepercayaan ini pasien dikaji mengenai

Latar belakang budaya/etnik, Status ekonomi, perilaku

kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/etnik,

Tujuan kehidupan bagi pasien, Pentingnya


agama/spiritualitas, Dampak masalah kesehatan terhadap

spiritualitas, dan Keyakinan dalam budaya (mitos,

kepercayaan, laragan, adat) yang dapat mempengaruhi

kesehatan

q. Riwayat keperawatan

1) Faktor yang mempengaruhi personal hygine

2) Pola kebersihan tubuh

3) Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan

kuku dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung dan

telinga).

r. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

2) Tanda-tanda Vital

3) Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa,

kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat

terapi.

4) Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi

lesi.

5) Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,

telinga, kuku,kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon.


s. Data

DS (data subyektif) :

1) Malas beraktivitas

2) Intraksi kurang

3) Kegiatan kurang

4) Pasien merasa lemah.

DO (data obyektif) :

1) Badan dan pakaian kotor

2) Rambut kotor

3) Mulut dan gigi bau

4) Kulit kusam dan kotor

5) Kuku kotor

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul

Menurut SDKI 2017, diagnosa keperawatan umum untuk klien

dengan masalah personal hygiene adalah defisit perawatan diri.

a. Defisit perawatan diri

Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan

aktivitas perawatan mandiri

Penyebab :

1) Gangguan muskuloskeletal

2) Gangguan neuromuskuler

3) Kelemahan
4) Gangguan psikologi dan/atau psikotik

5) Penurunan motivasi/minat

Gejala tanda mayor :

1) Subjektif : menolak melakukan perawatan diri

2) Objektif :

a) Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian / makan /

ke toilet / berhias secara mandiri

b) Minat untuk melakukan perawatan diri kurang

Kondisi klinisi terkait :

1) Stroke

2) Cedera medula spinalis

3) Depresi

4) Athritis reumatoid

5) Retardasi mental

6) Delirium

7) Demensia

8) Gangguan amnestik

9) Skizofrenia dan gangguan psikotik lain

10) Ulkus diabetik

11) Fungsi penilaian terganggu


3. Perenacanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Defisit perawatan diri NOC : Perawatan Diri : Aktifitas NIC : Bantuan perawatan diri
Penyebab : sehari-hari a. Pertimbangkan budaya pasien ketika
a. Gangguan muskuloskeletal Setelah dilakukan asuhan meningkatkan aktivitas perawatan diri
b. Gangguan neuromuskuler keperawatan selama ...x 24 jam, di b. Monitor kemampuan perawatan diri
c. Kelemahan harapkan masalah defisit perawatan secara mandiri
d. Gangguan psikologi diri pada klien dapat teratasi dengan c. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan
dan/atau psikotik kriteria hasil : alat – alat kebersihan diri, alat bantu
e. Penurunan motivasi/minat a. kebutuhan mandi, memakai baju, untuk berpakaian, eliminasi, mandi, dan
eliminasi, kebersihan mulut, kebersihan mulut.
terpenuhi. d. Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri
e. Bantu pasien menerima kebutuhan
terkait dengan kondisi
ketergantungannya
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan

kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan

untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien keluarga,

atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan personal hygiene berdasarkan kriteria hasil pada

tujuan keperawatan yaitu:

a. Pasien mampu berpakaian dan berpenampilan rapi

secara mandiri

b. Kebutuhan personal hygiene pasien : eleminasi terpenuhi

c. Pasien mampu mempertahankan mobilitas yang

diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan

perlengkapan mandi

d. Pasien mampu makan secara mandiri/dibantu.


B. Ulkus Diabetik

1. Pengertian

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes

Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan

penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan

penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik

melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh

darah, (zaidah 2005). Ulkus kaki diabetik adalah luka yang dialami

oleh penderita diabetes pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari

luka superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan ketebalan penuh

(full thickness), yang dapat meluas kejaringan lain seperti tendon,

tulang dan persendian, jika ulkus dibiarkan tanpa penatalaksanaan

yang baik akan mengakibatkan infeksi atau gangrene.

2. Etiologi

Ulkus kaki diabetik terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor,

seperti kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol,

perubahan mekanis dalam kelainan formasi tulang kaki, tekanan pada

area kaki, neuropati perifer, dan penyakit arteri perifer aterosklerotik,

yang semuanya terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi

pada penderita diabetes. Gangguan neuropati dan vaskular

merupakan faktor utama yang berkonstribusi terhadap kejadian luka,


luka yang terjadi pada pasien diabetes berkaitan dengan adanya

pengaruh saraf yang terdapat pada kaki yang dikenal dengan nuropati

perifer, selain itu pada pasien diabetes juga mengalami gangguan

sirkulasi, gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan peripheral

vascular diseases. Efek dari sirkulasi inilah yang mengakibatkan

kerusakan pada saraf-saraf kaki.

Diabetik neuropati berdampak pada sistem saraf autonomi yang

mengontrol otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dampak lain

dari neuropati perifer adalah hilangnya sensasi terhadap nyeri,

tekanan dan perubahan temperatur (Chuan, et al., 2015; Frykberg, et

al., 2006; Rowe, 2015; Syabariyah, 2015).

