Sunteți pe pagina 1din 10

ANALISIS BERTH OCCUPANCY RATIO (BOR) UNTUK MEMENUHI STANDATR

ULTILITAS DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT PADA DERMAGA B CURAH CAIR


PELABUHAN DUMAI

Doris Ade Widyarti1), Rinaldi2), Ferry Fatnanta2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1, 2)Dosen Jurusan Teknik Sipil S1
Fakultas Teknik Universitas Riau, Jl. Subrantas KM 12,5 Pekanbaru 28293
Email: doris.ade@student.unri.ac.id1)
ri.naldi@gmail.com2)
fatnanto1964@gmail.com2)

ABSTRACT

Berth B (The pour liquid berth) is one of the berth which has a higher activity in Dumai
Harbour. Berth B handling cargo activities dominated by CPO with the amount up to 5
million tons each year and come increasing every year. The increasing amount of CPO, need
a project to know the value of visiting ships and the value of BOR in short term. Project value
is required to evaluate performance of the port so in the future the berth still being capable to
manage activities of cargo handling. Based on results of analysis, the value of BOR in short
time projection until 2021 is 82.90%. To fulfill The Standard Of Managing Director Of
Marine in 2011, the value of BOR was 70% it could be did by adding the lenghth of berth and
increase discharge of the pump. The short time projection in 2021 the Berth should be
lengthnened formerly 800 meters become 961 meters. Another solution that could be done
without adding the length of berth is increased the discharge of pump. The capacity of pump
formerly 200 tons/hour, by increased the discharge into 250 ton/hour the value of a BOR
become 62.18%

Keywords: harbour, berth, cargo handling of CPO, BOR, projection

I. PENDAHULUAN peningkatan kinerja instansi-instansi yang


Sebagai salah satu negara terkait di dalamnya. Salah satunya ialah
kepulauan terbesar, Indonesia memiliki meningkatkan jasa pelayanan di Pelabuhan
sumber daya alam yang tak terhingga salah Indonesia I (Persero) cabang Dumai.
satunya kelapa sawit. Kelapa sawit Pelabuhan Dumai memiliki 3 dermaga
merupakan salah satu komoditi hasil yang beroperasi yaitu Dermaga A untuk
perkebunan yang mempunyai peran cukup peti kemas, B untuk curah cair, dan C
penting dalam kegiatan perekonomian di dermaga multipurpose.
Indonesia. Kelapa sawit juga salah satu Dari hasil penelitian sebelumnya
komoditas ekspor Indonesia yang cukup proyeksi nilai Berth Occupancy Ratio
penting sebagai penghasil devisa negara (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga
selain minyak dan gas. Indonesia pada Dermaga B untuk jangka pendek lima
merupakan negara produsen dan eksportir tahun kedepan sampai tahun 2019 sebesar
kelapa sawit terbesar dunia (BPS, 2015). 75,86% (Manik, 2016). Sesuai proyeksi
Tingginya permintaan dunia akan nilai BOR yang dianalisa maka disarankan
kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) untuk dilakukan penambahan panjang
menjadikan sarana transportasi laut sebagai dermaga. Namun Metode tersebut masih
salah satu akses untuk meningkatkan memiliki kekurangan, yaitu penambahan
ekspor sawit ke negara-negara yang sudah dermaga tidak mempertimbangkan utilitas.
menjadi konsumen tetap. Untuk Oleh sebab itu pada penelitian ini akan
mendukung semua itu perlunya dianalisa penambahan utilitas di Dermaga

