Sunteți pe pagina 1din 7

Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No.

2 July-December 2015; 30-36

Research Report

Prevalensi Manifestasi Oral Pada Pengguna Narkoba Suntik yang Terinfeksi


HIV/AIDS di Yayasan Orbit Surabaya

Prevalence of Oral Manifestation In Injecting Drug Users Infected With


HIV/AIDS At Orbit Foundation Surabaya

Fara Maulida Irtanti1, Bagus Soebadi2 and Diah Savitri2


1
Student of Dentistry, Faculty of Dentistry, Airlangga University, Surabaya
2
Departement of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Airlangga University, Surabaya

ABSTRACT

Background. People with HIV infection continues to increase every year and become a global health problem. United
Nations Joint Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) estimates that 13% of injecting drug users are also infected with
HIV/AIDS worldwide. Oral manifestation are closely related to the early clinical signs of HIV infection, progression of
HIV infection, and decision of antiretroviral therapy. Purpose. The purpose of this study to find out the prevalence of
oral manifestation in injecting drug users infected with HIV/AIDS at Orbit Foundation Surabaya. Methods. Descriptive
observational study with cross-sectional and total sampling method. Subjects consisted of 55 Injecting Drug Users who
are infected with HIV/AIDS at Orbit Foundation Surabaya from September-November 2015. Oral examination
conducted by dentists to determine the oral lesions. Results. 15 cases (50%) Oral Candidiasis, 5 cases (16.7%) Oral
Hairy Leukoplakia, 4 cases (13.3%) Angular Cheilitis, 3 cases (10%) Recurrent Aphthous Stomatitis, 3 cases (10%)
Linear Gingival Erythema.Conclussion. Candidiasis Oral is the most common oral manifestation which strongly
associated with HIV/AIDS.
Keywords: HIV/AIDS, Oral Manifestation, Injecting Drug Users

ABSTRAK

Latar belakang. Jumlah penderita infeksi HIV terus meningkat setiap tahunnya dan telah menjadi permasalahan
kesehatan secara global. United Nations Joint Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan bahwa di seluruh
dunia terdapat sekitar 13% pengguna narkoba suntik juga terinfeksi HIV/AIDS. Manifestasi oral yang terdapat pada
rongga mulut berhubungan erat dengan tanda klinis awal infeksi HIV, progresifitas infeksi HIV, dan menentukan waktu
untuk terapi infeksi oportunistik ataupun terapi anti HIV (ARV). Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui manifestasi oral pada injecting drug user (IDU) yang terinbfeksi HIV/AIDS di Yayasan Orbit Surabaya.
Metode. Penelitian observasional deskriptif dengan metode cross-sectional dan total sampel terdiri dari 55 Pengguna
Narkoba Suntik yang terinfeksi HIV/AIDS di Yayasan Orbit Surabaya dari bulan September-November 2015.
Pemeriksaan rongga mulut dilakukan oleh dokter gigi untuk menentukan jenis manifestasi oral yang ada. Hasil. 15
cases (27.2%) Kandidiasis Oral, 5 cases (9.1%) Oral Hairy Leukoplakia, 4 cases (7.2%) Angular Cheilitis, 3 cases
(5.4%) Recurrent Aphthous Stomatitis, 3 cases (5.4%) Linear Gingival Erythema. Kesimpulan. Kandidiasis Oral
merupakan manifestasi oral yang sangat berhubungan dengan HIV/AIDS.
Kata kunci: HIV/AIDS, Manifestasi Oral, Pengguna Narkoba Suntik
Korespondensi (Correspondence): Fara Maulida Irtanti. ; Student of Dentistry, Departement of Oral Medicine Faculty
of Dentistry, Airlangga University. Jln. Prof. Dr.Moestopo 47 Surabaya 60132, Indonesia. E-mail:
faramaulidairtanti@gmail.com

