Sunteți pe pagina 1din 19

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR

I.I DEFINISI
Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-
paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-
paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum
alkohol.

Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri
dirawat dengan antibiotika.

Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit
menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis
perseorangan tergantung dari jenis radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi
lainnya, dan kesehatan orang tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi
menjadi:

1. Infeksi ambulant pneumonia atau di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia
( 30-60 % )

2. Infeksi nosokomial pneumonia atau pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah
sakit Penyebab: > 60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv
seperti staphylokokken

Pembagian ini penting karena bakteri yang berasal dari rumah sakit memiliki
komplikasi yang lebih tinggi dan memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif
dibandingkan dengan yang diterima ambulant atau di luar rumah sakit.
I.2 ANATOMI PISIOLOGI

Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-
paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-
paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum
alkohol.

Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri
dirawat dengan antibiotika.

Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit
menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis
perseorangan tergantung dari jenis radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi
lainnya, dan kesehatan orang tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi
menjadi:

1. Infeksi ambulant pneumonia atau di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia
( 30-60 % )

2. Infeksi nosokomial pneumonia atau pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah
sakit Penyebab: > 60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv
seperti staphylokokken

Pembagian ini penting karena bakteri yang berasal dari rumah sakit memiliki
komplikasi yang lebih tinggi dan memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif
dibandingkan dengan yang diterima ambulant atau di luar rumah sakit.

Salah satu kasus radang paru-paru yang mempunyai tingkat kematian tinggi pada saat ini
adalah kasus radang paru-paru yang disebabkan oleh Flu burung
I.3 ETIOLOGI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia dapat disebapkan oleh berbagai macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Micoplasma pneumonia
5. Aspirasi: lambung

I.4 . PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah
dan menyebabkan pneumonia virus.2

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan


yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
I.5 MANIFESTASI KLINIS

1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Gejala khas :
1. Sianosis pada mulut dan hidung.
2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
3. Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk à mula-mula kering à produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.

I.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asin
I.7 PELAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
1. Oksigen.

2. Cairan, kalori dan elektrolit à glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500 ml cairan infuse.

3. Obat-obatan :

a. Antibiotika à berdasarkan etiologi.

b. Kortikosteroid à bila banyak lender.

I.8 KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka akan terjadi :

1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.

BAB II
ASKEP TEORITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.I PENGKAJIAN (DATA DASAR)


1.Riwayat Kesehatan (subjektif)
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek, takhipnea, demam.

2) Anoreksia, sukar menelan, muntah.

3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi,
imunosupresi.

4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan.

5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik (objektif)

1) Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung.

2) Auskultasi paru ronchi basah, stridor.

3) Laboratorium lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat.

4) Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru).

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.

5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Setelah diberikan Kaji ulang fungsi  Penurunan bunyi napas
tindakan pernapasan: bunyi indikasi atelektasis,
keperawatan napas, kecepatan, ronki indikasi akumulasi
kebersihan jalan irama, kedalaman secret/ketidakmampuan
napas efektif, dan penggunaan membersihkan jalan
dengan criteria otot aksesori. napas sehingga otot
hasil:  Catat kemampuan aksesori digunakan dan
 Mempertahankan untuk kerja pernapasan
jalan napas pasien. mengeluarkan meningkat.
 Mengeluarkan secret atau batuk b.Pengeluaran sulit bila
sekret tanpa bantuan. efektif, catat sekret tebal, sputum
 Menunjukkan karakter, jumlah berdarah akibat
prilaku untuk sputum, adanya kerusakan paru atau luka
memperbaiki hemoptisis. bronchial yang
bersihan jalan napas. Berikan pasien memerlukan

 Berpartisipasi posisi semi atau evaluasi/intervensi lanjut

dalam program Fowler, .

pengobatan sesuai Bantu/ajarkan batuk Meningkatkan ekspansi


kondisi. efektif dan latihan paru, ventilasi maksimal

 Mengidentifikasi napas dalam. membuka area

potensial  Bersihkan sekret atelektasis dan

komplikasidan dari mulut dan peningkatan gerakan

melakukan tindakan trakea, suction bila sekret agar mudah

tepat perlu. dikeluarkan.