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 1


B, berdasarkan peningkatan CPO. 3. Gateway : Pelabuhan sebagai pintu
Peningkatkan utilitas pada dermaga dapat gerbang suatu negara, dimana setiap
dilakukan dengan cara meningkatkan kapal yang berkunjung harus mematuhi
sistem bongkar muat kapal, agar waktu peraturan dan prosedur yang berlaku di
tambat kapal bisa dikurangi. daerah dimana pelabuhan tersebut
berada.
II. TINJAUAN PUSTAKA 4. Industri entity : Pelabuhan memiliki
2.1 Defenisi Pelabuhan peran penting atas industri suatu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. negara/daerah yang umumnya
61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan berorientasi pada kegiatan ekspor atau
yang dimaksud dengan pelabuhan adalah sebagai zona industri
tempat yang terdiri atas daratan dan/atau lengkap dengan jaringan dan jasa
perairan dengan batas-batas tertentu transportasi.
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan 2.3 Klasifikasi Pelabuhan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun Pelabuhan dapat dibedakan menjadi
penumpang, dan/atau bongkar muat beberapa macam yang tergantung pada
barang, berupa terminal dan tempat sudut tinjauannya, yaitu dari segi
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan penyelenggaraan, pengusahaannya, fungsi
fasilitas keselamatan dan keamanan dalam perdagangan nasional dan
pelayaran dan kegiatan penunjang internasional, segi kegunaan dan letak
pelabuhan serta sebagai tempat geografisnya (Triatmodjo, 2008).
perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi. 2.4 Bangunan Pelabuhan
Sedangkan menurut Triatmodjo Di pelabuhan terdapat banyak
(2010) pelabuhan merupakan bandar yang bangunan yang merupakan suatu bagian
dilengkapi dengan bangunan-bangunan dari pelabuhan itu sendiri. Letak dari
untuk pelayanan muatan dan penumpang bangunan tersebut ada yang di laut,
seperti dermaga, tambatan, dengan segala maupun di darat.
perlengkapannya. 1. Bangunan di Laut
Pada bagian laut, terdapat beberapa
2.2 Fungsi Pelabuhan jenis bangunan pelabuhan, diantaranya
Menurut Asiyanto (2008) fungsi adalah :
pelabuhan adalah memberikan pelayanan 1. Alur pelayaran
bagi kapal-kapal dalam kegiatannya Yaitu daerah yang di lalui kapal sebelum
menurunkan dan menaikkan muatannya masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Alur
(baik cargo maupun manusia) dan juga pelayaran ini dibagi menjadi 2 bagian.
memberikan fasilitas lainnya yang a. Artificial channel, yaitu alur yang
diperlukan oleh kapal, misalnya air tawar, sengaja dibuat sebagai jalan masuk
bahan bakar, dan lain sebagainya. kapal ke dermaga dengan
Secara umum fungsi pelabuhan adalah: mengadakan pengerukan, dan
1. Link : Pelabuhan merupakan salah satu b. Natural channel, yaitu alur pelayaran
mata rantai proses transportasi dari yang telah terbentuk sedemikian rupa
tempat asal barang ke tempat tujuan. oleh alam.
2. Interface : Pelabuhan sebagai tempat 2. Kolam pelabuhan
pertemuan dua moda transportasi, Yaitu daerah di sekitar dermaga yang
misalnya transportasi laut dan digunakan kapal untuk melakukan
transportasi darat. aktivitasnya.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 2


