Sunteți pe pagina 1din 13

Lirik Lagu House of Gold Twenty One Pilots - Buat Kamu yang

Sayang Banget Sama Ibu, Hafalin Guys!


TRIBUNSTYLE.COM - Lagu ini mungkin belum banyak yang tahu.
Bahkan lagu yang dinyanyikan band bergenre alternative ini liriknya sangat
dalam guys.
Ini soal cinta anak kepada ibunya.
Liriknya sederhana dan mudah dihafalkan.
Selain itu efek akustik dari ukulele dipadu dengan tabuhan drum tambah
bikin mengena.
Selain itu video klipnya juga dikemas dengan cerita yang gak biasa.
Yuk segera hafalkan guys!
Lirik Lagu House of Gold - Twenty One Pilots

She asked me, "Son, when I grow old,


Will you buy me a house of gold?
And when your father turns to stone,
Will you take care of me?"

She asked me, "Son, when I grow old,


Will you buy me a house of gold?
And when your father turns to stone,
Will you take care of me?"

I will make you queen of everything you see,


I'll put you on the map,
I'll cure you of disease.

Let's say we up and left this town,


And turned our future upside down.
We'll make pretend that you and me,
Lived ever after happily.
She asked me, "Son, when I grow old,
Will you buy me a house of gold?
And when your father turns to stone,
Will you take care of me?"
I will make you queen of everything you see,
I'll put you on the map,
I'll cure you of disease.
Ohhhh...
And since we know that dreams are dead,
And life turns plans up on their head,
I will plan to be a bum,
So I just might become someone.
She asked me, "Son, when I grow old,
Will you buy me a house of gold?
And when your father turns to stone,
Will you take care of me?"
I will make you queen of everything you see,
I'll put you on the map,
I'll cure you of disease.
She asked me, "Son, when I grow old
Ibu berkata padaku, “Nak, saat kau dewasa
Will you buy me a house of gold?
Akankah kau belikan ibumu sebuah rumah dari emas?
And when your father turns to stone
Dan saat ayahmu berubah menjadi batu
Will you take care of me?"
Akankah kau peduli padaku?”

She asked me, "Son, when I grow old


Ibu berkata padaku, “Nak, saat kau dewasa
Will you buy me a house of gold?
Akankah kau belikan ibumu sebuah rumah dari emas?
And when your father turns to stone
Dan saat ayahmu berubah menjadi batu
Will you take care of me?"
Akankah kau peduli padaku?”

I will make you queen of everything you see


Aku akan membuatmu menjadi ratu dari apapun yang kau lihat
I'll put you on the map
Aku akan membawamu ke peta
I'll cure you of disease
Aku akan menyembuhkan penyakitmu

Let's say we up and left this town


Katakanlah kita akan meninggalkan kota ini
And turned our future upside down
Dan mengembalikan masa depan kita
We'll make pretend that you and me
Kita akan berpura-pura bahwa kau dan aku
Lived ever after happily
Hidup selamanya dengan bahagia

She asked me, "Son, when I grow old


Ibu berkata padaku, “Nak, saat kau dewasa
Will you buy me a house of gold?
Akankah kau belikan ibumu sebuah rumah dari emas?
And when your father turns to stone
Dan saat ayahmu berubah menjadi batu
Will you take care of me?"
Akankah kau peduli padaku?”

I will make you queen of everything you see


Aku akan membuatmu menjadi ratu dari apapun yang kau lihat
I'll put you on the map
Aku akan membawamu ke peta
I'll cure you of disease
Aku akan menyembuhkan penyakitmu
Ohhhh...
And since we know that dreams are dead
Dan sejak kita tahu mimpi itu telah tiada
And life turns plans up on their head
Dan kehidupan kembali ke rencana awal
I will plan to be a bum
Aku berencana menjadi seorang gelandangan
So I just might become someone
Jadi aku mungkin hanya menjadi seseorang

She asked me, "Son, when I grow old


Ibu berkata padaku, “Nak, saat kau dewasa
Will you buy me a house of gold?
Akankah kau belikan ibumu sebuah rumah dari emas?
And when your father turns to stone
Dan saat ayahmu berubah menjadi batu
Will you take care of me?"
Akankah kau peduli padaku?”

