Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan:


a. Mempelajari proses distilasi crude oil secara sederhana
b. Mengetahui dasar-dasar uji kualitas produk minyak bumi
c. Menentukan fraksi komponen yang diperoleh dari distilasi atmosferik
Crude Oil

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Minyak Bumi
Minyak bumi terutama terdiri dari campuran yang sangat kompleks senyawa-
senyawa hidrokarbon yaitu senyawa-senyawa yang mengandung unsur karbon dan
hidrogen. Disamping itu dalam minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang,
nitrogen, oksigen dan logam-logam yang terdapat dalam jumlah yang relatif lebih
sedikit yang terikat dalam bentuk senyawa-senyawa organik. Disamping itu air dan
garam-garam hampir selalu terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan terdirpersi.
Bahan-bahan bukan hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran, karena
pada umumnya memberikan gangguan dalam proses pengolahan minyak bumi
dalam kilang dan berpengaruh jelek terhadap mutu produk.
Baik senyawa hidrokarbon maupun senyawa bukan hidrokarbon keduanya
akan menentukan cara-cara pengolahan yang dilakukan dalam kilang minyak.
Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat banyak
jumlahnya tetapi senyawa tersebut dapat dibagi dalam tiga senyawa hidrokarbon,
yaitu senyawa hidrokarbon parafin, naften dan aromatik. Disamping senyawa-
senyawa hidrokarbon tersebut dalam produk minyak bumi juga terdapat senyawa
hidrokarbon olefin dan diolefin yang terjadi karena perengkahan dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya distilasi minyak mentah dan
proses perengkahan.
Sekitar 85% dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan menjadi
3 golongan, yaitu :
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar parafin (paraffinic base)
3. Minyak dasar campuran (mixed base)
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik.
Kandungan sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi dibandingkan dengan
minyak-minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok
untuk memproduksi gasoline ( bensin ) yang berkualitas tinggi, minyak pelumas
mesin dan aspal. Fraksi-fraksi ringan dan menengah mengandung presentase
naftalen yang tinggi.
Minyak dasar parafin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat
baik sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan
kerosin dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspal secara
bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.

1.2.2 Sistem Pengolahan Minyak Bumi


Sistem pengolahan minyak bumi berfungsi untuk mengubah atau
mengkonversikan minyak mentah melalui berbagai macam proses menjadi suatu
produk yang lebih ekonomis dan dapat dipasarkan. Proses pengolahan minyak bumi
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Primary
Processing

2. Secondary Processing
3. Treating Processing
Proses pemisahan dan perlakuan secara fisis pada umumnya merupakan
proses pengolahan pertama (Primary Processing), sedangkan proses konversi dan
perlakuan yang disertai dengan perubahan kimia dari senyawa-senyawa merupakan
proses lanjutan (Secondary Processing). Treating Processing merupakan proses
pemurnian minyak bumi dengan cara penghilangan kotoran- kotorannya.

1.2.2.1 Pengolahan Pertama (Primary Processing)


Proses pengolahan pertama yang utama adalah distilasi atmosferik, distilasi
vakum, ekstraksi, absorpsi dan kristalisasi.

1.2.2.2 Pengolahan Lanjutan (Secondary Processing)


Proses pengolahan lanjut yang utama adalah thermal cracking, catalytic
cracking, hydrocracking, catalytic reforming, polimerisasi dan alkilasi.

1.2.2.3 Proses Treating


Proses treating dapat diartikan sebagai penghilangan, pemisahan atau
pengubahan senyawa yang tidak diinginkan yang terdapat pada minyak mentah,
produk tengah dan produk akhir. Selain itu, proses treating dapat dikatakan sebagai
pemisahan atau peniadaan sebagian hidrokarbon yang tidak diinginkan dengan
maksud menaikkan kadar hidrokarbon yang diinginkan untuk menaikkan kualitas
produk.