3. Breakwater/talud ukuran kapal tunda tergantung pada
Yaitu salah satu bangunan pelabuhan panjang kapal seperti yang dapat dilihat
yang berfungsi untuk melindungi pada tabel 2.1 dibawah ini (Pelabuhan
daerah pelabuhan dari gelombang dan Indonesia, 2000).
sedimentasi, dengan memperkecil Tabel 2.1 Kebutuhan Kapal Tunda
tinggi gelombang sehingga kapal Kebutuhan Kapal Tunda
Panjang kapal Minimal
dapat berlabuh dan bertambat dengan (m)
tenang serta dapat melakukan aktivitas Jumlah Daya (PK)
bongkar muat dengan lancar. 71-100 1 600-1200
4. Dermaga 101-150 1 1200-3400
Dermaga adalah suatu bangunan 151-200 2 3400-5000
pelabuhan yang digunakan untuk
201-300 3 5000-10000
mempercepat dan menambatkan kapal
>300 4 >10000
yang akan melakukan bongkar muat
barang dan menaik-turunkan Sumber : Triatmodjo, 2010
penumpang.
Tambatan adalah fasilitas pelabuhan
2.5 Kinerja Pelabuhan untuk merapatnya kapal, bisa berupa
Kinerja pelabuhan dapat digunakan dermaga, pelampung, atau dolphin. Di
untuk mengetahui tingkat pelayanan tambatan ini kapal melakukan bongkar
pelabuhan kepada pengguna pelabuhan, muat barang atau menaik-turunkan
yang tergantung pada waktu pelayanan penumpang. Kapal yang bertambat dikenai
kapal selama berada di pelabuhan. Kinerja biaya tambat yang besarnya tergantung
pelabuhan yang tinggi menunjukkan pada bobot kapal, kapal pelayaran luar
bahwa pelabuhan dapat memberikan negeri atau dalam negeri, dan lama waktu
pelayanan yang baik (Triatmodjo, 2010). bertambat. Kapal yang bertambat diberi
Adapun kinrja pelabuhan meliputi : batas waktu, apabila melebihi batas waktu
1. Waiting time (WT) tersebut, akan dikenakan tarif tambat 200%
2. Berthing Time (BT dari tarif dasar. Batas waktu bertambat
3. Berthing Working Time (BWT) tergantung bobot kapal yang diberikan
4. Not Operation Time (NOT), dalam tabel berikut.
5. Effective Ttime (ET)
6. Idle Time (IT) Tabel 2.2 Waktu tambat kapal
7. Berth Occupancy Ratio ( BOR ), Bobot Kapal waktu tambat
8. Dead Weight Tonnage ( DWT ) (GT) (etmal)
9. Berth Through Put ( BTP ) < 999 3
1000-2499 4
Penundaan kapal adalah pekerjaan 2500-4999 6
mendorong, menarik atau menggandeng 5000-9999 8
kapal yang beroleh gerak untuk masuk ke 10000-14999 10
kolam pelabuhan, bertambah dan bersandar > 15000 14
di dermaga. Atau sebaliknya yaitu untuk ( 1 etmal = 24 jam)
melepas dari tambatan dan bergerak keluar Sumber :Triatmodjo, 2010
kolam pelabuhan menuju perairan di luar
pelabuhan. 2.6 Tingkat Pemakaian Dermaga / Berth
Pada waktu masuk dan keluar Occupancy Ratio (BOR)
pelabuhan, kapal dengan ukuran tertantu Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh
harus menggunakan kapal tunda sebagai Berth Occupancy Ratio (BOR) atau
sarana bantuan pandu. Jumlah ukuran dan tingkat pemakaian dermaga, yaitu
perbandingan antara jumlah waktu
Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 3
pemakaian tiap dermaga yang tersedia 2.7 Kapal
dengan jumlah waktu yang tersedia Menurut UU RI No 21 tahun 1992,
selama satu periode (bulan/tahun) yang kapal adalah jenis kendaraan air dengan
dinyatakan dalam presentase. bentuk dan jenis apapun, serta digerakan
Untuk perhitungan tingkat pemakaian oleh tenaga mekanik, menggunakan tenaga
dermaga / tambatan dibedakan menurut angin atau ditunda. Kapal termasuk jenis
jenis dermaga / tambatan dengan alternatif kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
sebagai berikut: kendaraan dibawah permukaan air, serta
1. Dermaga yang terbagi alat apung dan bangunan terapung yang
Tambatan terbagi atas beberapa tidak berpindah-pindah.
tempat tambatan (untuk satu/beberapa
kapal) maka penggunaan tidak 2.7.1 Kapal penumpang
dipengaruhi panjang kapal, sehingga Kapal penumpang adalah kapal yang
menggunakan perhitungan : digunakan untuk angkutan penumpang.
Untuk meningkatkan effisiensi atau
BOR = melayani keperluan yang lebih luas. Kapal
penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro,
ataupun untuk perjalanan pendek terjadwal
2. Tambatan Yang Terus Menerus dalam bentuk kapal feri. Dimensi dan
(Continuous Berth) kapasitas kapal penumpang dapat dilihat
Tambatan / Dermaga yang terbagi pada tabel Tabel 2.3
atas beberapa tempat tambatan.
Perhitungan Tingkat pemakaian Tabel 2.3 Dimensi dan Kapasitas Kapal
tambatan didasarkan pada panjang Penumpang
kapal (Length Over All = LOA) di Bobot Panjang Lebar (m) Draft (m)
tambah 5 meter sebagai faktor (DWT) Loa (m)

