Sunteți pe pagina 1din 21

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Asi Eksklusif


II.1.1 Definisi Asi Eksklusif
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi
kelenjar payudara ibu.9
Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.9

Gambar 1. ASI Eksklusif 0 bulan – 6 bulan10

II.1.2 Manfaat Asi Eksklusif


Manfaat pemberian ASI Eksklusif antara lain berupa: 9
1. Peningkatan kesehatan ibu dan anak
2. Peningkatan produktivitas kerja
3. Peningkatan rasa percaya diri ibu
4. Keuntungan ekonomis dan higienis
5. Serta penundaan kehamilan.

5
II.1.3 Kandungan Asi

Gambar 2. Kandungan ASI. 11


ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang
proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya.
Kandungan ASI yang utama terdiri dari: 12
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir
2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu
formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak
dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang
mendapat ASI.12
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri
dari protein whey dan Casein. Beta laktoglobulin merupakan jenis protein yang
potensial menyebabkan alergi. 12
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi.
ASI juga kaya akan nukleotida. Nukleotida ini mempunyai peran dalam
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan

6
bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan
tubuh. 12
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan
antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu
formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak
bayi banyak ditemukan dalam ASI. 12
d. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin
bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu
formula. 12
e. Vitamin
Vitamin K : Dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin
K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
Vitamin D : Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit
vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada
pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari
sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan
membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.12
Vitamin E : Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan
dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan
vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.
Vitamin A : Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga
berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan
pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan
tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang

7
menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang
dan daya tahan tubuh yang baik. 12
Vitamin yang larut dalam air Ham: pir semua vitamin yang larut dalam
air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang
dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar
vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan
asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6
dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang
menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup
di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. 12
f. Mineral
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf
dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu
sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini
dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Kekurangan
kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang
mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya
rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko
yang lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi
yang mendapat susu formula. 12
Berdasarkan waktu diproduksinya ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:13
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai
hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. ASI juga merupakan suatu
laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya. 13

8
b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Air susu peralihan merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI
Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar
protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi
serta volume semakin meningkat. 13
c. Air Susu mature
Air susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya,
yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.. Air susu matur
merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat,
riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 – 850
ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan
virus, Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B 12 Ginding

Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C 3 dan C4). 13

II.1.4 Sistem Kekebalan Asi


Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi komposisi ASI diantaranya adalah stadium laktasi,
ras, keadaan nutrisi dan diit Ibu. Di dalam ASI secara garis besar didapatkan
dua macam kekebalan yaitu : 14
1. Faktor kekebalan non spesifik
Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu
pertama menyusui. Kolostrum dan ASI dini mengandung 1-3 juta sel darah
putih (leukosit) per ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan
menyusui, jumlah sel ini menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari
monosit/makrofag (59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-
13%) ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam
ASI seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat
yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain),
dan protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, enzim-enzim,
dan antioksidan. 14
a. Sel makrofag

9
Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit (pemusnah bakteri) aktif
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran
cerna. Selain sifat pemusnah, sel makrofag juga memproduksi enzim
lisozim, zat komplemen (komponen cairan tubuh yang berperan dalam
perusakan bakteri), laktoferin, sitokin, serta enzim lainnya. Makrofag pada
ASI dapat mencegah infeksi saluran cerna melalui enzim yang
diproduksinya. 14
b. Sel neutrofil
Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang dianggap
sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih
ditujukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi
pada permulaan laktasi. 14
c. Lisozim
Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada
selaput lendir saluran cerna. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml
yang bertahan sampai tahun kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan.
Dibanding dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak
lisozim per satuan volume yang sama. 14
d. Komplemen
Komplemen adalah protein yang berfungsi sebagai penanda sehingga
bakteri yang ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal oleh
sel pemusnah. Disamping itu, komplomen sendiri secara langsung dapat
menghancurkan bakteri. 14
e. Sitokin
Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang
berperan dalam sistim imun di dalam ASI adalah IL-l (interleukin-1) yang
berfungsi mengaktifkan sel limfosit T. Sel makrofag juga menghasilkan
TNF-α dan interleukin 6 (IL-6) yang mengaktifkan sel limfosit B sehingga
antibodi IgA meningkat. 1
f. Laktoferin
Laktoferin bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).
Efek ini dicapai dengan mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