1.2.3 Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 4000°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Melalui metode destilasi, senyawa-senyawa dalam minyak bumi dapat
dipisah menjadi berbagai senyawa hidrokarbon sesuai dengan titik didihnya.
Metode destilasi dilakukan dengan menggunakan pendinginan bertahap atau
bertingkat. Metode ini dikenal juga dengan istilah proses distilasi bertingkat. Titik
didih dari senyawa hidrokarbon yang terkandung pada minyak bumi dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 1.1 Titik didih senyawa hidrokarbon pada minyak bumi

Fraksi Jumlah Atom Titik Didih (Celcius)

Gas-Gas Petroleum 1–4 < 30

Petroleum Eter 5–6 30 – 60

Ligroin 7 20 – 135

Bensin (Gasolin) 6 – 12 50 – 180

Minyak Tanah (Kerosin) 11 – 16 170 – 290

Minyak Diesel (Solar) 14 – 18 260 – 350

Minyak Pelumas 16 – 24
300 – 370
Parafin, Aspal > 25

Dengan memperhatikan data tabel tersebut dapat diketahui, jika minyak


bumi/mentah dipanaskan pada temperatur 30°C maka gas-gas petroleum akan
segera mendidih dan menguap. Sedangkan senyawa lainnya tetap berada pada fasa
awalnya.
Ada beberapa jenis destilasi:
A. Destilasi Fraksionasi
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari
destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan
untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas,
semakin tidak volatil cairannya.

\\

Gambar 1.1 Destilasi Fraksinasi Minyak Mentah

B. Destilasi atmosferik
Destilasi atmosferik adalah proses destilasi yang dilakukan pada tekanan
atmosferik (tekanan sekitar 1 atm). Pengaturan suhu maksimum dengan maksud
agar tidak terjadi perekahan (cracking) pada produk yang dihasilkan. Destilasi
atmosferik pada industri migas adalah untuk mengolah minyak mentah menjadi
fraksi-fraksi antara lain refinery gas, naphta, kerosin, solar, minyak diesel dan
residu.

C. Destilasi Crude oil


Proses pemisahan minyak mentah dengan cara dipanaskan sehingga
menghasilkan beberapa fraksi sesuai titik didih dari masing – masing fraksi
tersebut. Pada prinsipnya , proses destilasi melibatkan pemompaan minyak mentah
melalui pipa kedalam tungku panas dan memisahkan molekul hidrokarbon dari
yang ringan ke berat.

1.2.4 Produk Minyak Bumi


Dari pengolahan crude oil dihasilkan berbagai macam produk yang berupa
minyak cair maupun gas. Minyak dan gas hasil pengolahan didapatkan dari rentetan
proses-proses pengolahan dan proses pencampuran untuk mendapatkan produk
minyak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh sarat-sarat
penggunaannya. Adapun produk yang dihasilkan dari pengolahan crude oil adalah:

1. LPG
LPG adalah hasil dari penyulingan minyak bumi yang berupa gas cair.
Adapun unsur yang terkandung dalam LPG ini antara lain propana ( C3H8 ), butana
( C4H10 ), etana ( C2H6 ) dan pentana ( C5H11 ). Pada umumnya LPG pada era
saat ini banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk industri dan rumah tangga.
Perlu diketahui bahwa sebelum LPG ini dipasarkan, LPG ini sudah diberi zat
pembau tambahan yaitu senyawa merkaptan (ethyl mercaptan).
Tujuan dari penambahan zat tersebut adalah untuk memberi tanda kepada
konsumen apabila terjadi kebocoran gas. Apabila tidak diberi zat tambahan tersebut
maka akan sangat membahayakan, karena pada dasarnya sifat gas dapat terlepas ke
udara dan mudah terbakar. Tidak hanya digunakan dalam keperluan rumah tangga,
LPG ini juga digunakan sebagai bahan baku maupun campuran di pabrik-pabrik
petrokimia untuk dihasilkan beberapa produk. Beberapa hasil dari pabrik
petrokimia tersebut antara lain adalah produk kosmetik, pupuk dan biji plastik.