pengamanan muka-belakang dan 500 51 10,2 2,9


durasi kapal bertambat di dermaga 1000 68 11,9 3,6
(berth time). Sehingga perhitungannya 2000 88 13,2 4,0
adalah sebagai berikut : 3000 99 14,7 4,5
5000 120 16,9 5,2
BOR= 8000 142 19,2 5,8
10000 154 20,9 6,2
15000 179 22,8 6,8
20000 198 24,7 7,5
3. Tambatan Yang Digunakan Untuk 30000 230 27,5 8,5
Kapal Secara Susun Sirih Sumber : Triatmodjo, 2010
Tambatan yang dipergunakan untuk
penambatan kapal secara susun sirih adalah 2.7.2 Kapal Barang
kapal yang tertambat tidak pada posisi Kapal barang atau kapal kargo
lambung kapal, panjang yang adalah segala jenis kapal yang membawa
diperhitungkan tidak mengikuti panjang barang-barang dan muatan dari suatu
kapal, melainkan panjang tambatan yang pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Kapal
nyata di pakai. kargo pada umumnya didesain khusus
Sehingga perhitungan rumus sebagai untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane
berikut: dan mekanisme lainnya untuk bongkar
muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran.
BOR= x100%

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 4


2.7.3 Kapal Muatan Curah 3.2 Lokasi Penelitian
Kapal muatan curah atau bulk carrier Lokasi yang dijadikan penelitian ini
adalah kapal yang dibangun khusus untuk adalah terminal Dermaga B yaitu dermaga
mengangkut muatan curah (tidak curah cair yang merupakan dermaga
menggunakan wadah/pembungkus) yang khusus menangani minyak sawit CPO
dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar (Crude Palm Oil) dan RBD (Refined,
dan cara memuatnya dengan jalan Bleached and Deodorized) Oil. Letak
mencurahkan muatan ke dalam kapal. lokasi penelitian ini berada di kota Dumai
Seperti kapal ore carrier, kapal tangker, dan dikelola oleh PT. (Persero) Pelabuhan
dsb. Tabel Dimensi dan kapasitas untuk Indonesia I cabang Dumai yang berkantor
kapal muatan curah dapat dilihat pada tabel pusat di Jl. Datuk Laksamana Dumai.
2.4 berikut ini. Lokasi Pelabuhan Dumai dapat dilihat
pada Gambar 3.1 berikut
Tabel 2.4 Dimensi dan Kapasitas
Kapal Minyak
Bobot Panjang Lebar Draft
(DWT) Loa (m) (m) (m)
700 50 8,5 3,7
1000 61 9,8 4,0
2000 77 12,2 5,0
3000 88 13,8 5,6
5000 104 16,2 6,5
10000 130 20,1 8,0
15000 148 22,8 9,0
20000 162 24,9 9,8 Gambar 3.1 Layout Pelabuhan Dumai
30000 185 28,3 10,9 Sumber : Pelindo I, 2016
40000 204 30,9 11,8
50000 219 33,1 12,7 3.3 Analisis Data
60000 232 35,0 13,6 Adapun langkah-langkah yang
70000 244 36,7 14,3 dilakukan untuk mengevaluasi nilai
80000 255 38,3 14,9 proyeksi Berth Occupancy Ratio (BOR)
Sumber : Triatmodjo, 2010 adalah sebagai berikut :
1. Anilisis Kunjungan kapal
III. METODELOGI PENELITIAN berdasarkan Jumlah CPO
3.1 Umum 2. Analisis BOR
PT. Pelindo 1 Cabang Dumai 3. Analisis Peningkatan Utilitas
merupakan salah satu pelabuhan yang
melayani bongkar muat baik lokal maupun VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
internasional. Pelabuhan Dumai memiliki 4.1 Jumlah Bongkar Muat CPO
sarana dan fasilitas dermaga, Untuk mengetahui tingkat
lapangan/gudang penumpukan serta perkembangan arus kunjungan kapal
berbagai jenis peralatan bongkar muat. selama 5 tahun kedepan, maka dilakukan
Pelabuhan Dumai terbagi menjadi 3 proyeksi menggunakan metode regresi
dermaga yaitu dermaga A sebagai dermaga linier sederhana. Pada tahun 2015 dengan
general cargo dengan panjang 348 m, jumlah CPO sebesar 5.193.980 ton
dermaga B sebagai dermaga curah cair diketahui jumlah kunjungan kapal
dengan panjang 800 m, sedangkan sebanyak 551 call. Setelah diproyeksi 5
dermaga C melayani peti kemas dan curah tahun kedepan yaitu pada tahun 2021
kering dengan panjang 500 m. dengan jumlah CPO sebesar 5.314.201 ton,
kunjungan kapal ikut meningkat menjadi

