Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Atrium Kanan
Ventrikel Kanan
Atrium Kiri
Ventrikel kiri
KATUP JANTUNG
Katup Atrioventrikularis
Katup Semilunalis
Kedua katup semilunalis sama bentuknya; katup ini terdiri dari tiga
daun katup simetris menyerupai corong yang tertambat kuat pada anulus
fibrosus. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan
katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteri
pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat.
Tepat di atas daun katup aorta, terdapat kantung menonjol dari dinding
aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut sinus Valsalva.
SISTEM KONDUKSI
SIRKULASI SISTEMIK
1. Arteria
2. Arteriola
3. Kapiler
4. Venula
5. Vena
Dengan pengecualian pada kapiler dan venula, dinding pembuluh darah
terdiri atas komponen yang serupa:selapis sel endotel, jaringan elastic, sel
otot polos, dan jaringan fibrosa.
Arteri
Arteriola
Kapiler
Pembuluh kapiler memiliki dinding tipis yang terdiri dari satu lapis
sel endotel. Nutrisi dan metabolik berdifusi dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah melalui
membran yang tipis dan semipermeabel ini. Dengan demikian oksigen dan
nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang
interstisial dan sel. Karbondioksida dan metabolit akan berdifusi ke arah
yang berlawanan. Pergerakan cairan antara pembuluh darah dan ruang
interstisial bergantung pada keseimbangan relatif antara tekanan
hidrostatik dan osmotik jaringan kapiler.
Venula
Vena
SIRKULASI KORONER
Sirkulasi Kolateral
1. Intima
2. Media
3. Adventitia
Vena Jantung
SIRKULASI LIMPATIK
A. PENGERTIAN
Definisi klinis syok kardiogenik ialah kelainan jantung primer yang
mengakibatkan perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-
bahan makanan dan pengambilan sisa-sisa metabolik. (I Made Bakta, I
Ketut Suastika, 1999: hal 24).
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik ialah kelainan jantung
primer yang mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau
paling tidak 60 mmHg dibawah tekanan basal (hipotensi relatif).
b. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran
menurun, vasokonstriksi perifer, oliguria (urine kurang < 30
ml/jam).
c. Tidak adanya gangguan preload atau proses non – miokardial
sebagai etiologi syok (aritmia, asidosis atau depresan jantung
secara farmakologik maupun fisiologik)
d. Adanya miokardial primer secara klinik dan laboratorik.
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh gangguan
fungi jantung sebagai pompa seperti pada infark miokardium akut,
temponade jantung atau emboli pulmoner atau setelah operasi jantung
terbuka. Aritmia dapat juga banyak menurunkan curah jantung dan
tekanan darah. (John A Boswick, 1988: hal 45).
Jadi dapat disimpulkan bahwa syok kardiogenik adalah ketidak
mampuan jantung mengalirkan darah kejaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme berasal akibat gangguan fungsi pompa jantung.
B. ETIOLOGI
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan
mendadak fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung
kronik. Secara praktis syok kardiogenik timbul karena gangguan mekanik
atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik primer. Etiologi syok
kardiogenik adalah:
1. Infark miokard akut dengan segala komplikasinya
2. Miokarditis akut
3. Tamponade jantung akut
4. Endokarditis infektif
5. Trauma jantung
6. Ruptur korda tendinea spontan
7. Kardiomiopati tingkat akhir
8. Stenosis valvular berat
9. Regurgitasi valvular akut
10. Miksoma atrium kiri
11. Komplikasi bedah jantung
C. PATOFISIOLOGI
Sekitar 15 % kejadian syok kardiogenik merupakan komplikasi
dari klien infark miokardium akut, di mana terjadi penurunan curah
jantung karena tidak adekuatnya tekanan pengisian ventrikel kiri (left
ventricular filling pressure- LVFP). Ketika sekitar 40 % daerah ventrikel
mengalami infark maka terjadi peningkatan kemungkinan terjadinya syok
kardiogenik (Perry dan Potter, 1990).
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri,
yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan
akibat dari ketidakseimbangan yang terus menerus antara kebutuhan dan
suplai oksigen miokardium. Pembuluh koroner yang terserang juga tidak
mampu meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai respons
terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh
aktivitas respons kompensatorik seperti perangsangan simpatik.
Sebagai akibat dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan
kinerjanya menjadi sangat terganggu. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai
pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah siklus yang terus
berulang. Siklus dimulai dengan terjadinya infark yang berlanjut dengan
gangguan fungsi miokardium.
