Sunteți pe pagina 1din 7

8- 062

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI NANO KITOSAN TERHADAP PERTUMBUHAN


Staphylococcus aureus (in vitro)

Antibacterial Activity of Nano Chitosan on Staphylococcus aureus

Ade Komariah
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
E-mail: akomariah@gmail.com

Abstract- Mouth is considered as a not homogeneous environment. These following aspects may caused a
significant contribution towards the cause of infection namely; the mucosal surfaces in the mouth and teeth
are not the same, has warm temperatures, moisture and nutrient-rich environment which increasing the
growth of microorganisms. Staphylococcus aureus can trigger the occurrence of infectious diseases, which is
acute apical abscess. Nano chitosan is a physical modification of chitosan which posses antibacterial
capability. The purpose of this study to test the effectiveness of antibacterial nano chitosan in different
degree of deacetylation and concentrations against Staphylococcus aureus. This experimental study was
conducted with disc’s method and using some concentration of 90%, 45%, 22,5%, 11,25%, 5,625%, 2,812%,
1,406%, 0,703%, 0,351%, 0,175% and 2 control groups, namely positive and negative controls. The statistical
analysis using Chi - Square manually. The test results of antibacterial activity against S. aureus is the
Minimum Inhibitory concentration (MIC) of nano chitosan DD 89% and 93% at a concentration of 22.55%.
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) nano chitosan DD 89% is at a concentration of 45% , while the
nano chitosan DD 93% at a concentration of 22.5% . The results of statistical tests showed there are
differences of MIC and MBC at different concentrations but there is no difference on different the degree of
deacetylation test.

Keywords: Antibacterial, Nano chitosan, S.aureus, MIC, MBC

PENDAHULUAN satu bakteri aerob yang dapat


Mulut merupakan lingkungan yang menyebabkan infeksi gigi dan mulut adalah
tidak homogen, karena permukaan mukosa Staphylococcus aureus.
dan gigi dalam mulut yang tidak sama serta Staphylococcus aureus adalah bakteri
temperatur yang hangat, kelembaban dan dalam rongga mulut yang berpeluang paling
lingkungan yang kaya akan nutrisi yang dapat besar dalam menyebabkan penyakit.
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, Bakteri ini sering dihubungkan dengan
sehingga dapat memberikan kontribusi yang inflamasi dan pembentukan abses. Abses
cukup berarti dalam menimbulkan infeksi. adalah pengumpulan eksudat purulen yang
Menurut Survei Kesehatan Rumah terjebak di dalam jaringan yang terjadi
Tangga (SKRT) yang dilakukan Kementrian akibat infeksi bakteri. Abses apikalis akut
Kesehatan RI pada tahun 2011, adalah suatu lesi likuifaksi atau difus yang
menunjukkan penyakit gigi dan mulut menghancurkan jaringan periradikuler. Ini
merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang adalah respons inflamasi yang parah
dikeluhkan masyarakat Indonesia. Ini terhadap iritan mikroba dan non bakteri
dibuktikan dengan adanya 60% penduduk dari pulpa nekrotik. Salah satu perawatan
Indonesia masih mengalami penyakit gigi yang baik dalam menangani abses adalah
1
dan mulut. melakukan drainase. Pemilihan cairan irigasi
Bakteri merupakan salah satu pada saat drainase mempengaruhi
pemicu terjadinya suatu infeksi dengan cara kecepatan penyembuhan. Cairan irigasi
menginvasi dan berkembang biak dalam yang baik dapat membantu menghambat
2
jaringan tubuh atau rongga mulut, baik pertumbuhan bakteri didalamnya.
bakteri aerob dan bakteri anaerob. Salah