2. Aviator Turbine (Avtur)


Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat terbang yang menggunakan
mesin turbin. Avtur ini sering disebut sebagai Jet-A1. Bahan bakar avtur ini terbuat
dari bahan kerosin, karena terbuat dari kerosin maka karakteristik avtur ini mirip
dengan kerosin dimana salah satunya adalah sama-sama memiliki rantai karbon dan
senyawa hidrokarbon (parafinik dan naftenik) yang sama.
Kelebihan dari bahan bakar avtur dibanding dengan bahan bakar yang lain
adalah avtur memiliki volalitas yang lebih kecil, dimana volalitas yang kecil pada
bahan avtur ini memiliki keunggulan, yaitu dapat meminimalisir kemungkinan akan
kehilangan bahan bakar dalam jumlah yang banyak yang terjadi karena penguapan
pada saat pesawat terbang. Selain itu keunggulan dari avtur yang lainnya adalah
memiliki kandungan energi per volume yang lebih tinggi sehingga dapat
menyalurkan energinya pada pesawat untuk melakukan penerbangan pada jarak
yang lebih jauh.
Mutu dari avtur ini dinilai dari beberapa aspek seperti kemurniannya,
performa pada suhu yang rendah dan model pembakaran pada turbin. Berdasarkan
aspek tersebut maka avtur harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
sebelum digunakan seperti titik beku pada suhu maksimal -47 derajat Celcius dan
titik nyala minimal pada suhu 38 derajat Celcius.

3. Aviation Gasoline (Avgas)


Avgas ini hampir sama dengan avtur, bedanya avgas ini merupakan bahan
bakar minyak yang dibuat secara khusus untuk pesawat terbang dengan mesin yang
memiliki ruang pembakaran internal dan mesinnya berupa piston (piston engine).
Avgas ini juga digunakan untuk bahan bakar mobil balap ataupun pesawat tempur.
Avgas merupakan hasil dari pengembangan bensin (gasoline) dimana
pengembangannya berdasarkan titik beku, titik nyala dan volality, yang mana titik
bekunya maksimal -58 derajat Celcius.
Kualitas dari avgas dapat dilihat dari karakteristiknya yang anti ketukan (anti
knock) yang ditunjukkan oleh jumlah bilangan oktan. Perlu diketahui bahwa avgas
ini memiliki kandungan timbal yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.
Akan tetapi timbal yang ada dalam avgas ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya ketukan di dalam sebuah mesin yang artinya timbal tersebut berfungsi
untuk meningkatkan bilangan oktan. Meski demikian sebenarnya sudah ditemukan
zat yang dapat meningkatkan bilangan oktan pada avgas yaitu etanol, dimana etanol
ini faktanya lebih ramah lingkungan ketimbang timbal.
4. Kerosin
Kerosin atau minyak tanah merupakan cairan yang mudah terbakar. Kerosin
ini didapat dari proses destilasi minyak bumi pada suhu 150-275 derajat Celcius
dengan rentang rantai karbon antara C12-C15. Untuk mengurangi kadar
pengkaratan dan kadar belerang pada kerosin ini maka kerosin ini perlu diolah lebih
lanjut pada unit Merox atau Hydrotreater dan juga kualitasnya sebagai bahan bakar
akan ditingkatkan di unit Hydrocracking.
Sebelum dipasarkan, biasanya kerosin ini diberi zat pewarna terlebih dahulu
dan umumnya zat pewarna tersebut berwarna kuning yang tujuannya agar
masyarakat dapat membedakan antara minyak tanah dengan air. ( baca : Sifat Sifat
Air ) Kerosin ini untuk saat ini sulit ditemukan keberadaannya, sehingga perlu
upaya untuk melestarikannya agar tetap terjaga dan dapat dinikmati dimasa
mendatang.

5. Bensin
Bensin atau gasoline adalah salah satu hasil olahan minyak bumi yang
terkenal di masyarakat sekitar. Komponen utama yang terdapat pada bensin adalah
oktana dan n-heptana. Bensin yang sering digunakan sebagai bahan kendaraan
bermotor maka kualitasnya ditentukan berdasarkan karakteristik jumlah bilangan
oktan. Dimana apabila semakin tinggi jumlah bilangan oktan pada bensin tersebut
maka semakin tinggi pula kualitas dari bensin tersebut. Agar jumlah bilangan oktan
pada bensin bertambah maka perlu dilakukan penambahan zat aditif seperti TEL
(Tetra Ethyl Lead) dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).