 Pertahankan intake Mencegah

cairan minimal obstruksi/aspirasi.

2500 ml/hari Suction dilakukan bila


Tidak efektifnya kecuali pasien tidak mampu
jalan nafas kontraindikasi. mengeluarkan sekret.
berhubungan  Lembabkan Membantu
dengan peradangan, udara/oksigen mengencerkan secret
penumpukan secret. inspirasi. sehingga mudah

Kolaborasi: dikeluarkan.
Berikan obat: agen Mencegah pengeringan
mukolitik, membran mukosa.
bronkodilator, Menurunkan kekentalan
kortikosteroid sekret, lingkaran ukuran
sesuai indikasi. lumen trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada kavitas
yang luas.

Berkurangnya Pasien akan  Catat intake dan  Berguna dalam


volume cairan mempertahankan out put cairan. mendefinisikan derajat
berhubungan cairan tubuh yang Anjurkan ibu untuk masalah dan intervensi
dengan intake oral normal. tetaap memberi yang tepat b. Membantu
tidak adekuat, cairan peroral intervensi kebutuhan
demam, takipnea hindari milk yang yang spesifik,
kental/minum yang meningkatkan intake diet
dingin merangsang pasien.
batuk.  Mengukur keefektifan

 Monitor nutrisi dan cairan.

keseimbangan  Dapat menentukan jenis

cairan membrane diet dan

mukosa, turgor mengidentifikasi

kulit, nadi cepat, pemecahan masalah

kesadaran menurun, untuk meningkatkan

tanda-tyanda vital. intake nutrisi.


 Membantu menghemat
 Pertahankan
energi khusus saat
keakuratan tetesan
demam terjadi
infuse sesuai
peningkatan metabolik.
program.
 Mengurangi rasa tidak
 Lakukan oral
enak dari sputum atau
hygiene.
obat-obat yang
digunakan yang dapat
merangsang muntah.
 Memaksimalkan intake
nutrisi dan menurunkan
iritasi gaster.
 Memberikan bantuan
dalarn perencaaan diet
dengan nutrisi adekuat
unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
 Nilai rendah
menunjukkan malnutrisi
dan perubahan program
terapi.

Intoleransi aktivitas Pasien dapat  Kaji toleransi fisik Menetapkan


berhubungan melakukan aktivitas pasien. kemampuan atau
dengan menurunnya sesuai kondisi kebutuhan pasien
 Bantu pasien
kadar oksigen darah memudahkan pemilihan
dalam aktifitas dari
intervensi.
kegiatan sehari-
hari.  b.Menurunkan stress
dan rangsanagn
 Sediakan
berlebihan,
permainan yang
meningkatkan istirahat.
sesuai usia pasien
 Tirah baring
dengan aktivitas
dipertahankan selama
yang tidak
fase akut untuk
mengeluarkan
menurunkan kebutuhan
energi banyak à
metabolic, menghemat
sesuaikan aktifitas
energy untuk
dengan kondisinya.
penyembuhan.
 Beri O2 sesuai  Pasien mungkin nyaman
program. dengan kepala tinggi,
 Beri pemenuhan tidur di kursi atau
kebutuhan energi. menunduk ke depan
meja atau bantal.
 Meminimalkan
kelelahan dan membantu
keseimbanagnsuplai dan
kebutuhan oksigen