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 371


Pada sebagian kasus infeksi, dalam aplikasi farmasi, karena mempunyai
penggunaan antibiotik sangat diperlukan, kemampuan biodegradasi dan biocompatibility
9
tetapi bila berlebihan dapat menyebabkan dan non toksi. Kitosan juga
beberapa bakteri resisten atau bertahan memperlihatkan aktivitas biologi seperti
hidup karena adanya perubahan genetik. hypocholesterolemic, antimikroba, dan anti
10
Salah satu contohnya yaitu : S. aureus yang jamur .
tergolong bakteri gram positif resisten Penelitian kitosan banyak dilakukan
terhadap penisilin, nafsilin dan vankomisin. dengan memodifikasi baik secara kimia
Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain dengan meningkatkan derajat deasetilasi,
dengan pemanfaatan sumber biomaterial maupun secara fisik dengan mengubah
alam, karena penggunaan bahan alami bentuk ukuran dari kitosan yaitu dalam
relatif lebih dapat diterima tubuh bentuk nano partikel. Aplikasi nanoteknologi
dibandingkan dengan dengan bahan-bahan membuat revolusi baru dalam dunia industri,
sintesis. nanoteknologi meliputi usaha dan konsep untuk
Saat ini telah banyak dilakukan menghasilkan material atau bahan berskala
penelitian terhadap suatu senyawa yang nanometer, mengeksplorasi dan merekayasa
berasal dari proses ektraksi limbah karakteristik material atau bahan tersebut,
cangkang hewan laut seperti krustasea yang serta mendesain ulang ke dalam bentuk,
disebut kitosan. Kulit udang dan kepiting ukuran dan fungsi yang diinginkan.
merupakan bahan baku penghasil kitin. Nano kitosan adalah nano partikel
Indonesia merupakan negara maritim yang dari kitosan yang memiliki daya serap lebih
mempunyai potensi cukup besar sebagai baik dan kemampuan yang lebih baik
penghasil jenis ikan dan hewan laut lainnya sebagai antibakteri dan antijamur daripada
11
seperti udang dan kepiting. Ini dibuktikan kitosan dengan ukuran biasa, maka dari
dengan Pusat Data, Statistik dan Informasi itu masih diperlukan dilakukan penelitian
Departemen Kelautan dan Perikanan tahun nano kitosan terutama yang berkaitan
2008 menunjukkan ekspor udang Indonesia dengan bidang kesehatan gigi dan
meningkat menjadi 160.797 ton pada tahun mulut.Penelitian ini bertujuan untuk
3
2007. Disamping itu hasil penelitian lain mengetahui kemampuan kitosan dengan
menyebutkan bahwa kitin yang terkandung dilakukannya perubahan bentuk fisik
dalam limbah cangkang udang sebesar menjadi bentuk nano partikel pada derajat
4
24,3% dari berat keringnya. deasetilasi dan konsentrasi berbeda dalam
Kitosan memiliki peran dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, S. aureus.
termasuk mikroorganisme patogen di dalam
mulut. Selain itu kitosan memiliki banyak METODE PENELITIAN
manfaat seperti sebagai bahan antibakteri Bahan dan Alat
dalam bentuk formulasi gel pembersih Bahan utama yang digunakan
5 6
tangan, bahan pengawet, sebagai pengisi dalam penelitian ini adalah kitosan dari
7
dalam pembuatan sabun transparan, serta cangkang udang dan rajungan, Staphylococcus
dapat mempercepat penyembuhan luka aureus. Brain heart infusion (BHI), Media
dengan sifatnya yang mampu meningkatkan padat agar darah tabung, aquades, aqua
8
proliferasi fibroblast. Kitosan juga telah destilata, alkohol, Mc Farland 0,5. Alat yang
digunakan secara luas dalam bidang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengobatan, menjadi bahan yang penting beaker glass, timbangan digital, gelas ukur,