PENDAHULUAN kumpulan gejala atau sindroma akibat


menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
AIDS merupakan singkatan dari Acquired oleh infeksi Human Immunodeficiency virus
Immuno Deficiency Syndrome yang berarti
30
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
(HIV). Virus ini bekerja dengan cara melemahkan Leukoplakia (OHL), Linear Gingival Erythema
atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga (LGE), Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG),
timbul berbagai jenis penyakit lain.1 Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP),
Sarkoma Kaposi (SK), dan Limfoma Non
Jumlah penderita infeksi HIV terus Hodgkin (NHL).7 Lesi ini biasanya terdapat pada
meningkat setiap tahunnya dan banyak diderita 50% penderita yang terinfeksi HIV dan 80% pada
oleh seluruh penduduk di dunia serta telah penderita dengan diagnosis AIDS.8
menjadi permasalahan kesehatan secara global
karena lebih dari 40 juta jiwa di dunia telah Penelitian prevalensi manifestasi oral
terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia dari tahun terkait dengan HIV/AIDS pada pengguna narkoba
1987 sampai dengan September 2014 jumlah suntik penting dilakukan karena merupakan salah
penderita HIV yang dilaporkan sebanyak 150.296 satu faktor penyebab penularan HIV/AIDS dan
penderita. Provinsi Jawa Timur menduduki masih kurangnya penelitian tentang kaitan
peringkat kedua provinsi dengan penderita infeksi manifestasi oral pengguna narkoba suntik yang
HIV sebanyak 19.249 penderita.2 terinfeksi HIV/AIDS sehingga dapat menjadi
dasar untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena
Berdasarkan cara penularannya, itu, perlu dilakukan penelitian yang melihat
persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan keterkaitan antara pengguna narkoba suntik
adalah sebagai berikut: heteroseksual sebesar dengan terjadinya HIV/AIDS yang akan
61.5%, pengguna narkoba suntik sebesar 15.2%, dilakukan di Yayasan Orbit Surabaya.
sedangkan yang melalui homoseksual adalah
2.4%. United Nations Joint Programme on BAHAN DAN METODE
HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan bahwa di
seluruh dunia terdapat sekitar 13% pengguna Pada penelitian ini digunakan metode
narkoba suntik juga terinfeksi HIV/AIDS.3 Jumlah observasional deskriptif secara cross-sectional.
penderita HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan Sampel dipilih secara total sampling dari seluruh
sejak tahun 2008–2014 paling banyak terjadi pada Pengguna Narkoba Suntik yang terinfeksi
usia produktif 25-49 tahun. Lingkup pekerjaan HIV/AIDS di Yayasan Orbit Surabaya. Kriteria
dengan infeksi HIV tertinggi terdapat pada sampel meliputi anggota yang bersedia diperiksa
kelompok ibu rumah tangga, wiraswasta, dan
keadaan rongga mulutnya, menderita infeksi HIV,
tenaga non professional.2
hadir pada hari penelitian, dan bersedia
Jenis narkoba pada pengguna narkoba berpartisipasi dengan mengisi informed consent.
suntik paling banyak terdapat pada golongan Subjek diwawancara sesuai dengan kuesioner
opioid 63%, metamfetamin 41%-82%, amfetamin yang disiapkan oleh peneliti.
14%, dan kokain 6%. Pada golongan opioid yang
paling sering digunakan adalah jenis heroin.4 HASIL
Penyalahgunaan narkoba suntik telah menjadi tren
Tabel 1. Prevalensi Manifestasi Oral pada subyek
baru di beberapa negara, termasuk Indonesia penelitian
dalam penyebaran infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang terjadi No. Jenis Lesi Jumlah
karena penggunaan jarum suntik secara bergantian Kasus
dan adanya kecenderungan di kalangan pengguna 1. Kandidiasis Oral 15 (27.2%)
narkoba suntik yang memiliki perilaku seksual
beresiko tinggi.5 Individu dengan infeksi HIV 2. Oral Hairy Leukoplakia 5 (9.1%)
akan mengalami penurunan jumlah limfosit-T
CD4+ yang menyebabkan penurunan sistem imun
dan berdampak pada pertahanan individu 3. Angular Cheilitis 4 (7.2%)
terhadap mikroorganisme patogen menjadi
lemah sehingga infeksi oportunistik meningkat.6
4. Recurrent Aphthous 3 (5.4%)
Sekitar 30-80% lesi oral yang terdapat Stomatitis
pada pasien dengan infeksi HIV digunakan
sebagai indikasi adanya infeksi HIV, tanda klinis 5. Linear Gingival Erythema 3 (5.4%)
awal infeksi HIV, serta progresifitas infeksi HIV.
Beberapa lesi yang terlihat dan berhubungan
dengan penderita HIV/AIDS adalah Angular Total 30 (54.3%)
Cheilitis (AC), Recurrent Aphthous Stomatitis
(RAS), Kandidiasis Oral (KO), Oral Hairy
31
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
Pada tabel 1. didapatkan persentase
manifestasi oral Pengguna Narkoba Suntik yang
terinfeksi HIV/AIDS dengan 30 kasus, yaitu
Kandidiasis Oral (KO) terdiri dari 15 kasus
(27.2%), Oral Hairy Leukoplakia (OHL) terdiri
dari 5 kasus (9.1%), Angular cheilitis (AC) terdiri
dari 4 kasus (7.2%), Recurrent Aphthous
Stomatitis (RAS) terdiri dari 3 kasus (5.4%), dan
Linear Gingival Erythema (LGE) terdiri dari 3
Gambar 1. Kandidiasis Oral kasus (5.4%). Pada penelitian ini tidak dijumpai
penderita HIV/AIDS dengan manifestasi oral
Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Necrotizing
Ulcerative Periodontitis, Sarkoma Kaposi, dan
Limfoma Non-Hodgkin.
Tabel 2. Persentase Manifestasi Oral pada Subyek
Penelitian Berdasarkan Usia