3. Patofisiologi

a. Neuropati Perifer

Neuropati perifer pada diabetes adalah multifaktorial dan diperkirakan

merupakan akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum,

disfungsi endotel, defisiensi mioinositol perubahan sintesis mielin dan

menurunnya aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis,

menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan

sorbitol dan fruktose.Neuropati disebabkan karena peningkatan gula

darah yang lama sehingga menyebabkan kelainan vaskuler dan

metabolik. Peningkatan kadar sorbitol intraseluler, menyebabkan saraf


membengkak dan terganggu fungsinya. Penurunan kadar insulin

sejalan dengan perubahan kadar peptida neurotropik, perubahan

metabolisme lemak, stres oksidatif, perubahan kadar bahan vasoaktif

seperti nitrit oxide mempengaruhi fungsi dan perbaikan saraf. Kadar

glukosa yang tidak teregulasi meningkatkan kadar advanced

glycosylated end product (AGE) yang terlihat pada molekul kolagen

yang mengeraskan ruangan-ruangan yang sempit pada ekstremitas

superior dan inferior (carpal, cubital, dan tarsal tunnel). Kombinasi

antara pembengkakan saraf yang disebabkan berbagai mekanisme

dan penyempitan kompartemen karena glikosilasi kolagen

menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan

kelainan fungsi saraf motorik, sensorik dan autonomik.

Perubahan neuropati yang telah diamati pada kaki diabetik

merupakan akibat langsung dari kelainan pada sistem persarafan

motorik, sensorik dan autonomik. Hilangnya fungsi sudomotor pada

neuropati otonomik menyebabkan anhidrosis dan hiperkeratosis. Kulit

yang terbuka akan mengakibatkan masuknya bakteri dan

menimbulkan infeksi. Berkurangnya sensibilitas kulit pada penonjolan

tulang dan sela-sela jari sering menghambat deteksi dari luka-luka

kecil pada kaki.Neuropati autonomik mengakibatkan 2 hal yaitu

anhidrosis dan pembukaan arteriovenous (AV) shunt. Neuropati

motorik paling sering mempengaruhi otot intrinsik kaki sebagai akibat


dari tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis pada masing-

masing lubangnya (tunnel).

b. Penyakit Arterial

Penderita diabetes, seperti orang tanpa diabetes, kemungkinan akan

menderita penyakit atherosklerosis pada arteri besar dan sedang,

misalnya pada aortailiaca, dan femoropoplitea. Alasan dugaan bentuk

penyakit arteri ini pada penderita diabetes adalah hasil beberapa

macam kelainan metabolik, meliputi kadar Low Density Lipoprotein

(LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), peningkatan kadar faktor

von Willbrand plasma, inhibisi sintesis prostasiklin, peningkatan kadar

fibrinogen plasma, dan peningkatan adhesifitas platelet. Secara

keseluruhan, penderita diabetes mempunyai kemungkinan besar

menderita atherosklerosis, terjadi penebalan membran basalis kapiler,

hialinosis arteriolar, dan proliferasi endotel.Peningkatan viskositas

darah yang terjadi pada pasien diabetes timbul berawal pada

kekakuan mernbran sel darah merah sejalan dengan peningkatan

aggregasi eritrosit, Karena sel darah merah bentuknya harus lentur

ketika melewati kapiler, kekakuan pada membran sel darah merah

dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada endotelial.

Glikosilasi non enzimatik protein spectrin membran sel darah merah

bertanggungjawab pada kekakuan dan peningkatan aggregasi yang

telah terjadi. Akibat yang terjadi dari dua hal tersebut adalah
peningkatan viskositas darah. Mekanisme glikosilasi hampir sama

seperti yang terlihat dengan hemoglobin dan berbanding lurus dengan

kadar glukosa darah. Penurunan aliran darah sebagai akibat

perubahan viskositas memacu meningkatkan kompensasinya dalam

tekanan perfusi sehingga akan meningkatkan transudasi melalui

kapiler dan selanjutnya akan meningkatkan viskositas darah. Iskemia

perifer yang terjadi lebih lanjut disebabkan peningkatan afinitas

hemoglobin terglikolasi terhadap molekul oksigen. Efek merugikan

oleh hiperglikemia terhadap aliran darah dan perfusi jaringan

sangatlah signifikan.

c. Deformitas kaki

Perubahan destruktif yang terjadi pada kaki Charcot menyebabkan

kerusakan arkus longitudinal medius, dimana akan menimbulkan gait

biomekanik. Perubahan pada calcaneal pitch menyebabkan regangan

ligamen pada metatarsal, cuneiform, navicular dan tulang kecil lainnya

dimana akan menambah panjang lengkung pada kaki. Perubahan

degeneratif ini nantinya akan merubah cara berjalan (gait),

mengakibatkan kelainan tekanan tumpuan beban, dimana

menyebabkan kolaps pada kaki. Ulserasi, infeksi, gangren dan

kehilangan tungkai merupakan hasil yang sering didapatkan jika

proses tersebut tidak dihentikan pada stadium awal.

d. Tekanan
Diabetes dapat memberikan dampak buruk pada beberapa sistem

organ termasuk sendi dan tendon. Hal biasanya tejadi pada tendon

achiles dimana advanced glycosylated end prodruct (AGEs)

berhubungan dengan molekul kolagen pada tendon sehingga

menyebabkan hilangnya elastisitas dan bahkan pemendekan tendon.

Akibat ketidakmampuan gerakan dorsofleksi telapak kaki, dengan

kata lain arkus dan kaput metatarsal mendapatkan tekanan tinggi dan

lama karena adanya gangguan berjalan (gait) Hilangnya sensasi pada

kaki akan menyebabkan tekanan yang berulang, injuri dan fraktur,

kelainan struktur kaki, misalnya hammertoes, callus, kelainan

metatarsal, atau kaki Charcot, tekanan yang terus menerus dan pada

akhirnya terjadi kerusakan jaringan lunak. Tidak terasanya panas dan

dingin, tekanan sepatu yang salah, kerusakan akibat benda tumpul

atau tajam dapat menyebabkan pengelepuhan dan ulserasi. Faktor ini

ditambah aliran darah yang buruk meningkatkan resiko kehilangan

anggota gerak pada penderita diabetes.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes

mellitus adalah:

1. Diabetes Tipe I

a. Faktor genetik.

b. Faktor imunologi.
c. Faktor lingkunngan.

