Sunteți pe pagina 1din 23

1

TUGAS AMDAL DAN ISO

DOKUMEN ANDAL PEMBANGUNAN PLTU KAPASITAS 1 X 1000 MW

Disusun Oleh:

Amelia Majid (1606831792)

Dosen:

Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019

Universitas Indonesia
2

DAFTAR ISI

Universitas Indonesia
3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
PT. XXX merupakan salah satu perusahaan swasta yang akan berencana untuk
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas produksi listrik sebesar
1 x 1000 MW. Lokasi PLTU direncanakan terletak di Jalan Pantai Tanjung Peni, Kecamatan
Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Energi listrik yang dihasilkan akan dijual kepada
PLN yang selanjutnya disalurkan ke jaringan transimi Jawa-Madura-Bali 500 kV melalui
Gardu Induk PLN Cilegon Lama. PLTU yang akan dibangun merupakan pengembangan dari
PLTU Suralaya yang saat ini memiliki kapasitas 4 x 400 MW. Jenis teknologi yang akan
direncanakan untuk penerapan kegiatan operasional di PLTU ini adalah jenis Ultra Super
Critical (USC), di mana lebih ramah lingkungan dengan memiliki tekanan dan temperatur uap
yang lebih besar sehingga efisiensi kerja tinggi dan emisi buangan yang dihasilkan sangat
rendah (PT. Cirebon Energi Prasarana, 2016). PLTU ini dirancang untuk menghasilkan gross
output sebesar 1000 MW untuk masa operasi minimal 25 tahun dengan opsi perpanjangan.
PLTU direncanakan untuk berlokasi di 5o59’18.06” LS dan 105o59’20.10” BT. Selain rencana
pembangunan PLTU, direncanakan juga pembangunan dermaga untuk bongkar muat batu bara
dengan bentuk konstruksi trestle sepanjang 2.700 m. Lokasi proyek ditunjukkan dalam Gambar
1.1.
Lingkup rencana kegiatan akan menguraikan berbagai komponen kegiatan, baik
selama berada di dalam PLTU maupun di sekitar PLTU, yang ditelaah berdasarkan potensi
dampak yang mungkin timbul. Kegiatan yang diuraikan mengacu pada rencana desain
pengembangan milik PT. XXX. Rincian kegiatan yang dilingkup dalam dokumen ANDAL ini
akan dijelaskan sebagai berikut.

Universitas Indonesia
4

Gambar 1-1 Lokasi Rencana Pembangunan PLTU Berkapasitas 1 x 1000 MW di


Jalan Pantai Tanjung Peni, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten.
Sumber: Google Earth Pro, 2019.

Universitas Indonesia
5

Gambar 1-2 Lokasi Rencana Pembangunan PLTU Berkapasitas 1 x 1000 MW di


Jalan Pantai Tanjung Peni, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten
Sumber: Kota Cilegon dalam Angka 2018

1.1.1 Tahap Pra-Konstruksi

1.1.1.1 Pengadaan Lahan


Pemrakarsa berencana untuk membangun lahan di atas lahan yang memiliki luas
sebesar 206,8 Ha. Lahan tidak hanya digunakan untuk pembangunan PLTU rencana dan
fasilitasnya, tetapi juga sebagai lahan rencana pengemnbangan PLTU di masa mendatang.

1.1.1.2 Penerimaan Tenaga Kerja untuk Tahap Konstruksi


Untuk memenuhi tenaga kerja pada tahap konstruksi PLTU, pemrakarsa berencana
akan mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal yang memiliki kualitas sesuai dengan
standar kualifikasi yang diberikan untuk masing-masing unit pekerjaan. Tenaga kerja yang

Universitas Indonesia
6

dibutuhkan pada kondisi puncak diperkirakan mencapai 3.000 orang, di mana akan digunakan
pada masa pembangunan unit PLTU dan fasilitasnya.