Gambar 2. Oral Hairy Leukoplakia

Persentase manifestasi oral terbesar KO


didapatkan pada kelompok dewasa awal yaitu 9
Gambar 3. Angular Cheilitis
subyek (16.3%), kelompok dewasa akhir yaitu 5
subyek (9.1%), dan lansia awal yaitu 1 subyek
(1.8%). Persentase OHL dijumpai pada kelompok
dewasa awal yaitu 3 subyek (5.4%) dan dewasa
akhir yaitu 2 subyek (3.6%). Persentase AC dan
RAS hanya dijumpai pada kelompok dewasa awal
yaitu sebanyak 4 subyek (7.2%) dan 3 subyek
(5.4%). Persentase LGE hanya dijumpai pada
kelompok remaja akhir sebanyak 3 subyek
(5.4%).
Tabel 3. Persentase Manifestasi Oral pada
Subyek Penelitian Berdasarkan Lama Penggunaan
Gambar 4. Recurrent Aphtous Stomatitis
Narkoba

Gambar 5. Linear Gingival Erythema

32
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
Pada penelitian ini manifestasi oral narkoba suntik (penasun) yang terinfeksi
terbesar KO sebanyak 8 subyek (14.5%) pada HIV/AIDS pada penelitian ini.
rentang tahun 11-20, 5 subyek (9.1%) pada
rentang tahun 1-10, dan 2 subyek (3.6%) pada Pada penelitian yang telah dilakukan
rentang tahun 21-30. Persentase OHL didapatkan sebelumnya pada penderita HIV/AIDS di
3 subyek (5.4%) pada rentang tahun 11-20 dan 2 Perwakos Surabaya, didapatkan prevalensi KO
subyek (3.6%) pada rentang tahun 1-10. sebesar (27.2%), AC (35.5%), RAS (33.3%),
Persentase AC didapatkan 3 subyek (5.4%) pada OHL (6%), dan tidak dilakukan penelitian LGE.
rentang tahun 1-10 dan 1 subyek (1.8%) pada Pada penelitian ini didapatkan KO sebesar
rentang tahun 11-20. Persentase RAS dan LGE (27.2%), OHL (9.1%), AC (7.2%), RAS (5.4%),
hanya didapatkan pada rentang tahun 1-10 dan LGE (5.4%). Prevalensi manifestasi oral yang
sebanyak 3 subyek (5.4%). didapat pada penelitian ini lebih kecil daripada
peneliti sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi
Tabel 4. Manifestasi Oral Pada Subyek Penelitian karena kurangnya jumlah sample, kendala
Berdasarkan Lama Terdiagnosis HIV/AIDS transportasi, dan ke-kooperatifan pasien.
Pada tabel 2. digambarkan prevalensi
manifestasi oral berdasarkan usia pada penasun
yang terinfeksi HIV/AIDS. Gejala infeksi
HIV/AIDS biasanya muncul pada 7-10 tahun
setelah terinfeksi HIV sehingga diperkirakan usia
penderita pada saat terinfeksi masih terbilang
muda dan dapat dikategorikan dalam kelompok
dewasa muda. Penderita masih berada pada usia
produktif atau masa perkembangan menuju tahap
pendewasaan sehingga sangat rentan menjadi
sasaran penyebaran virus HIV/AIDS. Hal ini
terjadi karena seseorang pada usia muda sangat
mudah terpengaruh pada lingkungan yang negatif,
Pada penelitian ini didapatkan manifestasi
pergaulan bebas, dan juga penggunaan narkoba.
oral terbanyak KO didapatkan pada 7 subyek
Umumnya penasun menggunakan narkoba suntik
(12.7%) dengan lama diagnosis 11-15 tahun yang
karena ingin merasa diterima dalam
lalu, 5 subyek (9.1%) dengan lama diagnosis 6-10
lingkungannya, gaya hidup, dan sebagai pelarian
tahun yang lalu, dan 3 subyek (5.4%) dengan lama
diri terhadap masalah yang dihadapi karena
diagnosis 1-5 tahun yang lalu. Persentase OHL
adanya efek euphoria saat menggunakan narkoba
pada 5 subyek (9.1%) dengan lama diagnosis 6-10
suntik. Hasil penelitian yang didapat sesuai
tahun yang lalu, kemudian AC dan RAS dengan
dengan data statistik kasus HIV/AIDS di
lama diagnosis 1-5 tahun yang lalu sebanyak 4
Indonesia yang dilaporkan sampai dengan
subyek (7.2%) dan 3 subyek (5.4%). Persentase
september 2014 sebanyak 15.890 penderita
LGE pada 3 subyek (5.4%)dengan lama diagnosis
HIV/AIDS berada pada rentang umur 30-39
6-10 tahun yang lalu.
tahun.2 Manifestasi oral terbanyak pada penelitian
ini didapatkan pada kelompok umur dewasa awal
PEMBAHASAN yaitu sekitar 26-35 tahun.