2. Diabetes Tipe II

a. Usia.

b. Obesitas.

c. Riwayat keluarga.

d. Kelompok genetik.

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum

dibagi menjadi factor endogen dan ekstrogen.

1. Faktor endogen

a. Genetik, metabolik.

b. Angiopati diabetik.

c. Neuropati diabetik.

2. Faktor ekstrogen

a. Trauma.

b. Infeksi.

c. Obat.

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum

adalah angipati, neuropati dan infeksi. adanya neuropati perifer akan

menyebabkan hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki,

sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan

terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan

mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik


tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka

penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan

pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan

terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika

sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin,

1993) infeksi merupakan komplikasi yang menyertai pada Ulkus

Diabetik akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga

faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus

Diabetik. (Askandar 2001).

4. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare

(2001:1220), adalah sebagai berikut :

1. Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent

Diabetes Mellitus)

2. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin

Dependent Diabetes Mellitus)

3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.

4. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus).


5. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit

DM diantaranya :

1) Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam

meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM

dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak

sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam

hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).

2) Timbul rasa haus (Polidipsia)

Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar

glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan

asupan cairan (Subekti, 2009).

3) Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut

disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar

glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

4) Peyusutan berat badan


Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh

terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi

(Subekti, 2009).

6. Upaya Pencegahan Komplikasi

a. Personal hygiene

Upaya pencegahan ulkus diabetik dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan personal hygiene untuk mencegah infeksi dan

gangguan seperti kerusakan membrane mukosa, kulit dan lain

lain.

b. Perawatan kaki

Perawatan kaki secara rutin juga dapat dilakukan dengan

mencuci kaki menggunakan air hangat, mengeringkan kaki

sampai pada sela-sela jari kaki, melakukan pemeriksaan setiap

hari dan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi

pada kaki.

c. Perilaku

Perilaku dalam melakukan pencegahan terjadinya ulkus kaki

diabetik juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima

responden. Sukmarini (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor

yang berkontribusi dalam kejadian ulkus kaki diabetik adalah


perilaku maladaptif, hal ini dikarenakan responden kurang patuh

dalam melakukan pencegahan.

d. Pendidikan kesehatan

Penkes juga perlu dilakukan karna tingkat pengetahuan klien

juga dapat mempengaruhi pencegahan komplikasi ulkus

diabetik. Yotsu, et al (2014) bahwa, kurangnya pengetahuan

tentang merawat ataupun mencegah luka kaki diabetik

dikarenakan kurangnya informasi mengenai perawatan dan

komplikasi diabetes mellitus, sehingga pasien harus dikenalkan

mengenai karakteristik ulkus diabetik, klasifikasi maupun tanda

gejala dari komplikasi seperti neuropati, iskemik dan tipe neuro

iskemik

C. Konsep dasar Personal Hygiene

1. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal

yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal

hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Cara

perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut

higiene perorangan. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya


seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan untuk

memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.

Menurut beberapa para ahli :

a. Sjarifuddin

Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perseorangan.

Sjarifudin. 1979 (dalam Basyar.2005)

b. Efendy

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi

kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihanitu sendiri dangat

dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Hal-hal yang sangat

berpengaruh itu di antaranya kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan,

persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

(dalam Astutiningsih, 2006)

c. Departemen Keseshatan (DepKes)

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia

dalammemenuhi kebutuhannya guna memepertahankan

kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya, kliendinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

d. Nurjannah
Defisit perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,makan, toileting)

e. Poter. Perry

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatutindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah

kondisidimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya (dalam Tarwoto dan Wartonah 2006 )

2. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan seseorang dalam melakukan perawatan personal hygiene

meliputi:

a. meningkatkan derajat kesehatan.

b. rasa nyaman dan menciptakan keindahan.

c. mencegah penyakit dan infeksi pada diri sendiri maupun pada

orang lain.

d. meningkatkan percaya diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene klien meliputi:

a. Status kesehatan

Seseorang dalam kondisi sakit atau cedera, sehingga memerlukan

bedrest, apalagi dalam waktu lama, hal ini akan mempengaruhi

kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan personal hygiene dan


tingkat kesehatan klien. Di sinilah peran perawatan untuk memenuhi

kebutuhan personal hygiene dan mencegah gangguan seperti kerusakan

membrane mukosa, kulit dan lain lain.

b. Budaya

Sejumlah mitos berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa

seseorang yang dalam keadaan sakit tidak dimandikan, hal ini

dikarenakan nanti penyakitnya tambah parah.

c. Status sosial-ekonomi

Seseorang dalam kegiatan pemenuhan personal hygiene yang baik

memerlukan sarana dan prasarana, seperti kamar mandi, air cukup dan

bersih, peralatan ( misalnya sabun, shampo, dan lain lain) (Nancy Roper,

2002). Hal ini membutuhkan biaya dan akan berpengaruh seseorang

dalam memenuhi dan mempertahankan personal hygiene dengan baik.

d. Tingkat pengetahuan dan perkembangan Kedewasaan

Seseorang berpengaruh pada kualitas hidup, salah satunya

pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan itu penting untuk

meningkatkan status kesehatan seseorang. Sebagai contoh, agar

seseorang terhindar dari penyakit kulit, maka seseorang tersebut harus

selalu menjaga kulit agar tetap bersih dengan mandi secara teratur dan

menggunakan sabun dan air bersih.


e. Cacat jasmani atau mental

Seseorang dalam kondisi cacat jasmani atau mental akan

menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan

pemenuhan kebutuhan diri sendiri.