1.1.2 Tahap Konstruksi

1.1.2.1 Mobilisasi Peralatan dan Material


Kebutuhan peralatan dan materal untuk konstruksi sipil seperti semen, beton precast,
baja, pasir, batu, dan sebagainya akan disalurkan melalui jalur darat. Sedangkan untuk
kebutuhan peralatan PLTU yang berat dan besar seperti turbin dan generator akan disalurkan
melalui laut menggunakan fasilitas dermaga sementara.
Untuk kegiatan pengambilan material urug, tanah urug akan dibeli dari quarry yang
memiliki izin tambang serta memenuhi peraturan perundangan yang berlaku. Proses
pengambilan material urug akan berlangsung selama kurang lebih 8 bulan. Mobilisasi perlatan
dan material melalui jalur darat akan dilakukan melalui Jalan Tol Jakarta-Merak, kemudian
keluar dari jalan tol dan menyusuri Jalan Bhayangkara dan Jalan Letnan Jenderal R. Suprapto.
Mobilisasi dapat juga dilakukan melalui jalur Pantura.

1.1.2.2 Pematangan Lahan PLTU dan Pematangan Areal Kerja


Pematangan lahan dan areal kerja dilakukan pada lahan seluas kurang lebih 42,4 ha
pada level ketinggian 2,5 meter dari ketinggian lokasi tapak PLTU saat ini (berketinggian 1
mdpl). Kegiatan ini membutuhkan tanah urug sebesar 911.340 m3. Selain kegiatan penyiapan
lahan, dilakukan pula pemagaran lahan seluas 206,8 Ha dengan menggunakan pagar galvanis
(RBC). Diperkirakan seluruh kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih 8 bulan.

1.1.2.3 Pembangunan Jalan Akses


Jalan akses yang direncanakan terdiri atas dua jalur, jalur pertama berada di sebelah
tapak proyek dan jalur kedua berada di sebelah timur tapak proyek. Pembangunan jalan akses
diawali dengan penyiapan lahan di area pembangunan jalan akses. Kegiatan pembangunan
diperkirakan akan menggunakan tenaga kerja dengan jumlah sebesar kurang lebih 100 orang,
di mana sekitar 90% dari total pekerja merupakan tenaga kerja lokal.

1.1.2.4 Pembangunan PLTU dan Fasilitasnya


Bangunan utama PLTU dan fasilitasnya yang akan dibangun antara lain:
 Ketel uap (steam generator/boiler)
 Bangunan turbin uap dan Generator (Steam Turbine And Generator Building)
 Cerobong (chimney)

Universitas Indonesia
7

 Sistem air pendingin


 Bangunan pengolah air (Water Treatment Plant)
 Bangunan pengolah limbah cair (Waste Water Treatment Plant)
 Fly Ash Silo
 Sistem penyimpanan abu dasar, terdiri atas fly ash pond dan bottom ash pond
 Menara pendingin beserta kolan intake
 500 kV substation beserta menara kontrol
 Diesel genset
 Kolam air buangan limbah
 Garasi kendaraan
 Gudang dan bengkel
 Gedung kontrol sentral
 Unit FGD (Flue Gas Desulphurlization)
 Continuous Emission Monitoring System (CEMS)
 Gedung administratif
 Gedung Air Compressor
 Gedung untuk produksi gas hidrogen
 Area parkir dan portal
 Masjid, dan
 Bangunan/instalasi lainnya.

1.1.2.5 Pembangunan Dermaga


Pembangunan dermaga meliputi dermaga sementara dan dermaga permanen.
Dermaga sementara direncanakan berlokasi sekitar 700 meter dari tepi pantai guna mencapai
kedalaman laut sekitar 3 meter pada saat pasang. Dermaga permanen, yang digunakan untuk
bongkar muat batubara, akan dibangun sekitar 1,67 mil laut (2,7 km) dari tepi pantai pada
kedalaman laut sekitar 8,5 meter.

1.1.2.6 Pelepasan Tenaga Kerja dan Pemerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi
Setelah tahap konstruksi selesai, maka dilakukan proses pelepasan tenaga kerja sesuai
dengan peraturan perundang-perundangan yang berlaku dan sesuai pula dengan kontrak kerja
yang telah disetujui oleh pemrakarsa dan tenaga kerja.

Universitas Indonesia
8

Pada tahap operasi diperlukan tenaga kerja sekitar kurang lebih 270 orang sesuai
dengan jenis pekerjaan dan keahliannya. Jumlah ini diluar jumlah tenaga keamanan dan
kebersihan yang mampu mencapai 100 orang.