I will make you queen of everything you see


Aku akan membuatmu menjadi ratu dari apapun yang kau lihat
I'll put you on the map
Aku akan membawamu ke peta
I'll cure you of disease
Aku akan menyembuhkan penyakitmu
tentang-transformasi-twenty-one-pilots
Seorang pria mengenakan baju putih, berdiri di sebuah latar gurun pasir yang luas
sambil memainkan sebuah ukulele. Pria tersebut mulai bernyanyi dengan suara
tenornya, sebuah lirik berbunyi “She asked me, “Son, when I grow old, will you buy
me a house of gold?”.”. Pria tersebut adalah Tyler Joseph, vokalis dan otak utama
dari band yang saat ini dianggap sebagai salah satu band dengan basis masa terbesar
di seluruh dunia, Twenty One Pilots. Sementara, lagu yang dia nyanyikan adalah
salah satu lagu populer pertama dari Twenty One Pilots berjudul “House of Gold”
yang diambil dari album ketiga mereka Vessel (2013). Bersama dengan drummer,
Josh Dunn, duo ini mulai membangun popularitas mereka dengan aksi panggung
yang liar, menarik, dan terkadang tidak bisa dinalar hingga akhirnya merajai berbagai
tangga lagu terbaru di berbagai negara. Mereka benar-benar menekuni makna dari
entertainer sejati, bisa dibilang mereka jarang gagal untuk menghibur penggemar
mereka ketika mulai memainkan setlist live mereka di sebuah konser. Tontonlah satu
atau dua konser dari Twenty One Pilots di Youtube, kalian akan menemukan alasan
dari pernyataan saya sebelumnya. Twenty One Pilots ini unik, mereka mendobrak
sekat musik yang biasanya dibangun oleh kompatriot mereka, merubuhkannya dan
mengijinkan berbagai aliran musik yang dapat dikenali membaur dalam komposisi
mereka. Jika kita mendengarkan Twenty One Pilots, kita akan menemukan musik
elektronik yang visioner, lirik yang puitis, dan gaya unorthodox Tyler Joseph dalam
bernyanyi. Agak susah untuk melabeli musik mereka ke dalam satu atau dua kata,
beberapa fans Twenty One Pilots sendiri menamai musik mereka sebagai schizoid
pop, yang merupakan kependekan dari schizophrenic pop. Sebuah subgenre pop
yang ditandai dengan berbagai macam pengaruh musik, mirip dengan genre Sibuye-
kei dari Jepang. Courtesy of Billboard.com Empat tahun yang lalu mungkin Tyler
Joseph dan Josh Dun hanya bisa memimpikan pencapaian yang mereka alami
sekarang ini. Sesaat sebelum mereka menandatangai kontrak dengan Fueled By
Ramen, anakan dari Atlantic Records yang membidani band-band seperti Paramore
dan Fall Out Boy, mereka adalah band yang rutin mengisi acara musik di aula
sekolah, tentu itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan bukan? Momen terbesar
mereka datang ketika mereka memainkan sebuah konser yang tiketnya habis terjual
di Newport Music Hall, tak tanggung-tanggung kabarnya ada beberapa perwakilan
label yang memperebutkan mereka saat itu, pilihan pun jatuh kepada Fueled By
Ramen. Jika melihat sepak terjang Fueled By Ramen dalam melahirkan band sekelas
Paramore dan tentu saja fun., sebenarnya tak heran kenapa Tyler dan Josh
memutuskan untuk bergabung dengan mereka dan terbukti keputusan mereka itu
tidak salah. Setelah Vessel dirilis pada Januari 2013, nama Twenty One Pilots
langsung melambung dengan mencapi posisi 9 pada tangga lagu Billboard, termasuk
dua lagu mereka berjudul “Guns for Hands” dan “Lovely” yang sukses menempati
posisi 21 dan 67 di tangga lagu Japan Hot 100. Album Vessel tak hanya sukses secara
komersial, album inilah yang akhirnya membuka mata dunia terhadap bakat dan
kualitas unik dari duo ini, tentang bagaimana mereka dapat dengan mudah
melakukan transisi dari ballad piano menuju musik electronic dance, lengkap dengan
segala layer synthesizer dan drum machine. Coba dengarkan lagu “Car Radio”, lagu
ini dibuka dengan permainan piano berbasiskan ballad yang kemudian disambung