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 5


989 call. Hasil proyeksi kunjungan kapal LOA sebesar 63.238 meter, tahun 2015
dapat dilihat pada Tabel 4.1. LOA sebesar 66.963 meter, dan yang
paling tinggi pada tahun 2016 LOA
Tabel 4. 1 Proyeksi Kunjungan Kapal sebesar 112.064 meter. Grafik trafik LOA
berdasarkan Jumlah CPO dapat dilihat pada gambar 4.2.
CPO KUNJUNGAN Nilai proyeksi LOA didapatkan
TAHUN KAPAL
seperti halnya proyeksi kunjungan kapal
(Ton) (Call)
yaitu menggunakan metode regresi linier,
2012 5100281,698 409
dimana data historis yang digunakan yaitu
2013 5115187,404 449
data trafik LOA tahun 2012 sampai dengan
2014 5132451,669 505 tahun 2015. Adapun nilai LOA mengalami
2015 5142715,934 551 peningkatan pada tahun 2015 sebesar
112.064 meter dan setelah diproyeksi
2016 5193980,199 692
selama 5 tahun kedepan yaitu pada tahun
2017 5210344,463 722 2021 menjadi sebesar 152.315 meter.
2018 5236308,728 788
Tabel proyeksi nilai LOA dapat dilihat
pada tabel 4.2.
2019 5262272,993 855

2020 5288237,258 922

2021 5314201,523 989

Sumber : Analisis Data, 2017

Gambar 4. 2 Grafik Tren LOA

Tabel 4.2 Proyeksi LOA

Loa
Gambar 4. 1 Grafik Data Kunjungan Kapal Tahun
(Meter)
dan CPO
2012 57243,04
4.2 Length Over All (LOA) dan 2013 62420,55
Proyeksi Nilai LOA 2014 63238,97
LOA adalah panjang kapal 2015 66963,45
keseluruhan mulai dari buritan kapal 2016 69961,42
sampai dengan haluan kapal yang 2017 72959,38
dinyatakan dalam meter. Data panjang 2018 75957,35
kapal didapatkan dari data master trafik 2019 78955,32
tahun 2012 sampai 2016. Panjang kapal 2020 81953,28
yang digunakan adalah panjang kapal rata- 2021 84951,25
rata dalam sebulan selama 5 tahun. Sumber : Analisis Data, 2017
Pada tahun 2012 jumlah LOA
sebesar 57.243 meter, pada tahun 2013
LOA sebesar 62.420 meter, tahun 2014