6. Solar
Solar atau diesel pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam
pembakaran mesin diesel, baik itu mesin kendaraan ataupun mesin industri. Solar
didapat dari proses destilasi pada suhu 200-300 derajat Celcius, dimana titik
nyalanya berada diantara 40-100 derajat Celcius. Solar ini tidak mudah menguap
seperti LPG pada suhu yang normal, akan tetapi solar memiliki kandungan sulfur
yang lebih tinggi dibandingankan dengan bensin atau kerosin.
Kualitas solar berdasarkan dari aspek pembakarannya, kekentalannya,
kandungan sulfurnya dan kestabilannya (apabila disimpan dalam jangka waktu
yang lama). Solar termasuk bahan bakar yang mudah dicari keberadaannya, selain
harganya yang terjangkau juga manfaatnya dalam sehari-hari tidaklah buruk.
Sebagian dari mereka yang memiliki pencaharian sebagai supir angkutan umum
terkadang menggunakan bahan bakar ini.

7. Minyak pelumas
Merupakan sebagian kecil dari produk minyak bumi. Namun merupakan
produk yang paling penting karena diperlukan untuk melumasi permukaan bagian
mesin yang saling, bergesekan dan bergerak untuk mencegah keausan. Misalnya
silinder motor bakar, turbin, gear-box dan sebagainya.

8. Gemuk (greases)
Merupakan pelumas yang berbentuk padat, digunakan untuk bantalan
(bearing) yang beroperasi pada suhu tinggi, dan untuk bearing yang tidak boleh
bocor.

9. Parafin
Parafin merupakan nama umum dari hidrokarbon alkan. Bentuk padat dari
parafin adalah lilin parafin. Parafin ini sering digunakan diberbagai industri sebagai
bahan utama seperti dalam furnitur yang menggunakan palpis berbahan dasar
parafin sebagai cat dan tinta. Parafin ini juga dapat digunakan sebagai bahan dasar
malam untuk membatik, selain itu parafin juga dapat digunakan sebagai bahan
kecantikan. Parafin yang digunakan sebagai bahan kecantikan perlu diolah terlebih
dahulu agar aman ketika digunakan, apabila tidak diolah secara khusus maka yang
terjadi nantinya akan menimbulkan efek yang buruk bagi wajah.
10. Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki sifat yang kental dan
melekat, umumnya berwarna coklat kehitaman dan tahan terhadap air serta
mengandung sulfur, oksigen dan klor yang tinggi. Aspal merupakan hasil dari fraksi
minyak bumi yang diolah menjadi 2 jenis, yaitu aspal cair dan aspal padat. Aspal
ini sering digunakan untuk memperhalus jalan raya yang fungsi utamanya adalah
untuk mengikat batuan agar tidak terlepas dari permukaan jalan, untuk mengisi
ruang yang kosong, sebagai bahan perekat dan pelapis.
Aspal ini memiliki keunggulan dalam penyerapan air hujan, dimana apabila
hujan turun maka air akan meresap secara perlahan ke dalam aspal dan nantinya
akan diteruskan ke sungai. Akan tetapi hal tersebut membuat jalanan menjadi cepat
rusak sehingga dalam jangka waktu tertentu aspal yang ada di jalan perlu diperbaiki
ulang.

1.2.5 Specific gravity dan API


Specific grafity cairan hidrokarbon ( minyak ) didefinisikan sebagai
perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air yang diukur pada tekanan
dan temperatur yang sama atau dapat ditulis :

 oil
SG =
 water

Biasanya specific grafity digunakan dalam pembicaraan tentang sifat fisik


cairan yaitu specific grafity pada temperatur 60 F dan tekanan atmosfer pada 14,7
psia. Hubungan SG minyak dan API dinyatakan:

141.5
 API   131.5
SG Oil
Harga API untuk berat jenis minyak antara lain :
 Minyak berat = 10 - 20 API
 Minyak sedang = 20 - 30 API
 Minyak ringan = > 30 API
API minyak bumi mmenunjukkan kualitas minyak, makin kecil berat
jenisnya makin tinggi API – nya. Minyak tersebut makin berhharga karena lebih
banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah API – nya, semakin besar
berat jenisnya, maka mutu atau kualitas minyak bumi tersebut kurang, karena lebih
banyak mengandung residu atau lilin.
Dewasa ini dari minyak berat pun dapat dibuat bensin lebih banyak dengan
sistem cracking dalam penyulingan, tetapi memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Selain API untuk menyatakan berat jenis, digunakan juga sistem baume,
akan tetapi jarang digunakan karena Baume tidak dapat membedakan klasifikasi
specific grafity gas yang satu dengan yang lainnya.
140
 Baume   130
BJ Oil