10
sebagian besar bakteri patogen (misalnya Staphylococcus dan E. Coli).
Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6 mg/ml dan tertinggi pada
kolostrum.14
g. Peroksidase
Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman patogen.
Berbeda dengan susu sapi, ASI tidak mengandung laktoperoksidase yang
dapat menyebabkan reaksi peradangan di dinding usus bayi, kalaupun ada
kadarnya kecil. 14
h. Faktor protektif lain
ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12
sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran
cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein mengakibatkan
makin sedikit vitamin B12 yang digunakan oleh bakteri patogen. Air susu
ibu juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan protein),
glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang berfungsi
menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna bayi, sehingga
dapat menghambat perlekatan bakteri patogen. pada mukosa saluran cerna.
Gabungan makronutrien ini juga berfungsi mengikat racun kuman (toksin).
Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α dan karotin-β merupakan
faktor anti peradangan. Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan
terhadap infeksi stafilokokus (faktor antistafilokok) dan komponen yang
menyerupai gangliosida yang dapat menghambat bakteri E. Coli. 14
2. Faktor kekebalan spesifik
Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh limfosit T dan
antibodi.

a. Limfosit T
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI.
Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E. Coli dan
mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya. 14
b. Imunoglobulin (antibodi)

11
Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel limfosit B. Sel limfosit B terutama
memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi melindungi IgA dari
enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan
keasaman lambung. Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal
kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio, bila ibu
sudah pernah terpajan sebelumnya. Imunoglobulin G IgG) dimiliki oleh
bayi dari transfer melalui plasenta. Imunoglobulin D hanya sedikit sekali
ditemukan dalam ASI, sedangkan IgE tidak ada. Kadar sIgA, IgG, dan
IgM, tidak dipengarui oleh usia ibu, jumlah anak yang pernah dilahirkan,
dan usia kehamilan.14
Air susu ibu juga dilaporkan dapat meningkatkan jumlah sIgA pada
saluran napas dan kelenjar ludah bayi usia 4 hari. Hal ini dibuktikan
dengan lebih rendahnya kejadian penyakit radang telinga tengah,
pneumonia, penyebaran bakteri ke bagian tubuh lainnya, meningitis
(radang selaput otak), dan infeksi saluran kemih pada bayi yang
mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Fakta ini
lebih nyata pada 6 bulan pertama dan dapat terlihat sampai tahun kedua.
Demikian pula angka kematian bayi yang mendapat ASI lebih rendah
dibanding bayi yang mendapat susu formula. 14
c. IgA Sekretori (sIgA)
Imunoglobulin A banyak ditemukan pada permukaan saluran cerna
dan saluran napas. Dua molekul imunoglobulin A bergabung komponen
sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA). Fungsi utama sIgA adalah
mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding saluran cerna dan
menghambat perkembangbiakan kuman di dalam saluran cerna. IgA
sekretori di dalam ASI dilaporkan memiliki aktivitas antibodi terhadap
virus (polio, Rotavirus, echo, coxsackie, influenza, Haemophilus
influenzae, virus respiratori sinsisial/RSV), bakteri (Streptococcus
pneumoniae; E. coli, klebsiela, shigela, salmonela, campylobacter), dan
enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio cholerae, E. coli serta Giardia
lamblia. Begitu pula terhadap protein makanan seperti susu sapi dan
kedelai (bergantung pada pajanan ibunya). Oleh karena itu, ASI dapat