372 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


kertas pH, kompor listrik, saringan, alat Chen 2006 yang menyatakan nanopartikel
pengaduk, termometer, magnetic stirer, adalah butiran atau partikel padat dengan
12
pipet, spray dryer, alat uji FTIR, uji PAS, kisaran ukuran 10 - 1000 nm. Derajat
magnetic stirrer, magnetic bar, neraca deasetilasi menggunakan Fourier Transform
digital, pH universal, yellow tip dan white Infra Red(FTIR), diperoleh derajat
tip, tabung steril, pipet pengencer eppendorf, deasetilasi rajungan sebesar 89% tahun
13
mikropipet, incubator, autoklaf, vortex, 2011, hasil penelitiannya dan udang
spektrofotometer, analisis FTIR (Fourier sebesar 93%.
Transform Infra Red), and analisis PSA Modifikasi bentuk fisik kitosan
(Particle Size Analyzer) menjadi nanopartikel, dilakukan agar dapat
Lingkup Penelitian mengoptimalkan efektifitas kitosan sebagai
Komposisi kimia kitosan hasil antibakteri. Hal ini didukung dari hasil
deasetilasi kitin diketahui dengan analisis penelitian yang dilakukan oleh Luis E pada
proksimat (AOAC 1995), pengukuran derajat menyatakan bahwa semakin kecil ukuran
deasetilasi menggunakan FTIR dan sebaran partikel kitosan, maka semakin tinggi aktifitas
ukuran nano kitosan di analisis menggunakan antibakteri dari kitosan tersebut. Meskipun
PAS. Penelitian aktifitas nano kitosan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang
terhadap daya hambat (KHM) dan daya mekanisme efek ukuran partikel pada
bunuh (KBM) pada pertumbuhan aktivitas antimikroba kitosan nanopartikel,
Staphylococcus aureus dilakukan secara invitro, namun dari hasil penelitian menunjukkan
dengan menggunakan metode dilusi bahwa pada partikel yang lebih besar
bertingkat, hasil pengamatan nano kitosan memiliki kemampuan merusak membran
terhadap daya hambat pertumbuhan S. sel yang lebih rendah daripada kitosan
aureus dilihat dengan ada tidaknya dengan partikel yang berukuran lebih
14
kekeruhan, sedangkan pengamatan daya kecil.
bunuh nano kitosan terhadap S. aureus Diantara berbagai metode pembuatan
dalam media agar darah dilakukan dengan nanopartikel kitosan, gelasi ionik
melihat ada atau tidaknya pertumbuhan merupakan metode yang banyak menarik
bakteri. perhatian peneliti dikarenakan prosesnya yang
sederhana, tidak menggunakan pelarut organik,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan dapat dikontrol dengan mudah.
Nano kitosan yang diperoleh Berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan magnetic stirrer, karena daya hambat (KHM) pada kelompok
dengan alat magnetic stirrer memiliki perlakuan dengan derajat deasetilasi 89 %,
kelebihan yaitu proses homogenisasi antara serta kontrol positif dan negatifyang
o
kitosan serbuk awal dengan bahan gelasi diamatiselama 18-24 jam pada suhu 37 C
ionik, dapat dikendalikan secara merata dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan kecepatan yang tinggi, dibanding Analisis Chi-Square KHM terhadap
menggunakan alat lainnya, sehingga lebih masing-masing konsentrasi pada nano
efektif menghasilkan nanopartikel. Nanopartikel kitosan DD 89%, menyatakan ada hubungan
kitosan yang dihasilkan dianalisis menggunakan antara perlakuan konsentrasi dengan
Particle Size Analyzer (PAS), diperoleh rata- pertumbuhan S. aureus. Nano kitosan DD
rata ukuran nano kitosan sebesar 300 nm. 89% dengan konsentrasi tinggi, lebih
Ukuran nano partikel kitosan dalam menghambat pertumbuhan S. aureus
penelitian ini sesuai dengan Mohanraj dan daripada konsentrasi rendah. Hal ini

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 373


memiliki arti bahwa konsentasi 90%, 45%, 5,625%, 2,812%,1,406% ,0,703%, 0,351%, dan
dan 22,5%, tidak memiliki perbedaan dalam 0,175%. Dari pengamatan dilusi medium cair
mempengaruhi pertumbuhan S. aureus, namun BHI pada DD 89% didapatkan nilai KHM
memiliki perbedaan dengan konsentrasi 11,25%, pada konsentrasi 22,5%.