1.1.3 Tahap Operasi

1.1.3.1 Operasional Dermaga


Sistem penanganan batubara dirancang untuk dapat menyuplai konsumsi maksimal
batubara sebesar 11.000 ton/hari atau konsumsi rata-rata batubara sebesar 285.000 ton/bulan
pada tingkat operasi sebesar 86%. Batubara akan dipindahkan dari kapal dengan menggunakan
dua set grab crane unloader masing-masing dengan kapasitas maksimum 1.200 ton/jam tetapi
rata-rata nya sebesar 660 ton/jam untuk dimuat ke dalam sistem ban berjalan tertutup (enclosed
belt conveyor) menuju lokasi penampungan batubara (coal stockyard/stockpile).

1.1.3.2 Penyimpanan Batubara di Coal Stockyard


Tempat penyimpsnsn bstu bara atau coal stockyard untuk PLTU Cilegon berkapasitas
1 x 1000 MW akan menggunakan lahan seluas kurang lebih 10 Ha. Kapasitas penyimpanan
batu bara mampu mencpai 320.000 ton batu bara untuk kebutuhan operasi dengan ketinggian
timbunan maksium 15 meter. Stockyard akan dilengkapi dengan sistem drainase air hujan yang
berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan yang masuk ke dalam timbunan menuju kolam
pengendapan (settling pond) untuk kemudian diendapkan dan diolah lebih lanjut agar mampu
memenuhi batas ambang lingkungan sebelum dibuang ke perairan bebas.
Penimbunan batubara dilengkapi dengan lapisan gravel base coarse, pasir
berketebalan 10 sentimeter, lapisan impermeable geotextile berupa non woven fabric dan
HDPE berketebalan 2 milimeter. Pelapisan ini bertujuan untuk mencegah rembesan air asam
batubara ke lapisan tanah dan mencemari kandungan air tanah di bawahnya. Selain dilengkapi
dengan sistem drainase air hujan, stockyard juga akan dilengkapi dengan kolam penampung
dan sumur pantau. Dipasang pula pagar pemecah angin (wind breaker fence) untuk mencegah
dan/atau mengurangi debu yang dihasilkan dari aktivitas penimbunan batubara.
Untuk mencegah terjadinya swa-pemanasan dan swa-bakar sebagai akibat dari adanya
proses penimbunan yang terlalu lama, maka stockyard akan dilengkapi dengan adanya
penyemprot air dan pembuatan green belt di sekitar lokasi dengan memanfaatkan penanaman
pohon.

Universitas Indonesia
9

Sepanjang perjalanan batubara menuju stockyard dan menuju boiler, maka jalur
pengangkutan akan memanfaatkan sistem ban berjalan yang dilengkapi dengan adanya
magnetic detector and separator untuk memisahkan material logam dari batubara.

1.1.4 Operasional Unit PLTU


 Setelah masa konstruksi selesai akan ada tahap uji coba untuk memastikan kondisi
peralatan dan sistem PLTU berjalan dengan baik sebelum PLTU dioperasikan secara
penuh. Aktivitas uji coba ini akan dikondisikan sesuai dengan sistem operasi yang
sebenarnya. Uji coba akan dilakukan sekitar enam bulan.
 Unit boiler yang akan digunakan adalah tipe Ultra Super Critical (USC) dengan once-
through steam generator. Gas hasil pembakaran batubara (flue gas) akan dialirkan ke
sistem perpipaan menuju sistem pemanas udara yang akan melalui unit-unit ESP dan
FGD untuk menangkap kandungan partikulat dan sulfur dalam flue gas.
 Dua unit alat pengendali abu (ESP) dengan efisiensi 99,22% digunakan untuk
menangkap partikulat tersuspensi dari cerobong gas yang berasal dari pembakaran
batubara dalam pembangkit uap.
 Cerobong (chimney) akan dilengkapi dengan sistem pemantauan emisi secara kontinu
(Continous Emission Monitoring System/CEMS) guna memantau gas buang cerobong.
 Kondensor didinginkan dengan menggunakan sistem pendinginan sirkulasi tertutup di
menara pendingin (cooling tower).
 Penggunaan air laut adalah sekitar 6.405 m3/jam, kebutuhan air pendingin (cooling tower
make up) sebanyak ±5.949 m3/jam dan air yang diproses untuk konsumsi PLTU (service
water, demineralized water, fire fighting water, dan sebagainya) sebanyak ±445 m3/jam.
 Sistem pengolahan air laut sebagai sumber air akan terdiri dari sistem pra-pengolahan,
desalinasi air laut, demineralisasi, pengolahan untuk air minum dan klorinasi.
 Lokasi dan fasilitas penampungan sementara limbah B3 akan mengikuti Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun. Pemrakarsa akan mengurus izin tempat penyimpanan
sementara (TPS) limbah B3 setelah mendapatkan izin lingkungan.