Kerusakan miokardium baik iskemi dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolisme dan terjadi asidosis metabolik
pada miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium
yang berakibat pada penurunan volume sekuncup yang dikeluarkan oleh
ventrikel. Gangguan fungsi miokardium yang berat akan menyebabkan
menurunnya curah jantung dan hipotensi arteria. Akibat menurunnya
perfusi koroner yang lebih lanjut akan meningkatkan hipoksia miokardium
yang bersiklus ulang pada iskemi dan kerusakan mikardium ulang. Dari
siklus ini dapat ditelusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini harus diputus
sedini mungkin untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan
mencegah perkembangan menuju tahap irreversibel di mana
perkembangan kondisi bertahap akan menuju pada aritmia dan kematian.
(Arif Muttaqir, 2009; hal 121).
Infark Miokard
Akut
Iskemia menimbulkan
kerusakan pada
miokardium
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4 – 6 jam setelah infark
akibat gangguan miokard masih atau ruptur dinding bebas ventrikel
kiri
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infa
rk berulang
3. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai
timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi
elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada,
tetapi sering disertai dengan sesaknafas akut.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan
aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi
atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis
katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau
penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika
CHF memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan
atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK,
isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis (Arif Muttaqin, 2009; 124) :
1. Terapi Oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula nasal
pada 3-5 L/ menit. Pemantauan gas-gas darah arteri dan oksimetri nadi
akan menunjukkan apakah klien membutuhkan metode pemberian
oksigen yang agresif. Oksigenasi dapat dilakukan dengan pemberian
oksigen tambahan dari pemasangan alat bantu pernapasan jika
diperlukan.
2. Terapi Farmakologi
Tindakan farmakologi konvensional yaitu dengan mengoptimalkan beban
awal, beban akhir, dan kontraktilitas, adalah sebesar 100%. Tingkat
kelangsungan hidup tergantung dari efektivitas tindakan untuk
membatasi meluasnya infark dan menyelamatkan miokardium yang
terserang, dengan demikian mengurangi kemungkinan gangguan
gangguan ventrikel yang berat.
3. Pemantauan Enzim dan EKG
Enzim-enzim jantung diukur dan EKG 12-lead dilakukan setiap hari
untuk mengkaji tingkat kerusakan miokardium.
2. Penatalaksanaa Keperawatan
1. Etiologi syok harus ditemukan secepat mungkin
2. Pemantauan hemodinamik (kalau mungkin menggunakan
kateter Swan-Gands
3. Pemberian okigen (kalau mungkin oksigen 28-48% dengan
venturi face mask)
4. Menghilangkan nyeri dengan morfin 4-8 mg intravena
5. Berikan dopamin 2-15 µg/kg/m, norepineprin 2-20 µg/kg/m
atau dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk meninggikan tekanan
perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga diberikan amrinon
intravena (kalau ada)
6. Cairan intravena, kalau mungkin berikan dekstran 40
7. Furosemid 40-80 mg atau asam etakrinik 50 mg (bila ada
bendungan paru).
8. Digitalis hanya diberikan pada takikadia supraventrikel dan
fibrilasi atrial.
9. Vasodilator hanya diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer
hebat dan penderita dipantau ketat secara klinik dan
hemodinamik
10. Tindakan pintas koroner dan angioplasti darurat kalau perlu.
I. PENCEGAHAN
Kardiak Output
ad
Kebutuhan Oksigen
Diaforesis Dispnea Otot Jantung
Mk : Resiko MK : Pola Nafas Kardiak Output
Volume Cairan Tidak Efektif Tex Darah
Fraksi ejeksi
Kurang dari Keb.
Tubuh
MK : Perfusi
Perpusi jaringan
Jaringan tidak
Efektif
Nyeri dada
MK : Nyeri Akut
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada :
1. Aktivitas
- Gejala : kelemahan, kelelahan
- Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna
kulit kelembaban, kelemahan umum
2. Sirkulasi
- Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah
TD, diabetes mellitus
- Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah,
tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung
atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit ;
dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada
punggung tangan dan kaki kolaps
3. Eliminasi
- Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
- Tanda : oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio
substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah, Tidak
tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung,
leher, dengan kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan
skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
- Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama
jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan
kesadaran.