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan picnometer. Melalui selisih


dari penimbangan picnometer kosong dan picnometer + sampel dapat diketahui
berat dari minyak yang dianalisa, lalu selanjutnya dapat dilakukan perhitungan
densitas minyak, Specific Grafity dan oAPI nya. Selain menggunakan picnometer
juga dapat menggunakan Hydrometer yang didesain dengan bentuk dan berat
tertentu sehingga mendekati densitas minyak yang akan ditest. Alat ini dilengkapi
dengan skala pembacaan sampai puluhan derajat Baume atau API unit. Ada
Hydrometer yang khusus, disebut Thermohydrometer yang terdiri dari
thermometer yang dipasang di bagaian bawah hydrometer tersebut, yang dipakai
untuk mendeterminasikan specific gravity dan temperatur minyak secara langsung
dengan satu alat saja.

Specific gravity dari minyak bumi adalah perbandingan anatara berat yang
diberikan oleh minyak tersebut pada volume tertentu dengan berat air suling pada
volume tertentu, dengan berat air suling pada volume yang sama dan diukur pada
temperature 60 oF. Sedangkan oAPI minyak bumi menunjukkan kualitas minyak
bumi tersebut berdasarkan dari standar America. Makin kecil SG (specific grafity)
atau makin besar oAPI nya akan sedikit mengandung lilin atau residu aspal atau
paraffin.
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat
1. Alat destilasi fraksinasi

2. Hydrometer specific gravity

3. Batang pengaduk

4. Gelas ukur 100 ml

5. Gelas kimia 250 ml

6. Erlenmeyer

7. Termometer

8. Alumunium foil

2.2. Bahan
1. Gasoline

2. Kerosene

3. Solar

2.3. Prosedur Kerja


1. Mengolesi setiap sambungan pada unit destilasi dengan silicon grease

2. Memasukkan bensin, kerosene, dan solar ke dalam labu leher dua yang
telah berisi heavy crude oil masing-masing 400 ml kemudian mengaduknya
hingga tercampur

3. menghubungkan kembali labu leher dua yang telah berisi campuran pada
unit destilasi

4. memasang erlenmeyer sebagai wadah penampungan produk atas yaitu


bensin
5. mengganti air dalam reservoir tank dengan air bersih dan memasukkan 3
buah es batu ke dalamnya

6. menghubungkan alat dengan sumber arus listrik

7. memutar tombol power pada posisi ON

8. memutar tombol Heater pada posisi ON dan mengatur pada 400 C secara
manual dengan cara menekan “^” atau “v” sampai display akan berubah
naik atau turun sesuai dengan temperatur yang diinginkan yaitu 400 C

9. Mengatur proses pemvakuman dengan memutar valve kondensor


sebanyak ½ bukaan dan valve vaccum sebanyak ½ bukaan

10. memutar tombol vaccum pada posisi ON

11. Mencatat temperatur pada bottom (T1), tray 1 (T2), tray 2 (T3), top (T4)
dan heater (T5) setiap 10 menit sampai diperoleh volume pada setiap fraksi
hasil destilasi yang cukup untuk dianalisa dengan menekan tombol select
untuk melihat temperatur tiap bagian

12. Mengambil dan menampung produk tray 1 dan tray 2 dalam gelas kimia
dan menutupnya dengan alumunium foil

13. menurunkan temperatur pemanas pada temperatur ruang yaitu 29 C


apabila proses destilasi dihentikan sehingga pemanas akan aman. Setelah
temperatur control menunjukkan temperatur dibawah 100 C maka matikan
pemanas dengan memutar tombol heater dan vaccum ke posisi OFF dan
display akan mati.