1.1.5 Pengelolaan Limbah Padat


Abu hasil pembakaran batu bara dibagi menjadi dua jenis: abu dasar (bottom ash) dan
abu terbang (fly ash). Abu terbang yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara

Universitas Indonesia
10

dikumpulkan di dalam elektrostatik, economizer dan pemanas udara. Kemudian akan diangkut
secara pneumatik menuju tempat penampungan tertutup (silo) untuk penyimpanan sementara
(PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Jawa Bali). Abu dasar akan
dikumpulkan dengan slag cooler atau transfer conveyor, lalu disiram dan dibawa ke tempat
penyimpanan sementara. Kedua jenis abu digabungkan kemudian dikondisikan dan diangkut
menuju lokasi penimbunan, atau diangkut menuju lokasi perusahaan yang menggunakan bahan
dasar abu sebagai material bahan bangunan.
Lokasi penimbunan abu dirancang sedemikian rupa agar dapat menampung seluruh
jenis abu dasar dan abu terbang, abu akan dicampurkan dengan air yang berasal dari wet
scrubber. Tempat penimbunan didesain dan dilengkapi agar sesuai dengan persyaratan
peraturan Indonesia dan dapat diterima di lingkup internasional. Penggunaan sistem drainase
diperlukan untuk mengumpulkan air rembesan (leachate) yang berasal dari tempat penimbunan
abu menuju tempat pengolahan air buangan.
Dalam rancangan, lokasi penimbunan abu dilapisi dengan geotextile kategori dua
untuk melindungi air rembesan yang masuk ke dalam tanah. Selain itu, abu yang mudah
terbang akan dilakukan penyiraman dengan air secukupnya dan kemudian ditutupi dengan
tanah permanen. Bagian atas dari timbunan abu akan ditanami dengan rumput dan beberapa
jenis pepohonan untuk melindungi erosi dan kehilangan permukaan tanah.

1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang Ditelaah/Dikaji


Proses awal dari penentuan lingkup permasalahan dan penentuan dampak penting
hipotetik (DPH) mengenai masalah yang dikaji adalah proses pelingkupan. Ringkasan DPH
ditunjukkan dalam tabel dan matriks kegiatan di bawah ini.

Tabel 1-1 Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) Pembangunan PLTU 1 x 1000 MW
Komponen
Jenis Kegiatan
No. Lingkungan DPH
(Sumber Dampak)
Terkena Dampak
A. Tahap Pra Konstruksi
A1 Pengadaan lahan Sosial-ekonomi 1. Perubahan mata pencaharian
2. Perubahan pendapatan
3. Persepsi dan sikap masyarakat
Penerimaan tenaga kerja
A2 Sosial-ekonomi 1. Peningkatan kesempatan kerja
untuk tahap konstruksi

Universitas Indonesia
11

Komponen
Jenis Kegiatan
No. Lingkungan DPH
(Sumber Dampak)
Terkena Dampak
2. Persepsi dan sikap masyarakat
B. Tahap Konstruksi
Mobilisasi peralatan dan Iklim dan kualitas
B1 1. Penurunan kualitas udara ambien
material udara
2. Peningkatan kebisingan
Sosial-ekonomi 3. Peningkatan peluang usaha
4. Gangguan aktivitas pada nelayan
5. Perubahan pendapatan
6. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
7. Gangguan penyakit/kesehatan
masyarakat
8. Peningkatan lalu lintas darat
Transportasi
dan/atau laut
Pematangan lahan dan Iklim dan kualitas
B2 1. Penurunan kualitas udara ambien
penyiapan areal kerja udara
2. Peningkatan kebisingan
Hidrogeologi 3. Peningkatan erosi dan sedimentai
4. Peningkatan debit air limpasan
Kualitas air 5. Penurunan kualitas air laut
6. Penurunan kualitas air sungai
Flora dan fauna darat 7. Perubahan komunitas flora darat
8. Perubahan komunitas fauna darat
Biota perairan 9. Perubahan komunitas biota laut
10. Peningkatan peluang usaha
Sosial-ekonomi 11. Perubahan pendapatan
12. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
13. Gangguan kesehatan
masyarakat
Iklim dan kualitas
B3 Pembangunan jalan akses 1. Penurunan kualitas udara ambien
udara
2. Peningkatan kebisingan
Sosial-ekonomi 3. Peningkatan peluang usaha
4. Perubahan pendapatan