dengan rap dari Tyler Joseph sebelum akhirnya masuk bagian synth key yang
disambung dengan teriakan khas Tyler Joseph yang terdengar penuh distorsi dan
kadang sedikit mengerikan. Tyler Joseph, sebagai vokalis dan multi instrumentalis
Twenty One Pilots adalah daya tarik dari band ini. Jangkauan vokalnya luar biasa luas,
saat dia bernyanyi di register bawah, suaranya bisa terdengar lembut dan sangat
jernih walau terkadang sedikit rapuh. Saat dia mulai bernyanyi di register atas,
suaranya sangat kuat dan penuh kendali. Namun yang lebih menarik dari kualitas
vokalnya adalah tentang bagaimana dia memiliki banyak gaya bernyanyi dan
semuanya bisa diaplikasikan dalam satu lagu secara langsung. Salah satu karya
terbesar yang melingkupi bakat serta jangkauannya sebagai seorang musisi terekam
dalam lagu berjudul “Goner”, lagu yang sebenarnya sudah ditulis sejak 2012 namun
ditulis ulang sebagai bagian dari tracklist album terbaru mereka Blurryface di tahun
2015. Di lagu “Goner”, Tyler Joseph tak hanya bermain dengan sedikit falseto, namun
juga berteriak dengan penuh grit dan distorsi untuk menunjukan emosi berlebihnya.
Sementara, Josh Dun baru bergabung dengan Twenty One Pilots pada 2011.
Sebelumnya, Josh merupakan tour drummer dari band Christian Rock bernama
House of Heroes. Baik Tyler maupun Josh sama-sama dibesarkan dalam sebuah
keluarga Kristen konservatif yang relijius. Rolling Stone merangkum sebuah cerita
tentang bagaimana keluarga Josh Dun melarang adanya video game dan musik rock
di dalam rumah mereka. “Saya menyembunyikan album seperti Dookie dari Green
Day di bawah kasur” aku Dun kepada Rolling Stone, “Kadang mereka menemukan itu
dan menjadi marah. Mereka lalu mencari (band) alternatif Kristen, seperti Relient K,
dan membuatku mendengarkannya.”. Pelarangan itu membuat Josh akhirnya
membangkang kepada kedua orang tuanya, pembangkangan tidak dilakukan dalam
bentuk alkohol ataupun obat-obatan terlarang, namun lebih kepada argumen yang
terjadi sepanjang waktu. Josh akan menunggu kedua orang tuanya tidur untuk mulai
memainkan koleksi punk miliknya. Itu sering dia lakukan sampai akhirnya kedua
orang tuanya mulai melunak mengenai pilihan musik Josh. Sempat berada dalam
frekuensi yang selalu berbeda, Josh mengaku bahwa pembicaraan dirinya dengan
sang ayah tentang pencapaian hidup membuka pikirannya dan malah memotivasi
dirinya. Motivasi itu datang ketika ayah Josh mengatakan secara langsung kepada
Josh Dun, “Ini bukan tentang seberapa banyak uang yang kamu dapat atau apa
pekerjaanmu, tapi lebih tentang karaktermu dan aku bangga kepadamu.”. Tak
berbeda jauh dari Josh, Tyler Joseph juga tumbuh di keluarga yang relijius. Ayah Tyler
adalah kepala sekolah dari sekolah menengah atas Kristen yang juga menjadi tempat
Tyler Joseph belajar. Lingkungan yang relijius tersebut membuat Tyler tumbuh
menjadi pribadi yang spiritual, bahkan Tyler Joseph juga sempat terlibat aktif dalam
pembuatan lagu rohani bersama kolektif bernama Five14 Sound. Jika kalian tidak
keberatan dengan konten spiritual yang tersaji, coba cek proyek awal Tyler karena di
proyek tersebutlah terbentuk framework awal dari musik Twenty One Pilots yang
sekarang. Terlibat dalam proyek Five14 Sound, Tyler tak jarang menggunakan majas
personifikasi atau simile. Menariknya, Tyler terbiasa menulis liriknya dalam bentuk
puisi yang panjang, hal inilah yang disebut sebagai alasan kenapa Tyler Joseph
akhirnya sering menyanyikan bait yang dia tulis dengan teknik menyanyi rap. Hal lain
yang menarik dari lirik yang ditulis oleh Tyler Josep adalah banyaknya menggunakan
perumpamaan dalam penulisan lirik. Dia tak pernah secara gamblang menyebut apa
maksud yang sedang mereka sampaikan, membiarkan semuanya menjadi semacam