Pada subyek yang terinfeksi HIV/AIDS Pada tabel 3. digambarkan prevalensi


akan mengalami imunodefisiensi yang dapat manifestasi oral berdasarkan lama pengunaan
bermanifestasi klinis dalam rongga mulut serta narkoba suntik pada penasun yang terinfeksi
menyebabkan timbulnya xerostomia. Penggunaan HIV/AIDS. Pada penelitian ini di dapatkan hasil
narkoba suntik dan terapi ARV pada penasun juga bahwa prevalensi manifestasi oral bertambah
menyebabkan terjadinya hipofungsi kelenjar seiring lamanya penggunaan narkoba suntik.
saliva sehingga terjadi xerostomia. Xerostomia Penggunaan narkoba suntik yang semakin lama
yang dirasakan dalam kurun waktu yang cukup menyebabkan toleransi terhadap obat sehingga
lama dapat menyebabkan perubahan lingkungan dibutuhkan dosis yang lebih besar dari
di dalam rongga mulut sehingga rongga mulut sebelumnya untuk mencapai efek yang sama.
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh mikroba yang Timbulnya kelainan rongga mulut pada pasien
dapat menimbulkan penyakit.9 Adanya penurunan dapat disebabkan karena penurunan sistem imun
sistem imun disertai xerostomia menyebabkan dan efek penggunaan narkoba suntik yang
timbulnya manifestasi oral pada pengguna
33
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
menyebabkan xerostomia sehingga lebih mudah faktor genetik, trauma, tembakau, faktor hormon,
terjadi infeksi pada rongga mulut. stres, defisiensi nutrisi, dan infeksi virus.13
Meningkatnya kadar limfosit T CD8+ yang
Xerostomia merupakan sindrom mulut bersifat sitotoksik. Dengan meningkatnya efek
kering yang dapat terjadi karena penggunaan sitotoksik akan mudah terjadi kerusakan pada
narkoba suntik atau adanya infiltrasi sel limfosit epitel. Kerusakan pada epitel ini akan
seperti sel CD8+ di kalenjar saliva mayor yang menurunkan integritas jaringan sehingga lebih
menyebabkan atrofi sel acinar, obstruksi duktus, mudah terjadi lesi ulserasi.14 Adanya faktor
dan fibrosis dengan deposisi kolagen. Hal ini genetik yang mendukung dari hasil wawancara,
mengakibatkan pembengkakan kalenjar saliva dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
penurunan saliva flow rate, sehingga lamanya penggunaan narkoba suntik dengan
memengaruhi kandungan dalam saliva antara lain terjadinya manifestasi oral pada penasun.
menyebabkan berkurangnya protein antimikroba
dan anticandida seperti lactoferrin, Narkoba suntik yang digunakan subyek
sialoperoxidase, lysozyme, histidine-rich penelitian memiliki efek xerostomia dimana
polypeptide.10 Peningkatan kolonisasi jamur keadaan ini menyebabkan perubahan kualitas dan
karena berkurangnya anticandida di dalam rongga kuantitas saliva. Adanya perubahan kualitas dan
mulut menimbulkan terjadinya kandidiasis oral, kuantitas saliva akan mengganggu homeostatis
sehingga lama penggunaan narkoba suntik yang mikrobial dalam rongga mulut sehingga terjadi
menyebabkan xerostomia juga berpengaruh pada peningkatan kolonisasi dan pertumbuhan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seiring Candida. Infeksi candida diduga menjadi faktor
lamanya penggunaan narkoba suntik, penyebab terjadinya LGE pada penderita
menyebabkan semakin tingginya prevalensi KO HIV/AIDS. Pada penelitian ini, LGE didapatkan
pada penasun. hanya melalui gambaran klinis yang khas dan
tidak dilakukan pemeriksaan mikrobiologi pada
OHL ditemukan pada sejumlah besar plak subgingiva sehingga tidak dapat diketahui
pasien yang terinfeksi HIV/AIDS dan menjadi etiologi timbulnya LGE. LGE hanya dijumpai