Universitas Indonesia
12

Komponen
Jenis Kegiatan
No. Lingkungan DPH
(Sumber Dampak)
Terkena Dampak
5. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
6. Gangguan kesehatan
masyarakat
Pembangunan PLTU dan Iklim dan kualitas
B4 1. Penurunan kualitas udara ambien
fasilitasnya udara
2. Peningkatan kebisingan
Sosial-ekonomi 3. Peningkatan peluang usaha
4. Perubahan pendapatan
5. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
6. Gangguan kesehatan
masyarakat
B5 Pembangunan dermaga Kualitas air 1. Perubahan kualitas air laut
Biota perairan 2. Perubahan komunitas biota laut
Sosial ekonomi 3. Peningkatan peluang usaha
4. Gangguan aktivitas nelayan melaut
5. Gangguan aktivitas budidaya
kerang
6. Perubahan pendapatan
7. Persepsi dan sikap masyarakat
B8 Pelepasan tenaga kerja Sosial-ekonomi 1. Perubahan pendapatan
2. Peningkatan keterampilan tenaga
kerja
Penerimaan tenaga kerja
B7 Sosial-ekonomi 1. Peningkatan kesempatan kerja
untuk tahap operasi
2. Perubahan persepsi dan sikap
masyarakat
C. Tahap Operasi
Operasional dermaga
C1 (kegiatan bongkar muat Kualitas air 1. Penurunan kualitas air laut
batuabara)
Biota perairan 2. Perubahan komunitas biota laut
Sosial-ekonomi 3. Gangguan aktivitas nelayan melaut
4. Persepsi dan sikap masyarakat

Universitas Indonesia
13

Komponen
Jenis Kegiatan
No. Lingkungan DPH
(Sumber Dampak)
Terkena Dampak
Penyimpanan batubara di Iklim dan kualitas
C2 1. Penurunan kualitas udara ambien
stockyard udara
2. Peningkatan kebisingan
Sosial-ekonomi 3. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
4. Gangguan kesehatan
masyarakat
Iklim dan kualitas
C3 Operasional PLTU 1. Penurunan kualitas udara ambien
udara
2. Peningkatan kebisingan
Kualitas air laut 3. Penurunan kualitas air laut
Biota perairan 4. Perubahan komunitas biota laut
Sosial-ekonomi 5. Peningkatan peluang usaha
6. Perubahan pendapatan
7. Persepsi dan sikap masyarakat
Kesehatan
8. Gangguan kesehatan
masyarakat
Iklim dan kualitas
C4 Pengelolaan limbah padat 1. Penurunan kualitas udara ambien
udara
Kesehatan
2. Gangguan kesehatan
masyarakat
Sosial-ekonomi 3. Persepsi dan sikap masyarakat
Sumber: (PT. Cirebon Energi Prasarana, 2016) dengan perubahan

Universitas Indonesia
14

Tabel 1-2 Matriks Dampak Penting Hipotetik (DPH)


Komponen Kegiatan (Sumber Dampak)
N Komponen Lingkungan Penerima Pra Pasca
Konstruksi Operasi Keterangan
o. Dampak Konstruksi Operasi
A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 C3 C4 D1 D2

1 Geo-Fisik-Kimia
Iklim dan Perubahan iklim mikro
(-) = DPH Negatif
Kualitas
(+) = DPH Positif
Udara
(-/+) = DPH Negatif
Penurunan kualitas udara
(-) (-) (-) (-) (-) (-) dan/atau Positif
ambien
Peningkatan kebisingan (-) (-) (-) (-) (-)
Peningkatan getaran `
Hidrogeolo Peningkatan erosi &
(-) Tahap Pra-
gi sedimentasi
Konstruksi
Peningkatan debit air
(-) A1: Pengadaan
limpasan
lahan
Kualitas air Penurunan kualitas air tanah
A2: Penerimaan
Perubahan kualitas air sungai (-)
tenaga kerja untuk
Penurunan kualitas air laut (-) (-) (-) (-)
tahap konstruksi
Fisiografi Perubahan bentang alam
Perubahan garis pantai
Tahap Konstruksi
2. Biologi