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 6


diperkirakan meningkat menjadi sebesar
63.906 jam. Tabel proyeksi nilai berth time
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Proyeksi pertumbuhan berth time
BT
Tahun
(Jam/Tahun)
2012 22344,94
2013 25437,25
2014 28697,60
Gambar 4.3 Grafik LOA dan Proyeksi LOA 2015 31186,76
2016 43519,52
4.3 Berth Time (BT) dan Proyeksi 2017 44666,82
Berth Time (BT) 2018 49476,69
Berth Time merupakan waktu
2019 54286,56
tambat kapal yang digunakan untuk
2020 59096,43
melakukan kegiatan bongkar muat cargo
selama di dermaga. Besarnya durasi berth 2021 63906,30
time dinyatakan dalam jam, mulai dari Sumber : Analisis data, 2017
kapal berlabuh sampai lepas jangkar.
Pada tahun 2012 nilai berth time Gambar 4. 5 Grafik Data Berth Ttime vs
dermaga curah cair pelabuhan Dumai
sebesar 22.344 jam, tahun 2013 nilai berth
time sebesar 25.437 jam, tahun 2014 nilai
berth time sebesar 28.697 jam, tahun 2015
nilai berth time sebesar 31.186 jam dan
tahun 2016 nilai berth time sebesar 43.519
jam. Grafik tren berth time dapat dilihat
pada gambar 4.4.

Proyeksi Berth Time

4.4 Analisis Berth Occupancy Ratio


(BOR)
Berth Occupancy Ratio (BOR) atau
tingkat penggunaan Dermaga adalah
perbandingan antara waktu penggunaan
Dermaga dengan waktu yang tersedia
(dermaga siap operasi) dalam periode
Gambar 4.4 Grafik tren Berth time waktu tertentu yang dinyatakan dalam
persentase. Nilai BOR dijadikan indikator
Nilai berth time diproyeksi selama dalam mengukur tingkat kinerja
jangka waktu pendek yaitu 5 tahun operasional suatu dermaga. Berdasarkan
kedepan menggunakan metode regresi Keputusan DIRJEN Perhubungan Laut
linier sederhana. Data historis yang tahun 2011 standar nilai BOR ideal untuk
digunakan adalah data trafik berth time dermaga yang beroperasi tidak boleh
tahun 2012 sampai tahun 2016. Pada tahun melebihi 70 %. Parameter nilai Berth
2016 nilai berth time sebesar 43.519 jam Occupancy Ratio (BOR) untuk dermaga
dan setelah diproyeksi pada tahun 2021 curah cair dapat dilihat pada tabel 4.4.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 7