kode untuk dibuka sendiri oleh penggemar mereka. Sebagai contoh ketika mereka
memperlihatkan kepedulian mereka kepada fans lama mereka dengan sebuah lirik
yang gelap, kelam, dan penuh misteri dalam lagu berjudul “Heathens”. Dalam lagu
tersebut, Tyler Joseph menganggap fans-fans awal Twenty One Pilots sebagai
heathen dalam sekumpulan fans baru mereka. Heathen dalam arti umum memiliki
arti sebagai seseorang yang tidak mengikuti agama besar di dunia ini. Sehingga tak
sedikit pula yang mengartikan bahwa Tyler Joseph tengah berbicara tentang fans
lama Twenty One Pilots yang dianggap ‘ketinggalan zaman’ ketika dibandingkan
dengan fans-fans baru mereka dalam lirik “All my friends are heathens. Take it
slow.”. Meski tak sedikit pula yang menganggap arti heathen di sini merupakan kritik
terhadap evangelisasi Kristen atau berbicara tentang kehidupan di penjara, cukup
banyak interpretasi yang bisa ditarik dari lagu ini. Menarik sekali bukan untuk
didiskusikan? Kegelapan, misteri, dan tanda tanya yang menaungi musik Twenty One
Pilots tak bisa dilepaskan dari peran Tyler Joseph, seorang yang boleh saja
dianugerahi gelar sebagai filsuf modern dan seorang pemikir dalam yang pikirannya
menjangkau isu-isu kritis dalam kehidupan manusia. Terkadang buah pikir dari Tyler
Joseph ini tak mudah untuk diikuti, seperti ketika dia memutuskan untuk
memperkenalkan Blurryface kepada semua orang. Banyak pendapat berdatangan
untuk menguak siapa blurryface, namun pentingkah bagi kita untuk mengetahui
siapa itu blurryface yang dimaksud? Beberapa orang sepakat untuk menganggap
blurryface sebagai bagian lain dari Tyler Joseph seperti pada lirik “I’ve got two faces,
blurry’s the one I’m not” atau di bagian “My name’s Blurryface and I care what you
think” di lirik “Stressed Out”. Nyatanya blurryface ini seharusnya tidak hanya
eksklusif pada pribadi Tyler Joseph saja, mengutip penjelasan dari orang yang
membuat artwork Blurryface, “Blurryface adalah sesuatu yang coba kita
sembunyikan dari dunia ini.”, dengan demikian blurryface di sini bisa saja dimiliki
oleh semua orang dan yang dilakukan oleh Tyler Joseph hanyalah mengingatkan kita
semua bahwa blurryface itu mungkin ada di setiap kita. Blurryface tak hanya mampu
menyentuh penggemar Twenty One Pilots dengan pesan yang relate dengan
keadaan aktual, seperti di lagu “Stressed Out” dimana Tyler Joseph berbicara tentang
transisi dari masa remaja menuju kedewasaan, namun juga sukses secara komersial
karena mampu terjual lebih dari 130 ribu kopi di minggu pertama sekaligus
menjadikan album ini sebagai album pertama Twenty One Pilots yang memuncaki
tangga lagu Billboard 200. Kesuksesan komersial diikuti dengan beragam
penghargaan yang mengikuti, seperti penghargaan dari American Music Awards,
MTV Video Music Awards, dan MTV Europe Music Awards. Empat tahun berlalu
selepas adegan di lagu “House of Gold”, beberapa malam yang lalu, duo Tyler dan
Josh berdiri tanpa celana di sebuah panggung besar nan megah di hadapan ribuan
penonton untuk menerima penghargaan Grammy pertama mereka dalam kategori
“Best Pop Duo/Group Performance”. Secara mentalitas mungkin mereka tidak
banyak berubah, mengagungkan sikap peduli setan khas rock n roll, namun
transformasi yang mereka alami selama empat tahun terakhir terlalu banyak untuk
tidak dilirik sama sekali. Dari band pengisi aula sekolah, sampai band yang menjual
habis tiket pertunjukan di Madison Square Garden. Twenty One Pilots adalah
perwujudan dari transformasi yang berhasil, salah satu band yang tak bisa
dilewatkan penampilan langsungnya.
5 Alasan Harus Mendengarkan Twenty One
Pilots
Siapa itu Twenty One Pilots? Well, mungkin sudah saatnya bagi kalian
untuk mengenal nama ini.