Universitas Indonesia
15

Flora dan Perubahan komunitas flora B1: Mobilisasi


(-)
fauna darat darat peralatan & material
Perubahan komunitas fauna B2:Pematangan
(-)
darat lahan dan penyiapan
Biota Perubahan komunitas biota areal kerja
(-) (-) (-) (-)
perairan laut B3: Pembangunan
Perubahan komunitas biota jalan akses
(-)
sungai B4: Pembanguna
3. Sosial-Ekonomi-Budaya PLTU dan
Sosial- Peningkatan jumlah dan fasilitasnya
ekonomi kepadatan penduduk B5: Pembangunan
Peningkatan kesempatan dermaga
(+) (+)
kerja B6: Pelepasan

Perubahan mata pencaharian (-) tenaga kerja tahap

Peningkatan peluang usaha (+) (+) (+) (+) (+) (+) konstruksi

Gangguan aktivitas melaut (-) (-) (-) B7: Peneerimaan

Gangguan aktivitas budidaya tenaga kerja untuk


(-) tahap operasi
kerang
Perubahan pendapatan (-) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (+)
Tahap Operasi
Peningkatan keterampilan (+)
C1: Operasional
Persepsi dan sikap
(+/-) (+/-) (+/-) (+/-) (+/-) (+/-) (+/-) (-) (-) (+/-) (+/-) (-) dermaga (bongkar
masyarakat
muat batubara)
Sosial- Perubahan perilaku
budaya masyarakat

Universitas Indonesia
16

Gangguan.kerusakan C2: Penyimpanan


terhadap situs peninggalan batubara di
budaya stockyard
4. Kesehatan Masyarakat C3: Operasional unit
Gangguan PLTU
(-) (-) (-) (-) (-) (-)
penyakit/kesehatan C4: Pengelolaan
Penurunan sanitasi limbah padat
5. Transportasi
Peningkatan arus lalu lintas Tahap Pasca
(-)
darat Operasi
Gangguan lalu lintas laut D1: Pelepasan

6. Aset Negara tenaga kerja

Peningkatan aset negara D2: Penyerahan


fasilitas ke
pemerintah
Sumber: (PT. Cirebon Energi Prasarana, 2016) dengan perubahan

Universitas Indonesia
17

1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


1.3.1 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi ditetapkan berdasarkan karakteristik aktivitas dan besaran
dampak yang mungkin ditimbulkan kepada lingkungan (PT. Cirebon Energi Prasarana, 2016).
Dampak yang diprakirakan timbul sesuai dengan jangkauan penyebaran ke lingkungan sekitar,
berdasarkan luasan sebaran daerah yang terpengaruh proyek dan jenis dampak penting yang
memengaruhi lingkungan tersebut. Batas wilayah studi terdiri atas batas proyek, batas ekologis,
batas sosial, dan batas administrasi.

1.3.1.1 Batas Proyek


Batas proyek merupakan ruang tempat sebuah rencana kegiatan akan berlangsung,
mulai dari kegiatan tahap pra konstruksi hingga sampai pada tahap operasi dan pasca operasi.
Batas proyek yang ditetapkan dalam pembangunan PLTU Cilegon berkapasitas 1 x 1000 MW
ini adalah lahan seluas kurang lebih 42,4 ha pada level ketinggian 2,5 meter dari ketinggian
lokasi tapak PLTU saat ini (berketinggian 1 mdpl) dan dermaga permanen (jetty), yang
digunakan untuk bongkar muat batubara, yang dibangun pada sekitar 1,67 mil laut (2,7 km)
dari tepi pantai.