Tabel 1. Pengamatan KHM Nano Kitosan dengan DD 89 % terhadap pertumbuhan S. aureus pada media cair
BHI

Replikasi 90% 45% 22,5% 11,25% 5,625% 2,812% 1,406% 0,703% 0,351% 0,175% K (+) K (-)

1 - - + + + + + + + + - +

2 - - - + + + + + + + - +

3 - - - + + + + + + + - +
Keterangan + : Terdapat pertumbuhan kuman - : Tidak terdapat pertumbuhan kuman

Analisis Chi-Square KHMterhadap konsentasi 90%, 45%, dan 22,5%, tidak


masing-masing konsentrasi KHM pada nano memiliki perbedaan dalam mempengaruhi
kitosan DD 93%, menyatakan ada hubungan pertumbuhan S. aureus, namun memiliki
antara perlakuan konsentrasi dengan perbedaan dengan konsentrasi 11,25%, 5,625%,
pertumbuhan S. aureus. Nano kitosan DD 93% 2,812%,1,406% ,0,703%, 0,351%, dan 0,175%. Nilai
dengan konsentrasi tinggi lebih menghambat KHM nano kitosan DD 93% terjadi pada
pertumbuhan S. aureus daripada konsentrasi konsesntrasi 22,5% (Tabel 2).
rendah. Hal ini memiliki arti bahwa
Tabel 2.Pengamatan KHM Nano Kitosan dengan DD 93 % terhadap pertumbuhan S. aureus pada media cair
BHI

Replika
90% 45% 22,5% 11,25% 5,625% 2,812% 1,406% 0,703% 0,351% 0,175% K (+) K (-)
si

1 - - - + + + + + + + - +
2 - - - + + + + + + + - +
3 - - - + + + + + + + - +
Keterangan +: terdapat pertumbuhan kuman -: tidak terdapat pertumbuhan kuman
Analisis Chi-Square KBM terhadap tinggi lebih membunuh pertumbuhan S.
masing-masing konsentrasi pada nano kitosan aureus daripada konsentrasi rendah. Nilai
DD 89%, menyatakan ada hubungan antara KBM nano kitosan DD 89% terdapat pada
perlakuan konsentrasi dengan pertumbuhan konsentrasi 45% (Tabel 3)
S. aureus. Nano kitosan dengan konsentrasi
Tabel 3. Pengamatan KBM Nano Kitosan dengan DD 89% terhadap pertumbuhan S. aureus pada media agar
darah.

Replik
90% 45% 22,5% 11,25% 5,625% 2,812% 1,406% 0,703% 0,351% 0,175% K (+) K (-)
asi

1 - - + + + + + + + + - +
2 - - + + + + + + + + - +
3 - - + + + + + + + + - +
Keterangan: +: Terdapat Pertumbuhan Kuman, -: Tidak terdapat pertumbuhan kuman

374 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


Hasil analisis Chi-Square KBM Nano kitosan dengan konsentrasi tinggi,
terhadap masing-masing konsentrasi pada lebih membunuh pertumbuhan S. aureus
nano kitosan DD 93%, memperlihatkan daripada konsentrasi rendah, dengan nilai
adanya hubungan antara perlakuan KBM nano kitosan DD 93% terdapat pada
konsentrasi dengan pertumbuhan S. aureus. konsentrasi 22,5% (Tabel 4).

Tabel 4. Pengamatan KBM Nano Kitosan dengan DD 89% terhadap pertumbuhan S. aureus pada media agar
darah.
Replika
90% 45% 22,5% 11,25% 5,625% 2,812% 1,406% 0,703% 0,351% 0,175% K (+) K (-)
si

1 - - - + + + + + + + - +

2 - - - + + + + + + + - +

3 - - - + + + + + + + - +
Keterangan: +: Terdapat Pertumbuhan Kuman, - : Tidak terdapat pertumbuhan kuman