14. memutar tombol power pada posisi OFF

15. melepaskan alat dari sumber arus listrik

16. Melakukan uji nilai specific gravity pada setiap produk hasil destilasi
dengan metode ASTM D. 1298-99 dengan cara :
a. Memasukkan produk bensin sebanyak 125 ml kedalam gelas ukur
100 ml
b. Memasukkan termometer dan batang pengaduk, kemudian
melakukan pengadukan sampai rata dan mencatat temperatur yang
terbaca pada termometer
c. Mengangkat termometer dan batang pengaduk dari gelas ukur dan
memasukkan Hydrometer specific Gravity ke dalam gelas ukur
secara perlahan.
d. Membaca skala pada hydrometer apabila hydrometer sudah
terapung bebas dan stabil sehingga diperoleh nilai Sg bensin
e. Mengoreksi nilai Sg yang diperoleh dari praktikum dengan
menggunakan correction table for specific gravity hydrometer 60
F/60 F
f. Mengulangi langkah a sampai e untuk melakukan uji nilai Sg pada
produk hasil destilasi lainnya yaitu minyak tanah dan solar.
BAB III
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Pengamatan


Tabel 3.1 Data Standar Produk Minyak Bumi

Spesifik Gravity Range Titik Didih


No. Produk
60 oF/60 oF (oC)

1. Bensin 0,7156-0,7707 0 - 150

2. Kerosin max 0.835 150 - 250

3. Solar 0.820 – 0.870 250 - 350

Sumber : Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi

Tabel 3.2 Data Pengamatan Setelah Proses Destilasi

Spesific
T max Gravity Hasil Spec
Sample Volume (mL)
(oC) Koreksi 60 Produk
oF/60 oF

Bottom 177 - 880 -

Tray 1 111 0.8705 110 Solar

Tray 2 107 0.7680 80 Bensin

Tray 3 51 0.7534 130 Bensin


3.2 Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan destilasi fraksinasi dari minyak


mentah, mempelajari penggunaan bubble tray column, mempelajari fenomena yang
terjadi pada kilang minyak dan menghubungkan antara struktur senyawa kimia
terhadap sifatnya.

Proses destilasi fraksinasi crude oil pada praktikum ini dilakukan dengan cara
menampung 1200 mL sampel crude oil pada labu dasar bulat dan memanaskannya
dengan temperatur 300 oC pada tekanan atmosferik. Selama proses pemanasan,
sampel crude oil akan mengalami proses fraksinasi, yakni pemisahan komponen
berdasarkan perbedaan titik didih. Sampel crude oil yang menguap berdasarkan titik
didihnya akan mengalir menuju ke kondensor, didalam kondensor uap dari sampel
crude oil akan diturunkan titik didihnya oleh air pendingin, sehingga terjadi
perubahan fase dari gas menjadi cair. Kemudian cairan tersebut akan ditampung
pada susunan tray yang sesuai. Fraksi crude oil yang memiliki titik didih paling
rendah (0-150 oC) akan menguap terlebih dahulu, dan menjadi kondensat pada
fraksi top yang dikenal sebagai naftalena (bensin) dengan rantai karbon paling
pendek (C6 – C11). Kondensat fraksi crude oil yang memiliki titik didih sedang (150-
250 oC) dikenal sebagai kerosin (minyak tanah) dengan rantai karbon sedang (C12
– C14) akan ditampung pada tray 2. Kondensat fraksi crude oil yang memiliki titik
didih lebih tinggi (250-350 oC) dikenal sebagai gas oil (solar) dengan rantai karbon
lebih panjang (C15 – C17) akan ditampung pada tray 1 yang berada di dekat heater.
Pada praktik yang telah dilakukan, temperatur pada tray telah berada pada kondisi
yang seharusnya dimana temperatur solar 111 oC lebih besar dari kerosen dengan
temperatur 107 oC, dan lebih besar dari bensin dengan temperatur 51 oC.

Praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui nilai Sg dari masing-


masing fraksi crude oil yang diperoleh dari hasil destilasi. Specific grafity juga
dipengaruhi oleh rantai karbon, jika rantai karbon semakin panjang maka kepadatan
molekul semakin besar, sehingga nilai Specific grafity-nya semakin besar pula.
Pada pratikum ini didapatkan hasil urutan spesifik gravity bensin lebih kecil dari
kerosen, dan spesifik gravity kerosen lebih kecil dari solar. Akan tetapi spesifik
gravity kerosen berada di range spesik gravity bensin tidak sesuai dengan teori. Hal
ini disebabkan karena terjainya kebocoran pada top menyebabkan temperatur pada
tray 2 menjadi lebih rendah dari sehrusnya. Fraksi bensin menjadi lebih cepat
terkondensasi dan turun kembali ke tray 2, sehingga fraksi kerosen pada tray 2
menjadi terkontaminasi dengan bensin.