12
mengurangi angka kesakitan infeksi saluran cerna dan saluran
pernapasan bagian atas. 14
d. Kolostrum
Kolostrum mengandung sIgA dengan kadar sampai 5000 mg/dL yang
cukup untuk melapisi permukaan saluran cerna bayi terhadap berbagai
bakteri patogen dan virus. Begitu pula dengan antibodi lainnya, paling
banyak terdapat dalam kolostrum. Selain itu, terdapat lebih dari 50 proses
pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan
perbaikan jaringan. Perbedaan usia ibu mempunyai pengaruh terhadap
kadar antibodi yang terkandung dalam kolostrum. Ibu yang masih
remaja, kolostrumnya memiliki kadar IgA dan IgM sekretorik lebih
banyak dibanding ibu yang usianya lebih tua.
Adanya kadar antibodi yang masih tinggi terhadap virus polio dalam
kolostrum perlu dipertimbangkan pada pemberian imunisasi polio per
oral. Pada keadaan ini sebaiknya ASI tidak diberikan 2 jam sebelum dan
sesudah pemberian vaksin polio per oral pertama, agar tidak terjadi
netralisasi vaksin polio oleh sIgA kolostrum. 14

II.1.5 Manajemen Asi Eksklusif


Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arifin dan Dian, Adapun upaya-upaya
yang dilakukan adalah sebagai berikut : 13,15
1. Pada masa Kehamilan (antenatal)
Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting
susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan
agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan
gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali
dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang

13
menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada
istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
13,15

2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)


Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara
ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan kapsul
vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
13,15

3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)


Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan
gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga
ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga
terutama suami penting untuk menunjang. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau
petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak
disertai demam. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan
gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP ASsI yang cukup baik
kuantitas maupun kualitas. 13,15

II.1.6 Faktor - Faktor Kegagalan Pemberian Asi


Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:
 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan
pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan
juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari
hasil belajar secara formal, informal dan non formal. 16

14
Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI < 6
bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan
tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak yang
beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya sistem pencernaan sehingga
harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak
yang menangis terus menerus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang. Padahal
menangis bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini menunjukan
bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah. 17
 Pendidikan
Sciartino mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan dasar
dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta
turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar
yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat
berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah
budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah
laku.17

 Pekerjaan ibu
Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa memberikan
air susu kepada bayi selama 6 bulan akan mempengaruhi kegagalan profesi dan
kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak prospek peningkatan karier.
Ini semua merupakan masalah besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan
masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang menghadapinya. 15 Ibu menyusui
yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu berhenti menyusui anaknya.
Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI eksklusif kepada bayinya hingga
umur 6 bulan. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap
dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI
tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi.
Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran ASI
dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. 18
 Penyakit ibu
Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak bisa
atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal,
berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang
ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling

15
sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk:
Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal, atau
anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun beberapa
ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.
Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat
(setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara waktu,
payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu sudah ada
ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun memerlukan obat yang
akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi, misalnya obat-obat anti
tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa mengubah suasana hati,
misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa
ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Beberapa kondisi bayi bisa
mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan tidak mungkin untuk mencobanya
(dengan dukungan medis yang benar). Termasuk diantaranya adalah kelainan-
kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana
susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-
langit, dan kelainan bentuk mulut lainya yang mengganggu penghisapan. Meskipun
keberhasilan menyusu sebagian tergantung dari jenis cacatnya, tetapi dengan
bantuan khusus, tindakan menyusui msih bisa dimungkinkan.15,19
b. Faktor eksternal
Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu :
- Promosi Susu Formula Bayi
Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap
memberikan bayinya ASI eksklusif atau memberikan susu formula yang yang
diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar.
Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI (susu formula),
pemasaran susu formula langsung ke rumah sakit saat ini semakin gencar dan
sangat mengganggu keberhasilan program ASI eksklusif. Selain itu adanya
promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan gagalnya pemberian ASI
walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa berasal dari petugas
kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula, ataupun dari iklan-
iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik. 20
- Penolong Persalinan

16
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap
sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian
ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung
jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn yang
berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik
bersalin.13
II.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan.16
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang
mendukung tindakan seseorang.16
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian,
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam
kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.16
Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :16
1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).