Berdasarkan hasil penggoresan seri Teori yang pertama didasari oleh adanya
dilusi dengan masing masing konsentrasi gugus fungsional amina pada kitosan yang
KHM pada media padat, memperlihatkan dapat membentuk ikatan dengan dinding
bahwa semakin besar kandungan konsentrasi sel bakteri dan mengakibatkan timbulnya
nano kitosan, maka semakin sedikit koloni kebocoran konstituen intraseluler sehingga
yang tumbuh. Hal ini berlaku sebaliknya, bakteri akan lisis. Teori kedua menyebutkan
semakin kecil kandungan konsentrasi nano bahwa diawali dengan merusak dinding sel
kitosan maka semakin banyak koloni yang bakteri, kitosan melakukan pengikatan
tumbuh. Hasil ini juga memperkuat bahwa intraseluler, menghalangi mRNA, dan
16
semakin besar konsentrasi ekstrak nano menghambat sintesis protein.
kitosan maka semakin besar pula Analisis Chi-Square KHM danKBM
konsentrasi bahan aktif yang berpengaruh terhadap nano kitosan DD 89% dan DD 93%,
2
terhadap pertumbuhan S. aureus. diperoleh nilai X ≤ 3,8415,05, maka H0
Hasil penelitian ini didukung oleh diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
14
hasil penelitian Setyahadi (2006) , ada perbedaan bermakna antara perlakuan
menyatakan interaksi antara kitosan DD 89% dengan DD 93% dalam
dengan membran sel terluar dari bakteri, menghambat serta membunuh S.
dimana konsentrasi berpengaruh terhadap aureus.Hasil penelitian ini didukung oleh
13
daya antibakteri yaitu semakin tinggi Luis. , yang menyatakan bahwa perbedaan
konsentrasi maka daya hambat terhadap derajat deasetilasi kitosan dalam bentuk nano
bakteri semakin besar. Berdasarkan hasil partikel tidak mempengaruhi aktifitas dalam
penelitian lain, menyatakan bahwa semua menghambat pertumbuhan bakteri, namun
aktivitas antibakteri kitosan semakin hasil ini berbeda dengan hasil penelitian
39
menurun seiring peningkatan konsentrasi Khan , yang menyatakan semakin tinggi
kitosan, penghambatan yang lebih tinggi derajat deasetilasi maka semakin banyak
pada kitosan konsentrasi rendah, diduga jumlah gugus amina pada kitosan, sehingga
karena viskositas larutan yang lebih jumlah gugus amina yang terprotonasi
15
rendah. dalam kondisi asam juga meningkat dan
Mekanisme antimikroba kitosan akhirnya dapat larut sempurna, selain itu
terhadap bakteri terjadi melalui dua teori. akan meningkatkan peluang kitosan