f. Praktek sosial

Selama anak-anak mendapatkan praktek hygiene dari orang tua,

sedangkan masa remaja lebih perhatian pada hygiene karena pengaruh

teman atau pacar. Praktik hygiene lansia dapat berubah dikarenakan

situasi kehidupan.

g. Citra tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya

hygiene pada orang tersebut. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat

mempertimbangkan ketika merencanakan perawatan dan akan

berkonsultasi membuat keputusan dalam perawatan hygiene. Contoh :

klien yang telah mengalami pembedahan seperti kolostomi selalu

memperhatikan penampilan stoma dan bau fekal, maka perawat

membantu klien menjaga kebersihan area stoma dan mengurangi atau

menghilangkan bau. Sebaliknya, klien yang tidak rapi atau tidak tertarik

pada hygiene maka klien membutuhkan pendidikan pentingnya hygiene.

h. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan kapan untuk

mandi, sikat gigi dan perawatan rambut, dan lain-lain. Klien memilih

produk berbeda untuk perawatan hygiene dan bagaimana cara

melakukan hygiene. Pilihan klien membantu perawat pengembangan

rencana perawatan, hal ini tidak perlu mengubah pilihan, kecuali hal itu

tidak mempengaruhi kesehatan. Misalnya, klien diabetes harus hati-hati

menjaga kakinya bersih dan menghindari infeksi. Perawat harus

menjelaskan kebutuhan perawatan kaki yang baik dan bahan yang

digunakan.

Agar lebih jelas berikut ini penjelasan tentang macam-macam

personal hygiene sebagai berikut:

a. Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai, sekresi,

ekskresi, pengatur temperatur, sensasi, dan kulit berfungsi juga sebagai

pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan cairan dengan pembuluh di

bawahnya, sintesa sel baru dan eliminasi sel mati. Epidermis (lapisan

luar) merupakan pelindung jaringan di bawahnya terhadap kehilangan

cairan, cedera mekanis maupun kimia serta masuknya mikroorganisme

penyakit. Seseorang harus menjaga kebersihan kulit karena sangatlah

penting, kulit sebagai pintu masuk utama kuman pathogen ke dalam

tubuh. Bakteri, umumnya tinggal pada permukaan luar kulit. Tempat

tinggal bakteri misalnya korinebakterium merupakan flora normal yang


tidak menyebabkan penyakit tapi menghalangi multiplikasi penyakit akibat

mikroorganisme. Dermis lapisan kulit yang lebih tebal terdiri dari jaringan

ikat kolagen dan serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat,

kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Kelenjar sebasea mengeluarkan

sebum, minyak, cairan odor ke dalam folikel rambut untuk minyaki kulit

dan rambut agar lemas dan liat. Ada dua tipe kelenjar keringat yaitu ekrin

lebih banyak pada dahi,telapak tangan dan kaki, hal ini untuk membantu

pengendalian temperatur melalui evaporasi, sedangkan kelenjar apokrin

pada area aksila dan genital. Dekomposisi bakteri dari keringat dari

kelenjar ini bertanggung jawab pada bau tubuh. Sedangkan cara

merawat kulit dengan melakukan mandi minimal 2 kali sehari setelah

melakukan aktivitas, keadaan kulit kotor, menjalani operasi dan

sebaiknya menggunakan sabun yang tidak iritatif atau sesuai kebiasaan.

Kulit seringkali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan

perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur, dan

hidrasi, sedangkan selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologis

masih optimal. Perawatan genetalia untuk mencegah dan mengontrol

infeksi, mencegah kerusakan kulit dan meningkatkan kenyamanan, serta

mepertahankan kebersihan diri ( Poter & Perry, 2000). Perawatan

dilakukan minimal dua kali sehari, lebih sering klien dengan infeksi

genetalia atau wanita menstruasi. Kaji perawatan hygiene:


1) Identifikasi klien terhadap toleransi prosedur hygiene, tipe perawatan

yang diperlukan dan masalah kesehatan klien.

2) Selama membantu klien melakukan hygiene kaji seluruh permukaan

kulit secara inspeksi dan palpasi, meliputi perubahan integumen, respon

terapi,

3) Kaji fisik kulit

a) Okservasi kondisi kulit meliputi warna, tekstur, turgor, temperatur, dan

hidrasi kulit.

b) Masalah kulit seperti:

1) Kulit kering karena kebanyakan mandi, penggunaan sabun

berlebihan atau sabun kasar dan alkalin, kulit maserasi, daerah

kalus kaki , tangan.

2) Ruam kulit atau erupsi kulit dari reaksi alergi bisa datar, naik

berupa lokal atau sistemik, pruritik atau nonpruritik.

3) Dermatitis kontak yaitu inflasi ditandai dengan letusan eritema,

pruritis, nyeri, bersisik.

4) Abrasi dan lesi kulit rusak, perdarahan, cairan

5) Dekubitus dampak dari imobilisasi lama, bagian badan

tergantung, terpapar tekanan seperti gips, linen, matras.

4) Kaji kemampuan perawatan diri klien seperti klien tidak mampu

merawat kulit maka perawat memberi bantuan atau mengajarkan pada

keluarga, Kaji keseimbangan, toleransi, kekuatan otot, keadaan


berbaring, kemampuan duduk, alat yang dibutuhkan, dan jarak rentang

gerak pada ekstremitas klien.

5) Kaji masalah kesehatan klien seperti gangguan fungsi kognitif dan

kondisi fisik.

6) Kaji penurunan sensasi. Klien tidak mampu merasakan cedera

permukaan kulit biasanya pada klien dengan paralisis, insufisiensi

sirkulasi, kerusakan saraf.

b. Perawatan Kaki dan Kuku

Kaki dan kuku sering kali memerlukan perhatian khusus untuk

mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Kuku merupakan

pelengkap kulit, tetapi bila tidak mendapatkan perawatan yang baik maka

kuku bisa sebagai sarang penyakit. Masalah yang dihasilkan karena

perawatan yang salah atau kurang kurang seperti menggigit kuku,

memotong tidak tepat, pemaparan zat kimia yang tajam, dan pemakaian

sepatu tidak pas. Ketidaknyamanan dan nyeri pada kaki dapat mengarah

pada stres fisik dan emosional.