Perubahan rasa Pasien akan  Cek suhu setiap 4  Nyeri merupakan


nyaman memperlihatkan jam, jika suhu naik respon subjekstif yang
berhubungan sesak dan keluhan beri kompres dapat
dengan demam, nyeri berkurang, dingin. diukur.b.Perubahan
dispnea, nyeri dada dapat batuk efektif frekuensi jantung TD
 Kelola pemberian
dan suhu normal menunjukan bahwa
antipiretik dan
pasien mengalami nyeri,
anlgesik serta
khususnya bila alasan
antibiotic sesuai
untuk perubahan tanda
program.
vital telah terlihat.
 Bantu pasien pada
 Tindakan non analgesik
posisi yang nyaman
diberikan dengan
baginya.
sentuhan lembut dapat
 Bantu menekan menghilangkan
dada pakai bantal ketidaknyamanan dan
saat batuk. memperbesar efek terapi
Usahakan pasien analgesik.
dapat istirahat/tidur Pernafasan mulut dan
yang cukup terapi oksigen dapat
mengiritasi dan
mengeringkan membran
mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
 Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
f. Obat ini dapat
digunakan untuk
menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan

Peningkatan suhu Suhu tubuh dalam  Observasi tanda-  . Untuk mengganti


tubuh berhubungan batas normal tanda vital setiap 2 cairan tubuh yang hilang
dengan proses jam. akibat evaporasi
infeksi
 Beri kompres  Memberikan rasa

dingin. nyaman dan pakaian


yang tipis mudah
 Kelola pemberian
menyerap keringat dan
antipiretik dan
tidak merangsang
antibiotic.
peningkatan suhu tubuh.
 Beri minum  Mendeteksi dini
peroral secara hati- kekurangan cairan serta
hati, monitor mengetahui
keakuratan tetesan keseimbangan cairan dan
infuse. elektrolit dalam tubuh.
Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
f. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien

Kecemasan Kecemasan teratasi  Kaji tingkat  Membantu pasien agar


berhubungan kecemasan anak. mau mengerti dan
dengan dampak  Fasilitasi rasa menerima terapi yang
hospitalisasi diberikan untuk
aman dengan cara
mencegah
ibu berperan serta
komplikasi.b. Orang-
merawat anaknya.
orang yang beresiko
 Dorong ibu untuk
perlu program terapi
selalu mensupport
obat untuk mencegah
anaknya dengan
penyebaran infeksi.
cara ibu selalu
 Kebiasaan ini untuk
berada di dekat
mencegah terjadinya
anaknya.
penularan infeksi.
 Jelaskan dengan  Mengurangi risilio
bahasa sederhana penyebaran infeksi.
tentang tindakan  Febris merupakan
yang dilakukan à indikasi terjadinya
tujuan, manfaat, infeksi.
bagaimana dia Pengetahuan tentang
merasakannya. faktor-faktor ini
 Beri reinforcement membantu pasien untuk
untuk perilaku yang mengubah gaya hidup
positif. dan
menghindari/mengurangi
keadaan yang lebih
buruk
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tn. R DENGAN MASALAH
TB PARU DI DESA BATU TANGGA KEC.BATANG ALAI TIMUR
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

3.I PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
Struktur dan sifat keluarga.
1. Kepala Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Desa Batu Tangga Kec.BAT.

2. Susunan Anggota Keluarga


NO NAMA J.KELAMIN UMUR HUBUNGAN PENDIDIK PEKRJAAN
AN
1 Ny.M P 40Th Istri SMP Tani
2 Tn.N L 29Th Anak SMA Tani
3 Ny.SP P 25Th Menantu SMA Tani

3. Tipe Keluarga
Merupakan type keluarga besar ( extended family ) yang terdiri atas ayah, ibu, satu orang
anak dan menantu perempuan.

4. Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga
yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah anak laki-laki Tn. R yang tinggal
serumah.
5. Hubungan Dalam Keluarga
Hubungan antar keluarga harmonis, komunikasi yang terjalin dalam keluarga baik, anggota
keluarga yang paling dipercaya adalah anak Tn. R yang tinggal serumah.