Gambar 1-3 Peta Batas Proyek Pembangunan PLTU Cilegon


Sumber: Kota Cilegon dalam Angka 2018

Universitas Indonesia
18

1.3.1.2 Batas Ekologi


Batas ekologi merupakan ruang persebaran dampak secara ekologis, melalui media
udara dan air, dari kegiatan yang direncanakan. Di dalam batas ekologi, terdapat proses ruang
yang mendasar dan diprakirakan akan mengalami perubahan jika terkena dampak kegiatan
tersebut.
a. Ekosistem pantai dan estuari. Di dalamnya terdapat habitat flora dan fauna darat maupun
perairan, yang memungkinkan akan terkena dampak dari kegiatan PLTU yang dilakukan.
Perairan laut memungkinkan terkena dampak kegiatan hingga sejauh kurang lebih 1,45
mil laut dari garis pantai, kegiatan yang mungkin memengaruhi kualitas perairan adalah
aktivitas operasi unit pendingin dan kegiatan bongkar muat batubara yang berada pada
1,67 mil laut dari tepi pantai.
b. Ekosistem sungai yang berada di sebelah barat rencana PLTU yang dimulai dari arah
hulu yang berbatasan dengan Jalan Raya Pantura menuju ke muara sungai.
c. Perairan pantai di mana nelayan setempat melakukan aktivitas berlayar dan melakukan
penangkapan ikan serta budidaya kerang.

Gambar 1-4 Peta Batas Ekologi Pembangunan PLTU Cilegon


Sumber: Kota Cilegon dalam Angka 2018

Universitas Indonesia
19

1.3.1.3 Batas Sosial


Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan yang berbatasan langsung
dengan tempat terjadinya interaksi sosial, terutama antara proyek dengan masyarakat sekitar
yang diprakirakan dapat terpengaruh oleh kegiatan proyek yang berlangsung. Adapun batas
sosial dari pembangunan PLTU ini adalah pemukiman yang berada di sepanjang jalur Pantura
dan sebagian di sepanjang Jalan Raya Tol Merak-Jakarta, yaitu Kelurahan Warnasari,
Kelurahan Samangraya, serta sebagian kecil wilayah Kelurahan Kebonsari.

Gambar 1-5 Peta Batas Sosial Pembangunan PLTU Cilegon


Sumber: Kota Cilegon dalam Angka 2018

1.3.1.4 Batas Administratif


Batas administratif merupakan batas ruang tempat masyarakat sekitar rencana
kawasan untuk melakukan kegiatan sosial-ekonomi yang secara lusannnya diatur dengan
peraturan perundang-undangan. Rencana pembangunan PLTU Cilegon 1 x 1000 MW secara
administratif berada di wilayah Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon,
Provinsi Banten. Wilayah Kelurahan Samangraya dan sebagian kecil Kelurahan Kebonsari
dapat mengalami dampak sebaran kegiatan tidak langsung, di samping Kelurahan Warnasari
yang memang akan mendapatkan dampak sebaran kegiatan secara langsung.

Universitas Indonesia
20

Gambar 1-6 Peta Batas Administratif Pembangunan PLTU Cilegon


Sumber: Kota Cilegon dalam Angka 2018

Universitas Indonesia
21

BAB 2
TRANSPORTASI

Dalam memperkirakan jumlah kendaraan yang melintas di ruas jalur menuju PLTU
Cilegon, maka diperlukan pendefinisian mengenai jenis-jenis kendaraan yang melintas dan
jenis-jenis jalan yang akan dilalui kendaraan tersebut. Adapun pendefinisian mengenai jenis-
jenis kendaraan yang melintas dapat dilihat sebagai berikut (BPS Kota Cilegon, 2017).
a. Kendaraan bermotor, merupakan setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik yang ada pada kendaraan tersebut, biasanya digunakan untuk angkutan orang atau
barang diatas jalan raya selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Dalam pencatatan,
yang termasuk ke dalam jenis kendaraan bermotor adalah semua jenis kendaraan kecuali
kendaraan bermotor TNI/Polri dan Korps Diplomatik.
b. Mobil penumpang, merupakan setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan
tempat duduk untuk sebanyak-banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk
untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi bagasi.
c. Mobil bis, merupakan setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk
untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik
dilengkapi atau tidak dilengkapi bagasi.
d. Mobil truk, merupakan setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan
barang, selain mobil penumpang, mobil bis, dan kendaraan bermotor roda dua.
e. Sepeda motor, merupakan setiap kendaraan bermotor yang beroda dua.

Berdasarkan Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997, jalan dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu:
f. Jalan arteri, merupakan jalan yang melayani angkutan umum. Jenis kendaraan yang
dilayani memiliki ciri-ciri: perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien.
g. Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi.
Memiliki ciri-ciri kendaraan yang dilayani: perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
h. Jalan lokal, merupakan jalan yang melayani angkutan setempat. Jenis kendaraan yang
dilayani memiliki ciri-ciri: perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.