indikator kuat keadaan imunosupresi serta pada lama penggunaan narkoba suntik selama 1-
progresifitas AIDS.11 Ditemukan adanya OHL 10 tahun dan tidak dijumpai seiring bertambahnya
pada penasun kemungkinan karena penurunan lama penggunaan narkoba suntik. Sehingga dapat
sistem imun, infeksi EBV yang bersifat laten disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
berubah menjadi aktif, dan penderita yang lama penggunaan narkoba suntik dengan
menjalani terapi ARV secara tidak teratur. Pada terjadinya lesi LGE pada penasun.
penelitian ini, jumlah OHL tidak bertambah
seiring lamanya penggunaan narkoba suntik. Pada tabel 4. digambarkan prevalensi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada manifestasi oral berdasarkan lama terdiagnosis
hubungan antara adanya lesi OHL dengan lama pada penasun yang terinfeksi HIV/AIDS.
penggunaan narkoba suntik. Penurunan jumlah sel CD4+ akan menurunkan
Pada penderita HIV/AIDS terjadi fungsi sel Natural Killer, Polymorphonuclear
penurunan kadar CD4+ dan peningkatan kadar Leucocyte (PMNL) dan aktivitas anti Candida
CD8+ yang bersifat sitotoksik menyebabkan epitel yang berakibat pada peningkatan resistensi
mulut mudah rusak. Kerusakan epitel akan antifungal, perlekatan Candida sp dan
memudahkan terjadinya mikrolesi yang dapat produksi secreted aspartyl proteinase (SAP).
merupakan port d’entry untuk bakteri dan jamur Hal ini menyebabkan kenaikan virulensi
menginfeksi.12 Pada penelitian ini, jumlah AC Candida sp. dan penurunan imunitas lokal.15
berkurang seiring lamanya penggunaan narkoba
Penderita yang telah didiagnosis HIV sejak
suntik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa kelembaban pada sudut mulut
lama, menunjukkan semakin turunnya sistem
menyebabkan terjadinya AC, sedangkan pada imun individu tersebut dan rentan terhadap
penasun dengan lama penggunaan narkoba suntik terjadinya infeksi. Hal ini sesuai dengan hasil
yang semakin lama menyebabkan terjadinya penelitian yang menunjukkan manifestasi oral
xerostomia. berupa KO bertambah seiring lamanya
penderita terdiagnosis HIV/AIDS.
RAS pada 3 subyek penelitian hanya
dijumpai pada lama penggunaan 1-10 tahun. Pada penelitian ini tidak dilakukan
Etiopatogenesis RAS masih belum sepenuhnya pemeriksaan CD4+ sehingga diagnosis hanya
jelas, beberapa faktor yang sering dihubungkan dapat dilihat dari gambaran klinis dan anamnesa.
dengan terjadinya RAS adalah agen mikrobial,
34
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
Penasun masih dapat melakukan aktivitas secara penting dalam patogenesis dari infeksi HIV.17
normal sehingga dapat disimpulkan bahwa CD4+ Pada penelitian ini ditemukan lebih banyak subjek
masih sekitar 500 sel/mm3. Hal ini sesuai dengan yang mengaku bahwa ulser RAS yang terjadi
penelitian terdahulu oleh Kreuter dan Wieland padanya berukuran kecil dan berjumlah 1 atau 2.
tahun 2011 yang menyatakan bahwa lesi OHL Hal ini dapat diartikan tipe RAS yang terjadi
pada penderita HIV/AIDS banyak terdapat pada adalah minor RAS. Salah satu faktor predisposisi
pasien dengan rentang CD4+ diantara 200 dan 500 yang paling besar pengaruhnya adalah faktor
sel/mm3 dan terus menetap pada rentang CD4+ keturunan. Individu menderita RAS karena
dibawah 200 sel/mm3.16 OHL hanya ditemukan adanya faktor keturunan. Kemungkinan 40% dari
pada penasun dengan lama diagnosis 6-10 tahun penderita RAS memiliki riwayat keluarga yang
kemungkinan karena adanya penurunan sistem juga menderita RAS beberapa.18 Menurut hasil
imun dan infeksi EBV yang bersifat laten berubah wawancara yang didapat, penasun mengaku