Sedangkan cara merawat kuku dengan menjaga kebersihan

kotoran dibalik kuku dan memotongnya sesuai kebutuhan.

Pengkajian :

1) Lakukan inspeksi pada permukaan kulit : bentuk, ukuran, jumlah jari,

bentuk kaki, dan kondisi kaki meliputi adanya luka, inflamasi, iritasi dan

pecah-pecah
2) Amati jari kaki, secara normal adalah lurus, datar dan kaki harus dalam

garis lurus dengan mata kaki dan tibia

3) Kaji cara berjalan, apa pincang atau tidak alami, rasa nyeri saat

berjalan.

4) Kaji keadekuatan serkulasi perifer pada kaki terutama klien dengan

diabetes: dengan cara palpasi dari pedisdorsalis dan denyut tibial

posterior.

5) Kaji adanya neuropati yaitu degerasi saraf perifer yang ditandai

kehilangan sensasi dengan cara sentukan ringan, suhu atau tusukan.

6) Kaji kemampuan klein tentang perawatan kaki dan kuku.

7) Amati kuku: kuku sehat yaitu transparan, lembut dan alas jari pink dan

ujung putih tembus cahaya, sedangkan pada lansia tebal dan kuning. Kulit

sekitar kuku dan kutikula lembut dan tanpa inflamasi.

8) Kaji masalah umum pada kaki dan kuku seperti kalus (pengerasan),

katimumul atau keratosis pada jari di atas tonjolan tulang bentuknya

kerucut, bulat dan naik. Kutil (plantar wart) yaitu luka yang menjamur pada

tumit kaki disebabkan virus papiloma. Infeksi jamur kaki ( tinea pedes )

biasanya antara jari dan tumit, keadaan melempuh, berair, hal ini biasanya

disebabkan alas kaki yang ketat. Kuku yang tumbuh kedalam. Bau kaki,

hal ini disebabkan keringat berlebih yang meningkatkan perkembangan

mikroorganisme.
c. Perawatan rambut.

Rambut merupakan struktur kulit, rambut sehat terlihat mengkilat,

tidak berminyak dan tidak kering atau tidak mudah patah, kondisi panas

dan malnutrisi akan mengganggu pertumbuhan rambut. Bila rambut kotor

dan tidak dibersihkan bisa menyebabkan ketombe dan sarang kutu.

Rambut klien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut, Balutan yang bisa

meninggal darah atau antiseptik bisa membuat rambuy lengket. Klien

juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pertumbuhan,

distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan

umum. Perubahan hormonal, stres emosional atau fisik, penuaan, infeksi,

penyakit, dan obat-obatan dapat mempengaruhi perubahan rambut.

Sedangkan cara merawat rambut antara lain, cuci rambut 1-2 kali

seminggu(sesuai keadaan klien), dengan memakai shampo yang cocok,

gunakan sisir besar untuk rambut keriting dan tidak bergigi tajam.

Pengkajian

1) Kaji kondisi rambut dan kulit kepala : rambut normal bersih, bercahaya,

tidak kusut, kulit kepala bebas dari lesi.

2) Mengkaji masalah rambut: ketombe, kutu (pediculosis), kehilangan

rambut, pembotakan (alopesia).

3) Mengkaji kemampuan perawatan diri klien untuk merawat rambut

(kondisi penyakit klien merusak kemampuan klien dalam perawatan

rambut).
4) Praktik perawatan rambut : dengan mengkaji gaya rambut perawat

dapat mengatur pola rambut, produk perawatan, waktu perawatan.

d. Perawatan gigi dan mulut

Mulut merupakan rongga, merupakan sistem pencernaan dan

bagian tambahan sistem pernafasan sehingga tidak bersih dan penuh

dengan bakteri, maka harus dibersihkan. Mulut terdiri dari bibir, gigi, lidah

dan langit-langit. Mukosa mulut normal berwarna merah muda terang dan

basah. Gigi normal terdiri dari tiga bagian, kepala, leher dan akar,

sedangkan sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjajar rapi.

Higiene mulut : membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,

gusi dan bibir yang sehat menstimulasi nafsu makan. Sedangkan cara

membersihkannya dengan menyikat gigi sesudah makan dan sebelum

tidur, atau sesuai kebutuhan, dengan menggunakan sikat yang halus dan

bulu banyak. Tanggung jawab perawat pada higiene mulut adalah

pemeliharaan dan pencegahan dengan cara mengajarkan teknik yang

benar, memotivasi, perawat membuat rujukan, memberikan pendidikan

dan membantu membersihan gigi dan mulut.

e. Perawatan mata.

Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk

mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak

mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang

hanya membersihkan kotoran mata dapat menempel pada sudut mata


dan bulu mata, sehingga perlu menjaga kebersihan untuk

mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi. Klien yang

tidak sadar berisiko cedera mata karena refleks kedipan tidak ada. Klien

yang telah mengalami operasi mata atau infeksi menyebabkan

peningkatan pengeluaran atau drainase. Perawat sering membantu

dalam perawatan kacamata, lensa kontak, atau mata buatan.

f. Perawatan hidung

Hidung memberikan indera penciuman, pemantau temperatur,

kelembaban udara serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam

sistem pernafasan. Akumulasi sekresi yang mengeras di dalam nares

dapat merusak sensasi olfaktori dan pernafasan. Iritasi mukosa nasal

menyebabkan pembengkakan, mengarah pada obstruksi nares. Secara

tipikal, perawatan higienis hidung adalah sederhana, tatapi untuk klien

mengunakan nasogastrik, pemberian makan enteral, atau pipa

endotrakhea yang masuk ke dalam membutuhkan perhatian khusus.