Tabel 4. 4 Standar Utilitas Pelabuhan sebesar 1.000-1.500 jam. Pada tahun 2021
Sumber : Keputusan Direktorat Jendral dengan berth time 63.906 jam nilai BOR
Perhubungan Laut, 2011 adalah 82,90%. Dengan debit sebesar 250
ton/jam, berth time berkurang menjadi
Berdasarkan data kinerja 47.930 sehingga nilai BOR diperoleh
operasional PT Pelindo 1 Cabang Dumai 62,18%. Hasil perhitungan BOR dengan
nilai BOR pada dermaga curah cair
UTILITAS
mengalami peningkatan setiap tahun. LOKASI PELABUHAN
PELABUHAN
Tahun 2012 nilai BOR sebesar 48,39%, NO BOR SOR YOR
(%) (%) (%)
tahun 2013 nilai BOR sebesar 55,57%,
tahun 2014 nilai BOR sebesar 56,28%, KANTOR OTORITAS
tahun 2015 nilai BOR sebesar 63,90% dan PELABUHAN I
BELAWAN SUMATERA
pada tahun 2016 nilai BOR sebesar UTARA
68,41%.
1
BELAWAN
4.5 Penambahan Panjang Dermaga a. belawan lama 70 65 50
Untuk menurunkan BOR Dermaga b. ujung baru 70 65 50
B hingga mencapai nilai ideal, perlu c. citra 70 65 50
diadakan perpanjangan dermaga sebesar d. IKD 70 65 50
161 meter. Panjang dermaga semula 800 e. BICT
meter, pada tahun 2021 menjadi 961 meter. - Dermaga Internasional 70 65 60
Hasil perhitungan penambahan panjang - Dermaga Antar Pulau 70 65 60
dermaga dapat dilihat pada tabel 4.5 2 LHOKSEUMAWE 70 65 50
3 SIBOLGA 70 65 50
Tabel 4.5 Nilai Penambahan Panjang 4
DUMAI
Dermaga 70 65 50
BOR Penambahan BOR Panjang a. Dermaga A (Cargo)
Existing Panjang Rencana Dermaga b. Dermaga B (CPO) 70 - -
Tahun
Dermaga Rencana 70 65 50
c. Dermaga C (Multipurpose)
(%) (Meter) (%) (Meter)
5 70 - 50
PEKANBARU/PERAWANG
2017 67,63 - 70 800 6
TANJUNG PINANG
2018 71,55 30 70 830 a. Sri Bayintan Kijang 70 65 50

b. Sri Payung Batu Anam 70 65 50


2019 75,39 74 70 874
penambahan debit pompa dapat dilihat
2020 79,17 118 70 918 pada Tabel 4.6
2021 82,90 161 70 961
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan BOR
Sumber : Analisis Data, 2017 dengan Penambahan Debit Pompa
4.6 Penambahan Debit Pompa Debit Bert Efisiensi BOR
Rencana Time Berth Time
Untuk memenuhi nilai BOR sesuai Tahun
(Ton/Jam) (Jam) (Jam) (%)
standar utilitas pelabuhan yaitu sebesar
2017 250 44666,82 11166,70 50,72
70% dapat dilakukan dengan mempercepat
waktu tambat (berth time). Efisiensi berth 2018 250 49476,69 12369,17 53,66