Twenty One Pilots adalah duo yang terdiri atas Tyler Joseph dan Josh
Dun. Berasal dari Colombus, Ohio, Amerika Serikat, mereka terbentuk di
tahun 2009. Band ini awalnya dibentuk oleh Tyler bersama dua temannya
di masa kuliah, Nick Thomas dan Chris Salih.

Nama band berasal dari sebuah drama berjudul “All My Sons” karya
Arthur Miller, yang berkisah tentang seorang pria yang harus memutuskan
apa yang terbaik untuk keluarganya setelah menyebabkan kematian
“twenty one pilots” saat Perang Dunia II. Kisah dilema moral inilah yang
menjadi inspirasi dari nama band ini.

Lantas, mengapa band ini istimewa? Mengapa kita harus mendengarkan


Twenty One Pilots? Mungkin 5 hal ini bisa menjadi alasan:

1. Band Indie Yang Diperebutkan Label Besar

Di tahun 2009 juga akhirnya mereka merilis album debut mereka secara
independen, sebuah self-titled, dan mulai melakukan tur di sekitar Ohio.
Sayangnya di pertengahan 2011 Nick dan Chris akhirnya mengundurkan
diri karena kesibukan mereka. Akhirnya bergabunglah Josh bersama
Tyler, dan akhirnya format band ini menjadi duo. Sebuah album indie,
berjudul “Regional at Best” kembali dirilis dengan formasi ini di bulan Juli
2011.

Karena gaya bermusik mereka yang khas, duo ini pun menarik banyak
perhatian, sehingga tidak heran gig mereka selalu ramai ditonton orang.
Bahkan, pertunjukan mereka di Newport Music Hall di Colombus sukses
sold out hingga akhirnya menarik perhatian banyak label besar. Mereka
berebut ingin menarik Twenty One Pilots bergabung bersama mereka.
Namun duo ini akhirnya memilih Fueled By Ramen, yang merupakan anak
dari Atlantic Records, sebagai label baru yang akan menaungi mereka.

2. Perlahan Tapi Pasti Mencuri Perhatian

Album ketiga mereka pun dirilis di bawah label Fueled By Ramen.


Berjudul “Vessel” dan dirilis di Januari 2013. Album ini mendapat
sambutan yang bagus dari para kritikus musik, meski sayangnya hanya
sanggup duduk di posisi 58 Billboard 200. Meski begitu di chart Alternative
mereka berhasil duduk di posisi 10. Meski baru saja merilis sebuah
album, Twenty One Pilots rajin pula merilis EP, sebut saja “Migraine” dan
“Holding On To You” di tahun 2013 dan “Quiet Is Viølent” di tahun 2014.
Mungkin karena aktif dalam merilis EP ini, perlahan tapi pasti mereka
mulai mencuri perhatian. Single-single lama mereka mulai dicari lagi dan
didengar.

Tapi breakthrough mereka terjadi di tahun 2014, saat pendengar


mainstream mulai memberi perhatian lebih. Ini mungkin karena banyak
festival besar seperti Lollapalooza, Bonnaroo dan Firefly menginginkan
mereka sebagai headliner yang mengantarkan sebuah rangkaian tur
Twenty One Pilots yang berjudul “Quiet Is Violent World Tour” karena
banyaknya permintaan untuk itu. Puncaknya saat mereka tampil di MTV
Movie Awardd 2014 dengan membawakan lagu ‘Car Radio’. Tidak heran
jika antisipasi menjadi besar saat Twenty One Pilots mengabarkan akan
merilis album baru. Tidak heran saat album “Blurryface” dirilis, ia langsung
duduk di posisi 1 Billboard 200. Selamat!