Hidung terdiri dari mukosa hidung, maka harus dijaga agar tidak terjadi

iritasi.

g. Perawatan telinga

Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman

pendengaran, bila substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal

telinga luar, yang mengganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia

rentan terkena masalah ini. Perawat harus sensitif pada isyarat perilaku
apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran. Telinga harus

dibersihkan bila ada kotoran yang menyumbat telinga, dengan

mengeluarkan secara pelan. Ketika merawat klien yang menggunakan

alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan klien pada

pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti teknik komunikasi

yang meningkatkan pendengaran kata yang diucapkan.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene,

yaitu status kesehatan, budaya, social-ekonomi, pengetahuan /

perkembangan dan cacat atau gangguan mental. Sehingga seseorang

tidak mempu untuk pemenuhan keperawatan kebersihan dirinya yang

meliputi kulit, mata, hidung, genetalian, dan lain- lain. Bila pemenuhan

kebersihan diri klien tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah seperti,

1) gangguan fisik yaitu mucosa mulut, integritas kulit dan lain-lain,

2) dan psikologis

Peran perawat untuk memenuhi kebutuhan perawatan klien

seperti, perawatan mandi, cuci rambut, gosok gigi, genetalia, mata,

hidung, telinga.

Jenis-jenis personal hygiene Berdasarkan waktu pelaksanaannya:

Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu

pelaksanaannyadibagi menjadi empat yaitu:


a. Perawatan dini hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur,

untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam

pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan

pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak

mampu ambulasi, mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau

makan pagi dengan melakukan tindakan personal hygiene, seperti

mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut,

b. Perawatan pagi hari

merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan

atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan

kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut, melakukan

perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut,

kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut

sebagai perawatan pagi yang lengkap.

c. Perawatan siang hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai

tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang dimana

pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes

diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan

personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan
tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan

pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

d. Perawatan menjelang tidur

Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur

agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan

kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka,

membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

D. Standar Operasional Prosedur

1. (SOP) Memandikan Pasien

a. Definisi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat ,mulai dari

dada,perut, ekstremitas atas, punggung dan ekstremitas bawah

untuk mempertahankan kebersihan tubuh pasien yang tidak

mampu mandi secara mandiri atau tidak memerlukan bantuan dari

orang lain menggunakan air dan sabun.

b. Tujuan

1) Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan


2) Memberikan rasa nyaman

3) Merangsang peredaran darah

4) Merilekskan otot

5) Mencegah infeksi kulit

6) Mendidik pasien dalam kebersihan perseorangan

c. Indikasi

1. Dilakukan pada pasien dengan keadaan yang lemah

2. Dilakukan pada pasien dengan masaalah pada kulit

d. Persiapan Pasien

1) Memberikan penjelasan pada pasien tentang maksud dan

tujuan tindakan

2) Memposisikan pasien sesuai kebutuhan

e. Persiapan Alat

1) 2 Waskom berisi air hangat

2) 2 Waslap

3) Sabun

4) 2 Handuk

5) 1 Stel pakaian
6) Selimut

7) Underpad ganti

8) Perlak

9) Sarung tangan

10) Troli

11) Tempat tertutup pakaian kotor

12) Pispot urinal

13) Kapas cebok

14) Bila perlu minyak telon dan perlak

f. Cara Kerja

1) Pintu, jendela atau gorden ditutup, bila digunakan scherm bila

perlu

2) Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih

dibutuhkan, bantal digunakan seperlunya

3) Dekatkan alat-alat

4) Tanyakan apakah pasien hendak BAB/BAK sebelum

dimandikan

5) Perawat berdiri disisi kiri atau sisi kanan pasien

6) Mencuci tangan klien


7) Beri tahu pasien, bahwa pakaian atas harus dibuka, lalu bagian

yang terbuka itu ditutup dengan selimut mandi atau kain

penutup

8) Pasien siap dimandikan dengan urutan sbb:

9) Mencuci muka

Langkah:

(a) Bentangkan handuk dibawah kepala

(b) Bersihkan bagian mata pasien hanya dengan menggunakan

air. Gunakan satu sisi washlap untuk membersihkan satu

mata.

(c) Tanyakan apakah pasien ingin memakai sabun atau tidak

(d) Bersihkan bagian wajah, telinga dan leher pasien dengan

menggunakan washlap dan keringkan

10) Mencuci lengan

Langkah:

(a) Turunkan selimut mandi

(b) Naikkan kedua tangan pasien, letakkan handuk diatas dada

pasien dan lebarkan kesamping kiri dan kanan sehingga

kedua tangan dapat diletakkan keatas handuk


(c) Basahi dan sabuni lengan pasien dimulai dari sisi yang

terjahu dari perawat, kemudian bilas dan keringkan.

Lakukan hal yang sama pada lengan disisi terdekat perawat

11) Mencuci dada dan perut

Langkah :

(a) Tanggalkan pakaian bawah pasien dan turunkan selimut

mandi sampai kearea pubis

(b) Naikkan kedua tangan pasien, angkat handuk dan

bentangkan handuk pada sisi pasien

(c) Basahi dan sabuni ketiak, dada dan perut pasien kemudian

bilas dan keringkan dengan handuk

12) Mencuci punggung

Langkah :

(a) Miringkan pasien kekiri

(b) Bentangkan handuk dibawah punggung hingga kebagian

bokong

(c) Basahi dan sabuni punggung kemudian bilas dan keringkan.

Angkat handuk.
(d) Miringkan pasien kekanan dan lakukan hal yang sama.