17
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikap.

II.2.1 Tingkat Pengetahuan


Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang
mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai
berikut :16
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
5. Sintesis (Sinthesis)

18
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau
objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada.

II.2.2 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas :16
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

II.3 Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 16
Sedangkan menurut Robert Kwick perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.16
Terdapat klasifikasi mengenai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
yaitu sebagai berikut :16
 Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatanya. Dalam hal ini termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainya.

19
 Perilaku sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatanya atau rasa sakit.
 Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan.
Untuk menentukan pengukuran sikap, dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Sangat baik : 75%
b. Baik : 50% - < 75%
c. Kurang : < 50%

II.4 Urutan Siklus Pemecahan


Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang
ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk
memecahkannya dengan ciri-ciri:
1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
2. Dapat diukur
3. Dapat diatasi

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:


1. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan
menyimpang dari masalah tersebut.
2. Penyebab masalah harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data
atau konfirmasi.
3. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
dicari langsung alternatif pemecahan masalah.
4. Penetapan pemecahan masalah terpilih

20
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih dengan menggunakan kriteria matriks.
5. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (plan
of action atau rencana kegiatan)
6. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

Masalah yang akan dibahas dirangkum dengan menggunakan bagan


pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :

monitoring dan
evaluasi

penyusunan rencana identifikasi masalah

penetapan
penentuan penyebab
pemecahan masalah
masalah
terpilih

menentukan
alternatif
pemecahan maslah

Bagan 1. Kerangka pikir pemecahan masalah

21
I. Analisis Penyebab Masalah
Untuk menganalisis penyebab masalah manajemen puskesmas, digunakan
pola pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun
pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-
hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan. Sistem yang
diutarakan pada laporan ini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan dan
dijabarkan sebagai berikut :
PROSES

INPUT P1 OUTPUT

Man P2
Money
p3
Method
P3
Material

Machine LINGKUNGAN

Bagan 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem


Data yang sudah terkumpul diolah, untuk selanjutnya dilakukan analisis
maslah secara deskriptif untuk selanjutnya dicari kemungkinan penyebabnya
dengan menggunakan diagram fishbone. Analisis masalah dilakukan berdasarkan
kerangka pemikiran pendekatan sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M
yaitu, man, method, money, machine, material, kemudian dilanjutkan dengan
proses (P1 Perencanaan, P2 Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3 Pengawasan,
Pengendalian, dan Penilaian). Input dan proses juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.

1. Penentuan Penyebab Masalah


Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan
fishbone. Didukung oleh data dan konfirmasi petugas kesehatan lingkungan. 6,7
2. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

22
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan masalah.6,7

3. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih


Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. 6,7

4. Penyusunan Rencana Penerapan


Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).6,7

5. Monitoring dan evaluasi


Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut
masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.6,7

6. Analisis Penyebab Masalah


Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah
dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka
pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :

INPUT
MAN
MONEY METHODE

MATERIAL
MACHINE

MASALAH
MASALAH

P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES

23
Bagan 3. Diagram Fish Bone

7. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu
menyusun alternatif pemecahan masalah.
8. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks
MengunakanRumus M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks :
1. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah
yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.

 Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (Cost). Kriteria cost
(C) diberi nilai 1-5. Bila cost- nya makin kecil, maka nilainya mendekati
1.
Magnitude
1 = Tidak magnitude
2 = Kurang magnitude
3 = Cukup magnitude
4 = Magnitude
5 = Sangat magnitude
Importancy
1 = Tidak penting

24
2 = Kurang penting
3 = Cukup penting
4 = Penting
5 = Sangat Penting
Vulnerability
1 = Tidak sensitive
2 = Kurang sensitive
3 = Cukup sensitive
4 = Sensitif
5 = Sangat sensitif
Cost
1 = Sangat murah
2 = Murah
3 = Cukup murah
4 = Kurang Murah
5 = Tidak Murah
9. Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.6,7

25

S-ar putea să vă placă și