Data spesific gravity dari hasikoreksi selnajutnya dibandingkan dengan data


standar untuk setiap produk yang diduga terbentuk pada masin-masing tray.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor:
933.K/10/DJM.S/2013 tentang standar dan mutu Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis
bensin 88 yang dipasrkan di dalam negeri telah diketahui dari pengolahan data
bahwa nilai spesific gravity standar untuk bensin min. 0,7156 dan max.
0,7707.dapat disimpulkan bahwa hasil top pada alat destilasi merupakan komponen
bensin karena spesific gravity hasil observasi yang telah dikoreksi menjadi SG
60oF/60oF adalah 0,7534 sudah sesuai dengan spesific gravity standar bensin yang
telah ditetapkan. Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi
Nomor: 002/P/D.M/MIGAS/1979 tentang standar dan mutu Bahan Bakar Minyak
(BBM) telah dikatahui bahwa niali spesific gravity standar untuk kerosene yaitu
max. 0,835 dan spesific gravity standar untuk solar min 0,820 dan max. 0,870.
Sedangkan spesific gravity observasib yang telah dikoreksi (SG 60 oF/60oF) untuk
tray 1 adalah 0,8705 dan tray 2 adalah 0,7680. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil tray ke 1 pada alat destilasi merupakan fraksi solar karena spesific gravity
obeservasi untuk solar dikoreksi sudah sesuai dengan spesific gravity standar solar.
Namun, pada tray 2 tidak sesuai dengan standar, karena pada tray 2 berisi fraksi
bensin dan bukan kerosen.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Dalam praktiku ini hanya didapatkan fraksi solar dan bensin

2. Tren temperatur pada tray 1, tray 2, dan top seuai dengan tray temperatur
faksi yang seharusnya dihasilkan yaitu T2 (solar) lebih besar dari T3
(kerosen)dan lebih besar dari top (bensin)
3. Nilai spesific gravity yang sesuai dengan standar adalah solar dan bensin,
sedangkan kerosesn belum memenuhi standar.
DAFTAR PUSTAKA

ASTM. (2012). Annual Book Of ASTM Standar D-1298 Standar Test Method For
Density, Relative Density (Specific Gravity), Or API Gravity Of Crude
Petrolium And Liquid Petroleum Product By Hidrometer. Philadelphia :
American Society For Testing And Material
Cahyono, M. D. (2014). Crude Oil. 24 Februari 2016.
https://www.facebook.com/pengolahan.migas/posts/220633734797699
Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi.
(1979). Spesifikasi Bahan Bakar Minyak. 23 Februari 2016.
https://persembahanku.files.wordpress.com/2007/03/002-p-dm-migas-1979-
avgas-kero-solar-diesel.PDF
Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. (2013). Standar dan Mutu (Spesifikasi)
Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88 yang di Pasarkan di dalam Negeri.
23Februari2016.http://migas.esdm.go.id/public/images/uploads/posts/gerban
g-345-1.pdf
Fathony, A dkk. (2014). Tugas Pengolahan Minyak Bumi. 23 Februari 2016.
https://id.scribd.com/doc/257717346/Tugas-3-Pengolahan-Minyak-Bumi
Ginanjar, W. (2014). Hydrometer. 23 Februari 2016.
http://www.alatlabor.com/article/detail/74/hydrometer
Pratama, R. C. (2013). Analisa Fluida Reservoir. 23 Februari 2016. http://the-
petroleum-engineer.blogspot.co.id/2013/12/penentuan-densitasspecific-
gravity-dan.html
Puspasari, R. (2012). Laporan Resmi AFR. 23Februari 2016.
https://www.academia.edu/11370909/Laporan_Resmi_AFR_2012
Silvia, M. (2015). Laporan Distilasi Minyak Mentah. 23 Februari 2016.
http://documents.tips/documents/laporan-distilasi-minyak-mentah.html
Tim Laboratorium. (2016). Modul Praktikum Pilot Plant. Politeknik Negeri
Samarinda : Samarinda

S-ar putea să vă placă și