-
5. Persarafan
- Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan
oksigen atau medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
- Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot
aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/
batuk terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin
bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas;
mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi
peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat
atau sianosis, akral dingin.
B. Diagnosa Keperawatan
Pasien mengalami perubahan 4. Pasien mampu istirahat terhadap nyeri dari pasien meningkat sebagai akibat nyeri
tekanan darah atau tidur dengan tepat termasuk lokasi; intensitas (0- dan berhubungan dengan cemas,
Pasien mengalami perubahan 5. Nadi dalam batas normal 10); lamanya; kualitas sementara hilangnya stres
Adanya penurunan tekanan secara nyata. Berikan Intervensi dapat membantu pasien
nadi.
8. Dorong pasien/orang terdekat 5. Menyangkal dapat
untuk mengkomunikasikan menguntungkan dalam
dengan seseorang, berbagai menurunkan cemas tetapi dapat
pertanyaan dan masalah. menunda penerimaan terhadap
kenyataan situasi saat itu.
9. Berikan periode istirahat atau Konfrontasi dapat meningkatkan
waktu tidur tidak terputus, rasa marah dan meningkatkan
lingkungan tenang, dengan penggunaan penyangkalan,
tipe kontrol pasien, jumlah menurunkan kerja sama, dan
rangsang eksternal. kemungkinan memperlambat
10. Dukung kenormalan proses penyembuhan.
kehilangan, melibatkan waktu 6. Perkiraan dan informasi dapat
yang perlu untuk penyelesaian. menurunkan kecemasan pasien
Kolaborasi
1. Meningkatkan relaksasi/istirahat
dan menurunkan rasa cemas.
3 Perfusi jaringan tidak efektif Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
berhubungan dengan: keperawatan selama ...X 24 jam 1. Selidiki perubahan tiba-tiba 1. Perfusi serebral secara langsung
- Penurunan / penghentian diharapkan perfusi jaringan atau gangguan mental kontinu sehubungan dengan curah jantung
aliran darah adekuat dengan kriteria hasil: contoh, cemas, bingung, dan juga dipengaruhi oleh
1. Pasien merasa nyaman letargi, pingsan elektrolit/variasi asam basa,
2. Pasien tidak mengalami hipoksia atau emboli sistemik
DS: kedinginan 2. Lihat pucat, sianosis, belang, 2. Vasokonstriksi sistemik
Pasien mengatakan merasa 3. Kulit teraba hangat dan kulit dingin/lembab. Catat diakibatkan oleh penurunan curah
tidak nyaman dengan kering. kekuatan nadi perifer. jantung mungkin dibuktikan oleh
keadaannya 4. TTV dalam rentang penurunan perfusi kulit dan
Pasien mengatakan merasa normal 3. Kaji tanda hormon (nyeri pada penurunan nadi.
kedinginan - Respirasi (16-20/menit) betis dengan posisi 3. Indikator trombosis vena dalam.
Pasien mangatakan nyeri - Nadi (60-100x/menit) dorsolfleksi), eritema, edema. 4. Menurunkan stasis vena,
pada bagian betis - Tekanan darah meningkatkan aliran balik vena
(110/0mmHg- 4. Dorong latihan kaki dan menurunkan risiko
120/80mmHg) aktif/pasif, hindari latihan tromboflebitis. Namun latihan
DO: isomatik. isometrik dapat sangat
Akral pasien teraba dingin. melakukan/melepas kaus kaki miokardia dan konsumsi oksigen.
antiembolik bila digunakan 5. Membatasi stasis vena,
vena – vena pada punggung
memperbaiki aliran balik vena
tangan dan kaki pasien
6. Pantau pernapasan, catat kerja dan menurunkan risiko
kolaps
pernapasan. tromboflebitis pada pasien yang
Gangguan fungsi mental terbatas aktivitasnya
gelisah, 7. Kaji fungsi gastrointestinal, 6. Pompa jantung gagal dapat
Pasien terlihat catat anoreksia, penurunan/ tak mencetuskan distres pernapasan.
kebingunganbingung. ada bising usus, mual/muntah, Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut
Pasien mengalami distensi abdomen, konstipasi. menunjukkan komplikasi
penurunan kesadaran . tromboemboli paru.
8. Pantau pemasukan dan catat 7. Penurunan aliran darah ke
berat jenis sesuai indikasi. mesenteri dapat mengakibatkan
disfungsi gastrointestinal, contoh
Kolaborasi kehilangan peristaltik. Masalah
1. Pantau data laboratorium, potensial/aktual karena
contoh GDA, BUN, Kreatinin, penggunaan analgesik, penurunan
elektrolit. aktivitas, dan perubahan diet.