6. Kebiasaan Hidup Sehari-hari


a. Kebiasaan Istirahat dan Tidur
NO NAMA TIDUR SIANG TIDUR MALAM
1 Tn.R Jarang 6 – 7 jam 1 jam 
2 Tn.N Jarang 7 - 8 jam
3 Ny .S Jarang 7 - 8 jam

b. Kebiasaan Makan
Makanan pokok keluarga adalah nasi, lauk-pauk dgm frekwensi 3 x sehari.
Pengadaan makanan sehari-hari adalah memasak sendiri dengan komposisi jenis makanan
bervariasi, kebiasaan makan keluarga bersama-sama,tanpa ada alat makan yang dikhususkan
untuk Tn.R

c. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi keluarga Tn. R 2 x sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 3
x /hari menggunakan pasta gigi. Ganti pakaian 2 x sehari atau bila kotor. Rambut dikeramas 2
- 3 x seminggu, memotong kuku bila panjang, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
memakai alas kaki bila keluar rumah.

d. Penggunaan Waktu Senggang


Waktu senggang digunakan anggota keluarga untuk beristirahat dan 3 bulan yang lalu
lebihrekreasi, sementara Tn. R sejak ia sakit banyak di rumah daripada bekerja.

e. Kebiasaan Tidak Sehat


Semua anggota keluarga Tn. R tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi 3alkohol,
sementara Tn. R sendiri berhenti merokok sejak ia sakit ( bulan yang lalu). Kadang meludah
disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah yang terbuka.

8. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya


a. Pendapatan dan pengeluaran
Rp 350.00,-. Tidak ada penghasilanPendapatan keluarga perbulan  Rp 300.000,-
dengan keperluan perhari tambahan. Pengeluaran perbulan Rp 10.000.

b.Sosial dan Budaya.


Semua anggota keluarga adalah suku Jawa (WNI) dengan menggunakan bahasa Jawa
untuk komunikasi, semua anggoata keluarga beragama Islam, hubungan dengan masyarakat
sekitar baik, sebelum sakit Tn. R aktif dalam kegiatan keagamaan, saat sakit Tn. R lebih
banyak di rumah daripada mengikuti kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

9. Faktor Lingkungan

a. Perumahan
Status pemilikan rumah adalah rumah sendiri dengan type non permanen dengan 1 ruang
tamu, ruang tengah, 2 kamar tidur dan 1 dapur tanpa WC dan kamar mandi, atap terdiri atas
sirap, lantai dari papan, ventilasi terdiri atas 6 buah jendela namun 2 buah jendela jarang di
buka yaitu pada kamar tamu dengan alasan orang tua jarang ada dirumah, penerangan listrik
dan pencahayaan kurang baik, keadaan di dalam rumah cukup bersih, pemakaian air dari
sumur gali cukup bersih, tidak berbau, tidak berasa serta jernih, sampah dikumpulkan
disamping rumah kemudian 3 m2 x 5 m2.dibakar, luas halaman

3.2 PRIORTAS MASALAH

1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan
fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau
pengisapan, beri O2 sesuai program.
2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put.
3. Monitor suhu tubuh.
4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien.
5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
 Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan,
batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan
finansial.
 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari
meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


1. MengKaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. MengIdentifikasi orang lain yang beresiko
3. MengAnjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari
meludah
4. MengKaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. MengAwasi suhu sesuai indikasi
6. mIdentifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal
3.6 EVALUASI

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental.
S : Pasien mengatakan dapat mengeluarkan dahaknya.
O : Tanda-tanda penggunaan otot aksesori pernapasan berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
S : Pasien mengatakan lemas
O : Pasien tampak pucat, frekuensi napas menurun dari 32 x/mnt menjadi 30 x/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
S : Pasien tidak mengeluh nyeri lagi saat batuk.
O : Pasien tampak tidak meringis saat batuk.
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
DEPKES RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut,
Untuk Penganggulangan Pneumonia Pada Balita.
Doenges. E Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawtan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi, edisi 6. Jakarta : EGC
Alsagaff, hood, abdul Mukty. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
http://rahimul.wordpress.com/2008/09/11/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-
pneumonia/
http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/

S-ar putea să vă placă și