time dapat diperolehl dengan cara 2019 250 54286,56 13571,64 56,54
menaikan debit pompa. Standar debit
2020 250 59096,43 14774,11 59,38
pompa yang tersedia saat ini adalah
sebesar 200 ton/jam, maka diasumsikan 2021 250 63906,30 15976,57 62,18
debit pompa dinaikkan menjadi 250
ton/jam. Dengan kenaikan debit pompa Sumber : Analisis Data, 2017
sebesar 25% berth time dapat dikurangi
Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 8
5. KESIMPULAN DAN SARAN menurut Rencana Induk Pengembangan
5.1 Kesimpulan Pelabuhan (RIPP) Dumai yang ingin
Setelah melakukan pengolahan data menambah panjang hingga 1.000 meter.
berdasarkan hasil perhitungan dan analisis 10.Kapasitas standar debit pompa dermaga
maka diambil beberapa kesimpulan : curah cair sampai tahun 2016 sebesar
1. Kenaikan arus kunjungan kapal pada 200 ton/jam.
dermaga curah cair Pelabuhan Dumai, 11. Penambahan debit pompa untuk jangka
dipengaruhi oleh kenaikan jumlah pendek selama 5 tahun kedepan adalah
bongkar muat Crude Palm Oil (CPO). sebesar 250 ton/jam, dengan efisiensi
2. Kenaikan kunjungan kapal dari tahun mencapai 10.000-15.000 jam dan nilai
2012-2016 adalah sebesar 10,9% berth time sebesar 63.906,30 jam
dengan kunjungan sebanyak 692 kapal 12. Proyeksi nilai BOR tahun 2021 dengan
dan volume bongkar muat CPO penambahan debit pompa 250 ton/jam
mencapai 5.142.715,934 ton. menjadi 62,18%, sehingga memenuhi
3. Proyeksi kunjungan kapal kunjungan standar utilitas DIRJEN Perhubungan
kapal untuk jangka pendek lima tahun Laut yaitu < 70%
kedepan sampai tahun 2021 adalah
sebanyak 989 dengan proyeksi 5.2 Saran
pertumbuhan CPO mencapai 1. Diperlukan data master trafik yang lebih
5.314.201,523 ton. lengkap agar hasil proyeksi lebih akurat.
4. Selain tingkat kunjungan kapal, faktor 2. Diperlukan hubungan kerjasama yang
lain yang paling mempengaruhi nilai baik dari pihak shipper agar peneliti
BOR adalah berth time (waktu tambat). dapat mengetahui secara langsung
5. Nilai berth time tahun 2016 sebesar prosedur unloading (bongkar) pada
43.519,52 jam dan diproyeksikan pelabuhan.
meningkat pada tahun 2021 sebesar 3. Diperlukan perhitungan desain struktur
63.906,30 jam dermaga untuk mengetahui kelayakan
6. Nilai BOR dermaga curah cair sampai penambahan panjang dermaga yang
dengan tahun 2016 adalah 67,63%. mungkin dilakukan.
Kondisi ini masih memenuhi standar 4. Diperlukan data fasilitas dan peralatan
utilitas DIRJEN Perhubungan Laut yang lebih detail agar dapat dilakukan
yaitu < 70%. Sehingga dermaga masih perhitungan debit dengan menggunakan
layak untuk melakukan kegiatan rumus aliran fluida.
bongkar muat 5. Diperlukan studi lebih lanjut untuk
7. Proyeksi nilai BOR untuk jangka mendapatkan analisis yang lebih baik.
pendek lima tahun kedepan sampai
tahun 2021 sebesar 82,90 %. Hal ini 6. DAFTAR PUSTAKA
sudah tidak memenuhi standar utilitas Asiyanto. (2008). Metode Konstruksi
yang diizinkan sehingga perlu dilakukan Bangunan Pelabuhan. Universitas
analisis lebih lanjut. Indonesia. UI Press.
8. Panjang dermaga B curah cair Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik
pelabuhan Dumai saat ini adalah 800 Kelapa Sawit Indonesia.
meter. Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No.
9. Penambahan panjang dermaga untuk UM.002. 2011. Standar Kinerja
jangka waktu pendek selama 5 tahun Pelayanan Operasional Pelabuhan
kedepan adalah sebesar 161 meter Kramadibrata, Soedjono. 1985.
sehingga panjang dermaga tahun 2021 Perencanaan Pelabuhan. Ganexa
diperkirakan sebesar 961 meter. Hal ini Exact. Bandung.
masih memungkinkan untuk dilakukan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 9


Lasse, D.A. 2011. Manajemen
Kepelabuhanan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Manik, Bramson P. 2016. Analisis
Kelayakan Panjang Dermaga Curah
Cair Berdasarkan Jumlah
Kunjungan Kapal Di Pelabuhan
Dumai. Skripsi Jurusan Teknik
Sipil. Pekanbaru : Universitas Riau.
Peraturan Pemerintah No. 61. 2009.
Kepelabuhan.
Perum Pelabuhan II . 1987. Petunjuk
Praktis Penanganan Bongkar Muat di
Pelabuhan, Jakarta.
PT. Pelabuhan Indonesia I (persero)
cabang dumai. 2016. Profil PT.
Pelabuhan Indonesia I cabang
Dumai. Dumai: PT. Pelabuahan
Indonesia I. Available at:
<http://dumai.inaport1.co.id/dumai1/
statis-1-profil.html> [Accessed 15
juni 2016].
Triatmodjo, Bambang. 1996. Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset
Triatmodjo, Bambang. 2010. Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
UU Republik Indonesia No. 2. 1992.
Pelayaran.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 10

S-ar putea să vă placă și