menjadi aktif saat itu. bahwa memiliki saudara yang juga menderita
RAS. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
Penurunan produksi saliva karena penelitian ini tidak ada hubungan antara lama
penggunaan narkoba suntik menyebabkan diagnosis HIV dengan terjadinya RAS pada
terjadinya kondisi mulut kering atau xerostomia. subyek penelitian.
Pada penderita dengan kondisi demikian, keadaan
rongga mulutnya kering disertai dengan bibir Lesi periodontal berupa LGE memiliki
pecah-pecah. Apabila ditambah dengan kondisi gambaran klinis yang tampak seperti garis merah
HIV/AIDS yang rentan terkena infeksi sepanjang marginal gingiva dan kadang dapat
oportunistik, maka orang tersebut dapat lebih melibatkan attached gingiva. Timbulnya LGE
mudah menderita AC. Pada orang dengan pada penderita HIV/AIDS disertai dengan viral
HIV/AIDS, sistem imun tubuh yang rendah load yang tinggi dan kadar CD4+ yang rendah.19
memengaruhi fungsi dan jumlah makrofag dan Penelitian Sontakke di India tahun 2011 dan
neutrofil, sehingga proses fagositosis yang dapat Hedge di India tahun 2012 menunjukkan
mengeliminasi infeksi jamur dan bakteri menjadi penderita HIV/AIDS dengan rentang CD4+
terhambat. Infeksi jamur Candida sering terjadi diantara 200 dan 500 sel/mm3. Pada penelitian ini
pada orang yang menderita HIV/AIDS karena tidak dilakukan pemeriksaan CD4+ sehingga
perlekatan candida pada lapisan superfisial epitel diagnosis hanya dapat dilihat dari gambaran klinis
dapat lebih mudah terjadi dengan penurunan yang khas pada LGE dan anamnesa. Penasun
antibodi saliva yaitu sIgA (secretory masih dapat melakukan aktivitas secara normal
Immunoglobulin A) yang disebabkan oleh sehingga dapat disimpulkan bahwa CD4+ masih
penurunan sel limfosit T yang juga berpengaruh sekitar 500 sel/mm3. LGE hanya dijumpai pada
pada sistem imun humoral. Tidak adanya sIgA lama diagnosis 6-10 tahun kemungkinan karena
pada saliva menyebabkan saliva tidak mampu penderita mengalami penurunan sistem imun saat
mengikat antigen kandida sehingga populasi itu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kandida meningkat.15 Akibatnya, infeksi hubungan antara lama diagnosis HIV dengan lesi
oportunistik dari jamur Candida albicans dan LGE .
bakteri Staphylococcus aureus penyebab AC
dapat lebih mudah terjadi. Pada penelitian ini, AC
hanya ditemukan pada subyek dengan lama DAFTAR PUSTAKA
diagnosis 1-5 tahun yang lalu. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa AC 1. Yatim, DI. 2006. Dialog seputar AIDS.
merupakan salah satu penanda dini untuk Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
membantu penegakan diagnosis HIV sehingga p.3
hanya ditemukan pada subyek dengan lama 2. Ditjen, PP. & PL, Kemenkes RI. 2014.
diagnosis 1-5 tahun yang lalu. Laporan kasus HIV/AIDS di Indonesia.
RAS merupakan penyakit inflamasi di Available from: http://spiritia.or.id/Stats
rongga mulut yang berupa lesi ulserasi dan masih [Accessed 25 March 2015]
belum diketahui pasti penyebabnya. Inflamasi 3. UNAIDS, 2014. The Gap Report. Available
dapat memicu sel imun seperti limfosit T dan at : www.unaids.org [Accessed 1 March
makrofag menjadi aktif. Saat limfosit T aktif, 2015]
maka materi gen dari HIV yang terintegrasi 4. Ruiz P., Eric, C., Strain. 2011, Epidemiology
dengan materi gen limfosit T juga ikut aktif. Hal A European Perspective. dalam: Substance
ini dapat menyebabkan replikasi dari HIV Abuse a Comprehensive Textbook. 5th
semakin cepat sehingga memegang peranan