(e) Telentangkan pasien dan kenakan pakaian bagian atas

dengan rapi.

13) Mencuci kaki

Langkah :

(a) Keluarkan kaki pasien disisi jauh perawat dari

bawah selimut mandi

(b) Bentangkan handuk dibawah kaki dan tekuk lutut pasien

(c) Basahi, sabuni kaki pasien kemudian bilas dan keringkan.

(d) Lakukan hal yang sama pada kaki disisi terdekat perawat.

14) Mencuci lipat paha dan genetalia

Langkah :

(a) Bentangkan handuk dibawah bokong

(b) Bersihkan daerahlipatan paha dan genetalia dengan cara

dibasahi,disabuni, dibilas dan dikeringkan

(c) Bantu pasien menggunakan pakaian bagian bawah. Angkat

handuk

(d) Ganti selimut mandi dengan selimut pasien


(e) Rapikan kembali bed dan posisikan pasien supaya nyaman

(f) Bereskan alat, pakaian dan alat tenun yang telah dipakai

atau kotor.

(g) Cuci tangan

15) Dokumentasikan tindakan.

2. (SOP) Mencuci Rambut Pasien

a. Definisi

Tindakan yang dilakukan perawat untuk membersihkan

rambut pasien dengan menggunakan air hangat dan

shampoo untuk mempertahan kebrsihanrambut.

b. Tujuan

1) Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien

2) Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara

3) Merangsang peredarah darah dibawah kulit kepala

4) Membersihkan kutu dan ketombe

c. Indikasi

1) Pasien yang berkutu setelah di pasangkan cap kutu

2) Pasien dengan masalah pada rambut


d. Persiapan Pasien

1) Memberikan penjelasan tentang maksud dan pemberian

tindakan

2) Posisiskan pasien sesuai kebutuhan

e. Persiapan Alat

1) 2 buah sisir

2) 2 buah handuk

3) 1 buah washlap

4) Sarung tangan bersih

5) Kapas dan tempatnya

6) Sabun atau shampoo

7) Alas (handuk atau perlak)

8) Talang karet

9) Kom kecil (mangkok) serta kain kasa dan kapas pada

tempatnya2-3 potong

10) Bengkok berisi larutan lisol 2-3%

11) Sarung tangan bersih

12) Celemek

13) Gayung

14) Ember berisi kain bersih


15) Kain pel

16) Ember kosong

17) Ceret atau termos berisi air panas

f. Cara Kerja

1) bawa alat kedekat pasien

2) cuci tangan

3) pakai sarung tangan

4) pakai celemek

5) atur posisi tidur pasien senyaman mungkin dengan kepala

dekat disisi tempat tidur

6) pasang perlak dan handuk dibawah tempat tidur klien

7) letakkan ember yang dialasi kain pel, dibawah kepala

klien

8) pasang handuk dan perlak dibawah tempat tidur klien

9) pasang talang karet dan arahkan ke ember yang kosong

10) tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata

klien dengan kasa

11) tutup dada dengan handuk sampai ke leher


12) sisir rambut kemudian siram dengan air hangat dengan

menggunakan gayung

13) gosok pangkal rambut dengan kain kas yang telah diberi

shampoo kemudian urut dengan ujung jari. Kasa kotor

dibuang ke bengkok.

14) Bilas rambut sampai bersih kemudian keringkan.

15) Angkat tutup mata dan telinga.

16) Angkat talang, masukkan kedalam ember dan letakkan

handuk kedalam baki

17) Kembalikan pasien dalam posisi semula dengan cara

mengangkat kepala dan alasnya serta meletakkannya

diatas bantal

18) Keringkan rambut klien dengan menggunakan handuk

kemudian disisir sampai rapi

19) Rapikan klien

20) Lepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok

21) Lepaskan celemek dan masukkan ke dalam ember

kosong

22) Bereskan dan bersihkan alat

23) Kembalikan alat ke tempat semula

24) Cuci tangan

25) Dokumentasikan tindakan


3. (SOP) Oral Hygiene

a. Definisi

Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat

untuk membersihkan gigi pasien dari sisa-sisa

makanan atau kotoran dengan menggunakan

sikat gigi dan dilakukan pada pasien yang tidak

dapat melakukan sendiri.

b. Tujuan

1) Mencegah penyakit gigi dan mulut

2) Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut

3) Mempertinggi daya tahan tubuh

4) Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu

makan

5) Mencegah infeksi gusi dan gigi

6) Mempertahkan kenyamanan rongga mulut

c. Indikasi

1) Pasien dengan penurunan kesadaran

2) Pasien dengan paralysis

3) Pasien yang mengalami pembedahan rongga mulut


d. Persiapan Pasien

1) Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

tindakan

2) Posisikan pasien sesuai kebutuhan

e. Persiapan Alat

1) Handuk

2) Perlak

3) Gelas kumur

4) obat kumur

5) sikat gigi dan pasta gigi

6) bengkok

7) tissue

8) lidih kapas

9) tongue spatel

10) senter

11) sarung tanngan

12) pelembab bibir

f. Cara Kerja

1) Cuci tangan
2) Dekatkan alat-alat

3) Letakkan perlak disalah satu sisi wajah diatas bantal

4) Latakkan handuk di bawah dagu

5) Miringkan kepala pasien kesalah satu sisi

6) Letakkan bengkok dibawah dagu

7) Periksa gigi dengan menggunakan tongue spatel dan

senter

8) Berikan air untuk berkumur

9) Gosok gigi pasien dengan gerakan ke ataske bawah dan

gerakakan kearah luar dalam untuk gigi dalam

10) Berikan air untuk berkumur

11) Bersihkan sisa kotoran yangmasih menempel pada gusi

dengan menggunakan tongue spatel

12) Keringgkan bibir dengan tissue

13) Angkat handuk dan berikan pelembab bibir

14) Cuci tangan

15) Dokumentasikan tindakan


BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Desain

penulisan studi kasus Deskriptif, yang ditujukan untuk memberikan

gambaran tentang asuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene untuk mencegah komplikasi pada pasien dengan ulkus diabetik

di ruang Dahlia RSUD Masohi.