Universitas Indonesia
22

Jalur darat yang dapat dilalui untuk mencapai lokasi PLTU adalah melalui Jalan Raya
Tol Merak-Jakarta. Berdasarkan pantauan semester I tahun 2018, pertumbuhan volume lalu
lintas tol naik sebesar 2,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Dhinisari, 2018).
Jumlah rata-rata trafik jalur tersebut adalah sebanyak 137.432 kendaraan per hari. Hal ini
dipengaruhi oleh kenaikan peranan sektor industri di Provinsi Banten, sebesar 2,64% kenaikan
terjadi pada sektor industri besar dan sedang, 0,97% kenaikan pada industri kecil dan mikro.
Kemudian berdasarkan RTRW Kota Cilegon tahun 2010 – 2030, rencana sistem jaringan jalan
yang akan diterapkan dalapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Jaringan Jalan Lingkar Luar Utara
Pembangunan dan pengembangan jaringan jalan akan melintasi wilayah utara Kota
Cilegon dimulai dari bagian Kelurahan Gedongdalem (Kecamatan Jombang) hingga ke
Simpang Garem di Kelurahan Garem (Kecamatan Pulomerak) di bagian Kota Cilegon.
Jalan Lingkar Utara ini akan melintasi beberapa kelurahan yang berada di kecamatan
Jombang, Purwakarta, dan Grogol. Atau dilihat dari wilayah administrasi meliputi
Kelurahan Gedongdalem, Tegal Bunder, Purwakarta, Grogol dan Garem. Fokus utama
dari pengembangan jaringan jalan ini adalah kegiatan pertanian dan wisata di sekitar
Pulomerak.
b. Jaringan Jalan Lingkar Luar Selatan
Pembangunan dan pengembangan jaringan jalan ini akan melintasi wilayah selatan Kota
Cilegon yang menghubungkan Kelurahan Kedalaman (Kecamatan Cibeber) hingga
Cigading di Kelurahan Kepuh (Kecamatan Ciwandari). Fokus dari pembentukan dan
pengembangan jaringan jalan ini adalah untuk peningkatan akses jalan di wilayah selatan
Cilegon, yang berdampak pada peningkatan aktivitas industri dan pelabuhan di Kota
Cilegon serta aktivitas pariwisata di Kota Serang. Dalam pelayanan lingkup lokal
(perkotaan), maka pengembangan difokuskan untuk meningkatkan mobilitas penduduk
lokal di dalamnya. Pengembangan jalan yang dilakukan meliputi:
1. Pengembangan Jalan Lingkar Dalam Utara
2. Pengembangan Jalan Lingkar Dalam Selatan
3. Pengembangan Jalan Lingkar Dalam Kota Merak

Untuk pengembangan jalur transportasi laut, maka Pemerintah Kota Cilegon akan
melakukan pembangunan dan pengembangan fasilitass pelabuhan sebagai salah satu sarana
pembuka wikayah untuk berhubungan dengan wilayah lainnya.

Universitas Indonesia
23

1. Pelabuhan Pengumpan, merupakan pelabuhan yang melayani kegiatan di Banten


bagian barat. Beberapa faktor yang mendukung perkembangan pelabuhan ini
adalah:
a. Keberadaan kawasan industri Cilegon serta perkembangan kawasan
industri di Serang Timur.
b. Tingkat aksesibilitas yang tinggi antara Kota Cilegon dengan wilayah lain,
ditambah dengan peningkatan penggunaan Tol Jakarta-Merak.
c. Terdapat rencana pembangunan Terminal Peti Kemas di Cigading.
d. Terdapat rencana rehabilitasi dan pembangunan jalur KA di Cigading-
Cilegon-Serpong.
e. Memberi fungsi sebagai antisipasi kemacetan di kawasan Pelabuhan
Tanjung Priok.
2. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS). Saat ini, jumlah TUKS di Kota
Cilegon adalah sekitar 19 buah dan merupakan bagian dari fasilitas kegiatan
industri di mana terminal tersebut berada. Pada umumnya, jenis kegiatan yang
dilayani oleh pelabuhan ini terdiri atas kegiatan niaga dan non-niaga. Di dalamnya
juga termasuk kegiatan bongkar-muat barang. Pembangunan dan pengembangan
TUKS diharapkan tidak merubah garis pantai secara signifikan.

Universitas Indonesia

S-ar putea să vă placă și