3. Musik Gado-Gado Sebagai Ciri Khas

Menurut duo ini, tujuan mereka bermusik adalah untuk membuat orang
berfikir dan juga mengajak pendengarnya untuk menemukan rasa
gembira dalam apa yang mereka percayai di dalam hidup. Cukup dalam
memang. Tapi keistimewaan dari Twenty One Pilots adalah lagu-lagu
yang mereka bawakan. Mereka menggabungkan antara indie-pop, synth-
pop, electro-pop, rock, hingga hip-hop. Ini menjadikan lagu-lagu Twenty
In Pilots terdengar penuh warna sekaligus enerjik. Coba dengarkan saja
hits-hits seperti ‘Car Radio’ , ‘Ode to Sleep’, ‘Holding On To You’ atau
yang terbaru ‘Tear In My Heart’. Maka kita bisa merasakan pergerakan
notasi yang tak biasa dan menggoda pendengaran.

Twenty One Pilots memadukan antara piano (bisa keyboard atau


keytar), synthesizer, drum (juga drum elektronis), vokal, ukulele. Uniknya
lagi, meski lagu-lagu mereka cenderung ngepop dan cukup easy listening,
tapi dari segi lirik biasanya mengandalkan kata-kata yang puitis, meski
tetap lugas dan cukup straight forward. Kadang kalau “puisi” yang mereka
tulis terasa terlalu panjang, maka akan dinyanyikan dalam gaya rap.
Karena gado-gadonya gaya bermusik Twenty One Pilots sehingga agak
sulit untuk mengkategorikan musik yang mereka usung dalam satu genre
hingga fans kemudian melabeli musik mereka sebagai “Schizophrenic
pop” (dikenal juga Schizoid pop). Wah, mungkin sudah saatnya sub-genre
ini dipopulerkan. Thanks Twenty One Pilots fans.

4. Band Populer Yang Kangen Bermain Di Venue Kecil

Meski kini mereka kerap bermain di konser yang berlokasi di venue yang
besar dengan jumlah penonton yang sangat besar, namun ternyata
mereka tetap kangen untuk bermain di venue yang relatif lebih kecil.
Menurut Tyler venue yang lebih kecil memiliki lingkungan yang lebih
terkontrol dimana mereka bisa berinteraksi dengan penonton dengan
lebih baik. Mereka bisa berbicara langsung dengan penonton. Kata Josh
semua band tentunya ingin bermain di venue yang lebih besar dan lebih
besar lagi, yang menandakan tingkat kepopuleritasan yang meninggi, tapi
baginya ruangan yang lebih kecil adalah yang ideal karena mereka,
sebagai penampil, bisa membuat koneksi yang lebih baik dengan orang-
orang yang menghadiri konser mereka. This is so sweet and showing how
humble they are sebagai band yang lebih mementingkan kualitas
hubungan dengan penonton ketimbang mengejar kuota kuantitas yang
berarti pemasukan materi yang lebih besar.

5. Sayang Keluarga

Meski secara fisik Tyler dan Josh terlihat (agak) gahar, dengan tato
menghiasi tubuh, serta penampilam meledak-ledak saat manggung,
namun ternyata di dalamnya mereka cukup “lembut”. Pada saat harus
menyelesaikan rangkaian tur, ternyata mereka sangat merindukan ibu
mereka. So sweet. Tampaknya mereka memang sangat menyayangi
keluarga mereka. Sehingga tidak heran jika mereka menunjukkan hal
tersebut dengan menampilkan sang kakek Tyler dan Josh sebagai model
untuk cover album “Vessel”. Tidak heran, meski musik yang mereka
usung terkadang riuh, namun kita selalu bisa merasakan sesuatu yang
subtil di dalamnya.
Jadi. Tunggu apa lagi? Sudah saatnya untuk mendengarkan sensasi pop
baru ini dan Twenty One Pilots menjamin sebuah petualangan musikal
yang tak terlupakan.

Album terbaru mereka, “Blurryface” dirilis tanggal 17 Mei.

S-ar putea să vă placă și