B. Subjek Studi Kasus


Sebagai subjek dalam penelitian studi kasus ini adalah Sekurang-

kurangnya 2 pasien dengan ulkus diabetik dengan kriteria :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien dengan ulkus diabetik yang dirawat di ruang dahlia RSUD

Masohi

b. Bersedia menjadi subjek penelitian

2. Kriteria eklusi

a. Pasien dalam keadaan tidak sadar.

b. Ada komplikasi penyakit lain ( TBC, Penyakit jantung dan pembuluh

darah, Gangguan pendengaran, Gangguan kulit, dan penyakit

alzheimer).

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada pasien dengan ulkus diabetik.

D. Defenisi operasional

1. Pasien ulkus diabetik adalah komplikasi kronik dari DM Tipe 2 sebagai

sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita

Diabetes.

2. Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.( perawatan


mandi dan berpakaian, oral hygiene, perawatan rambut perawatan

kuku dan kaki).

3. Upaya mencegah komplikasi ulkus diabetik adalah suatu tindakan

untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain pada pasien ulkus

diabetik.

E. Tempat dan Waktu

Penelitian studi kasus ini dilakukan dengan waktu dan tempat sebagai

berikut :

1. Waktu : Studi kasus ini dilakukan bulan Januari 2019

2. Tempat : Penelitian ini dilakukan di ruang Dahlia (Ruang Bedah)

RSUD Masohi.

F. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini

yaitu :

1. Langkah-langkah pengumpulan data (format terlampir).

2. SOP (format terlampir).

3. Instrumen penelitian (format terlampir).

a. Catatan anectodal

Catatan anectodal adalah catatan yang bersisi gejala khusus atau

luar biasa menurut urutan kejadian.


b. Daftar Cek List

Menggunakan daftar yang memuat nama observasi disertai jenis

gejala yang diamati.

c. Lembar o bsrevasi.

G. Penyajian Data

Untuk studi kasus ini, data disajikan secara tekstural/narasi dan dapat

disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang

merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

memenuhi prinsip-prinsip the Five Of Human Subjects in Research. Lima

hak tersebut meliputi hak untuk self determination, hak terhadap privacy

dan dignity, hak terhadap anonymity dan confidentially, hak untuk

mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap perlindungan dari

ketidaknyamanan atau kerugian (Macnee, 2004).

1. Hak untuk self determination, klien memilki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam peneiitian ini atau

untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak untuk privacy dan dignity, berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan dan bagaimana


informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain. Proses

pengumpulan data juga beresiko mengungkap pengalaman klien yang

bersifat sangat rahasia bagi pribadinya, peneliti menginformasikan

bahwa klien juga berhak untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara

yang mungkin menimbulkan rasa malu atau tidak ingin diketahui oleh

orang lain. Jika klien merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih

lanjut, klien diperkenankan untuk mengundurkan diri dari proses

penelitian kapanpun ia inginkan. Semua ini dilakukan peneliti untuk

mengormati prinsip privacy dan dignity.

3. Hak anonymity dan confidentially, maka semua informasi yang didapat

dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi

individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien

juga harus dijaga keberhasilan (confidentially), maka peneliti

menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar

persetujuan mengikuti penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip

wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.

Dalam menyusun laporan penelitian, peneliti menguraikan data tanpa

mengungkap identitas klien (anonymous).

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan

diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan


terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini dan mendapatkan perlakuan yang sama dari

peneliti.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian.

Pada penelitian ini, untuk memenuhi hak-hak tersebut peneliti

memberikan informed consent yang memungkinkan peneliti untuk

mengevaluasi kesediaan klien berpartisipasi dalam penelitian pada

berbagai tahap dalam proses penelitian . maksud dari informed consent

adalah agar klien dapat membuat keputusan yang dipahami dengan

benar berdasarkan informasi yang tersedia dalam dokumen informed

concent. Klien diberikan penjelasan singkat tentang penelitian yang

meliputi tujuan penelitian, prosedur penelitian, durasi keterlibatan klien,

hak-hak klien dan diharapkan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.

Klien yang menyatakan untuk berpatisipasi dalam penelitian ini

kemudian menandatangani lembar persetujuan.


Daftar Pustaka

Asmadi. 2008, Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika.

American Medical Association. Lower Extremity Amputation Episodes


Among person with Diabetes-New Mexico,2000. JAMA. 2003

Amin, Handhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan NANDA. Jakarta : MediAction

Azis Alimun. 2006, Kebutuahan Dasar Manusia I , Jakarta: Salemba


Medika.

Aziz Alimul Hidayat , 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.


EGC : Jakarta. Frykberg RG.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
edisi 8. Jakarta: EGC

Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician,


Vol 66, Number 9. 2002.

Dina Sulistyowati & Fitria Handayani, 2012. Peran Perawat Dalam


Pelaksanaan Personal Hygiene Menurut Persepsi Pasien
Imobilisasi Fisik. Volume 1

Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT


Gramedia

Perry,at al. 2005, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Kedokteran, Jakarta:


EGC.

Siti Nur Kholifah dan Ns. Wahyu Widangdo : Keperawatan Dasar Manusia
1, Badan PPSDM. Kementerian Kesehatan RI. 12 2016

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016-2017, Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), DPP PPNI. Edisi 1, Jakarta Selatan.

Tarwoto Wartonah. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.

S-ar putea să vă placă și