35
Oral Medicine Dental Journal Vol. 7 No. 2 July-December 2015; 30-36
edition. USA: Lippincott Williams & 17. Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L.,
Wilkins. p.29 Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J.L.
5. Kementrian kesehatan RI, 2014. Buletin 2012. Harrison’s Principles of Internal
Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Medicine 18th ed. New York City:
Available from: www.kemenkes.go.id McGraw-Hill Companies. Pp. 3146-
[Accessed 25 March 2015]
3221.
6. Dewanto, G. 2009. Infeksi Susunan Saraf
18. Natah, S.S., Enattah, N.S., Sharkey, K.A.,
Pusat Dan Gangguan Imunologis, dalam:
Hayrinen-Immonen, R. 2004. Recurrent
Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
aphthous ulcers today: a review of the
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. p. 67
growing knowledge. Int J Oral Maxillofac
7. Vaseliu, N., Kamiru, H., Kabue, M. 2011.
Surg 33: 221-234.
Oral Manifestation of HIV Infection. HIV
19. Aas, JA., Barbuto, SM., Alpagot, T., Olsen,
Curriculum for the Health Professional.
I., Dewhirst, FE., Paster, BJ. 2007.
vol.7, no.6, p.184
Subgingival plaque microbiota in HIV
8. Maeve, M. 2005. Oral lesions in infection
positive patients. Journal of Clinical
with HIV. Bulletin of the world health
Periodontology. vol. 34, pp. 189-195.
organization. vol.83, no.9, p.701
9. Scully, C. 2003. Drug Effects in Salivary
Glands: dry mouth, Oral Diseases, vol.9, pp.
165-176.
10. Akpan, A. & Morgan, R. 2002. Oral
Candidiasis. Postgrad Med J. Vol.78, pp.
455–459.
11. Hartanto, B., Hendarti, HT., Soebadi, B.
2011. Prevalensi lesi oral yang tekait erat
dengan HIV pada penderita HIV/AIDS di
UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Oral
Medicine Dental Journal. vol. 3, no.1, p.1
12. Alimonti, JB., Ball, TB., Fowke, KR. 2003.
Mechanism of CD4+ T Lymphocyte cell
Death in Human Immunodeficiency Virus
Infection and AIDS. Journal of General
Virology. vol. 84, pp.1649-1661.
13. Preeti, L., Magesh, KT., Rajkumar, K.,
Karthik, R. 2011. Recurrent aphthous
stomatitis. Journal Oral Maxillofac
Pathology. vol.15, no.3, pp. 252-256
14. Lin, M., Jackson, P., Tester, A.M., Diaconu,
E., Overall, M., Blalock, J.E., Pearlman, E.
2008. Matrix Metalloproteinase-8 Facilitates
Neutrophil Migration through the Corneal
Stromal Matrix by Collagen Degradation
and Production of the Chemotactic Peptide
Pro-Gly-Pro. Am J Pathol 173(1): 144-153.
15. Egusa, H., Soysa, N., Ellepola, A., Yutani, H.,
Samaranayake, L. 2008. Oral Candidosis in
HIV-Infected Patients. Current HIV
Research. pp. 485-499
16. Kreuter, A. & Wieland, U. 2011. Oral hairy
leukoplakia: a clinical indicator of
immunosuppression. Cologne. Canadian Lono, D.
Medical Association or its licensors. p.183

36

S-ar putea să vă placă și