8. Penurunan pemasukan/mual terus
2. Beri obat sesuai indikasi, mis: menerus mengakibatkan
Heparin/natrium warfarin penurunan volume sirkulasi, yang
(Coumandin): berdampak negatif pada perfusi
dan fungsi organ. Berat jenis
Simetidin (Tagamet); ranitidin mengukur status hidrasi dan
(Zantac); antasida fungsi ginjal.
9. Indikator perfusi / fungsi organ.
3. Siapkan untuk/membantu 10. Dosis rendah heparin mungkin
pemberian agen trombolitik, t diberikan secara profilaksis pada
–PA, streptokinase; pasien risiko tinggi dapat (contoh,
memindahkan ke unit kritis, fibrilasi atrial, kegemukan,
dan tindkan lain sesuai aneurisma ventrikel, atau riwayat
indikasi. tromboflebitis). Untuk
menurunkan risiko
tromboflebitisatau pembentukan
trombus mural. Coumadian obat
pilihan untuk terapi antikoagulan
jangka panjang/pascapulang.
Lidah pasien terlihat berkerut ketahui tanda lingkungan. kerjasama dalam program.
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Cairan dapat dibutuhkan untuk
1. Berikan cairan IV melalui alat
mencegah dehidrasi, meskipun
kontrol
pembatasan cairan mungkin
2. Pemberian antiemetik, contoh diperlukan bila pasien GJK.
proklorperazin maleat
(Compazine), trimetobenzamid 2. Dapat membantu menurunkan
(Tigan), sesuai indikasi mual/muntah (bekerja pada
sentral, dari pada di gaster)
3. Pantau pemeriksaan meningkatkan pemasukan
laboratorium sesuai indikasi, cairan/makanan.
contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin,
protein plasma, elektrolit. 3. Mengevaluasi status hidrasi,
fungsi ginjal dan penyebab/efek
ketidakseimbangan.
5 Pola napas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
berhubungan dengan: keperawatan selama ...X 24 jam 1. Mengidentifikasi 1. Pemahaman penyebab kolaps
- Nyeri/ansietas diharapkan pasien tidak sesak etiologi/faktor pencetus, paruperlu untuk pemasangan
- Penurunan ekspansi paru nafas lagi dengan kriteria hasil: contoh kolaps spontan, trauma, selang dada yang tepat dan
(akumulasi udara/cairan) 1. Klien tidak sesak nafas keganasan, infeksi, komplikasi memilih tindakan terapeutik lain.
- Gangguan muskuloskeletal 2. Frekueansi pernapasan ventilasi mekanik.
- Proses inflamasi normal ( 16 – 2. Distres pernapasan dan perubahan
DS: 20X/menit) 2. Evaluasi fungsi pernapasan, pada tanda vital dapat terjadi
Pasien mengatakan sesak 3. Tidak ada batuk – batuk catat kecepatan/penapasan sebagai akibat stres fisiologi dan
nafas 4. TTV dalam rentang serak, dispnea, keluhan “lapar nyeri atau dapat menunjukkan
Pasien mengatakan tidak normal : udara”, terjadinya sianosis, terjadinya syok sehubungan
nyaman dengan keadaannya 1. Respirasi (16- perubahan tanda vital. dengan hipoksia/perdarahan
Pasien mengatakan sering 20/menit)
batuk – batuk 2. Nadi (60- 3. Awasi kesesuaian pola 3. Kesulitan bernafas “dengan”
Pasien mengatakan pusing 100x/menit) pernapasan bila menggunakan dan/atau peningkatan tekanan
DO: 3. Tekanan darah ventilasi mekanik. Catat jalan napas diduga memburuknya
Pasien terlihat batuk – batuk (110/0mmHg- perubahan tekanan udara. kondisi / terjadinya komplikasi
Kolaborasi
1. Mengawasi kemajuan perbaikan
hematorak/pneomotorak, adanya
infeksi
E. Evaluasi
1. Nyeri akut berkurang atau terkontrol
2. Ansietas berkurang atau terkontrol
3. Perfusi adekuat secara individual
4. Volume cairan dalam batas normal
5. Klien tidak sesak nafas
DAFTAR PUSTAKA
I Made Bakta, I Ketut Suastika. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC.
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/syok-
kardiogenik-_-9510001031419