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 375


berinteraksi dengan muatan negatif pada weights. carbohydrate polimers ;527-
dinding sel mikroorganisme. 530.
7
Amin H. 2006. Kajian penggunaan khitosan
sebagai antibakteri dalam pembuatan
KESIMPULAN sabun transparan. Skripsi. Fakultas
Konsentrasi hambat minimum Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
(KHM) nano kitosan DD 89% dan 93% Pertanian Bogor. Bogor.
8
terhadap bakteri S. aureus adalah pada Makmur AA, Suryono. 2011. Efektivitas kitosan
cangkang udang galah (Macrobrachium
konsentrasi 22,5 %. Untuk konsentrasi
rosenbergii de Man) terhadap
bunuh minimum (KBM) DD 89% terhadap Proliferasi Sel Fibloblast Gingiva (Uji In-
bakteri S. aureus adalah pada konsentrasi Vitro) [skripsi}. Skripsi. Universitas
45%, sedangkan pada nano kiotsan DD 93% Gajah Mada. Yogjakarta.
9
Berger J, Reist M, Mayera JMO, Feltb NA,
pada konsentrasi 22,5%. Hasil penelitian ini
Peppas R, Gurny. 2004. Strukture and
memperlihatkan adanya efektivitas yang interaction in covalently and ionocally
berbanding terbalik antara konsentrasi crosslinked chitosan hydragels for
nano kitosan terhadap pertumbuhan S. biomedical applications. Europen
aureus. Semakin tinggi konsentrasi nano kitosan, Journal of Pharm And BioPharm
2004;57: 19-34.
maka semakin rendah pertumbuhan S. 10
Rhoades J, Roller S. 2000. Antimicrobial actions
aureus.Kitosan dengan derajat deasetilasi yang of degraded and native chitosan
berbeda memperlihatkan tidak adanya perbedaan against spoilage organism in
dalam menghambat pertumbuhan S. Aureus, laboratory media and foods. American
meskipun terdapat perbedaan dalam pengamatan. Society for Microbiology 2000;80-86.
11
Karmelia S.2009. Pengaruh derajat deasetilasi
nano kitosan untuk menyerap ion Zn2+
DAFTAR PUSTAKA
1 dari limbah cair industri karet. Tesis.
Hasan A. 2014. Cara merawat gusi gigi. [cited
Sekolah pascasarjana universitas
2014 january 20]. Available :
sumatera utara. Medan.
http://sehatdanmurah.blogspot.com/2 12
Mohanraj UJ and Chen Y. Nanoparticles - A Review,
014/01/cara-merawat-gusi-gigi.html
2 Tropical Journal of Pharmaceutical Research
Walton RE, Torabinejad M. 2008. Prinsip dan
2006 ; 5 (1): 561-573.
praktik ilmu endodonsia. Ed. ke-3. 13
Luis E, et al. Antimicrobial effect of Chitosan
Jakarta : EGC; 2008 ; 49.
3 nano particles on streptococcus
Kencana A. 2009. Perlakuan sonikasi terhadap
mutans biofilm, J applied and
kitosan: viskositas dan bobot molekul
environmental microbiology 2011;
kitosan. Skripsi. Fakultas Matematika
77(1) : 3892-3895
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut 14
Yudiantoro S. Rizal, Nurainy F. Uji aktivitas
Pertanian Bogor. Bogor.
4 Kitosan Sebagai Antibakteri Terhadap
No HK, Lee SH, Park NY, Meyers SP.2003.
Bakteri Patogen dan Perusak Makanan
Comparison of phsycochemical,
dengan Metode Sumur. Skripsi.
Binding and Antibacterial Properties of
Fakultas Pertanian, Universitas
Chitosans Prepared Without and With
Lampung. Lampung. 2007.
Deproteinization Process, J. Agric. 15
Setyahadi S. Pengembangan Produksi Kitin
Food. Chem 51: 7659-7663.
5 Secara Mikrobiologi, Prosiding Seminar
Rahman A. 2012. Kitosan sebagai bahan
nasional Kitin Kitosan, Departemen
antibakteri alternative dalam formulasi
Teknologi Hasil Perairan Fakultas
gel pembersih tangan (hand sanitizer).
Perikanan dan Ilmu kelautan IPB.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Bogor; 2006; 33 -39
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 16
Andreas Y, et al. Antibacterial Effect of
Bogor.
6 Chitosan Powder : Mechanisme of
Zheng, LY, Zhu JF. 2002. Antimicrobial activity of
Action. Environ Technol 2007;28;12
chitosan with different molecular
;1357-1363.

376 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


TANYA JAWAB Bagaimana cara menggunakan proses teknologi
Yang menjadi ukuran “Nano Kitosan” dalam nano?
penelitian ini apakah dengan modofokasi Mengapa lebih memilih menggunakan kitin pada
struktur bagian dalam dari senyawa khitosan udang daripada dengan rajungan padahal
ataukah permukaan fisik dari senyawa kitin rajungan memiliki banyak khitin lebih banyak?
tersebut. Apakah kisaran ukuran nano sudah Apa ciri penyakit abses/kesehatan mulut ?
tercapai? Jawab:Pembuatan nano dalam bentuk serum,
dalam penelitian ini bahan khitin yang digunakan
Apa yang dimaksud dengan Netralisasi dalam dari serangga, dengan persentase khitin 48%,
proses identifikasi kitosan? rajungan memiliki khitin yang besar tetapi khitin
Jawab:modifikasi dari ukuran serbuk yang agak lebih kecil dibandingkan sereangga,seranggan
besar ke serbuk kecil, dari polimer dipotong yaitu kumbang badak. Penyakit abses yaitu
menjadi polipeptida, nano kitosan berinteraksi penyakit yang ada dirongga mulut (kalis).
dengan bakteri, dan ukuran struktur nanokitosan
mencapai ukuran 300 nm dimana masih dalam
range sebagai nano kitosan, Netralisasi untuk
menghindari toksisitas, dengan menggunakan
bahan kimia dengan aquades memakan satu
minggu hingga terbentuk pH netral.

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 377

S-ar putea să vă placă și